Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FADILAH [By. Rangga]

ranfast

Pendekar Semprot
UG-FR+
Daftar
4 Dec 2014
Post
1.518
Like diterima
620
Lokasi
Celebes
Bimabet
Hallo, Semproters... :bye:

Perkenankan ane numpang nulis lagi dengan gaya bahasa yang mungkin agak kurang pas bagi masta dan sista sekalian.

Kisah yang akan ane tulis memang masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu ane siap menerima kritikan dan petunjuk dari semuanya.

:beer:
 
Si Gadis Cacat



Gadis cacat ini sebenarnya manis juga jika diamati dengan seksama. Bibirnya yang mungil berpadu dengan dagu indah serta leher jenjangnya. Rambutnya hitam legam lurus sebahu. Matanya sebening kaca, indah ditatap. Hanya saja jika dia berjalan, pasti si tongkat mesti menemaninya kemana saja. Si Kaki Empat..., yap ! itulah panggilanku untuknya. Panggilan yang sesungguhnya adalah ejekan untuknya, namun anehnya tak pernah ditanggapi si kaki empat sebagai ejekan, malah senyum manis penuh persahabatan selalu diberinya setiap kali aku memanggilnya dengan sebutan itu, bahkan bukan hanya aku, tapi semua penghuni SMA Pelita Bangsa ini pun memanggilnya dengan sebutan itu. Si Kaki Empat. Balasan yang dia berikan ? sama ! Senyum persahabatan.

Oh ya, namanya Fadilah. Siswi cacat namun cantik dengan segudang prestasi kecuali olahraga, siswi sebangku denganku yang tak pernah dalam sehari lewat dari kejahilanku.
Entah kenapa keinginan untuk menjahilinya sudah mendarah daging. Kadang tongkat penyangganya kurebut dengan paksa hingga membuat dia jatuh terduduk. Aku berharap saat itu dia memohon-mohon sambil menangis meminta tongkatnya aku kembalikan, tapi itu tak pernah terjadi. Dengan sabar selalu dia berusaha bangkit berdiri berpegangan pada tembok atau apa saja yang bisa digunakannya untuk membantunya berdiri. Inilah yang membuat aku selalu merasa kalah dengannya. Aku tak pernah berhasil membuatnya menderita, menangis, atau memohon-memohon pertolonganku.

Sebenarnya siapa sih yang tak kenal aku di sekolah ini ? meskipun prestasi pelajaranku terhitung stnadar, tapi prestasiku dibidang olahraga selalu bikin aku dielu-elukan oleh gadis-gadis cantik di sekolah ini. Bersamaan dengan prestasi itu, aku juga dikenal siswa paling jahil. Bukan hanya teman sesama siswa, bahkan guru pun tak luput dari kejahilanku. Siswa badung, siswa jahil, siswa keren, pak kapten, dan banyak gelar yang aku pegang. Namun semua terasa tak lengkap karena kegagalan yang selalu aku dapat tiap menjahili Fadilah. Entah terbuat dari apa tuh anak, bahkan untuk melototiku saja tak pernah, padahal berulangkali dia terjerembab karena tongkatnya aku gaet, bahkan pernah bibirnya berdarah kena lantai, tapi menangispun tidak.


~~~**fadilah**~~~


“Dimas....,”ucap Adny “Kamu koq hobinya ngejahilin Fadilah ?”

Aku yang sedang asyik menyeruput teh manis di kantin sekolah menatap Andy lekat-lekat.

“Kamu tak suka aku jahilin dia ?” Tanyaku.

Wajah kaget dan serba salah terbias di wajah Andy

“Bukan gitu, Dim.”

“Trus kenapa kamu kayak pengen bela dia gitu ?”

“Pengen bela ? Ini..., ini..., ah... tidak.... Cuma.....” Ucapan Andy terputus. Nampak rona bingung diwajahnya.

“Aku sempat liat dia nangis, Dim....”

“Hah!? Dimana?! Kapan?!” cengkeraman kuat ditangan Andy cukup membuat Andy tahu bahwa aku terkejut dan penasaran.

“Di taman belakang kemaren, sehabis kau kerjain dia...”



~~~**fadilah**~~~



“Cukup Dimas! Cukuppppp!” Mata si cacat melotot marah menatapku. “Kau sudah kelewatan...! cepat kembalikan buku milikku, jika tidak.....”

“Apa!.. Jika tidak kau mau apa !?” wajah sinis terpasang sempurna membalas garang tatapan Fadilah.

Hari ini hari pertama aku berhasil membuatnya marah dan menangis. Hari ini adalah hari yang membuatku sangat puas atas keberhasilanku.

“Kau mau ini ?” aku berkata sambil melambai-lambaikan buku catatan IPS miliknya yang ku ambil dari dalam tasnya.

Fadilah berusaha meraihnya dengan panik. Hari ini akan ada ulangan mata pelajaran IPS sekaligus pemeriksaan tugas IPS. Semuanya ada dalam buku yang sedang ku pegang.

“Jangan panik, Nona. Aku pasti akan balikin kok, tapi sebelumnya.....”

“Balikin... Dimas....!” Pintanya.

“Nggak....!”

“Balikin....!”

“Baik!. Tapi ambil sendiri...!”
Dan bisa ditebak kemudian, buku itu melayang keatas, lalu turun bersamaan dengan Pak Ali sang guru killer masuk kelas.

Plakkkkkk!

Buku itu menghantam wajah Pak Ali dengan telak. Aku ternganga, lalu buru-buru duduk di bangku.
Pak Ali mengusap jidatnya sebentar lalu memungut buku dari lantai, lalu dengan wajah geram dipandanginya seisi kelas...

“Buku siapa ini..!”

Hening. Tak satupun yang bersuara. Pak Ali melangkah mendekati Fadilah yang sedang berdiri goyah dengan tongkat penyangganya.

“Ini buku siapa, Fadilah?” Tanyanya pada Fadilah dengan gusar.

“Buku saya, Pak”


Wajah Pak Ali makin merah menahan amarah. Rasa was-was dalam hatiku, takut jika Fadilah mengadu soal kejahilanku hingga menyebabkan buku itu mengenai wajah Pak Ali. Pasti sang guru killer ini akan menghukumku berdiri ditengah halaman selama jam pelajaran.

Mati aku!

“Maafkan saya, Pak. Saya tak sengaja melempar buku itu karena kaget ada kecoak. Maafkan saya...”

Rasanya nafasku tercekat, tak bisa bernafas sama sekali.
Masih juga dia membela orang yang telah menjahilnya ?




Bersambung...
 
Terakhir diubah:
Wehhh cerita baru lagii,, :haha:

ane pantengin deh Bang,

:jempol:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Wkwkwkwk... :ha:

Tukang macet ane ya??? :mati:

Yang ini udah ada lanjutannya koq, dan moga ga macet... :D

Cuma emang blom diedit sepenuhnya, masih ada yang kurang dalam detail ceritanya... :sendirian:

Ane akan berusaha tuk edit lagi nanti...

Thank's for semua atas apresiasinya...

:beer:
 
Berarti dulunya ganJoy anak yg jahil nie.. :bata:

#kapten tim basket kan, ayo one on one lawan ane..:papi:

nice brad, ijin mejeng ampe tamat yak(i hope)..wkwkwk :ampun:
 
semangat, dillah...:haha:
biar nanti ane bantuin
jewer kupingnya Andy
wkwkkk:pandaketawa:
 
wah bang rangga.. bikin yang baru.. :hore;
jail lawan yg sabar.. pas untuk ditongkrongin.. mengharu biru nih kayanya, kedepannya..
 
Asik baca cerita juragan Rangga. Bahasanya mengalir ringan shg nyaman bacanya.. Mudah2an cepet update cerita ini...
 
Kirain fadilah cowok, ternyata cewek,,

Ijin baca sama nunggu updetaan, di tengah ah, karena pojokan udah penuh sesak,,
 
Bimabet
Lala, Gadis Masa Laluku

Album foto masa kecilku masih tersimpan rapi dikamarku. Didalam laci yang selalu terjaga dari kotornya debu karena memang juga sering aku buka dan aku bersihkan, disitulah album penuh kenangan itu kusimpan. Berpuluh lembaran foto masa kecilku ada disana.
Aku membukanya kembali, dan melihat lembar demi lembar foto itu, memutar kembali bayangan kisah masa lalu. Tanganku berhenti ketika lembaran tengah terbuka, dan sebuah foto yang sering ku tatap tanpa puas terpampang disana. Foto masa kecil bersama seorang teman perempuanku.
Ah. Aku tersenyum.

“Lala...” gumamku tanpa sadar.

Gadis masa laluku yang selalu menemaniku bermain. Lala...
Wajahnya kelihatan imut berdiri disampingku. Rambutnya dikuncir. Bando ungu menghiasi kepalanya. Entah kenapa dalam keadaan bagaimanapun model rambutnya, selalu saja bando itu dikenakannya. Tapi itu yang membuatnya aku segera mengenalinya meskipun dalam kerumunan banyak orang.
Sikapnya yang manja bahkan selalu membuatku senang. Aku merasa dibutuhkan, merasa kuat untuk melindungi dan merasa bahwa Lala selalu butuh aku.

“Kangen ga sama dia?” Suara mama tiba-tiba mengagetkanku. Buru-buru aku menutup album foto dan berharap mama tak melihatnya. Tapi terlambat. Buktinya mama tahu dan menanyakan kalau aku kangen pada orang yang ada di foto itu.

“Kangen pada masa kecil, Ma...”ucapku mengelak.

Mama tersenyum penuh arti. Dengan lembut dicubitnya pipiku.

“Hmmm. Sudah sebesar ini, anak mama masih malu-malu mengakui ???”

“Ah, mama...”

Aku bangkit duduk ditepi ranjang, disamping mama yang juga sedang duduk ditepi ranjang.

“Gadis malang...” ucap mama menerawang

Aku tersentak. Sejenak aku menatap mama penuh tanya. Wajah itu mengisayaratkan rasa sedih yang cukup dalam. Entah apa yang dipikirkan mama. Kembali aku membuka album foto dan mencoba memandang foto Lala yang sedang tersenyum manis. Aku mencoba menganalisa penggalan kalimat mama.

“Gadis malang..?”

“Ah. Tak apa-apa, Dim. Mama kangen aja ma dia. Ga tau gimana kabarnya sekarang...” Ucap mama seakan mengerti.

“Om Tio sekeluarga ga pernah kasih kabar ya ke mama dan papa?” Tanyaku

“Terakhir kali tiga tahun yang lalu...” Jawab mama kembali dengan pandangan menerawang.

“Hmmm...”

“Ah, sudahlah. Mama lagi banyak kerjaan. Tolong kamu ke Mini market, beliin mama barang-barang keperluan. Catatannya sudah mama taruh diiatas meja.” Kata mama sambil beranjak pergi.

Nampaknya mama menyembunyikan sesuatu. Tapi apa itu, aku tak tahu.
Segera aku menaruh kembali album foto dalam laci dan segera melaksanakan perintah mama.


~~~**fadilah**~~~


Hmmfffhh..., be-te abis. Antrian di mini market cukup panjang. Aku ada di posisi ke lima belas, bayangkan aja gimana be-te-nya. Tau gini aku ngantri aja di kasir paling ujung sana yang hanya ada lima pengantri. Udah kepalang tanggung. Mau mundur dan pindah antrian juga ga mungkin, ada sekitar enam orang lagi dibelakangku. Lagian siapa tahu kasir diujung sana yang kelihatan sedikit pengantrinya tapi belanjaan mereka segudang..., bisa lebih lama lagi dari antrian yang ini.

“Heeeeeyyyy..., ga nyangka anak mama belanja sembako, wuahhhh..., cikikikik...” Sebuah suara yang sangat kukenal terdengar. Aku menoleh ke arah kanan antrian. Fadilah!. Gadis itu tersenyum, entah senyum mengejek atau kagum, tapi aku lebih menganggap ini adalah ejekan, meskipun senyum itu kelihatan tulus.

“Iya. Emang kenapa?!” Jawabku garang. “Eh, ini bukan sembako, Nek...!”

Fadilah tersenyum. Aku justeru sebal dengan senyuman itu.
Pengen aku merampas tongkat penyangganya, lalu membuangnya jauh-jauh, biar tahu rasa dia ! Jalan tanpa tongkat pasti akan membuat dia kecapean...! Sayangnya itu tak mungkin terlaksana. Aku ada dibarisan antrian kasir 2 sedangkan dia ada dibarisan antrian kasir 3.

Akhirnya, setelah melalui “masa penantian” dalam deretan antrian panjang, aku sampai juga didepan kasir. Kuletakkan belanjaanku satu persatu ke atas meja kasir yang penuh dalam trolly. Beberapa barang pesanan mama yang semuanya dalam bentuk bahan keperluan dapur. Ugh..! aku merasa seperti tante-tante yang lagi belanja.
Setelah menghitung satu demi satu barang belanjaan yang kutaruh diatas meja kasir, sang kasir cantik nan manis memandangku dengan senyumnya yang bikin hatiku menggelepar-gelepar.

“Tujuh ratus tujuh puluh dua ribu empat ratus rupiah...” Ucap si Kasir sambil tersenyum menyadarkan aku yang sejak tadi hanya memandangnya.

Buru-buru aku merogoh saku celanaku mengambil uang pemberian mama tadi.

Upppsssss....! Wajahku pucat seketika.

Uang itu tak ada lagi dalam saku celanaku. Dengan panik kurogoh lagi kedua saku celanaku..., tak ada! Saku baju...., Tak ada!
Mati aku..! Bukan hanya akan kena damprat mama, tapi juga akan menderita rasa malu yang dahsyat kali ini!
Mana para pengantri udah mulai memperdengarkan ucapan-ucapan kesal karena leletnya aku membayar, tambah lagi sang kasir memandangku curiga.

“Ada apa mas?” Tanya si kasir pelan namun agak membuatku panik.

“Uhmmmm..., mmaa..maaf..., sebentar mbak. Ini lagi nyari duitnya...” Ucapku gugup

“Lho?! Si Mas gimana sih? Masa nyari duitnya?” terdengar nada kesal.

“Iii..i..iya, mbak.., Uang saya hilang...”

Si Kasir mulai memperlihatkan wajah tak senang dan curiga. Aku makin panik saja.

“Terus gimana dong, mas...”

“Ng...ng..gimana ya mbak...?”

Aku berdiri mematung. Tak tahu mesti bagaimana. Para pengantri makin kesal melihatku.

“Pakai duitku dulu, Dim...”

Serrrrrrr....

Suara itu seperti guyuran es ditengah panasnya padang sahara.

Fadilah. Si Cacat menyodorkan beberapa lembaran uang seratusan ke arahku dari seberang barisan antrian. Senyumnya terkembang. Tulus.
Aku mencoba menatap dan menganalisa arti bantuannya ini. Lagi lagi si cacat menyelamatkan aku???


Bersambung...
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd