Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Fantasi Pamer Istri

12 : Salah Sasaran

Sejak pulang dari hotel, ada perubahan yang ku alami. Belakangan ini aku lebih memendam hasrat pamer istri dan mementingkan perasaan istriku.

Namun, perubahan ku ini ternyata disadari oleh istriku, malam itu kami duduk bersama atas kasur.

"Kamu kenapa sih?" tanya istriku.

Aku menatapnya. "Kenapa apanya?"

"Kamu jadi kurang semangat gitu belakangan ini. Kenapa sih? Sini cerita."

Aku menghela napas. "Enggak apa-apa kok."

"Apa gara-gara kemarin di hotel?" tanya istriku.

"Intinya, sekarang aku mau ngehormatin kamu dan mentingin perasaan kamu daripada fantasiku. Enggak apa-apa, aku cuma berusaha terbiasa lagi aja."

"Serius? Aku tuh mau kooperatif, tapi enggak suka yang kelewatan aja. Kemarin sampe ditontonin tetangga hotel pas lagi main kuda-kudaan, ya aku marah," balas istriku. "Malu."

"Ya udah, sekarang sewajarnya aja," ucapku.

Suasana kembali hangat. Kami berpelukan di atas kasur sambil berusaha saling memahami.

Setelah itu seperti biasa kami sibuk dengan aktivitas masing-masing.

Saat sedang melihat sosial media, aku melihat sebuah trend yang menggiurkan, di mana pada video itu diperlihatkan cara istri menyambut suami yang pulang kerja dengan memamerkan tubuhnya di balik pintu.

"Beb, liat deh." Aku menunjukannya pada istriku.

"Mau disambut begitu waktu pulang kerja?"

"Mau," jawabku.

"Kapan-kapan ya," balas istriku dengan senyum nakalnya.

Yaaa meskipun setelah malam itu, semua pembicaraan ini hanya menjadi angin lalu. Keadaan kembali normal hingga beberapa hari.

***

Waktu terus berganti, saat sedang di kantor tiba-tiba ada panggilan masuk yang ternyata panggilan itu adalah panggilan dari salah satu teman squad Mobil Legend ku yang bernama Yanto.

"Halo, To, kenapa?"

"Aku besok mau ke Jakarta ada panggilan kerja, bisa numpang di rumah mu enggak, Za?" tanyanya.

"Nanti aku kabarin ke istriku dulu, kalo dia ngizinin ya berarti gas," ucapku.

"Makasih ya, Za. Ditunggu infonya."

Aku pun segera menghubungi istriku dan menjelaskan situasi Yanto yang pengangguran, lalu istriku tak keberatan membantunya. Setelah itu ku hubungi Yanto lagi untuk mengabarkannya.

***​

Singkat cerita, keesokan sorenya aku menjemput Yanto di Stasiun dan izin ke istriku pulang terlambat hari ini.

Diperjalanan, fokusku sedikit terganggu oleh bayangan erotis istriku dicabuli oleh Yanto, sungguh gila, aku ternyata terangsang dengan alur takdir ini.

Ini pertama kali aku bertemu dengan Yanto. Biasanya kami hanya berbincang saat mabar lewat discord.

Ternyata jika bertemu secara langsung, Yanto sangat berbeda dengan yang ada di bayanganku. Perawakannya cukup tinggi dengan tubuh kurus berkulit hitam. Rambunya kribo dan wajahnya cukup terlihat ramah.

"Sehat, To?" tanyaku.

"Alhamdulillah. Lu gimana?"

"Alhamdulillah juga. Langsung yuk," ucapku.

Setelah bertemu Yanto di stasiun, kami segera berangkat menuju rumahku. Karena macet, butuh waktu cukup lama untuk sampai ke tujuan.

Berkisar satu setengah jam akhirnya kami tiba. Yanto membukakan gerbang rumahku dan mobilku langsung masuk ke garasi. Tak lama berselang ia kembali mendekat.

"Za, aku numpang toilet dulu, enggak tahan aku mau buang air kecil," ucapnya.

"Ya udah duluan aja, aku parkir mobil dulu. Toiletnya di dalem rumah."

"Enggak apa-apa duluan?"

"Ada istriku di rumah, ketok aja pintunya," jawabku.

Yanto berlari kecil menuju pintu, aku pun selesai parkir dan segera menyusulnya.

Terdengar suara ketukan pintu dan tak butuh waktu lama pintu pun langsung terbuka.

"Tadaaaa!" Istriku langsung muncul dari balik pintu, membuka kimononya dengan dada membusung dan bergoyang untuk menyambut ku pulang. Di balik kimononya, istriku tak mengenakan sehelai benang pun.

Aku tak tahu bagaimana dengan Yanto, tetapi dari posisi ku berdiri saja sangat terlihat jelas memek dengan bulu tipis, dan juga toket bulatnya.

Istriku delay beberapa saat ketika menatap pria yang berdiri di depan pintu bukanlah suaminya. Yanto pun tak kalah terkejut dengannya.

"Astagfirullahaladzim!" Istriku segera menutupi dadanya dan lari ke dalam terbirit-birit, meninggalkan kami berdua.

"Tadi siapa, Za?" tanya Yanto.

Ku lirik ke arah selangkangan Yanto. Pusakanya bangkit. "Istriku, To."

Lahir sebuah kecanggungan di rumah ini. Yanto merasa tak enak, dan istriku merasa malu. Sementara aku merasa tegang.

Yanto pergi ke kamar mandi, setelah itu ku suruh ia naik ke lantai dua. Sementara ia di atas, aku pergi ke kamar menemui istriku

Seperti biasa, ia terlihat kurang senang. "Kamu kok enggak bilang sih mau bawa temen?"

"Loh, kemarin kan udah bilang kalo si Yanto mau nginep. Besok ada wawancara kerja dia," balasku.

Istriku terdiam, mungkin merasa bodoh karena lupa.

"Aku pikir hari ini kamu pulang telat gara-gara lembur. Kebetulan kimono yang ku pesen online buat godain kamu pas pulang kerja dateng hari ini, niat mau ngasih kejutan ke suami, malah ngasih makan cowok lain. Enggak suka deh." Wajahnya terlihat kecewa.

Aku membelai rambutnya. "Ya udah itung-itung sedekah sama orang. Kamu udah makan belum? Yuk makan dulu, laper nih aku."

"Ada nasi sama ayam di meja makan, aku lupa kalo temen kamu mau dateng, jadi enggak masak, tapi harusnya cukup kok. Kalian makan duluan aja."

"Yuk bareng aja," ucapku.

"Malu ah."

"Sekalian klarifikasi. Shock juga loh dia, ngerasa enggak enak pasti sama aku."

"Ya udah," balas istriku.

"Beb, pake daster tapi jangan pake BH ya," ucapku.

"Tuh, kan! Apa lagi sih?" Ia tampak protes.

"Biar enggak canggung, bikin aja seakan-akan emang kamu kalo di rumah begini.

Ia berpikir sejenak. " Ya udah, tapi aku tetep pake jilbab."

"Iya, iya."

Aku keluar dari kamar dan berjalan naik ke lantai dua.

Sesampainya di atas, ku lihat Yanto yang sedang berdiam diri. Wajahnya murung seolah habis melakukan sebuah kesalahan.

"Cuy, aku jadi enggak enak nih," ucap Yanto begitu melihat kedatanganku.

"Santai, To."

"Sorry, ya."

"Ngomong-ngomong gimana menurut lu?" tanyaku.

Ia memicing. "Apanya?"

"Halah basa-basi. Tadi kan udah liat daleman istri gua. Gimana body-nya menurut lu?"

Ia tampak sedang berpikir, mungkin mengingat-ingat setiap lekuk tubuh istriku yang ia lihat.

"Yaaa—bagus, Za. Sexy," jawabnya.

"Udah, cuma itu?"

"Bulat kali toketnya, beruntung kau," ucap Yanto.

Aku meneguk ludah mendengar ucapan Yanto. Hasratku kembali bangkit. "Beruntung kenapa?"

"Bisa pegang setiap hari lah," jawab Yanto diiringi kekehan.

"Lu mau pegang enggak?" tanyaku dengan nada bercanda.

"Kalau dikasih maulah."

Aku tersenyum. "Ya udah, sekarang kita makan dulu yuk ke bawah. Laper kan lu?"

"Aihhh, jadi makin enggak enak," kata Yanto.

"Yuk."

Aku berjalan keluar kamar dan turun diikuti Yanto. Di meja makan sudah ada istriku yang duduk di sana. Ia menatap kami, dan sebaliknya. Malam ini ia mengenakan daster putih dan jilbab kaos senada.

"Makan dulu, Mas," ucap istriku ramah.

"Udah kenyang yang laen si Yanto," sahutku.

Keadaan mendadak canggung kembali, terutama antara Yanto dan istriku. Aku berusaha mencairkan suasana dengan mengalihkan topik. Namun, obrolan kembali menjurus ke arah sebelumnya.

"Maaf, Mbak Ifa. Saya bener-bener nyesel atas apa yang terjadi tadi, dan itu enggak seharusnya terjadi," ucap Yanto.

"Saya juga minta maaf, Yanto. Tadi saya pikir yang dateng itu suami saya, ternyata bukan. Saya lupa hari ini kamu mau nginap," balas istriku.

"Tapi, To, gimana tadi?" tanyaku.

Yanto dan istriku kini menatap ke arahku.

"Gimana apanya, Za?"

"Kasih review tipis-tipis aja, enggak semua orang bisa liat dalemnya loh."

"Mas." Istriku menyenggol ku dengan mata membulat utuh.

"Udah enggak apa-apa, biar kamu makin percaya diri," balasku.

Yanto menatap ke arah ku dan istriku. Tatapannya berpindah-pindah. Sesekali ku tangkap lirikan matanya yang menyorot ke arah dada istriku. Sepertinya ia sadar jika istriku tak mengenakan BH.

"Maaf nih sebelumnya buat Mbak Ifa dan Reza, tapi kalo harus dijawab, istri lu punya dada yang bulet dan gede, menurut gua sih itu aset yang mahal. Bentuknya juga bagus, gemesin."

"Tuh, beb gemesin," ucapku menggoda.

Istriku menghela napas, sepertinya ia paham bahwa fantasiku kumat.

"Makasih loh pujiannya, Mas Yanto," balas istriku.

"Maaf sekali lagi Mbak, bukannya gimana-gimana." Yanto melirik lagi ke arah dada istriku. "Mbak lagi enggak pake BH ya?"

Ku lihat ekspresi istriku yang mendadak salah tingkah. "Ahh, i-iya nih."

"Biasa, kalo mau tidur biasa dilepas soalnya kalo pake enggak bagus buat kesehatan katanya," timpalku. "Tadi Ifa udah mau tidur, tapi gua suruh ke meja makan buat ngelurusin yang tadi aja."

"Ohhh."

Setelah itu kami pun makan bersama, lalu kembali ke kamar sehabis makan. Istriku di kamar bawah, sementara aku dan Yanto ke kamar atas.

Terbesit sebuah ide nakal di kepala. Ku suruh Yanto naik ke lantai atas duluan, sementara aku masuk ke dalam kamar istriku di bawah.

"Beb," panggilku.

"Ya?"

"Yanto kasian tuh. Tersiksa pasti tititnya," ucapku.

"Terus?"

Aku terdiam sejenak sebelum mengutarakan ide gilaku padanya. "Kasih pegang, ya?"

"Pegang apa?" tanya istriku.

Ku tunjuk dada istriku. "Tetek kamu."

"Idih, ogah!"

"Tanggung jawab," ucapku. "Kasian itu."

"Lagian bukan salah aku juga kok."

"Apaan, orang tiba-tiba nongol langsung ngasih tetek gitu depan pintu. Dari tadi dia ngeliatin mulu tau."

"Astagaaa, aku pikir kamu yang dateng, babyyy. Iya aku juga sadar kok kalo dia sering liatin dadaku."

Ku cubit puting istriku dari balik daster hingga ia mendesis.

"Shhhh ... kamu apaan sih?"

"Ya babyy, sekali ini aja kasih pegang doang, enggak lebih," lanjut ku. "Kamu kan udah terlanjur kasih liat, dan dia juga udah liat. Gimana?"

Istriku menghela napas. Biasanya sehabis helaan napas itu ada udara segar. Aku tersenyum menunggu kalimat setelahnya.

"Kalo aku kasih dia coliin aku aja gimana? Enggak megang," ucap istriku. "Nanti aku pura-pura tidur, cuma sekedar jadi objek fantasi si Yanto aja. Ini sebetulnya udah kelewatan, tapi demi kamu nih."

"Tapi biar dia cepet keluar, kasih dia liat tetek kamu ya, beb? Nanti aku yang bukain."

Negoisasi berjalan alot. Aku ingin toket istriku terekspos lagi, sementara ia tak ingin memberikan bonus apa pun.

"Minimal kalo enggak megang ya liat dong, beb," ucapku.

"Kalo kayak gitu tapi lampunya mati, enggak boleh nyala," balas istriku.

"Oke," balasku. "Kamu pokoknya pura-pura tidur aja. Kalo ada yang megang-megang, berarti itu aku, dan rencana ini dimulai."

"Aku butuh waktu mempersiapkan diri. Nanti kalo udah mau mulai ketok aja pintu kamar. Kalo enggak ada balesan baru masuk. Lampu aku matiin, kalo nanti tiba-tiba lampu nyala dan bajuku dibuka, aku langsung bangun dan teriak."

"Oke, oke. Yang sexy ya."

Aku mencium keningnya, lalu berjalan keluar kamar untuk memancing Yanto.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd