Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Fantasi Pamer Istri

17 : Foto

Setelah seharian menghabiskan waktu mengikuti keinginan istriku main ke sana dan mari, kini giliran ia yang mengikuti keinginan ku.

Sore ini kami menuju ke pantai yang cukup jauh untuk mencari tempat yang indah dan sepi.

Sengaja kami pilih pantai yang sepi wisatawan karena aku dan istriku akan melakukan sesi foto.

Kami sudah bicara, bahwa aku ingin memiliki gambar atau foto hot istriku sendiri. Awalnya ia tak mau, tetapi karena aku mengikuti semua kemauannya seharian ini, akhirnya ia luluh dan mau. Syaratnya satu, ia ingin pemotretan ini dilakukan di tempat yang sepi. Terlebih, aku yang menjadi fotografernya.

Dari villa, kami berangkat mengendarai motor sewaan, lalu setelah sampai di pantai, istriku segera berganti pakaian. Untuk pertama kalinya, ia tampil keluar tanpa hijabnya. Terlebih, ia keluar mengenakan bikini terbuka berwarna putih dengan bawahan tertutup kain tipis.

Aku setengah mati membujuknya untuk melepas hijab pada momen ini. Pertama ku bilang mumpung sedang di Bali dan jauh dari rumah sehingga tak ada yang kenal, kedua aku ingin ia benar-benar terlihat lepas dan sexy. Ia hanya memberikan satu syarat untuk menekan fantasi liar ku, yaitu harus dilakukan di pantai yang sangat sepi.

Aku bertanya pada Bli Nyoman dan mendapatkan jawaban berupa pantai ini. Memang jaraknya cukup jauh, tetapi tak apa, demi koleksi foto hot istriku.

Karena jaraknya yang jauh dan spot bagusnya hanya sedikit, wisatawan cenderung hampir tak pernah berkunjung. Biasanya hanya warga lokal yang berada di sana, itu pun jarang.

Hanya ada dua orang sejauh ini. Mereka adalah warga lokal yang menjaga parkir dan pemungut tarif wisata.

Dari tempat parkir, kami berjalan lagi cukup jauh hingga tiba di ujung pantai ini. Ada batu-batu karang besar yang membuat area ini terkesan tertutup.

Dari depan tadi, istriku berjalan ke sini tanpa hijab dan mengenakan jaket dengan bawahan kain tipis.

"Di sini aja, udah sepi ketutupan karang, pula," ucapku sambil mengeluarkan kamera. Memang pekerjaan sampinganku juga merupakan fotografer.

Istriku celingak-celinguk, lalu membuka jaketnya. Menampilkan kulitnya yang mulus hanya ditutupi sebagian kecil bikini berwarna putih. Melihatnya tampil begitu di alam terbuka membuat pedangku berdiri.

"Idih, malah tegang," ledeknya.

"Ya teganglah liat istri tampil semi bugil begini di alam terbuka," balasku.

"Untung sepi! Bye-bye fantasi," serunya diikuti tawa renyah.

Memang, sebenarnya aku ingin berada di tempat yang lebih ramai agar orang-orang bisa ikut menikmati pemandangan tubuh istriku, tapi tak apalah, biar ku nikmati pemandangan indah ini sendirian.

Ditemani gemericik ombak sebagai latar, aku memandang istriku dengan senyum puas. Sinar matahari senja memainkan permainannya di kulit istriku, menciptakan bayangan yang memperkuat garis tubuhnya yang indah. Aku memandangnya dengan intens, merencanakan setiap detail pemotretan dalam pikiranku.

"Kamu sexy banget, baby," pujiku.

Ifa tersenyum membalas pujianku. "Kalo ada maunya pasti deh muji-muji."

Mulai ku bidik kamera, menangkap momen keindahan yang tercipta dari kombinasi senja, gadis cantik dan bikini yang hot itu.

"Duduk di situ, deket batu karang, Beb, biar matahari nyentuh kulit kamu," ucapku, mengarahkannya dengan suara lembut.

Ifa dengan gesit mengikuti petunjukku, duduk dengan lekuk tubuhnya yang memikat. Kamera ku berfokus pada kecantikan alaminya, membiarkan detil kulitnya terekam dengan indah, terutama belahan dadanya.

"Bagus, baby, tetep santai dan natural aja," ucapku, memandu Ifa dalam setiap pose. Ia mengubah posenya, menjadikan setiap gerakan tubuhnya sebagai lukisan sensual.

"Sekarang berdiri terus senyum ke sini, biarin rambut kamu diterpa angin sepoi-sepoi," lanjutku sambil mengganti lensa kamera. Ifa dengan lincah mengikuti instruksiku, senyumnya memikat.

"Gila! Kamu cantik banget," kataku sambil menangkap momen ketika angin bermain-main dengan rambutnya. Aku melihat ke dalam lensa, mencoba menangkap kecantikannya.

"Kamu tahu, Beb? Difoto sama kamu serasa jadi model beneran," ucap Ifa.

Ku amati setiap lekuk tubuh istriku, memastikan setiap gambar menangkap pesonanya. Dialog kami terus berlanjut, menciptakan atmosfer yang intim.

"Kamu itu istri terbaik di dunia, Beb," puji ku saat matahari semakin merunduk ke ufuk, memberikan sentuhan emas pada fotoku.

Ifa tertawa ringan, merasa nyaman dengan momen ini. Sambil memotret, aku menyusun kalimat-kalimat puitis, memuji keindahan alam dan keelokan Ifa tanpa meninggalkan nuansa romantis.

Sementara aku dan istriku tengah terlibat dalam sesi pemotretan, dari kejauhan, terdengar suara bisikan dua orang pria.

"Oi, liat tuh, ada model sexy."

"Wah, beruntung kita berdua bisa liat."

Mengetahui ada orang lain di sini membuatku berdebar. Istriku mungkin belum menyadarinya, sebab suara itu datangnya dari arah belakang ku. Sepertinya dua orang itu lihai bersembunyi dan mengintip.

Aku teruskan untuk memotret dan menyuruhnya mulai mengikat rambut. Ku arahkan ke pose yang semakin hot, memberikan tontonan iseng untuk dua orang itu.

Tiba-tiba di tengah kegiatan kami, dua sosok pria muncul. Mereka adalah si tukang parkir dan penarik tarif.

Mereka berdua, ditarik oleh keindahan sesi pemotretan yang terjadi di tepi pantai, sampai memutuskan untuk mendekat.

Mereka mendekati lokasi pemotretan. Meskipun tidak mengucapkan sepatah kata, kehadiran mereka memberikan nuansa canggung tersendiri. Terlihat dari istriku yang mulai terlihat gelisah dan malu.

Ifa mulai merasa canggung ketika menyadari bahwa dirinya tengah ditonton oleh dua orang asing. Meskipun demikian, aku tetap memandu sesi pemotretan dengan penuh semangat, terus memberikan arahan dan memotret setiap momen keindahan istriku.

"Santai aja, Beb. Mereka cuma menikmati keindahan alam dan kecantikan kamu. Kita tetep fokus sama pemotretan, ya," ucapku, mencoba menenangkan.

Ifa mencoba melepaskan kecanggungannya dan melanjutkan sesi pemotretan, meskipun tetap saja karena ditonton, ia terdistraksi.

Sementara dua orang asing tersebut, tanpa berkata apa-apa, tetap berdiri di tempatnya, menyaksikan dengan penuh kagum dan diam. Sepertinya mereka terpesona oleh keindahan dan keelokan lekuk tubuh istriku.

Namun, muncul ide iseng di dalam kepalaku. Aku menatap kedua orang itu. "Bli, mau ikut foto enggak?"

Mendengar itu, kedua pria itu tersenyum. "Boleh."

Di sisi lain Ifa memanggilku dengan wajah tak senang. Aku menghampirinya.

"Apa-apaan sih kamu?"

"Cuma foto kok, enggak apa-apa ya, Beb?" tanyaku.

"Aku malu pake bikini gini, masa disuruh foto sama orang sih?"

"Abisnya momennya dapet. Hasilnya pasti bagus. Ya, mau ya?"


Ia menghela napas. "Ya udah, tapi cuma foto ya."

"Iya," balasku.


Ku arahkan kedua pria itu untuk berfoto bertiga dengan istriku. Mereka membuka baju dan menampilkan otot-otot yang kekar. Aku mulai mengarahkan pose mereka bertiga dan melanjutkan sesi fotografi.

Aku tersenyum penuh semangat memberikan arahan pada kedua pria itu untuk menciptakan momen yang unik. Ifa, terlihat semakin canggung, tetapi memaksakan diri untuk lanjut mengikuti arahan ku sebagai suaminya.

"Oke, guys, kita coba pose santai. Kalian berdua coba rangkul Mbaknya, dan kamu coba senyum natural kayak tadi tadi, Beb," ujarku, berdiri di belakang kamera sambil memberikan petunjuk.


Kedua pria itu, dengan senang hati, mengikuti arahanku. Mereka merangkul Ifa dari kedua sisi. Ifa pun berusaha untuk menurut dan merangkul mereka berdua.

"Kamu rangkulnya di pinggang, Beb," ucapku.

Istriku menurunkan tangannya dan merangkul pinggang kedua pria itu.

"Nah, bagus, guys! Sekarang coba pose yang lebih akrab. Beb, kamu bisa coba digendong sama mereka berdua. Biar biar keliatan ramah dan bersahabat," tambah ku, memberikan petunjuk selanjutnya.

Istriku memandang dengan tatapan ragu, tetapi setuju dengan senyuman canggung. Kedua pria itu tanpa basa-basi, mengangkat Ifa dengan lembut, satu di depan dan satu di belakang.

"Kamu hebat, Beb! Gendongannya pas, kayak model profesional," pujiku sambil terus memotret.

Kedua pria itu juga terlihat senang dengan sesi foto ini. Mereka bergantian bergaya dengan Ifa, menciptakan variasi pose yang menarik.

Pria pertama tampak lebih tinggi dan berkulit sawo matang, memiliki tubuh kekar dengan otot-otot yang timbul. Rambutnya hitam keriting dan ekspresinya antusias saat menggendong Ifa dari depan. Dia terlihat berpenampilan rapi dengan pakaian santai yang menonjolkan otot-ototnya yang terlatih. Rizky namanya.

Sementara itu, pria kedua memiliki postur tubuh yang lebih kekar lagi. Tinggi dan berdada bidang, dia memiliki tato di lengan kanannya yang menambah kesan maskulin. Wajahnya yang tampan dihiasi jenggot tipis. Ia bernama Fathan.

Saat Ifa digendong oleh kedua pria tersebut, mereka saling bekerja sama untuk menyeimbangkan tubuh istriku. Tubuh istriku terlihat turun naik dalam gendongan mereka. Wajahnya pun tak karuan. Sesekali ia memejamkan matanya diiringi desahan pelan.

"Maaf, Mas. Istrinya licin, jadi saya benarin terus posisi gendongnya," ucap Rizky sambil tersenyum, menunjukkan keprihatinan dan tanggung jawabnya.

"Sshhhh ...."

"Iya nih, istrinya basah banget," celetuk Fathan dengan senyum lebar, mencoba menciptakan suasana yang lebih santai.

"Maaf, Mas," kata Ifa dengan wajah yang masih canggung.

"Oke tahan, satu, dua, tiga," ucapku bersiap memotret mereka.

"Uhhhh," lenguh istriku.

Tiba-tiba bikini bagian atas istriku terlepas, untung saja pria bernama Fathan itu mengambilnya dan segera memasangkannya kembali.

"Saya bantu pasangin, Mbak," ucap Fathan dengan senyum ramah.

Istriku yang masih dalam gendongan Rizky memberi izin dengan memberikan senyuman canggung, wajahnya memerah malu saat memundurkan tubuhnya, sebab bagian dadanya menjadi santapan mata Rizky. Fathan dengan cekatan memasang kembali bikini bagian atas yang lepas.

Sejenak Ifa tak sengaja bertatapan dengan Rizky. Pria itu tersenyum. "Mbak cantik banget."

"Makasih," ucap Ifa dengan raut wajah yang merona. Meskipun canggung, ia tetap berusaha menjaga ketenangan dan tidak membuat situasi menjadi lebih membingungkan.

Aku pun segera melanjutkan pemotretan setelah semuanya kembali dalam keadaan yang semestinya. Wajah Ifa masih terlihat agak malu, tetapi dia mencoba untuk tetap fokus dan melibatkan diri dalam sesi pemotretan.

"Oke tahan, satu, dua, tiga," ucapku sambil terus memotret mereka.

Tubuh Ifa yang turun naik dalam gendongan mereka menciptakan gerakan yang menarik dan sensual. Meskipun insiden bikini tadi menambahkan sedikit kecanggungan, suasana sekarang terlihat lebih santai.

Meskipun masih terlihat canggung dan malu, istriku berusaha menikmati momen-momen yang tersisa dari sesi pemotretan tersebut. Ia berpegangan pada otot-otot Rizky, menciptakan kesan panas yang tak terduga.

"Mas siapa nama pacarnya? Kenalin saya Rizky, temen saya Fathan."

"Ifa," jawabku.

"Wah, Mbak Ifa, mantap banget. Luar biasa," celetuk Fathan dengan antusias.

Rizky, yang masih memegang Ifa dengan mantap, tersenyum dan mengangguk setuju. "Iya, bener nih. Mbak, kamu keren banget."

Ku lihat ketiga orang tersebut, Rizky, Fathan, dan Ifa, berada dalam kondisi berkeringat. Aku melihat keadaan mereka dan menyadari bahwa mereka butuh istirahat sejenak.

"Istirahat dulu yuk," ucapku. "Minum dulu. Mau apa? Susu?" tanyaku memancing.

"Emang ada susu?" tanya Rizky.

"Ada dua," jawabku.

Rizky dan Fathan tersenyum kompak dan melirik ke arah istriku yang belum diturunkan dari posisinya.

"Heh, susu yang lain kali, ya, Mbak Ifa?" celetuk Rizky sambil berguyon.

Fathan menambahi, "Iya, Mbak. Kayaknya ada susu yang lebih menarik nih."

Meskipun masih terlihat canggung, istriku langsung menyambut candaan mereka dengan senyum. Ia paham apa yang aku harapkan. "Susu apa tuh?"

Rizky melirik ke arah dada istriku. "Nah, ini dia susu spesial yang kami maksud," kata Rizky sambil tertawa.

Fathan menambahkan, "Susu yang bikin adem dan segar, pasti kamu suka, Mbak Ifa."

Istriku, meskipun masih dalam situasi yang agak malu, ikut tertawa. "Beneran ada susu spesial? Apa ini candaan aja?"


Sambil tertawa, aku berjalan membawa dua buah botol kosong pada mereka. "Nah, ini dia susu spesial buat kalian berdua. Nikmatin aja." Ku tarik tali bikini istriku hingga terjatuh lagi, menampilkan bongkahan dadanya.

Rizky menerima botol kosong yang ku berikan dengan senyum ceria. "Makasih, Mas. Susu spesial ini pasti enak banget. Nanti kita isi sendiri."

Fathan juga ikut menyambut. "Iya nih, Mbak. Susu spesial ini bakal jadi kenangan yang nggak terlupakan."

Wajah istriku memerah, ia sontak membuang muka. "Yaa ... udah, selamat menikmati susu spesialnya. Ja-jangan lupa minumnya pelan-pelan ya."


Rizky yang kuat menggendong istriku seperti boneka langsung menyantap bongkahan dada istriku sambil menggendongnya.


"Ahhhh," lenguh istriku saat payudaranya dihisap oleh Rizky.

Di sisi lain Fathan melepaskan kain yang menutupi bikini bawahan istriku dan mendodorkan bikini itu hingga ke lutut.

"Eh, jangan main yang bawah! Nyusu boleh, tapi jangan yang bawah!" pekik istriku. Namun, iba-tiba matanya terpejam sejenak. "Shhhhh ... awww. Duh jangan digigit."

Rizky menggigit puting susu istriku hingga membuatnya memekik.

"Terus diapain?" tanya Rizky dengan senyum nakal di wajahnya. Ifa memandangnya dengan ekspresi campuran.

"Ayo, jangan bikin susu tumpah," sela Fathan sambil tertawa.

Rizky melepaskan gigitannya dan memandang Ifa dengan tatapan penuh keceriaan. "Maaf, Mbak Ifa. Susu spesial ini memang terlalu menggoda untuk tidak digigit."

"Ahhh tapi jangan digigit."

"Ya diapain?"

"Sedot aja," jawab istriku.

Tiba-tiba ia merasa ada yang menyentuh vaginanya. Ifa tiba-tiba memberontak, tetapi tak bisa. "Heh, kamu ngapain?!" Ia berusaha menoleh.

Dari belakang Fathan mengorek-ngorek lubang istriku. Fathan tersenyum dengan genit. "Maaf, Mbak Ifa. Ternyata ada sumber air kecil di sini."

Tanpa sadar istriku melebarkan kakinya, ia pun berpasrah diri memeluk Rizky karena lelah. "Uhhhh ...."

"Tuh kan airnya keluar," ucap Fathan.

Di sisi lain aku hanya diam sambil merekam permainan mereka bertiga dari beberapa saat lalu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd