Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Oshi [TAMAT]

Part 23: Room Service

IMG-20180129-014950.jpg


Ting~

Ada pesan?
.
.
.
Ini pesan dari Stefi.
Saat aku buka,

"Kamar kamu nomor berapa?"

Apa maksudnya?
Dia ingin ke kamarku?

Bales gak ya?, pikirku.

"Gak usah deh, takutnya nanti malah nambah masalah" gumamku.

Aku lalu meletakkan HP-ku di meja.

TOK TOK TOK

Ada yang mengetuk pintu kamarku.

Kira-kira siapa?
Kalian bisa menebak siapa yang mengetuk tadi?

"Siapa?" tanyaku.

"Room Service" jawabnya.

Kalian percaya kalau itu benar-benar room service?

Kalau aku sih tidak, karena sangat jelas kalau suaranya adalah suara Stefi.

"Mau apa?" tanyaku.

"Buka dulu dong pintunya" jawabnya lagi.

Akhirnya aku bangkit berdiri dan membukakan pintu kamarku.
Tuh kan, benar. Memang Stefi yang ada dibalik pintu.

"Apa?" tanyaku.

"Iihhh,... kok gitu sih jawabnya. Ini lho, tas kamu ketinggalan" balasnya sambil tersenyum.

Jangan lihat senyumannya. Jangan lihat senyumannya, batinku.

"Makasih" kataku.

Ternyata tas-ku tadi ketinggalan ya. Tapi sebenarnya didalam tas ku barang berharganya hanya satu, charger HP. Yang lain hanya celana pendek, celana dalam dan handuk yang kugunakan tadi. Dan semuanya basah.
Ya, aku memang hanya membawa itu saja. Kebanyakan barang-barangku kutinggalkan di kamar hotel.

"Kok,.... Kok kamu yang nganter?" tanyaku.

"Ini aku gak disuruh masuk dulu?"

Itu pilihan yang sulit. Jika aku membiarkan Stefi masuk ke dalam kamarku, ada kemungkinan akan terjadi hal-hal yang kalian inginkan, tapi aku tidak terlalu menginginkannya. Tapi, jika aku tetap berbicara dengan Stefi di depan kamarku, ada kemungkinan kami akan dilihat penghuni hotel yang lain. Masalahnya, penghuni hotel yang lain adalah member team J juga, bagaimana jika yang melihat kami adalah salah satu dari mereka, apalagi kalau sampai yang melihat kami adalah Shania.
Tapi, akhirnya aku memutuskan untuk,...

"Kamu gak mau tanya, kenapa aku nyebut 'Manda' waktu itu" kata Stefi.

"Ya udah. Masuk dulu, Stef" kataku mempersilahkannya masuk.

Karena rasa penasaranku akan jawabannya waktu itu, akhirnya aku memutuskan untuk memasukkan Stefi ke dalam kamarku.

"Nah gitu dong. Permisi ya" balasnya sambil berjalan masuk.

Stefi kemudian duduk di pinggir kasur.

"Sini sini! Duduk!" ajaknya. "Pintunya ditutup aja, biar kalo ada yang lewat gak curiga"

Entah kenapa, aku menuruti saja apa yang dikatakannya.

"Sekarang kamu cerita, kenapa waktu itu kamu nyebut-nyebut Manda?" tanyaku setelah menutup pintu dan duduk di sebelah Stefi.

"Buru-buru amat sih. Pertanyaan kamu yang tadi aja belum aku jawab, kok udah dikasih pertanyaan lagi" balasnya sambil tersenyum.

Duh, jangan senyum dong. Jangan senyum dong, Stef, batinku.

"Ya udah" kataku mengalah. "Kenapa tas aku ada di kamu?" tanyaku lagi.

"Tadi kebetulan aja aku lewat pas Kenzo-san sama-"


Sudah berakhir~


Siapa lagi sih?, batinku.

Saat aku ingin mengambil HP-ku di meja, Stefi mendahului ku.

"Kenzo-san" katanya saat melihat layar HP-ku. "Kamu tau kan harus ngomong apa kalo dia nanyain aku" katanya sambil tersenyum dan menyerahkan HP padaku.

Gak usah pake senyum bisa gak sih, Stef?, batinku.

Aku lalu mengambil HP-ku dari tangannya dan mengangkat telfon.

"Halo, bang" sapaku.

"Sorry nih, nelfon malem-malem. Cuma mau mastiin, udah ketemu Stefi? Tadi tas-mu aku titipin ke dia"

"Iya. Udah dianterin sama Stefi kok"

"Stefi nya mana?" tanyanya.

"Gak tau ya, bang. Tadi sih langsung pergi lagi" balasku berbohong.

Sorry ya, bang. Bukan maksud apa-apa, tapi gue harus interogasi Stefi dulu, batinku.

"Oh, ya udah. Aku tutup ya. Aku mau periksa, Stefi udah balik atau belum" katanya sambil menutup telfon.

Eh, Tunggu!
Itu artinya,...

"Kamu kayaknya harus balik deh, bang Kenzo mau periksa kamar kamu" kataku mengingatkannya.

"Tenang aja, aku udah minta tolong sama kak Uty kok" balasnya santai.

"Ya udah, terserah" kataku. "Tapi ngomong-ngomong kenapa bang Kenzo nitipin tas aku ke kamu?" tanyaku lagi.

"Tadi waktu Kenzo-san ngobrol masalah tas sama kak Aris, aku kebetulan lewat. Karna aku tahu itu tas kamu, kan pernah kamu pake waktu handshake sama aku kemaren. Ya udah, aku bilang aja kalo aku tau dimana kamu dan mau nganterin tas kamu"

Entah kenapa firasat ku mengatakan kalau sebenarnya Stefi tidak 'kebetulan' lewat.

"Ya udah. Sekarang kamu jawab! Kenapa kamu nyebut-nyebut Manda waktu itu? Apa maksudnya?" tanyaku.

"Kenapa kamu gak bales chat aku tadi pagi?" tanyanya tiba-tiba. "Kenapa tadi gak mampir ke bilik aku?" tanyanya lagi. "Gantian dong, masa kamu doang yang boleh nanya" katanya kemudian.

"Kayaknya pertanyaan kamu gak perlu aku jawab deh, kamu pasti udah tau jawabannya kan" balasku.

"Huft,..." Stefi sedikit mendengus kesal "Ngomong-ngomong kita kayak couple ya, jaket kita samaan" katanya lagi.

Eh, iya juga ya. Aku dan Stefi memakai jaket yang sama, jaket RE:Boost.
Tapi sekarang bukan waktunya memikirkan hal itu.

IMG-20180703-234235.jpg


"Stef! Jawab pertanyaan aku" kataku lagi.

"Iya iya" jawabnya. "Jadi,.. sebenernya waktu di rumah latihan,... Yang Manda bilang ke aku adalah... Dia nyuruh aku buat ngawasin kamu" jelas Stefi.

"Maksudnya?" tanyaku tidak paham.

"Aku minta anterin pulang, kita handshake, sampe aku ada di kamar kamu sekarang... Itu improvisasi aku sendiri" jelasnya lagi. "Aku iseng aja" tambahnya.

"Jadi,.." kataku menggantung.

"Iya" potongnya. "Manda cuma nyuruh ngawasin, bukan deketin. Jadi,.. semuanya... Termasuk kejadian di bioskop, itu keinginan aku sendiri"

"Maksudnya? Stef, jangan bilang kalo kamu,.."

Stefi tidak langsung menjawab, dia hanya menunduk seperti memikirkan sesuatu.

"Jujur ya, aku seneng kalo ada di deket kamu, aku sayang sama kamu, tapi aku tau kalo itu bukan cinta. Mungkin aku sayang sama kamu,... Ya karna kamu itu member. Jadi, kalo kamu emang suka sama aku,... Sorry, Stef. aku gak bisa terima" kataku.

"Hmm,... Hihihi" Stefi tiba-tiba tertawa.

Kenapa dia tertawa?
Apa ada yang lucu?
Apa aku salah bicara?
Apa aku terlalu percaya diri?

"Kamu tau gak?" tanya Stefi tiba-tiba sambil melihat ke arahku. "Aku juga ngerasain apa yang kamu rasain itu. Aku juga seneng kalo di deket kamu, aku juga sayang sama kamu. Tapi bedanya, kalo kamu pikir perasaan kamu itu perasaan sayang dari fans ke idola. Kalo aku, aku malah masih bingung sama perasaan aku ke kamu. Tapi yang jelas, perasaan ini beda dari waktu aku sama pac.. mantan pacar aku dulu. Aku belum pernah ngerasain ini sebelumnya" tambahnya.

Baguslah kalau begitu. Setidaknya 'opsi'ku tidak bertambah, batinku

Aku duduk di kursi sambil memegangi keningku.

"Jadi intinya,.. Manda nyuruh kamu buat ngawasin aku?" kataku menarik kesimpulan. "Tapi dimana dia sekarang?" tanyaku kemudian.

"Oh iya, kamu belum tau ya. Dia sebulan terakhir ini jalan-jalan terus biar bisa ngelupain kamu" jawabnya. "Makanya akun IG kamu diblokir kan sama dia, alasannya biar kamu gak liat foto-fotonya pas liburan. Biar kamu gak nge-love-in fotonya. Dia takut kalo kamu ngelakuin itu, malah bikin dia makin gak bisa ngelupain kamu" tambahnya.

"Tapi kalo dia mau ngelupain aku, kenapa dia nyuruh kamu buat ngawasin aku?" tanyaku lagi.

"Kalo itu, aku gak tau. Tapi gapapa kok, aku suka disuruh 'ngawasin' kamu" jawabnya.

"Aku jadi makin pusing, Stef. Kayaknya masalah aku gak berkurang malah makin banyak" keluhku.

"Kamu ada masalah?" tanyanya. "Coba ceritain ke aku, siapa tau aku bisa bantu" tawarnya.

Aku diam memikirkan tawaran Stefi, tidak ada salahnya aku juga bercerita padanya. Siapa tahu dia bisa memberikan solusi. Itu tidak merugikanku sama sekali, malah justru sedikit menguntungkan.

"Gini aja, ini bukannya aku maksa kamu cerita lho ya. Tapi kalo kamu mau cerita, aku akan ceritain juga alasan aku putus dari mantan aku dan aku juga cerita tentang satu rahasia aku. Gimana?" katanya lagi.

Tunggu kenapa dia mau menceritakan 2 hal?
Ya sudahlah, aku tidak terlalu ingin tahu lagi alasan dia putus sih, karena dari awal aku memang mau bercerita padanya. Tadi aku diam karena aku sedang berfikir saja.

"Ya udah, aku cerita ya" kataku akhirnya.

Kemudian aku menceritakan keresahanku saat ini, yaitu kebingunganku dalam memilih antara Shani dan Shania.
Entah kenapa, sekarang aku bisa lepas saja menceritakannya pada Stefi. Padahal dari kemarin sampai tadi sore aku susah sekali untuk bicara pada Shania mengenai hal ini.

Aku hanya menceritakan pada Stefi bagian intinya saja agar cepat dan tidak terlalu bertele-tele.

"Jadi gimana menurut kamu?" tanyaku saat selesai bercerita.

"Aduh, aku juga ikut bingung. Secara, aku sama ci Shani itu satu generasi, tapi sekarang aku satu team sama kak Shania"

Kenapa dia malah seperti bingung ingin mendukung siapa?, batinku.

"Semuanya terserah kamu sih, aku gak bisa bantu banyak kayaknya. Tapi mungkin aku kasih saran aja ya, pertama yang harus kamu lakuin adalah,... mastiin perasaan kamu ke ci Shani gimana? Perasaan kamu ke kak Shania gimana?" kata Stefi.

"Justru itu yang aku bingung" gumamku pelan sambil sedikit berfikir.

Tunggu!
Memastikan perasaan,...
Itu jawabannya.
Sebenarnya terlalu mudah.
Jawabannya sesimpel itu.
Kenapa aku tidak bisa cepat menyadarinya?

"Makasih ya, Stef" kataku sambil reflek memeluknya.

"Eh! I-iya. Sama-sama" balasnya.

"Sorry sorry. Reflek" kataku sambil melepaskan pelukan.

"Jadi kamu udah nentuin pilihan? Siapa?" tanyanya.

"Besok kamu juga bakal tau sendiri. Bahkan mungkin cuma kamu yang tau" balasku.

Stefi hanya menatapku bingung, tapi kemudian dia tersenyum lagi seperti mengerti apa yang aku maksud.

Ya ampun! Pake disenyumin lagi, batinku.

"Kamu gak balik ke kamar?" tanyaku.

"Kalo aku maunya disini?" balasnya.

"Ayolah, Stef. Jangan gini, aku dari kemaren udah stres, bingung mikirin masalah itu. Kamu jangan bikin aku stres lagi"

"Justru aku mau bantu kamu biar ngilangin semua stres kamu, lagian aku kan belum cerita alasan kenapa aku putus sama pacar aku"

"Aku udah gak terlalu peduli soal itu" kataku sambil berdiri dan berniat membukakan pintu untuknya.

"Aku putus, karna dia selalu minta aku, maksa aku supaya mau ngelakuin 'itu' sama dia" kata Stefi tiba-tiba saat aku sudah ingin memutar knop pintu.

Itu cukup untuk membuatku terdiam. Aku mulai penasaran dan jadi semakin ingin tahu.

"Selama ini kami cuma petting, tapi sebulan terakhir sebelum kami putus, dia mulai minta lebih dan selalu maksa. Tapi selalu aku tolak" kata Stefi lagi.

Tunggu, maksudnya?, pikirku bingung.

"Tau kenapa aku selalu nolak dia?" tanyanya.

Aku hanya menggeleng.

"Karna aku gak pernah ngelakuin 'hal itu' sebelumnya. Itu alasan aku putus dari dia" tutupnya.

"Hal itu" tanyaku ingin memastikan.

"Sekarang soal rahasia aku, ini ada hubungannya sama alasan aku putus. Waktu kita ngelakuin 'hal itu' di bioskop, itu pengalaman pertama buat aku" katanya lagi.

"Eh, Stef gak usah bercanda. Waktu itu emang keadaan lagi gelap, tapi seinget aku gak ada darah"

"Karna selaput dara aku emang udah robek sebelumnya, pas aku jatuh waktu latihan dance" balasnya.

"Gak. Gak. Kamu pasti cuma ngarang cerita aja kan, ya kan"

"Inget aku pernah salah gerakan waktu dance River yang sama fans? Itu karna aku lagi kepikiran soal selaput dara aku yang udah robek" tambahnya.

"Cukup, Stef. Cukup!"

"Itu juga alasan aku putus dari mantan aku. Aku takut dia nekat. Trus apa yang nanti dia pikirin kalo aku yang selama ini nolak buat ngelakuin itu, tapi sebenernya udah,.." katanya menggantung. "Aku gak mau dianggep cewek rendahan"

Gak, Stef! Kamu bukan cewek rendahan. Kalo ada yang berani kamu kayak gitu, bakal aku hajar dia, batinku.

"Jadi sebenarnya, secara gak langsung kamu yang udah ngambil perawan aku! Padahal kan aku niatnya cuma petting waktu itu!" katanya tiba-tiba.

"EEHHH?!!"

Kenapa sekarang dia malah menyalahkanku?

"Ya, kenapa... kenapa kamu gak bilang? Gak ngelawan?" tanyaku.

"Soalnya aku juga penasaran" katanya dengan suara pelan. "Ditambah, yang ngelakuin kamu. Jadi aku pasrah aja" tambahnya.

"Heehh?! Kenapa?"

"Ya, kan aku bilang tadi. Karna aku sayang sama kamu"

"Stef, kayaknya kamu beneran harus balik ke kamar kamu deh. Aku bisa stres lagi kalo denger cerita kamu ini" kataku.

"Justru aku disini pengen bantu kamu ngilangin stres" katanya sambil berdiri dan mendekat ke arahku. "Inget! Aku ini 'Room Service', jadi aku bakal service kamu" katanya lagi dengan senyuman menggoda.

"Stef-"

"Ssst.... Malang itu dingin, kamu gak mau yang anget-anget?"

"Kalo emang aku gak mau?" tanyaku.

"Ya aku paks-"

Aku langsung mencium bibir Stefi dengan ganas dan mendekap tubuh nya.

"Gak perlu kamu paksa" kataku setelah puas menciumi bibirnya.

Stefi kembali tersenyum lalu melompat ke arahku. Reflek tanganku pun langsung menangkap pantatnya dan meremas-remasnya dengan gemas sambil kuciumi wajah cantik dan leher jenjangnya.

"Eehhhh,...." desahnya. "Gak sabaran banget sih" godanya.

"Yang gak sabaran siapa? Pake lompat-lompat segala" balasku.

Stefi hanya membalas dengan sebuah senyuman. Lalu ku turunkan tubuhnya dari gendonganku dan sedikit menekan bahunya ke bawah. Stefi yang mengerti apa yang aku mau langsung berjongkok didepanku lalu membuka restleting celanaku dan melepaskannya. Aku juga membuka jaket ku dan melemparkannya.

Matanya tampak menatap gemas dan kagum ke arah penisku.

"Ternyata emang besar ya" katanya lirih ketika penisku mengacung tegak di depan wajahnya yang cantik.

"Kayak baru pertama liat aja, kan udah pernah"

"Waktu itu kan gelap" jawabnya.

Stefi mengelus penisku secara perlahan, memperlakukannya dengan lembut dan penuh perasaan seperti penisku adalah benda kesayangannya.

"Argrhh.. Enak, Stef.." erangku ketika Stefi mulai mengulum kepala penisku.

Dijilatinya lubang kencingku, dan kemudian dikulumnya penisku dengan bernafsu. Sementara itu tangannya yang halus mengocok batang penisku. Sesekali diremasnya perlahan buah zakarku. Rasa nikmat yang tiada tara menghinggapiku, ketika gadis yang sudah pernah berada di semua team JKT ini mengulum penisku dengan mulutnya. Kulihat kepalanya maju mundur menghisapi penisku. Kuusap-usap rambutnya dengan gemas. Sekarang aku mengerti kenapa mantan pacarnya menginginkan lebih.
Bayangkan saja, hanya pelayanan mulutnya saja sudah seperti ini, bagaimana pelayanannya yang lain.

Karena lelah berdiri, aku pindah untuk duduk di kursi. Stefi mengikuti dan tetap berjongkok di depanku.

"Aku isep lagi ya..." katanya lirih sambil tangannya mengocoki penisku.

"Emang tadi aku nyuruh berhenti?"

Dia membalas perkataanku dengan sebuah cubitan kecil di pahaku.

Saat Stefi ingin menghisapi penisku lagi, aku menahannya sebentar dan menariknya ke arah untuk duduk di pangkuanku. Kami berciuman sejenak dengan tangannya yang masih mengocok penisku perlahan. Setelah ciuman kami terlepas, dia mulai menciumi wajahku.

"Kamu gak gerah apa masih pake jaket?" tanyaku disela-sela ciumannya.

"Kamu mau tau apa yang ada dibalik jaket aku?" tanya Stefi menggoda.

"Jangan bilang kalo kamu gak pake apa-apa lagi didalemnya?"

"Salah" bantahnya. "Mesum banget sih pikirannya" tuduhnya masih dengan senyumannya yang menggoda.

"Mesuman siapa sama yang di bioskop milih duduk dipojokkan terus ngajakin gituan?" sindirku.

Stefi sedikit mendengus setelah mendengar perkataanku. Kemudian dia membuka jaketnya dan juga melemparkannya ke arah tempatku melempar jaketku tadi.
Setelah jaketnya terlepas, aku langsung bingung harus berkata apa dan harus bereaksi bagaimana.

"Kamu,..."

"Kenapa? Aku kurang seksi ya?" tanyanya.

"Gak, Stef. Bukan gitu" balasku masih dalam keadaan bingung.

"Trus?" tanyanya seperti tidak mengerti dengan kebingunganku, padahal seharusnya dia yang paling mengerti.

"Kenapa masih pake seifuku ini?" tanyaku akhirnya.

Dibalik jaketnya, Stefi masih memakai seifuku yang dipakainya saat mini live tadi.

IMG-20180314-000949.jpg


"Kenapa? Kamu gak suka? Kamu gak mau gituan sama aku kalo aku masih pake seifuku ini?" tanyanya menggoda.

"Justru aku langsung semangat banget" balasku cepat dan langsung menciuminya lagi.

Bagaimana tidak bersemangat biasanya saat theater setlist Tadaima Renaichuu, member akan mendesah-desah 'Ahh Ahh Ahh' di lagu Seragam Ini Sangat Mengganggu sambil memakai seifuku ini. Dan sekarang aku berkesempatan untuk membuat salah satu member itu mendesah lebih banyak dan lebih lama daripada saat di theater dengan memakai seifuku ini.

"Eehhhh..." erangnya ketika aku mencium lehernya sampai meninggalkan bekas disana.

"Biar apa pake ninggalin bekas segala?" tanyanya.

Aku hanya menanggapinya dengan tersenyum bangga sambil sedikit menaikkan salah satu alisku.

"Udah, ayo cepet! Ini kapan mulainya?" protesnya.

"Bentar deh, Stef. Aku mau nanya, kamu kenapa mau ngelakuin ini lagi sama aku?" tanyaku yang masih penasaran.

"Kan aku udah bilang tadi, aku sayang sama kamu lagian aku juga udah ketagihan sama punya kamu" jawabnya. "Kamu sendiri? Kenapa kamu mau? Bukannya pilihan kamu antara...." tanyanya balik.

"Ssst,... Gak usah disebut, malem ini milik kita berdua" potongku. "Anggep aja ini hadiah dari aku karna kamu udah bantu aku buat nentuin pilihan" jawabku.

"Tapi aku masih penasaran, kamu akhirnya milih siapa sih?" tanyanya lagi. "Tadi udah terlintas satu nama dikepala aku, tapi aku masih ragu" tambahnya.

"Katanya mau mulai, kok malah ngajakin ngobrol" balasku.

Setelah mengakhiri obrolan singkat tadi, sekarang aku ingin merasakan kekenyalan dari buah dadanya. Ku buka resleting seragamnya dan terlihatlah payudaranya yang ranum tertutupi BH-nya yang berwarna putih. Seperti ingatanku, pengaitnya ada di depan. Itu semakin membuatku senang, artinya Stefi tidak perlu melepaskan seifukunya ini. Karena seperti yang sudah aku jelaskan tadi, aku ingin merasakan sensasi menyetubuhi seorang gadis idola yang masih berbalut seifuku.

Kulepas pengaitnya sehingga aku bisa melihat payudara ranumnya yang dihiasi puting merah muda. Langsung kuciumi payudaranya yang terasa kenyal itu.
Stefi mengelus kepalaku saat aku melakukan hal tersebut.

"Ehh.. Ehh..." erangnya saat puting payudaranya yang telah mengeras kujilati dan kuhisap.

Stefi yang sedang keenakan, menekan kepalaku ke dadanya.

"Terus, Adrian... Eeh... Enak.. Eeeehh" erangnya lagi saat mulutku dengan ganas menikmati payudara yang sangat menggoda.

Setiap erangan Stefi membuatku semakin bersemangat mengerjai payudaranya.

"Putingnya.. Iya. Jilati putingnya..." pintanya.

Erangannya semakin menjadi dan tangannya sedikit menjambak rambutku saat kuturuti permintaannya dengan senang hati.

Puas menikmati payudaranya, kembali kuciumi wajahnya yang cantik. Setelah itu, Stefi turun lagi dan berjongkok didepanku.

Kembali mulut mungil Stefi menghisapi penisku. Sambil mengelus-elus rambutnya, kuperhatikan kemaluanku menyesaki mulutnya yang mungil. Ruangan segera dipenuhi oleh eranganku, juga gumaman nikmat dari mulut Stefi saat menghisapi penisku. Saat kepalanya naik turun, sesekali aku meremas payudaranya yang kenyal itu.

"Sambil liat sini dong, Stef" pintaku.

Stefi langsung melihat ke arahku dengan penisku yang masih menyumpal mulutnya.

"Coba gak pake tangan" pintaku lagi.

Hal itu semakin membuatku tak kuasa menahan rasa nikmatku. Stefi benar-benar melayani penisku dengan penuh nafsu dan kasih sayang.

Aku sudah merasakan kehangatan mulut Stefi saat sedang posisi berdiri dan duduk. Rasanya kurang lengkap jika tidak mencoba kehangatan mulutnya dalam posisi tiduran.

Segera aku menghentikan gerakan kepalanya sejenak dan berpindah ke ranjang. Setelah merebahkan diri di atas ranjang, aku segera memberi kode pada Stefi untuk melanjutkan tugasnya yang sempat terhenti. Stefi langsung menyumpal mulutnya sendiri menggunakan penisku.

"Gak mau rugi banget sih" katanya disela-sela kulumannya.

Aku tidak menjawabnya dan hanya mendorong kepalanya agar kembali menghangatkan penisku.

Memang tidak salah, 'latihannya' selama ini bersama mantan pacarnya benar-benar membuahkan hasil yang tidak mengecewakan. Beruntungnya aku, karena sekarang akulah yang bisa merasakan 'hasil latihannya' tersebut.

Setelah puas menikmati pelayanan mulutnya, aku memintanya untuk berdiri. Kucium lagi bibirnya sambil mengelus belakang kepalanya dengan tanganku. Tanganku yang satunya merayap ke dalam rok-nya dan ternyata dia tidak memakai cd, langsung kuusap-usap vaginanya yang mulai mengeluarkan cairan dan kuusap juga bibir vagina dan klitorisnya. Tubuh Stefi menggelinjang di dalam dekapanku. Erangannya pun juga semakin menjadi.

Aku sudah sangat ingin menyetubuhinya, begitupun juga dengan Stefi yang sepertinya sangat menginginkan penisku. Kuminta dia menungging bertumpu di meja rias. Sehingga yang terlihat di kaca adalah seorang gadis idola yang sedang memakai seifuku yang terbuka memperlihatkan payudara kenyalnya yang menggantung ditambah ekspresi wajahnya yang haus akan birahi dan sudah sangat siap untuk disetubuhi. Sungguh pemandangan yang menggairahkan.

Kusibakkan rok-nya sehingga kini pantatnya juga terekspos dihadapan ku. Kuelus dan kuremas pantatnya yang mulus itu.
Kugesek-gesekkan penisku dibibir vaginanya, aku berusaha sedikit menahan nafsuku yang sudah di ubun-ubun.

Aku ingin benar-benar menaklukkan Stefi, aku ingin mengubahnya menjadi 'gadis penurut' karena dari cerita Stefi tadi yang dia menolak permintaan mantan pacarnya, itu membuktikan kalau dia adalah gadis yang suka berontak. Dan jika berhasil mengubah 'gadis pemberontak' menjadi 'gadis penurut' itu akan menjadi kepuasan sendiri bagiku.

"Masukiiinn...." rengeknya.

"Apanya?" tanyaku menggodanya.

"Itunya"

"Itu apa?"

"Itu.."

"Sebut dong namanya"

"K-kontol" katanya sambil kemudian menginjak kakiku.

Mungkin dia sedikit kesal karena aku tidak segera memasukkan penisku.

"Masukin kemana?" tanyaku lagi yang masih terus menggodanya.

"MASUKIN KONTOL KAMU KE MEMEK AKU!! AAHHHH!" teriaknya karena aku langsung melesakkan penisku menerobos vaginanya yang sempit.

"Gak usah teriak. Aku gak yakin kalo kamar ini kedap suara" bisikku.

"Habisnya,.. Eehhh..."

Stefi tidak menyelesaikan kata-katanya karena aku sudah mulai menggenjot vaginanya dengan penisku. Sementara itu, tanganku memegang pinggulnya, terkadang meremas pantatnya yang menggoda.

Stefi pun menjerit-jerit nikmat saat kusetubuhi dengan gaya doggy-style. Kulihat di kaca meja rias, wajah Stefi tampak begitu merangsang. Wajah cantik gadis idola yang sedang menikmati persetubuhan. Payudaranya pun tampak sesekali bergoyang menggemaskan di balik seifukunya yang terbuka.
Terkadang pandangan mata kami bertemu di cermin dan kami saling melempar senyuman.

Setelah cukup puas dengan posisi ini, aku pun duduk di kursi. Stefi dengan sigap duduk menghadapku dan mengarahkan penisku ke dalam vaginanya. Kusibakkan rambut panjangnya yang sebagian menutupi payudaranya dan segera kuciumi payudaranya lagi. Sementara tubuh Stefi bergerak naik turun menikmati penisku, aku terus menciumi payudaranya yang kenyal dan beberapa kali aku meninggalkan bekas disana.

"Ehh.. Ehh... Ehh.." erang Stefi seirama dengan goyangan badannya di atas tubuhku.

Terkadang erangan itu terhenti saat kusodorkan jemariku ke mulutnya yang langsung dijilat dan dihisapnya satu persatu.

Semakin lama, erangan Stefi semakin keras terdengar, membuatku menjadi semakin bergairah. Saat Stefi mencari pelepasan gairah mudanya dengan bergoyang naik turun diatas penisku dengan liar, aku pun juga semakin banyak meninggalkan bekas cupangan di dadanya. Siapa yang bisa menyangka sebelumnya kalau seorang gadis idola dapat menjadi sangat liar saat sedang bersetubuh.

Cukup lama aku menikmati goyangan Stefi. Lalu kuminta dia berdiri, dan kembali kami berciuman. Kubuka seifuku termasuk rok dan BH-nya yang sedari tadi menempel ditubuhnya dan seperti tidak mau kalah, Stefi juga melepaskan kaos ku dan berusaha menelanjangiku. Sehingga sekarang kami berdua telah telanjang bulat. Kembali dengan gemas kuremas dan kuhisap payudara gadis idola ini. Aku ingin segera menuntaskan permainan ini, kutuntun dia untuk merebahkan diri di atas ranjang. Kemudian kembali kuarahkan penisku kembali ke dalam vaginanya.

"Ehh..." erang Stefi lagi saat penisku kembali menyesaki vaginanya.

Langsung kugenjot dengan ganas tubuh gadis member team J ini. Erangan nikmat kami berdua memenuhi kamar ini, ditambah dengan bunyi derit ranjang menambah panas suasana. Kulihat wajah cantik Stefi menggigit bibir bawahnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya menahan nikmat. Tangannya juga meremas-remas sprei ranjang.

"Terus, Beb.. Aku mau.... terus.. Terus.. Ehh... Ehh.." jeritnya sambil tubuhnya mengejang dalam dekapanku.

Tampaknya Stefi telah mencapai orgasmenya. Kuhentikan sejenak genjotanku, tubuhnya pun kemudian lunglai di atas ranjang. Kuperhatikan butiran keringat mengalir di wajah cantiknya. Payudaranya naik turun seirama dengan helaan nafasnya. Bibirku pun dengan gemas kembali menciumi wajah cantiknya itu dengan gemas.

Setelah Stefi sudah kembali tenang, kugenjot lagi vaginanya yang sempit. Kali ini aku agak sedikit pelan menggenjotnya sambil menunggu Stefi merespon. Stefi yang tenaganya sudah sedikit pulih langsung merangkul belakang leherku.

"Kamu tau satu mantra ajaib?" tanyanya berbisik.

Sambil tetap menggenjotnya, aku menggeleng.

"Keluarin di dalem. Aku aman" bisiknya lagi.

Ya, sepertinya itu memang sebuah mantra ajaib. Aku langsung kembali bersemangat menggenjotnya lagi.

Jepitan vaginanya membuatku tak bisa menahan lebih lama lagi. Tak perlu waktu lama setelah Stefi melafalkan 'mantranya', aku menyemburkan spermaku memenuhi rahimnya. Bersamaan dengan itu, aku juga merasakan penisku disiram cairan hangat dari dalam vaginanya, yang kutahu kalau Stefi juga mendapatkan orgasmenya lagi.
.
.
.
.
.
"Itu tadi maksudnya apa?" tanyaku pada Stefi.

Sekarang kami sedang tiduran diranjang, Stefi memelukku dari samping sedangkan aku merangkulnya sambil sesekali meremasi payudaranya.

"Apanya" tanyanya balik.

"Kenapa tadi kamu manggil aku-"

"Beb?" potongnya. "Kamu gak inget? Yang pertama kali manggil kamu 'beb' itu aku, bukan Manda" tambahnya.

"Emang iya?" tanyaku.

"Iya" jawabnya. "Kamu kebanyakan pikiran sih jadi pelupa, ini rambut kamu aja jadi ubanan" ejeknya sambil mengacak-acak rambutku.

"Rambut aku emang warnanya gini, tapi selama ini aku warnain item biar gak keliatan mencolok" jelasku. "Aku gak terlalu suka narik perhatian" tambahku.

Ya, meskipun sepertinya akhir-akhir ini sepertinya aku terlalu banyak menarik perhatian orang terutama para VVOTA.

"Sebenernya aku tau kok" balasnya. "Ngomong-ngomong, ini bisa berhenti gak sih tangannya?" katanya menyindir tanganku yang masih saja meremasi payudaranya.

"Hehe. Sekali lagi ya, Stef" ajakku.

"Sekarang malah kamu yang ketagihan?" sindirnya lagi.

"Bukan gitu, tapi kata-kata kamu tadi ada benernya" balasku.

"Malang itu dingin" kata kami bersamaan.

"Nah itu kamu tau, yuk lah. Lagian kan kita sekarang udah,.." ajakku lagi.

"Iya, sih emang dingin... Tapi enggak! Aku capek. Tadi udah goyang-goyang diatas panggung, goyang-goyang diatas kamu, aku mau istirahat" tolaknya.

"Aku tau kok. Udah lah, nikmatin aja. Aku yang gerak kok" balasku.

"Maksa banget sih"

"Ya udah kalo gak mau" kataku sambil pura-pura mulai tidur.

"Mau kok. Kalo kamu yang gerak, ya udah. Boleh aja" katanya yang akhirnya setuju.

Setelah mendapatkan persetujuannya, aku kembali menggenjot vagina Stefi. Dan sekali lagi aku memenuhi rahimnya dengan spermaku. Setelah sama-sama puas, kami pun tidur bersama sambil berpelukan.

IMG-20180817-002744.jpg















-Sabar, Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Catatan Penulis:


Makin parah nih anak kelakuannya kalo jauh dari Shani. Parah parah.

"Sekarang Para Para.... Kenapa Para Para~
Meski tak pernah ku ingat~
Sekarang Para Para.... Masih Para Para~
Mengalir Begitu Saja~"

(Maaf maaf, masih gesrek)

Kok bisa ya Shani mau sama nih orang. Saya sebagai penulis aja bingung, gimana pembaca.
Ya udah lah

Tapi,... kalo emang Stefi udah ngasih 'petunjuk' ke Adrian, berarti update berikutnya Adrian udah bisa nentuin pilihan kan.
Oke, gitu aja.






Makasih.
• TTD H4N53N









Sabang dor, kan ini juga masih tanggal 23. (Di belahan bumi yang lain)
Baca aja sambil nunggu liga champion yang hasilnya pasti,....
Ah sudahlah.
 
Terakhir diubah:
Ingin ku teriakk~, adrian jancokk!

Jan sampe mamsky shani nangis lagi nih, tapi nia juga kesian udh kode kode menantimu ian wkwkwk

Ngomong ngomong kayak kurang lengkap kalo si pengamat alay gak muncul hehehe
 
Adrian kalau Deket shani pikirannya bener, sampai si pengamat alay ngajak ena-ena aja ditolak. Tapi, kalau udah jauh baru otak kampret nya keluar.

Berarti Shani membawa pengaruh positif ke Adrian. BTW, sampai sekarang masih belum dijelasin, konspirasi antara Shani & pengamat alay.
 
Woe kacrutt ujung-ujungnya di gas juga itu stefi.. sok ragu sih lo dari kemaren wkwk inget dirumah ada dua orang woee nungguin.. eh, kok dua ya sekarang? Hmm..
 
Baca ceritanya Stefi jd inget lirik lagu

Di sana kali di sini bukit
Mengalir air berbuih
Maksud hati hanya petting
Si buyungnya minta lebih

Mantap adrian, jadilah Asian's Next Top Kamprets selnjutnya!
 

Selamat atas pertamax

Ingin ku teriakk~, adrian jancokk!

Jan sampe mamsky shani nangis lagi nih, tapi nia juga kesian udh kode kode menantimu ian wkwkwk

Ngomong ngomong kayak kurang lengkap kalo si pengamat alay gak muncul hehehe

Jadi,....
Anda ini #TeamShani atau #TeamShania atau malah #TeamPengamatAlay ?
Posisikan diri anda dengan pasti

Adrian kalau Deket shani pikirannya bener, sampai si pengamat alay ngajak ena-ena aja ditolak. Tapi, kalau udah jauh baru otak kampret nya keluar.

Berarti Shani membawa pengaruh positif ke Adrian. BTW, sampai sekarang masih belum dijelasin, konspirasi antara Shani & pengamat alay.

Itulah Shani Effect

Soal konspirasi Shani & Pengamat Alay akan dijelaskan nanti di season 2
Eh, emang bakal ada season 2

Woe kacrutt ujung-ujungnya di gas juga itu stefi.. sok ragu sih lo dari kemaren wkwk inget dirumah ada dua orang woee nungguin.. eh, kok dua ya sekarang? Hmm..

Ini kalian pada kangen sama si Pengamat Alay apa gimana sih?

Tenang next update muncul kok
*Mungkin

mantra terbaeque yg pernah ada

Kata-kata mutiara

"Keluarin di dalem. Aku aman"
- Stefi, Finding Oshi

adrian kampret tetelan bakwan... gw blgin shani lo ... *

Ini perasaan saya aja atau emang situ selalu marah-marah kalo komen disini?

Emang kampret senior si Adrian, mudah-mudahan mati ketabrak becak itu si Adrian.

Gak keren banget matinya

KAMPRET KAU ADRIAN!!

Apa salah Adrian?

tobat lah kau adrian
shani itu menunggu di rumah kasian tuh wkwkwwkkw

Udah tobat kok, Shani masih segel kan

Mas Adrian kampreett. Stefi kena juga wkwkkww

Salah.
Yang bener, Stefi kena 'lagi'

Baca ceritanya Stefi jd inget lirik lagu

Di sana kali di sini bukit
Mengalir air berbuih
Maksud hati hanya petting
Si buyungnya minta lebih

Mantap adrian, jadilah Asian's Next Top Kamprets selnjutnya!

Adrian the next kampret wkwkwkwk, gk sia sia dapet wejangan dari bang Benji sama Yovie wkwkwk

Ini kalian gak ada rasa terima kasihnya ya, saya rajin update lho
Kalian malah ngatain Adrian kampret
Tapi ya emang kampret sih

Kentang hahahaha, lanjut mas adrian

Kok kentang?
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd