Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

First Kissku bersama Lusi

mazzsatria

Semprot Holic
Daftar
21 Sep 2011
Post
332
Like diterima
9
Lokasi
Denpasar, Bali
Bimabet
Ini adalah cerita pertama ane gan,,, sekaligus thread kedua ane… :) jadi mohon map kalo cerita ane susah dimengerti. Ini adalah cerita fiski campuran. Maksudnya adalah cerita fiksi yang saya campur dengan pengalaman pribadi ane gan. Jadi tidak mungkin kalo repost. Tolong gan, kalo suka ama cerita ane,, jempol sama ijo-ijo boleh di lempar ke ane… tapi jangan batu yee… hehehehe…:peace:

ok… sebelum ane mulai cerita, ane cuma mau kasih tau ke agan-agan sekalian kalo cerita ane bakal panjang banget, perkenalannyapun juga cukup panjang...jadi mohon sabar.. Soalnya ceritanya saling terkait dan gak bisa disingkat-singkat... Jadi kalo pengen ngerti jalan ceritanya, harus baca dari awal. Hehehe... Sok tau ya ane?? Maap ye gaan....

Ok... Lets write the story...

PART 1

Namaku satria, murid dari sma negeri ternama di kotaku. Aku berasal dari keluarga yang bahagia. Ayahku adalah seorang pria yang bekerja di dprd yang cuma sebagai ketua alias pemimpin disana. Ayahku sering dipanggil dengan sebutan “Fendi” entah dengan kata depan bang, mas, pak, atau kek. Karena itulah nama ayahku...hehehe sedangkan mamaku adalah seorang pegawai sekaligus wiraswasta.

Orang tuaku memiliki beberapa rumah dan sebagian tidak kami pakai sehingga membuat orang tuaku mengontrakkan rumahnya. Aku adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara. Aku juga mempunyai sahabat dari semenjak aku di taman kanak-kanak. Namanya ade dan ditya. Ade adalah seorang anak guru yang cukup banyol alias lucu. Tidak berbeda jauh dengan ade, ditya juga anak seorang guru. Tetapi ayahnya bekerja di penjara (sebagai sipir). Dia juga banyol dan sedikit lebih gila dari ade.

Cerita saya berawal ketika aku sedang asyik bermain plasystation 2 dengan adikku di ruang tamu. Tiba-tiba terdebgar suara ketukan pintu.

“ permisiii..”

Kulihat seorang bapak-bapak dan ibu-ibu berbaju PNS sedang mengetuk pintu rumahku. Pintu rumahku yang terbuka membuat pasangan PNS itu mudah melihat isi rumahku dan melihatku dengan adikku yang bermain asyik. Sigap aku memberikan stik ps yang kupegang kepada adiku yang lebih muda 4 tahun dariku dan berdiri.

“ sebentar pak.” Jawabku sambil merapikan celanaku yang sedikit agak melorot di bagian pinggang dan segera menghampiri PNS itu.

“Mau cari siapa pak??” Tanyaku penasaran.

“ibunya ada dek?” Tanya bapak-bapak itu padaku.

“ ada pak.. Sebentar saya panggilkan” jawabku seraya meninggalkan kedua PNS itu dan menghampiri ibuku yang sedang memasak.
“ mah, ada yang nyari tuh. PNS, 2.. Kayanya mau nambah uang jajanku mah..hihihi...” Kataku sambil cengengesan.

“ hush.. Nambah uang jajan kamu gimana? Kenal aja nggak?? Kamu tu aneh ya..? Dasar... Yang dipikiranmu itu cuma game sama duiit aja...” Sahut mamaku nyerocos kaya kereta api lewat, sambil berjalan menjauhiku dan menghampiri PNS itu. Kulihat dari kaca rumahku, mereka bertiga berjalan menuju rumah yang sudah disiapkan untuk para pengontrak. Aku tak tau apa yang mereka lakukan di dalam. Tapi sekitar 15 menit kemudian, mereka muncul dan PNS itu segera pamit. Jarak antara rumahku dan rumah kontrakan hanya 10 meter saja. Jadi agak sedikit jauh kalo liat dengan mata telanjang alias gak pake teropong. Hehehe...

Begitu mamaku sampai di pintu, aku langsung bertanya.

“ tadi yang mau ngontrak mah??”

“iyaa...” jawab mamaku enteng.

“namanya siapa mah? Udah punya anak belum? Trus kapan tinggal disini??” tanyaku nyerocos.

“namanya? Tanya aja sendiri... kalo anaknya,, tanya aja... berapa kali gituan... trus kapannya,,, yaaaa sampe mereka datang bawa barang pindahan..” sahut mamaku jengkel karena pertanyaanku terlalu banyak...

“ yaaah.... mamahh.. kasih tau doooonk...”rayuku sambil memijat bahu mamah..

“kalo masalah gini aja,, kamu baek-baekin mamah... kalo masalah duit,, ngrengeeeek teruuuus....” sindir mama.

“hehehe...kasih tau ya mah... Pleaseee...” pintaku dengan wajah memelas..

“ iyaa iyaaa.... ituu tadi Pak Arta namanya... istrinya Bu Endang,, anaknya tiga cewek semua. Satu udah nikah, satunya lagi masih SMA, yang satu lagi masih SD..Katanya bulan depan pindahanya. Daah?? Puass??” jelas mama padaku sambil mengejekku lagi..

” asiiikkk” teriakku sambil melepas pijatanku dan mengangkatnya setinggi tingginya..

”lho...lho...lho... kok di lepas?? Hayoo... pijat lagi... kali ini yang kenceng ya..***k kerasa pijatanmu..” pinta mama sewot.

“gak ah maa... capek... abis mama gemuk siiih... jadi gak kerasa kaaan...” ejekku pada mama.

“ Oooo... gituuu??...dasar kamu ini... malah bilang mama gemuk lagi... nih... rasaiiin...” gerutu mama sambil menggelitiki seluruh badanku... kamipun bercanda sampai malam dan hari hari selanjutnya berjalan seperti biasa..

Sampai pada hari yang kutunggu-tunggu. Disinilah kisahku dimaulai. Pagi itu hari minggu. Hari yang kutunggu setelah bosan dengan sekolah. Saat itu aku sedang duduk di teras rumah menunggu ade dan ditya datang. Kami janji berenang bersama. Biasa,, cuci mata.. saat aku menunggu kedatangan mereka, tiba-tiba saja ada mobil berhenti di depan rumah kontrakan yang kemarin di sewa pak arta. Dan ternyata benar saja. Istrinya turun dan di ikuti 2 orang anakya. “ kok 2? Katanya tiga?? Ah.. mungkin satunya udah sama suaminya kali.. jadi sekarang tinggal 2..” gumamku. Setelah itu datang mobil pick-up yang membawa barang pindahan mereka. “waaah banyak bener” kataku sewot. Pak arta kemudian mulai menurunkan satu per satu barangnya. Pertama yang mudah dan terus ke yang susah.

5 menit aku duduk di teras menunggu, tapi sobatku belum juga datang.. kulihat lagi kegiatan pak arta yang sibuk mengangkat barang-barangnya sendirian. “kasian juga pak arta ngangkat barang-barang itu sendirian. Aku bantu ah” kata hatiku.. segera kuambil langkah menuju pak arta berada.

“ pagi pak. Bisa saya bantu pak?” suaraku mengagetkan pak arta yang sedang berdiri di belakang pick-up. Entah apa yang dipikirkannya aku tak tahu.

“ oh.. boleh dek. Inii.... bapak bingung cara ngangkat lemarinya..” jawab pak arta.

“ kalo begitu, mari pak, saya bantu angkat.” Sahutku kemudian.

Akhirnya kami berdua selesai mengangkat semua barang yang tersisa di mobil ke dalam rumah. Jadi aku tahu posisi setiap ruangnya. Setelah itupun kami berdua istirahat. Bu Endang yang dari tadi menyapu pun juga ikut duduk bersama kami di teras. Tiba-tiba saja, aku di kagetkan suara yang merdu dari belakangku.

“ Ini yah minumnya.”

Sontak aku menoleh. Ternyata itu adalah suara anak kedua pak arta yang memberikan segelas minuman pada ayahnya.

Mataku terbelalak melihat anak kedua pak arta. “cantiik sekaliii” gumamku lirih. Kala itu dia memakai celana jeans selutut ketat dan memakai kaos warna kuning yang sedikit ketat di bagian perut dan dadanya. Kulihat kedua bukit yang tercetak jelas itu.. Aku menelan ludah.

“ Capek ya mas?? Ini mas. Airnya diminum dulu. Biar hausnya hilang.” Kata cewek itu seraya memberiku segelas air sirup.

“ Iya nih..capek sama haus banget..Makasih yaa...” jawabku sambil mengambil minuman dan segera kuminum sampai habis karena aku sudah sangat haus.. entah aku haus karena melihat payudara anak kedua pak arta yang kira kira sekitar 34an itu atau haus karena capek, aku tidak tahu.

“ Pelaan-pelaaan dong maaaaas.... nanti kalo tersedak loo...” katanya mengingatkanku.

“ Waaah segeeer... makasih yaa..” jawabku setelah menghabiskan minumanku.

“ Oiya. Kalo boleh tau namanya adek siapa?” tanya pak arta padaku.

“ saya Satria pak. Anak Pak Fendi dan Bu Wayan.” Jawabku jelas.

“ Pak Fendi?? Pak Fendi yang Ketua DPRD itu??” tanya pak arta penasaran.

“ Iya pak.. “

“ Waah.. ternyata ini rumah bapakmu dek? Pantas saja rumahnya bagus sekali.” Seru pak arta memuji rumah orang tuaku.

“ Ah bapak bisa saja. Terima kasih pak.” Jawabku dengan senyum kecil.

“ Satria Sekolah dimana??” sahut Bu Endang yang mulai Ikut pembicaraan kami.

“ di SMA Negri 3 Buk” jawabku. Aku mulai merasa di introgasi pada waktu itu. Tapi tak apalah. Mungkin mereka sekedar ingin tau saja pikirku.

“ Waaah lus, temen kamu doonk..” kata Bu Endang kepada anak keduanya.

“ Bukan maa.. gak ada temenku yang namanya ‘satria’ “ jelas anak kedua pak arta pada ibunya.

“ Emang kamu sekolah di SMA 3 juga?? Kelas Berapa?? Kok aku gak pernah tau??” tanyaku penasaran. Dalam hati aku berkata “ waaah...kebetulan banget.. bisa PDKT niiih... hihihi...”

“ kelas satu mas... X.2 tepatnya “ jelasnya padaku sambil tersenyum..

“ well,, an angel smile to me..” gumamku liriih..

” Apa mas??” tanya dia penasaran.

“ aahh... enggak... itu... aku kelas 2 IPS. Kalo kamu ada apa-apa, kamu cari aku di kelas aja ya. Ntar ada kok yang ngasih tau aku dimana. “ jawabku mengalihkan pertanyaannya tadi.

“ Iya mas. Pantes aku gak pernah liat mas di kelas 1. Ternyata anak IPS 2 ya.. Oiya mas,, Namaku Lusi mas.. Salam kenal yaa..” katanya sambil menyodorkan tangannya.

“ Iya.. aku Satria. Panggil aja ‘sat’ atau ‘mas’ juga boleh. Terserah kamu enaknya gimana.” Jawabku sambil menjabat tangannya. Tak kusangka tangannyapun juga haluus..
Sambil memandangi tangannya yang halus dan memakai jam,, tiba-tiba aku teringat kepada kedua sobatku. Aku bergegas ambil HP di kantong dan melihat ada 2 SMS.
Setelah kubuka, SMS yang pertama dari Ade.
“ SORY KEK, AKU ADA ACARA MENDADAK JADI GAK BISA IKUT KALIAN RENANG. MINGGU DEPAN AJA YA...” aku sedikit legaa ketika membaca SMS dari ade.. tapi masih ada satu SMS lagi yang ternyata dari ditya. “ KEK, ADE GAK IKUT NIH. KALO KITA TUNDA MINGGU DEPAN AJA GIMANA? GAK ENAK KALO CUMA BERDUA AJA. OKE??”, “ahhhh.....syukurlaah” kataku pelan setelah membaca SMS dari kedua sobatku.

“ kenapa mas?” tanya lusi penasaran.

“ ohh... gak pa pa lus. Tadi ada janji sama temen mau renang, tapi ternyata dibatalin. Aku lupa.. hehehe.. abis keasikan bantu-bantu nih... jadi gak kerasa kalo udah sore.” Jawabku menjelaskan apa yang terjadi.

“ Syukur deh.. Makasih lo mas, dah bantu-bantu disini.”

“ iyaa.. sama-sama.” Jawabku sambil tersenyum.

Setelah berbincang-bincang cukup lama, akupun pamit dan pulang. Sampai dirumah, aku sudah ditunggu mamaku di depan pintu.

“ HABIS DARI MANA KERINGETAN GITU? MANA GAK PAMIT LAGI...” ujar mama dengan wajah marah dan sedikit cemberut.

“ eh.. mamah.. habis otu mah... bantu-bantu pak arta ngangkat barang... capek nih mah.. mau mandi dulu..” pintaku memelas sambil mengibaskan kerah depan kaosku karena keringetan.

“ oooh... dari rumah pak artaa... Kirain maen kemana. Itu baru anak mamaaa.... yasudah.. mandi sana kak.. terus istirahat biar gak sakit. Kamu udah makan kak?” tanya ibuku sambil tersenyum bangga.

“ belum mah. Abis mandi aja mah” jawabku sambil bergegas masuk kamar mandi..

Hari itupun berakhir dengan banyak kebahagiaan. Pertama kebahagiaan karena banggain orang tua,, kedua karena kenal dengan keluarga pak arta. Dan yang ketiga adalah tidak mengecewakan sahabatku.. aku tersenyum lebar.. hari hari berikutnya berjalan seperti biasa sampai pada suatu pagi ketika aku sedang berpamitan pada orang tuaku karena mau berangkat sekolah.
“ Mah, kakak berangkat sekolah dulu” kataku sambil mencium tangan dan pipi mamaku.

“ iyaa Kak. Jaga kelakuan di kelas. Jangan nakal jangan.....”

“ aku tahu maaaaah.... kakak berangkat ya maa.... assalamu’alaikum” potongku sebelum mama nyerocos lagi... hehehe..

Setelah menaiki motor ‘satria’ku dan menstaternya, akupun berangkat. Namun aku mendadak berhenti tepat didepan pagar. Kulihat lusi sedang melamun sendirian di depan rumahnya. Kelihatannya dia sedang menunggu seseorang. Kuberanikan diriku untuk mendekatinya. Kutancap gas dan berhenti tepat didepan ia duduk.

“ gak berangkat lus?? Ntar telat loh.. “ sapaku mengagetkan lusi.

“ eh... mas... iya mas... bentar lagi.. masih nunggu nih..” jawabnya sedikit panik sambil melihat jam karena takut terlambat.

“ nungguin siapa?? Pacar?? Bareng aku aja yuuk.. udah mau telat nih... gak keburu kalo nungguin pacarmu.” Ajakku dengan sedikit berharap kalo dia menjawab ‘bukan di ikuti tapi..

“ bukan pacar maaas... tapi ayah... aku gak punya pacar... ayah masih nganter adik ke sekolah mas.. bentar lagi paling juga nyampek.” jelasnya.

“ kalo gitu bareng aku aja yuuk...kelamaan nunggu ayahmu..” kataku sambil berkata dalam hati... ‘yesss’...

“ yaudah. Kalo gitu aku SMS ayahku dulu mas. Biar gak bolak balik.”

“ yep..” jawabku singkat.

Setelah SMS ayahnya, diapun langsung naik dengan posisi menyamping. Dan kamipun tiba di sekolah tepat waktu. Sebelum kami berpisah, aku sempat bertukar nomor HP dengan lusi. Dan kamipun masuk kelas dengan terburu-buru. Hari itu berjalan seperti biasa sampai pada akhirnya bel tanda pulang sekolah berbunyi. Aku sedikit semangat hari itu karena aku bisa berboncengan dengan cewek cantik. Entah kenapa aku tersenyum-senyum sendiri. Aku mulai berjalan menuju tempat kuparkir motor’satria’ku bersama 4 teman sekelasku andre, doni, wahyu dan dicky. Kami memang selalu berlima, dan kami sangat di takuti di kelas 1 dan kelas 2 tetapi kami juga tidak takut pada kelas 3. kalau kami benar, maka kami berani. Disana aku melihat ada seorang anak cewek yang sedang digoda di dekat tempat parkir motorku yang lumayan jauh dari pos satpam. Karena penasaran, aku ajak teman-temanku bergegas lari menuju arah kerumunan itu. Aku kaget bukan kepalang ketika melihat sekelompok anak-anak kelas 3 sedang mencoba memegan payudara lusi. Mereka sekitar 6 orang dengan badan tinggi, besar. Aku tau mereka adalah anak kelas 3 IPS 1.

“ jangaaan... jangaaan kaaak... ampuuun...” kata lusi sambil mengis dan berusaha menepis semua tangan yang mencoba meraih payudaranya.

“ Woy. Lu ngapain adek gua?? “ kataku menghentikan usaha mereka memegang payudara lusi.

“ eh, lu siapa berani beraninya ama kita?? Lu mau cari mati??” sahutnya lantang.

“ siapa takut?? Gua kakaknya. Kenapa? Gak terima?” kataku dengan menunjuk dadaku kemudian ke arah anak kelas tiga yang barusan ngomong.

“ beraninya jangan ama cewek lu, kalo berani, sini lawan kita” kata dicky geram.

“ banci loe semua.. cewek lemah di lawan. Dikeryok lagi..hahaha... emang banci lo semuaaa.... hahahahaha...” tambah doni sambil tertawa...

Kata-kata kami bertiga membuat mereka semakin marah. Mereka bergegas mendekati kami berempat, dan kami mulai bertengkar dan sling memukul. Cukup singkat kami saling memukul, sampai datanglah segerombol guru yang datang menghampiri kami.

“ sudah.. sudah.. cukuuup... BERHENTI SEMUANYAAAAAAA !!!” teriak salah seorang guru yang ternyata wakasek. Kamipun segera berhenti.. tidak ada luka yang kami derita sedikitpun. Cuma sekedar memar di bagian rahang dan pipi karena menerima tinju salah satu dari mereka. Namun mereka tak kalah sakit. 3 dari mereka berdarah. 2 di bagian pelipis, dan satu bagian hidung. Akhirnya kami semu di paksa ke ruang kepala sekolah untuk menyelesaikan masalah. Awalnya kami saling menyalahkan hingga membuat kepala sekolah kesal. Namun akhirnya kami dibebaskan karena kesaksian lusi yang sebagai korban. Dan anak kelas 3 itu akhirnya dikeluarkan dari sekolah. Setelah keluar dari kantor kepala sekolah, kulihat lusi sedang menangis di kursi yang sedang di temani bu guru yang entah siapa namanya.

“ Lus... kamu gak papa kan??” tanyaku dengan nada pelan. Mendengar suara itu, lusi menoleh dan melihatku dengan tatapan yang amat menyakitkan. Kurasakan dia telah berubah. Berbeda dengan sebelumnya. Kucoba mendekatkan diri, tetapi dia berdiri lebih dulu dan mencoba meraih tubuhku dan memeluknya dengan sangat erat. Aku kasihan dengannya, dan membalas pelukannya. Lusi hanya setinggi punddakku, jadi aku bisa meraih kepalanya dengan mudah. Aku ikut menangis. Entah kenapa aku ikut merasakan kepedihannya.

“ sudaaahh... gak papa... mas disini...” kataku meyakinkan dia...

“ hiks...hikss.....hikkss... hikss....” dia hanya menangis dan tidak menjawab. tangisnya justru membuatku bertambah sedih... entah kenapa air mataku tidak berhenti. Kulihat bu guru yang sedang menemani tadi berdiri dan memisahkan pelukan kami.

“ tenang buk, dia adik saya..” kataku membohongi guru itu agar dia tak melepaskan pelukan kami.

Guru itu hanya diam dan memandangi kami berdua. Setelah dijemput ayahnya, lusipun akhirnya pulang dan aku bersama teman-temanku pulang kerumah masih-masing. Esoknya, ketika aku berangkat sekolah, aku melihat rumah pak arta sepi. Akupun bergegas ke sekolah untuk mencari tahu apa lusi masuk atau tidak. Sampai di pintu gerbang sekolah, aku kaget, disana banyak polisi yang berjaga. Mereka membawa selembar kertas dan semua yang masuk pintu pagar di stop dan dilihat wajahnya. Giliranku pun datang....

[Bersambung]



Maap gan... baru segini,,, ane capek ngetik 5 jam... hehehe.... ditunggu komengnya gannn.... besok ane lanjutin cerinyanye... Okeeee???
 
Terakhir diubah oleh moderator:
ditunggu lanjutannya, , , ceritanya bagus n bikin penasaran
 
PART II

Gilirankupun datang.

" Berhenti sebentar dek" kata polisi tersebut dengan tanganya menghalangi motorku.

" Ada apa pak?" tanyaku penasaran dari tadi. Kulihat di seberang pagar ada beberapa guru sedang memeriksa tas anak-anak lain. Aku semakin ketakutan saja melihatnya.

" Bisa pinggirkan motornya dek?" pinta polisi itu. "HARSONO" nama itu yang kulihat diseragamnya.

Segera kupinggirkan motorku dan turun dari motor. Setelah diperiksa, akhirnya akupun diminta untuk ikut ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Tentunya masih sebagai saksi. Kemudian aku didudukkan du pos satpam dan dijaga oleh 2 polisi berseragam preman. Sampai kulihat teman-teman gengku datang bersamaan, merekapun diminta untuk ikut ke kantor polisi. Akhirnya aku sadar, bahwa polisi ini sedang mengusut kasus yang kemarin kami alami. Sampai akhirnya bel masuk berbunyi, aku beserta ke empat temanku, andre, doni, wahyu dan dicky dibawa ke kantor polisi. Setiba kami disana, kami dibawa ke sebuah ruangan introgasi dan di introgasi satu persatu. Setelah di introgasi cukup lama, sekitar 15 menit kemudian, kami dibawa ke lapangan. Kulihat ke enam anak kelas 3 yang kemarin yang mencoba melecehkan lusi turun dari mobil polisi dan sedang berjongkok disana. Tiba-tiba saja aku memdadak marah tak karuan dan mengepalkan kedua tanganku. Namun hal itu segera berubah karena kulihat di sisi kiri lapangan ada lusi yang sedang memerhatikan kami sambil ditemani pak arta yang wajahnya terlihat marah dan bu endang yang mencoba menenangkan lusi yang mulai menangis setelah melihat kami berlima. Orang tua lusi ditemani salah seorang Polisi yang memantau kegiatan kami di lapangan polres tersebut.

" Kalian berenam yang jongkok,, kemari... CEPAAAAAAAT !!!" teriak polisi itu.

Segera mereka berlari mendekat. Dan tak lama setelah mereka dipanggil polisi itu, orang tua lusi bersama polisi yang memantau kegiatan kami tadi datang membawa lusi yang meneteskan air matanya. Kulihat matanya yang penuh akan kesedihan. Aku mulai ikut menetskan air mata... entah kenapa aku menangis. Aku tak tau.. aku semakin sedih ketika mengingat apa yang terjadi kemarin. Air mataku berlinang kembali..

" Mereka yang mencoba melecehkan kamu dek?" Tanya polisi yang mendampingi orangtua lusi tadi kepada lusi. Lusi hanya mengangguk dan kemudian menangis lagi.

" BAAAJINGAAANNNNN !!!!" teriak pak arta dan memukul wajah salah satu dari mereka dan kemudian di lerai oleh polisi..

" Bugh" suara tubuhnya jatuh ke paping. akhirnya mereka diberi ganjaran yang setimpal. Mereka dipenjara 6 bulan. Setelah urusan tetek bengek, aku dan keempat temanku diantar kembali kesekolah. Sebelum kami diantar kesekolah dengan mobil polisi, aku menengok ke sekitar halama parkir. Kucoba mencari lusi dan keluarganya. Karena tidak berkonsentrasi dan pandanganku hanya ke sebelah kiri dan belakang, aku kaget ketika kutabrak tubuh seseorang.

" Ehhh.. Maaa......aff pak Arta" kalimatku sedikit telat setelah melihat orang yang kutabrak ternyata adalah ayah lusi beserta ibu endang dan lusi dibelakangnya.

" Makasih ya satria. Kamu memang anak yang baik. Orang tuamu pasti bangga" jelas pak arta kepadaku sambil menepuk pundakku pelan.

" Kalo gak ada kamu mungkin lusi udah kenapa-kenapa dek" sahut Bu Endang kemudian.

" Tidak apa pak,, bu.. Saya Cuma melakukan tugas saya saja kok." Jawabku pelan. Kulihat lusi disamping ibunya, ia masih menangis. Mataku kembali meneteskan airnya.. segera kuhapus dengan cepat. Kudekati lusi dan berdiri didepannya. Kudekatkan mulutku ke telinganya.

" Sudaah.. kamu jangan menangis lagi.. yang penting kamu gak pa pa" bisikku padanya.
Iapun hanya mengangguk kecil dan memelukku lagi... kali ini pelukkannya lebih erat dari sebelumnya. Aku kaget dan tidak berani membalas pelukannya karena aku tahu orang tuanya ada di sebelah kami. Saat kulihat ayahnya yang merangkul ibunya ketika lusi memelukku, akupun mulai membalas pelukan lusi yang semakin erat. Aku menangis lagi. Cukup lama kami berpelukan, lusi pun mulai melonggarkan pelukannya dan mengangkat wajahnya untuk menatapku.

" Jangan tinggalin aku ya mas??" katanya sambil menangis. Segera kuhapus air matanya dan menyibakkan rambutnya yang menempel dipipinya.

" Pasti... mas akan jagain kamu selama mas masih hidup." Kataku mantap.. aku baru sadar ternyata telah tumbuh rasa cinta diantara kami. Entah yang kurasakan ini ia rasakan juga atau tidak, aku gak peduli.

Mendadak ia menciumku dengan sedikit mengangkat tubuhnya sehingga ia berdiri hanya dengan jari kakinya saja. Aku kaget bukan kepalang. Segera kulihat orang tuanya lagi dan ternyata mereka diam saja. Kulepaskan ciumannya dan memegangi kedua pipinya.

" Kamu sadar nggak kamu ngapain??" tanyaku pelan. Ia hanya mengangguk kecil.

" Aku belom siaap tauuu... pelan-pelan doooong...jangan asal nyosor gituu... ya??" kataku pelan sambil mendekatkan wajahku ke wajahnya. Iya mengangguk lagi. Kulihat matanya kini jauh lebih tenang. Kemudian Ia kembali mengecup bibirku sambil memejamkan matanya yang sembab. Kuletakkan tanganku di belakang kepalanya dan membalas kecupan lusi di depan orang tuanya. Sekitar 15 detik ia menciumku. Tapi bagiku itu sudah sangat lama. Aku hanya bisa diam dan tersenyum kepadanya. Kuraih kedua tangannya dan menatap wajanhya kembali.

" Udahh... jangan difikirin lagi yaa.. kita lewati ini semua sama-sama. Aku yakin kamu pasti bisa. Aku sayang kamu lus. Aku bakal jagain kamu seumur hidupku." Kalimatku membuat lusi menagis kembali dan memelukku lagi.

" Udah dooonk peluknyaa.. aku malu sama orangtuamu lus" bisikku pelan. Dia kemudian melepaskan tubuhku.

" Senyum dulu donk luuus... kamu jelek kalo gitu... wajahnya memelas lagi.. hadeeeeh..." candaku memulai pembicaraan

" Enak aja aku dibilang jelek. Aku cantik tauuuu...." jawabnya sambil tersenyum meninju lengan kiriku..

" aww...aatiiittt..." candakuu lagi..

" Ih.... Manjaaaa... Gitu ajaa sakiiitt..." kali ini dia tersenyum lebih lebar dan senyumnya yang hilang telah kembali lagi...

" Kakaaaaaaaaaaaakkkkk....kakkaaaaaaaaaaaaaaakkkkk !!" teriak ibu-ibu dari seberang jalan...

" Lhoh... mamaah..??? ngapain disini mah???" tanyaku dengan wajah pucat setelah mama berlari mendekat...

" Kakak gak pa pa kan?? Gak berdarahkan??" tanya mamaku ketakutan sambil meraba-raba lengan dan pipiku..

" Ihhhh... mama nih... malu tau.... kakak nggak pa pa maah... orang udah kelar kok.."
Jawabku malu-malu...

" Haaaahh... syukur deeh..." jawab mama sambil menghela nafas dan mengelis dadanya...

" Piye nduuk?? Gak po po??" tanya mamaku pada lusi dengan logat jawanya.

" Gak pa pa buk. Makasih. Berkat anak ibu yang sudah menolong saya " jawabnya sambil melirik keaahku...

" Ohhh... syuuukurr deeeehh... " kata mama sambil merangkul lusi dan mengelus lengan kanannya...

Kamipun sudah ditunggu pak polisi dan segera diantarkan kembali ke sekolah kami. Sebelum pergi, sempat kulihat lusi melambaikan tangannya padaku.. kubalas lambaiannya dan tersenyum.. Lusi dan ibunya akhirnya naik satu mobil dengan mamaku. Sedangkan ayahnya naik motor di belakangnya. Setibanya di sekolah, para guru-guru yang terkenal killer di sekolah kami sedang berdiri layaknya petugas upacara dengan tangan di belakang dan kaki di buka. Lebih tepatnya kaya 'istirahat di tempat'. Kulihat ada Pak Putut, Pak Parta, Pak dan beberapa guru yang tidak kami kenal. Kami agak ketakutan saat turun dari mobil polisi yang berlalu meninggalkan kami. Kami berjalan layaknya narapidana, dengan kepala menunduk dan menutupi wajah kami.

Di sekeliling nampak anak-anak kelas lain yang melihat dari kaca mereka dan ingin tahu apa yang terjadi. Sampai di depan para guru itu, kami disuruh berjejer dan 'istirahat ditempat'.

" Kalian tau apa salah kalian??" tanya guru itu yang tidak ku ketahui namanya.

" Tau pak !!" jawab kami bersamaan.

" Apa?" tanya pak parta

" Berkelahi pak"

" Apa lagi?" Kali ini pak putut yang bertanya.

Kami hanya diam tak bersuara..

" Mencemarkan nama baik SMA 3 pak." Jawabku lumayan keras.

" Baguuuss.... kalian tau apa resikonya kalo kalian mencemarkan nama baik sekolah??" tanya pak putut kembali

" Dikeluarkan pak." Jawab kami serentak.

" Itu kalian tau." Kata guru lain yang tidak kami ketahui itu. Mereka berjalan mengelilingi kami sehingga kami deg degan...

" Tapii..... kalian sudah bertindak benar... kalian membela yang lemah... kalian telah memberi contoh yang baik bagi teman-teman kalian. Kalian pahlawan baru di sekolah ini. Kali ini, semua guru sepakat memaafkan kalian dan membiarkan kalian menempuh sisa waktu kalian di sekolah ini. Tapi ingat.. JA-NGAN BER- KE- LA- HI LA-GI. INGAAAT??" Kata pak parta dengan keras dan lantang.

" IYA PAK, TERIMAKASIH!! " teriak kami.

" sekarang kalian masuk kelas. Kalian sudah di tunggu." Setelah melihat Kartu tanda Pegawainya,, ternyata 'Pak Asmara' lah yang bicara.. Guru yang tidak kuketahui namanya.

" TERIMA KASIH PAK !!" balas kami dengan semangat karena dimaafkan.
Akhirnya kami masuk kelas. Dan di dalam kelas, kami disuruh menceritakan kejadian sebenarnya dan mengikuti pelajaran seperti biasa. Selama kami di sekolah, banyak yang melirik kami berlima, ada yang sinis, ada yang takjub dan ada yang sekedar menggosip. Kami mengabaikan hal itu dan melakukan kebiasaan kami bermain sepak bola. Sepulang dari sekolah, akupun bergegas mengambil motorku dan kutinggalkan keempat sahabtku di parkiran. Aku sengaja pulang cepat karena ayahku yang minta. Sampai dirumah, aku kaget, ternyata ada keluarga pak arta juga di dalam ruang tamuku.

" Assalamu'alaikum.. Kakak pulang ma,, paa,, om,, tantee,," sapaku sambil menciumi tangan mereka satu persatu. Baru hari ini kupanggil orang tua lusi dengan sebutan 'om' dan 'tante'. Beliau senang menanggapinya.

" Lusi dimana om??" tanyaku penasaran karena tidak melihat lusi dan celingukan sendiri.

" Dirumah dek. Lagi ngerjain tugas kayaknya. Kamu baru pulang?" jawab pak arta sekaligus bertanya padaku.

" iya nih om.. gurunya sewot banget.. makanya agak lama pulangnya.. paling terakhir lagi.." jawabku kesal.. mereka semua tertawa mendengar ceritaku.

" Kakak,,, duduk sini kak" pinta ayahku.

" Kenapa yah??"

" Kata pak arta, Kakak kemaren habis berantem ya??"

" Iya yah... maaf udah bikin ayah malu..." jawabku tertunduk.

" Yasudah,,, ayah gak marah kok... ayah justru bangga sama kakak... udah ganti baju dulu sana.. terus makan,, abis itu kita Liburan sama keluarga pak arta..." jelas ayahku sambil mengelus kepalaku.

" Liburan yah?? Asyiiiikkk....kemana yah??" tanyaku senang..

" Udaaah... Ganti baju sana..." pinta ayahku..
" Eh,, om,, Lusi ikut gak om??" tanyaku pada pak arta.

" Kamu doooonk yang ajaaakk... Masak om?? Kan yang ngajak liburan keluarga kamuu..." jawab pak arta enteng...

" Yaaah... om.... jangan gitu dooonkk... hehehehe... yaudah deh... aku kerumah om aja ya... buat supres.. boleh kan om??" tanyaku ngekek..

" boleeeeh..." jelas pak arta kemudian. Seketika aku langsung ganti baju dan berlari ke rumah pak arta. Tanpa mengetuk pintu rumahnya, aku bergegas masuk dan melirik kanan dan kiri.. " kok sepi?? apa adiknya belum pulang ya??" pikirku.. kemudian aku berjalan ke arah ruang keluarga.. disitu, aku melihat lusi sedang asyik menulis diary.. aku sedikit kaget ketika melihatnya dari belakang, dia hanya memakai sebuah 'u can see' berwarna putih dan rok selutut. "wwwaaaaw.." pikirku... aku menggelengkan kepala membuyarkan lamunanku yang mulai nafsu.. Tubuh Lusi lebih kecil dariku. Tingginya mungkin sekitar 150 cm, kulitnya putih, langsing, dan payudaranya tidak besar-besar amat namun menantang dan sangat merangsang sekali. Proporsional lah. Rambutnya hitam lurus sepunggung dan terawat sekali. Pantas saja banyak cowok yang melirik tubuh indahnya. Kudekati pelan-pelan,, dan melihat apa yang ia tulis...

" Dear Diary...

Hari ini Aku masih merasa sediih banget... hancur rasannya.. pencobaan pemerkosaan itu membuatku tak henti-hentinya menangis dari kemarin... hikss..hikss... tapi tadi aku ketemu satria lagi.. kali ini bukan hanya kupeluk dia seperti kemarin saat di kantor guru,,, tapi juga ku.........."

Dia mendadak berhenti dan menutup diarynya setelah mendengar suara cekikikanku dari belakang.

" kok gak di lanjutin??" kataku mengagetkannya..

" eh... mass.... kok??... eh... anu... emmm... mas ngapain disini??" ucapnya tak jelas sambil menyembunyikan diarynya dariku

" hahahaha...."

" kok malah tertawaa siih mas?? Iiiiihhhh.... jawab pertanyaanku donk mass..." pintanya sedikit kesal karena kutertawakan tingkahnya...

" hahaha... iyaa-iyaa... abis kamu aneh siiih... enggak kok... mas cuma main aja disini...kok tadi gak dilanjutin knp??"tanyaku sambil menahan tawa..

" aaahh .... mas nii... ngeledeeek ajaa.... biarin... abis mas ngintip siiihh..." jawabnya sambil manyun..

" iya-iyaaa... maafin mas deeh.... sebagai permintaan maaf,, mas kasih cium... nih.. " segera kucium pipinya yang mulus itu...

" mwach" ciumanku mendarat tepat di pipi kanannya.

" Kok aku diciuuum sih mas?? Iiih mas nakaaaall..." ujarnya sambil memukul lenganku pelan. Dia tidak memegang pipinya. Aku sedikit heran melihatnya.

" Abiiiiisss.... Mas tadi tiba2 juga kamu cium kan di tempat parkir tadi?? Kamu tu yang asal nyosor aja... trus kalo gak mau di cium,, mas mesti ngapain cobaaa?? Hayooo..."

" Aaaaaaaaa..... kok masss godain akuuuuu teruuss siiiih... tau ah..." jawabnya sambil memalingkan mukanya ke samping.

" uuuuhh... manisnyaa lusiii kalo lagi ngambeg... hihihihi"

" au ah.... mas jahat.."

" iyaaa iyaa.... jadi mas gak disuruh duduk nii??" tanyaku sambil mengangkat alisku

" kalo mau duduk, duduk aja..." ucapnya sinis.

" yaudah... aku gak duduk" jawabku pura-pura marah..

" maaaaasss..." rengeknya manja.

" hm" jawabku sambil memasukkan tangan ke kantongku.

" kok malah marah siii?? Iya iyaa... lusi minta maaf deeh... duduk dong maaas..." pintanya sambil menarik-narik lenganku

" maaas... jangan gitu dooonnk.... oke-oke... mas mau aku kasih apa biar mas gak marah lagi??" ujarnya.

" beneran???" tanyaku penasaran

" beneran maas...."

" apa aja??"

" tapi jangan yang aneh-aneeeeehh..."

" yaudaaaaaahhh.... aku mauuuuu......"

" apaa mas??" dia mulai penasaran dan sedikit takut kalo aku minta aneh-aneh

" aku mauuuuu........aer putih aja ah.... aus.... abisnya gak kasih minum sih.."

" kirain mau apa.... yaudah,, aku ambilin ya mas.. bentar... jangan pulang loo..." katanya sambil mengancam...

" Eh tunggu lu......." kata-kataku mendadak berhenti. Tanganku tidak sengaja menyentuh samping payudara kanannya saat aku memegang lengan lusi. Dia sadar kalau tanganku telah menyenggol payudaranya dengan ia menatap ke tanganku lalu kembali menatapku.

" apa mas??" ujarnya

" dia gak marah??" pikirku. Aku jadi grogi dan lupa mau minta apa..

" eh.. anu... itu lho.... apaan ya tadi... hehehe... gak jadi deh.." jawabku
" nih mas..." sambil memberikan minuman padaku

" thanks ya lus.."

Kemudian lusi duduk di sebelahku. Keheningan terjadi diantara kami. Kami berdua bertatapan muka sejenak. Aku tersenyum padanya.

" Kok diem??" kataku memulai pembicaraan kembali.

" ah.. enggak mass.."

" ah gak munggkin km diem gitu kalo gak ada apa-apa. Hayo ngaku..." godaku

" mas,, lusi boleh nanya gak?"

" Apaan lus??mas pasti jawab kok.." tegasku.. dia hanya terdiam dan menundukkan kepalanya. Karena tidak menjawab, kudekatkan wajahku dan kuagkat dagunya sehingga wajah kami saling berdekatan. Dia masih belum berani melihatku.

" Luuuss... liat sini donk... Ada apa??" tanyaku dengan nada pelan. Dia masih tidak menjawab. Namun kali ini matanya melihat ke arahku. Ia menatapku dalam-dalam. "masa sekarang?" pikirku.

Kudekatkan bibirku, sepertinya Lusi tidak merespon, maka aku melanjutkannya.
Kukecup bibirnya dengan penuh kasih sayang...dengan sepenuh hati. Tidak ada protes darinya, bahkan dia malah memejamkan mata. Sensasi yang kurasakan luar biasa, bibirnya hangat dan lembut. Kami berciuman kira-kira 3 menit. Dalam jangka waktu segitu saja nafsunyaku sudah hampir meledak.

Kutarik dia dan kuputar tubuh mungilnya. Kini posisi lusi membelakangiku. Kulingkarkan tanganku di pinggangnya. Lusi sudah membuka matanya dan matanya menerawang ke langit-langit. Aku tak tau apa yang ia pikirkan. Kusibakan rambutnya, kemudian kucium lehernya yang jenjang dan bersih, serta tercium wangi parfumnya. Nafasku membuatnya geli.

" Mmmmmhh...." Lusi agak mendesah, dia meremas kedua tanganku.

Aku semakin liar mendengar desahan lusi. Kali ini bagian belakang telinga yang menjadi target jilatanku.

" Uuuuuh...",desahnya mulai tak terkendali

Tanganku mengankat kaos 'u can see'nya yang dari tadi memanggilku. Lusi memegangi tanganku, tetapi tidak melakukan perlawanan. Yaa otomatis kulanjutkan kegiatanku menelusuri tiap lekuk buah dadanya.. Heehehehe...
Setelah 'u can see'nya terangkat sampai diatas payudaranya, kulihat bra nya yang berwarna krem, yang langsung kuturunkan. Kini dapat kulihat payudaranya, yang ternyata cukup besar dengan puting berwarna pink. Kulitnya luar biasa mulus.

" Ehm....ehm...!!" Lusi berdehem menyindir perlakuanku dan menghentikan jilatanku.

"Apaaaa? Kenapaaa??" jawabku sambil nyengir.

Kuraba kedua payudaranya dengan tiba-tiba. Tubuhnya mengejang sekali.

" Kaget yaa??" tanyaku. Rupanya dia sudah cukup geli.Langsung saja kuremas kedua payudaranya dengan lembut dan kupagut bibirnya.

" aaaannggggghh......mmmhh...!" desahnya terpotong ciuman kami.

Kupilin kedua putingnya. Kumainkan jari-jariku di kedua payudaranya.

" Nngg....aaaaahh....aaaahh...!" Lusi melepaskan bibirku dan lebih berkonsentrasi mendesah.

Aku tidak keberatan, biar dia merasakan rasanya jadi cewek.
Punggungku mulai kesemutan menyangga tubuh lusi yang menggelingjang dari tadi. Saat akan kurebahkan Lusi di sofa dekat TVnya, dia menolak.

" Stoop maas...aku gak mauuuu...jangaaaann !!" ujarnya dengan nafas yang mulai memburu.

Aku memandangnya dengan bingung. Lusi mengelus pipiku, matanya yang sayu khas cewek terangsang.

" Maksudku jangan disini sayaaang... pindah ke kamarku aja yuk",katanya sambil tersenyum.

" Waduh....bisa berabeh ni kalo di kamar, ntar kebablasan bisa repot! " pikirku. Tapi, segera saja kuangkat tubuhnya dan kugendong.

" Yang mana nih?" aku tersenyum

" Itu", jawabnya singkat sambil menunjuk sebuah pintu dekat meja belajar adiknya.

Tanpa buang waktu, kubuka pintu kamarnya, kubaringkan Lusi di kasur dan cepat-cepat kututup pintu dari dalam. Langsung saja kulanjutkan permainan yang tadi sempat berhenti. Aku berbaring di sebelah kanannya dan mulai menciumi lehernya.

" Uuuh....uuuhh...." Lusi mendesah sambil mengangkat alisnya tinggi-tingi.

Tanganku perlahan-lahan masuk ke dalam roknya. Kususuri dari perut dengan penuh penghayatan. Ketika akhirnya tanganku meraba celana dalamnya, aku menahan nafas.
Kuselipkan tanganku masuk celana dalamnya. Ternyata Lusi sudah mencukur habis rambut kemaluannya. Segera saja ku gesek-gesekkan jari tengahku ke vaginanya.

" Hmmmff.....uuuaaaaaaahh.....aaaahh...aaaahh...!" naf asnya tersengal-sengal dan desahannya berirama sesuai dengan gesekan jariku.

Lusi mencengkeram lenganku dengan kuat, hingga buku-buku jarinya memutih.
Ekspresinya begitu merangsang, 'adikku' yang dari tadi sudah tegang menjadi sangat tegang sampai-sampai celana dalamku terasa bagai belenggu, menyiksa 'adikku'.

" Gimana rasanya lLus? Enak?" tanyaku sambil tetap menggosok-gosok vaginanya.

" Aaaahh.....e...uuuhhh...enaaakk....enaaaakk.....aaaahh...!!" jawabnya setengah menjerit.

Melihatnya sangat mudah terangsang, aku berinisiatif mengulum putingnya. Kuremas buah dadanya dan kujilat-jilat.

" Ngggghh.....aaaaahh....aaaahh....iiyaaa....enaaaaaaakk... .tee..teruusss.."
Lusi mulai liar, sepertinya dia sudah amat terangsang.

Kumainkan lidahku di putingnya dengan liar. Kulihat Lusi semakin kelojotan.

" Aaahh...aaa..kuuu...aaauuhh....mau....uuhh...pi.....piiiisssssss!" ,katanya dengan nafas yang tidak beraturan. Mendengar kata-katanya, aku justru mempercepat gesekan jariku di vaginanya dan terus memainkan lidahku di putingnya.

Sesaat kemudian tubuhnya bergetar hebat dan menegang. Lusi menjambak rambutku dan mencengkram tanganku yang menggesek vaginanya. Dia berusaha menghentikan aksiku agar ia bisa menikmati orgasmenya. Aku menikmati saat-saat Lusi orgasme sambil tersenyum.
" Tadi....itu....apa sayang... ??haaah..haaaah..haaah.." tanyanya dengan nafas tersengal-sengal.

" Masa gak tau lus??" aku balik bertanya. Ia menggelengkan kepala.

" Nggak...nggak tau...emang apaan?" ujarnya lemas, kehabisan tenaga.

" Itu namanya orgasme...masa sih kamu gak tau?" tanyaku heran.

" Maaf mas,,, aku gak tau...tapi..rasanya enak banget...haaaahh... haahh.." Lusi tersenyum dengan nafasnya yang masih tak beraturan.

Sesaat orgasme Lusi berlalu sekitar 2 menit, aku langsung membuka roknya dan melepas velana dalamnya yang berwarna biru muda.

" kamu mau ngapain mas?" Tanya Lusi yang kelihatannya khawatir.

Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaannya. Saat sudah kulepas, celana dalamnya kulempar entah kemana karena nafsu udah di puncaknya.Kusingkap roknya hingga dekat pangkal paha, memperlihatkan pahanya yang suangat mulus, liurku menetes melihatnya. Ku elus-elus pahanya.

" Aaaawwwhhh......" Lusi kembali mendesah karena perlakuanku.
Kudekatkan wajahku kearah vaginanya. Vagina yang begitu bersih, berwarna pink, tanpa ada bulu sedikitpun dan aromanya enak. Ketika hambusan nafasku mengenai daerah sensitifnya,

" Mas, mau ngapain mas? Ntar...ntar dulu mass...aku belum siaaaaahhhhh!!!" Lusi menjerit ketika kubenamkan lidahku kedalam vaginanya. Segera saja vaginanya kulumat, kujilat dengan liar, kucium dan kugigit-gigit kecil. Benar saja, kakinya mengejang setiap kali kugigit klitorisnya.

"Aaaaaaaaaaaaahhhh.....aaaaahhhhh....uuuuhhh....sssshh...s sshhh.....!!", desahannya semakin menggila, membuat 'adikku' ingin cepat-cepat masuk kedalam sarangnya.
Ketika aku justru semakin liar dan sudah sangat bernafsu,,di luar dugaan, Lusi mulai menangis, air matanya mulai mengalir disela-sela desahan penuh kenikmatannya. Aku jadi bingung, kuhentikan jilatanku.

" Kamu kenapa nangis luus?" tanyaku. Saat itu jantungku rasanya berdegub dengan kencang...

" Udaaah maaas.... udaaaahhh....Aku...Capeeeek maas...aku udah gak kuat kalo mas terus-terusin giniin aku...", katanya dengan polos sambil terisak-isak.

Aku diam saja.

[Bersambung]


Ditunggu Komengnya gaaann.... Lanjutannya ane update besok yaa.... ane usahain deeeh.... Oke???
 
Pengalaman pribadi yah, soalnya kaya gaya pacaran jaman sekarang, adik-kakak, lain ibu, lain bapak, lain kakek, lain nenek, hehehehehehe

Terus berkarya boss :semangat::beer:
 
Pengalaman pribadi yah, soalnya kaya gaya pacaran jaman sekarang, adik-kakak, lain ibu, lain bapak, lain kakek, lain nenek, hehehehehehe

Terus berkarya boss :semangat::beer:

Ada sedikit campirannya sih gaaannn... sebagian pengalaman pribadi ane... sebagian lagi Fiksi....:D
 
kelihatannya ini campuran dari beberapa cerita, , , ??? Tapi tetep lanjutkan gan, , ,
 
cepet jg si lusi takluknya, satria ssi nya jago nih haha
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd