Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Four out of Five [Update Act 15]

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Mohon maaf and thank you buat suhu2 yang udah nungguin. Kita dari tim domba2crispy akan update part terbaru dari thread yg ini dalam waktu dekat ya. Proses editorial lagi berjalan dan ga target upload dalam 2 hari ke depan. Part 16 nanti bakal jadi prelude ke final arc.

Mohon ditunggu n semoga enjoy hus.
 
Mohon maaf and thank you buat suhu2 yang udah nungguin. Kita dari tim domba2crispy akan update part terbaru dari thread yg ini dalam waktu dekat ya. Proses editorial lagi berjalan dan ga target upload dalam 2 hari ke depan. Part 16 nanti bakal jadi prelude ke final arc.

Mohon ditunggu n semoga enjoy hus.
Okay suhu ditunggu update terbarunya 😉
 
Act 15: Four out of Five



“Hati-hati ya sayang”

“Makasih sayang. Kamu tidur lagi gih sana. Masih jam 4 juga” kataku lembut meyakinkan Gaby yang bersuara lemas karena melawan kantuk.

“Nanti, kalau udah sampe, kabarin ya. Chat aja. Aku mungkin masih tidur”

“Iya, sayang. Mau aku temenin sampe kamu ketiduran?”

“Engga, kamu kan mau nyetir. Aku tutup ya. Wuf you

Love you too

ME27QVK_t.jpg


Hari itu langit mulai gelap sejak pukul empat pagi. Hujan pun turun ketika aku menutup pintu gerbang rumah hingga membuatku bergegas supaya tidak basah terkena air hujan. Aku pun memulai perjalanan panjang dari Jakarta ke Bandung hari ini. Telepon singkat dari kekasihku sudah cukup membuat suasana hatiku ceria mengawali perjalan ini. Perjalanan yang nantinya tidak hanya menghabiskan tenaga, namun juga hal lain yang tak terduga.

Salah seorang sahabatku sejak kuliah akan menikah hari ini. Tyo namanya. Satu kelas di jurusan yang sama membuat kami dekat sejak awal perkuliahan. Setelah lulus dan memasuki dunia kerja pun, kami sempat bekerja di kantor yang sama selama dua tahun. Dia yang masuk dengan rekomendasi dariku justru meninggalkanku lebih dulu ke tempat kerja yang lain.

Wanita yang ia nikahi sekantor denganku saat ini, karena memang mereka berkenalan di tempat kerja. Aku mulai merasa kalau mereka memiliki niat untuk lebih serius ketika Tyo menyampaikan alasannya untuk mencari tempat kerja lain.

Sebelum bertemu dengan calon istrinya ini, Tyo sempat berpacaran saat kami masih kuliah. Aku sempat dilanda kebingungan ketika Tyo putus dengan mantan pacarnya yang tidak lain masih dalam circle pertemanan kami. Bahkan aku lebih dahulu mengenal mantannya dibanding dirinya. Karena mantan kekasihnya merupakan sahabatku sejak kecil.

Frieskalah orangnya. Sepengetahuanku mereka tidak pernah tidur sampai tidur bersama selama berpacaran. Mungkin Tyo akan kaget bila tahu kalau pada akhirnya di dalam circle pertemanan kami, justru aku yang notabene sahabat Frieska terlama justru yang pernah menikmati tubuh masing-masing.

Dan teman-temanku belum ada yang tahu tentang ini. Tentu kami tidak berencana untuk menceritakan hal ini dalam waktu dekat dan mungkin selamanya.

Putusnya hubungan mereka membuatku sempat sulit membagi waktu dalam pertemanan kami. Butuh waktu dua tahun hingga akhirnya mereka bisa dipersatukan lagi dalam satu ruangan. Hingga akhirnya hari ini Frieska akan mengantarkan mantan kekasihnya ke pelaminan sebagai salah satu Groomsmen.

Tidak lazim memang ada perempuan yang menjadi bagian dari Groomsmen. Terlebih karena pengantin wanita mengizinkan mengingat sejarah yang ada di antara pengantin pria dan salah satu Groomsmen-nya. Bukan urusanku memang. Aku dan Groomsmen lain juga tidak terlalu mengharapkan jawaban dari Tyo tentang ini. Kami hanya mendukung keputusan yang ia dan pasangannya ambil.

“It was well reviewed”

“Four stars out of five”

“And that’s unheard of”


Gelak tawaku mengiringi lagu Arctic Monkeys ini. Frieska pernah berkata bahwa lagu ini mengingatkannya pada pertemanan kecil kami. Karena hanya Frieska perempuan di dalam grup itu. Mungkin alasannya ingin menggunakan busana pria karena ia tidak ingin merasa berbeda dengan teman-temannya yang lain.

Aku pun sampai di lokasi akad nikah sekaligus resepsi sesuai yang kuperkirakan. Beruntung sekali aku tepat waktu, tiga minggu sebelum acara aku sudah minta izin ke Tyo untuk hanya datang di hari-H pernikahannya karena keperluan pekerjaan yang membuatku harus terbang ke Palembang satu hari sebelumnya.

Keluar dari mobil, ponselku berdering. Pikirku melayang ke Gaby yang seharusnya tidak mungkin meneleponku lagi setelah pagi tadi. Nama Lala muncul di layar ponselku dalam notifikasi video call.

“Kamu udah sampe Bandung?” tanya suara dengan nada merajut dari ujung sana. Pipi tembemnya tampak menggumpal memasang ekspresi cemberut.

“Udah nih. Lagi siap-siap pake seragam. Kok sendu gitu, mukanya. Emang kamu senja”

“Masih kecewa kamu malah pergi pas jadwal kita ketemu”

“Ketemu doang, nih?”

“Mancing-mancing ih. Mau aku temenin kamu pake baju, tapi aku buka baju” kata Lala sambal memainkan tali tanktop hitamnya.

ME27QVI_t.jpg


“Jangan dong, sayang. Masa aku dateng nikahan, celanaku basah”

“Selalu deh, manggil-manggil sayang kalo ada maunya. Kamu ga mungkin pulang langsung malem ini ya?”

“Engga kayaknya, aku mau ke tempat sodara dulu”

“Yaudah deh, bener nih gamau aku buka?” kali ini tangannya berpindah dari tali ke bagian atas tanktopnya untuk sedikit menunjukkan buah dada kirinya yang sudah tidak memakai bra.

“Aduh, adek kecil aku udah berdiri nih. Simpen aja buat nanti aku beneran di sana malem ini ya. Bye-bye

Lala mengedipkan sebelah matanya dengan senyum puas dan mematikan telepon. Aku pun menunda persiapanku untuk mengembalikan batang kemaluanku yang sudah menegang melihat pemandangan indah barusan.

Aku pun bergegas mencari teman-temanku setelah selesai persiapan.

“Pas banget lu sampe” temanku Putra yang telah melihatku melambaikan tangannya.

“Iyoe, jalanan lancar euy”

“Ya lu jalan juga jam 4 pagi. Bis sama travel juga belum banyak jalan jam segitu”

“Kalo ga jam segitu, pas gua sampe udah pada bilang sah”

“Mending lu mundur dari Groomsmen dah kalo sampenya pas itu”

Lucky me, I guess. Jadi gua ketinggalan apa?”

“Ga ada. Ini juga baru mau persiapan”

“Yang lain mana?”

“Siap-siapnya lama mereka. Ada cewek juga kan”

“Biasanya, Frieska juga ga lama-lama banget sih persiapannya”

“Kita langsung nunggu di posisi kita sekalian lah”

Kami kemudian menuju posisi yang sudah dipersiapkan. Tidak berselang lama, teman-teman kami pun menyusul. Pandanganku langsung menuju ke pemandangan paling mencolok dari rombongan yang berjalan ke arahku. Satu-satunya perempuan di antara pria-pria di sini.

Senyumku tersungging melihatnya. Frieska terlihat lucu mengenakan kemeja putih, celana kain hitam, dasi kupu-kupu, dan suspender.

Pandangan kami bertemu sesaat. Ada ekspresi kaget yang muncul di wajahnya. Kemudian pandangannya ia alihkan dari mataku. Ia tampak malu. Kakiku pun bergerak mendekatinya.

“Lu keliatan kayak cowok ganteng ga straight, Fries” kalimat pertama yang keluar dari mulutku mengomentari penampilannya.

Teman-temanku yang awalnya ramai dengan pembicaraannya sejenak terdiam dan memfokuskan perhatian mereka kepadaku.

The hell, dude?” Awan memukul pundakku sebagai responnya terhadap pernyataanku yang terlambat kusadari sebagai kurang pantas.

“Eheheh, anjr!t. Baru sadar gua kalo komentar gua sounds so wrong

“Tapi aing setuju sih, kalo lu cowok gua yakin banyak cewek yang naksir Fries” komentar Putra mencairkan keanehan akibat komentarku.

“Untung kan gue bukan cowok” Frieska membalasnya dengan senyuman.

“Jadi kebalikannya kalo lu cewek jadi banyak wota yang demen” kali ini giliran Ian yang berkomentar.

Ian memang lumayan mengikuti perkembangan grup Frieska. Kami suka menggodanya. Ia sendiri tampak tidak menolak bila kami menyebutnya sebagai fans. Kurasa ia memang fans tapi dengan circle pertemanannya yang lain.

Let’s go guys. Sekarang giliran kita” Frieska mengalihkan pembicaraan kami.

Kami pun kembali fokus ke Tyo yang terlihat sudah berada di puncak kegugupannya duduk bersama ayah calon istrinya.



----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Resepsi pernikahan sudah setengah jalan. Para Groomsmen dan Bridesmaid sudah menyelesaikan kewajibannya sebagai grup. Tampak mereka sudah tidak berkumpul melainkan berbaur dengan tamu undangan lainnya. Teman-temanku juga sudah bergabung dengan kerumuman alumni perkuliahanku. Sementara aku masih belum bergabung dengan mereka.

Frieska berniat untuk berganti baju menggunakan dress yang katanya sudah ia siapkan untuk pernikahan ini. Ia berdalih bila kewajibannya sebagai Groomsmen sudah selesai ia berniat untuk memakai pakaian yang lebih ‘girly’ dan tidak tampak seperti cowok ganteng yang ga ‘straight’, kutipannya dari perkataanku sebelumnya. Ia memintaku menemaninya ke ruang ganti yang memang bersebelahan antara pria dan wanita.

“Lo ga mau ganti apa-apa?” tanya Frieska sebelum masuk ke ruang ganti wanita.

“Engga, gua nungguin lu aja di luar”

“Yaudah, siapa tahu ada Bridesmaid yang bisa lo sepik-sepik nanti”

“Sori, udah taken” kataku melambaikan jariku seakan ingin menunjukkan cincin yang tidak ada.

“Bukan berarti lo ga bisa punya relasi sama cewek lain kan?” nada suaranya berubah dengan pertanyaan tersebut.

Aku hanya terdiam dengan senyum kecut. Karena sebenernya aku bingung harus merespon pertanyaannya seperti apa. Apakah ini hanya candaan sarkastiknya atau ada suara hatinya yang ia sampaikan?

Ia pun masuk ke dalam ruang ganti tanpa mengeluarkan kalimat lanjutan. Meninggalkanku berdiri sendirian di luar. Sambil memikirkan bagaimana caranya ketika ia keluar kami sudah tidak kikuk lagi.

Ponselku berdering Kembali. Mungkin Gaby sudah bangun. Semoga Lala tidak berniat menggodaku lagi di keramaian seperti ini.

Ternyata nama lain yang muncul di ponselku.

“Halo, Fang. Kenapa?”

“Kakak hari ini pergi ga? Aku mau nanya tentang pelajaran nih buat tugas aku”

“Yah aku lagi di Bandung ada acara nikahan. Nanti aku kabarin kalo aku ada waktu kosong gimana?” Kamu chat dulu aja pertanyaannya apa. Nanti aku jawab kalo pas liat HP”

“Aduh maaf Kak, Brielle ga tau. Brielle tanya orang lain aja deh. Masak Kakak lagi ada acara Brielle ganggu. Have fun ya Kak!”

“Gapapa, Fang. Nan…”

Brielle menutup teleponnya.

Anak ini memang mudah sekali merasa tidak enak. Aku pun mengirimkannya pesan kalau sekiranya aku dapat membantunya di malam hari.

Selang beberapa lama, Frieska pun keluar dari ruang ganti. Sesuai dengan perkataannya sebelum masuk, ia memang tampak lebih ‘girly’ dari sebelumnya.

ME27QVO_t.jpg


So?” tanyanya ketika sudah keluar dari ruang ganti.

Girly enough

“Gitu doang?”

“Iya. Cantik…cantik”

“Gitu dong. Kan gue jadi lebih pede ketemu orang-orang kalo orang pertama yang liat gue abis ganti baju bilang gue cantik. Yuk cabut”

Frieska menggandeng tanganku. Kami pun berjalan bersama meninggalkan ruang ganti. Ternyata rasa takutku terselesaikan tanpa perlu kulakukan sesuatu. Justru sahabatku ini yang mampu mencairkan ketegangan tak tampak di antara kami berdua.

“Udah lama ga sih? Kita ga kayak gini?” tanya Frieska memecah keheningan.

“Kayak gini gimana?”

“Ya kayak kita yang dulu, pas masih sahabatan”

“Emang sekarang kita udah ga sahabatan?”

“Jangan pura-pura ga ngerti maksud gue deh!”

“Iya. Iya. Pacaran mulai ngabisin waktu gua kayaknya. Lu juga sibuk kan sekarang setelah jadi kapten?”

“Kesibukan bikin kita jadi jauh ya. Bukan karena hal lain kan?”

“He em” hanya gumamanku yang dapat kukeluarkan.

“Sebenernya semenjak trip kita itu…”

“Ayok guys, kita siap-siap ngantri foto angkatan” teriak Ian dari jauh setelah melihatku dan Frieska.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Serangkaian acara resepsi yang berbentuk garden party ini pun telah selesai. Memang acaranya diselenggarakan di tempat terbuka dan bersebelahan dengan area perkemahan. Teman-temanku perlahan-lahan meninggalkan tempat resepsi menyisakan aku dan Frieska dan satu orang terakhir.

ME27QVR_t.jpg
ME27QVU_t.jpg


“Jadi tas lo buat buat naro ginian, Fries?” tanya temanku pada Frieska yang sedang menghisap kopi dalam tumbler-nya.

“Yoii. Kalo ga ada ini gue ga nyaman minumnya”

High maintenance ya lo, hahaha”

“Kalo urusan kopi doang. Di luar itu gampang kok nyenengin dia” kataku mengomentari kebiasaan temanku.

“Sampe saat ini gue masih heran kalian berdua ga pernah pacaran. Eh, taksi online gue dateng. Duluan ya guys

Perkataan temanku Chitra hanya memunculkan reaksi senyum kecut dari kami berdua.

“Lo ga balik Jakarta, Chit?”

“Lusa, gue cuti sehari. Mau nginep di rumah Intan dulu”

“Parah, ga nginep di rumah gue padahal lagi Bandung” kata Frieska dengan nada merajut.

“Di rumah lo ada bokap nyokap lo, Fries. Gue mau party di rumah Intan soalnya keluarganya lagi keluar kota”

“Eleuh, mau nakal-nakal ya kalian. Ga mau join ah gue kalo gitu”

“Emang kita ngajak lo. Dah ah, ditungguin mamangnya nih. Bye

Chitra pun meninggalkan kami berdua. Kesunyian menemani kami berdua. Tidak seperti biasanya bila kami hanya tinggal berdua saja. Hingga Frieska yang memecah keheningan ini.

“Lo juga mao balik?”

“Kenapa emang?”

“Gapapa, nanya aja”

“Ngobrol sambil jalan yuk. Pegel gua dari tadi duduk terus”

“Boleh, sepatu gue pas buat jalan-jalan di sini. Ke mana kita?”

“Ke sana aja. Ke arah kebon perkemahan. Mumpung lagi adem juga”

Kami pun berjalan berdua meninggalkan area resepsi. Diawali dengan keheningan yang selalu ada di setiap momen berdua kami hari ini.

“Fries”

“Hah?”

“Lu tadi mau ngomong sesuatu?”

“Hah, kapan?”

“Tadi pas kita masih di acara nikahan. Sebelom foto Angkatan”

“Oooh. Itu…”

“Itu apa dah, jangan kentang”

“Engga ah, udah kentang juga momennya”

“Noh, ada tenda di sana. Yuk sambil duduk”

“Penasaran banget ya lo. Sampe bawa gue ke tempat sepi kayak gini buat ngorek-ngorek. Emang udah niat lo dari awal kan”

“Heheh. Ayok”

Ada sekitar 6 tenda yang sepertinya disediakan untuk umum di area ini. Namun, tidak ada orang sama sekali yang menggunakannya. Momen yang tepat untuk menuntaskan rasa penasaranku yang sebenarnya dapat kutebak.

Setelah kami berdua duduk. Aku pun langsung menatapnya serius menunjukkan kalau aku membutuhkan jawaban.

So?”

“Jadi…..Aduuuh…Gimana ya ngomongnya?”

“Malem di Anyer itu ternyata masih bothering lu kan?”

Frieska menghela napas. Sepertinya perkataanku telah melepaskan ganjalan hatinya yang sampai saat ini tidak dapat ia sampaikan.

Aku terkejut.

Tiba-tiba Frieska mendekatiku dan mencium bibirku, aku tidak siap dengan gerakan spontannya sehingga aku terjatuh telentang ke dalam tenda.

“Sori. Gue gatau kenapa gue lakuin yang barusan” kata Frieska mendekatiku.

“Tenang dulu Fries. Lu kenapa sih?” tanyaku kebingungan. Frieska hanya diam sambil terus menatapku.

“Gue…” suara Frieska tiba-tiba berubah pelan, suara yang biasanya hanya kudengar saat ia ingin menenangkanku bila menghadapi curhatan diriku. Dan ia mengulanginya kembali. Ia menyerang bibirku lagi, cukup buas. Aku awalnya tidak bisa mengimbangi cumbuannya namun lambat laun aku dapat menikmatinya.

Sllllrrrrpppppp…slllrrrrppppps…

Kami bercumbu cukup lama hingga akhirnya aku melepaskan bibirnya dari kulumanku.

“Fries, kenapa lu cium gua?” tanyaku.

Walau di lubuk hatiku yang terdalam aku ingin melanjutkan ciuman terlarang ini. Dia diam saja sambil menatapku dalam. Matanya yang bulat membesar indah itu seakan-akan menghipnotisku.

“Gue…gue…” dia tampak bingung menjawab.

“Gue sayang sama lu…”

“Hah?! Maksudnya? As a friend kan?”

“Gue pikir juga gitu. Tapi, nyatanya..semenjak malem itu….gue ga tau lagi sayang gue sama lo itu kayak gimana?”

“Tuh kan. Dulu lu bilang lu ga baper. Tapi sekarang lu malah ngasitau ini ke gua. Sementara sekarang gua udah ada Gaby” jawabku mulai emosional.

“Jawab gue satu aja. Lo ngerasain hal yang sama ga?”

Aku terdiam. Aku takut mengeluarkan kebohongan bila menjawabnya sekarang.

“Fries, please?”

Frieska terdiam menatapku. Ia seperti telah dapat memahami jawabanku tanpa harus keluar dari mulutku.

Respon berlawanan dari yang kuharapkan yang justru ia berikan. Frieska mendekatiku dengan cepat hingga aku terlambat merespon. Ia menduduki pahaku dan menggesekkan selangkangannya bersamaan dengan buah dadanya yang menekan dadaku. Otomatis libidoku mulai naik.

“Ga gini dong Fries, please lah!”

“Kontol lo dah keras, ga usah bohong” aku marah pada organ tubuhku yang memang keenakan digesek selangkangannya.

“Aaaaahhhhh”

Frieska kembali menciumi bibirku, kali ini kubalas perlakuannya padaku. Entah apa yang merasukiku. Lidahku berusaha menggaet lidahnya. Produksi liurnya yang banyak membuatku menghisap lendir dalam mulutnya. Frieska mendesah disela-sela cumbuan kami.

Sllllrrrrpppppp…slllrrrrppppps…

“Sssssh….uuuuh”

Sepertinya dia sudah memasuki momen kenikmatan.

Tanganku mulai bergerilya menuju buah dadanya, kuremas buah dada yang memang sekal sekali itu di saat kami masih bercumbu ria.

“AAAAAAAHHHHH…@#” Frieska melepas cumbuan kami dan mendesah cukup keras. Kusimpulkan bahwa bagian ini adalah titik sensitifnya. Semoga saja benar-benar tidak ada orang yang mendengarkan teriakannya dan menuju ke tempat ini.

Frieska kembali menciumi bibirku. Namun ini berbeda, ciuman ini begitu lembu seperti percumbuan pasangan yang saling mencintai. Kubalas ciuman itu tentunya dengan lembut. Tubuhku mulai terasa panas, aku sudah tak tahan dengan libidoku yang mudah naik bila sudah bercumbu dengan Wanita. Tampaknya Frieska dapat merasakan perubahan suhu tubuhku.

“Kenapa, lo ga tahan?” Frieska tersenyum. Ah! Senyuman sahabatku ini seksi sekali. I hate my thought for sounding so wrong.

“Yaudah, gue buka” Frieska melepas dress merah mudanya itu. Butuh beberapa saat karena ia harus melepas retsleting dibelakangnya dan ia juga berada dalam posisi duduk. Aku yang terpukau dengan pemandangan ini hanya bisa terdiam tanpa membantunya. Terlebih ketika tampak dua buah dada yang terlapisi bra berwarna biru muda. Besar dan sekal. Memang benar dadanyalah aset terbaik sahabatku ini. Dan perutnya juga rata dan mulus sekali, meski menggelambir ke samping karena posisi duduknya, Sungguh aku hanya bisa menahan liurku supaya tidak mengalir.

Tubuh sahabatku begitu indah.

“Kenapa dilihat doang?”

“Seksi banget, Fries”

“Gue anggep lo beneran muji gue ngga bercanda”

Kutarik resleting tenda tersebut ke atas untuk menutupnya sepenuhnya. Lalu kutarik lebih dekat tubuh Frieska yang sudah setengah telanjang ini. Kujilat leher dan telinganya. Sesekali kugigit leher putihnya hingga meninggalkan bekas merah berbentuk garis-garis rapat. Frieska tampak merasakan kenikmatan lebih saat kumainkan lidahku di lehernya, ditandai dengan lenguhan seksinya yang semakin intens.

“Aaaaahhhhh…..#$....aghhhhhhh”

“”Terusssshhhh…$%...aggghhhhhh”

Setelah bosan menjamah leher dan telinganya, kupindahkan lidahku menuju buah dadanya yang sudah mengencang. Kuhisap putingnya yang tak kalah besar. Frieska merawat tubuhnya dengan sangat baik. Desahan nikmat kembali keluar dari mulutnya. Suara-suara itu terus meningkatkan libidoku.

“Gua buka ya” kataku kepada Frieska.

“Biar gue aja”

Frieska melepaskan celana stockingnya. Menampakkan selangkangannya yang masih tertutup celana dalam berwarna merah muda.

“Fries”

“Naon?”

“Lu yakin”

“Gue bangga sama lo yang masih sempet-sempetnya nanya gini”

Frieska melepaskan celana dalamnya. Aku pun melepas semua pakaianku termasuk celana dalam. Batang kemaluanku sudah tegak mengacung melihat pemandangan indah ini. Frieska tersenyum.

“Meski yang lo lakuin berlawanan sama yang lo omongin sih”

“Gua jadi ngerasa bersalah”

Tangan Frieska langsung menggenggam penisku. Ia meremas dengan kuat hingga desahanku keluar.

“Aaaaahhhhh…Fries”

“Keenakan kan lo hehe” ia terkekeh sambil mencengkeram erat kemaluanku.

Dengan cekatan Frieska mengurut-urut batang kemaluanku dengan satu tangan dan sesekali memijat lembut buah zakarku dengan tangan satunya. Perlakuannya membuatku merem melek keenakan. Jujur sebenarnya aku sangat lemah diperlakukan seperti ini. Aku yakin jika ia terus melanjutkannya, aku akan keluar duluan. Aku tidak ingin mengecewakannya.

“Friesss…..aggghhhhh….cukuuuupppp”

Frieska menghentikan aktivitasnya. Lalu ia kembali mencumbu bibirku. Bibir merahnya sudah mulai memudar kalo ciuman kami yang sudah berulang-ulang sejak tadi.

“Gue mau ngomong sesuatu dulu”

“Kenapa?”

“Setelah malam di Anyer, lo ada ngewe lagi sama Gaby?”

“Ada, beberapa hari setelah gua ulang tahun kemaren” kujawab pertanyaannya tanpa terbersit kepedulian pada kekasihku yang sedang kukhianati.

“Dia udah jago?”

“Iya, dia udah latihan katanya. Jangan-jangan lu yang ngajarin”

“Heheh. Sekarang jawab. Mana yang lebih enak ngentotin Gaby pas itu ato sama gue pas di Anyer?”

“Harus nanya itu banget lu? What a way to kill the mood!” pertanyaannya membuatku kecewa dengannya dan juga diriku sendiri.

Tahu bahwa pertanyaannya mengubah mood-ku. Frieska mengarahkan selangkangannya ke penisku. Ia mendudukinya hingga penisku melesak masuk ke dalam liangnya meski hanya bagian ujungnya karena penisku masih berdiri tegak dengan pengaruh aktivitas foreplay kami.

“Ooooougggghhhhh”

Aku dan Frieska mendesah bersamaan. Lubang vaginanya sempit sekali. Berbeda dengan saat terakhir kami bercinta. Mungkin karena posisi kami yang bisa dibilang kurang ideal, namun ternyata menguntungkan. Ia menurunkan tubuhnya supaya penisku dapat masuk seutuhnya. Sesekali Frieska mengejan dan benar saja batang kemaluanku terbetot keras dalam liang kemaluannya. Sungguh nikmat apa yang kurasakan saat ini.

“Friesssskaaaarrghhh”

Baru kali ini aku mendesah keras saat bersetubuh. Frieska kembali menciumku dari atas dan aku balas dengan menegakkan kepalaku. Lumatan demi lumatan kulancarkan di terhadap bibirnya. Frieska mulai menggerakkan pinggulnya naik turun, gerakannya sangat lembut walaupun vaginanya sempit sekali.

“Uuuuughhhh….%^….gimana..?....Jawab….***……oghhhh” kata Frieska dengan campuran suara desahannya.

“Aaaggghhhh…sempit banget Fries, aagghhhh….iyaaaa….sama lu lebih enak…..yang sekarang iniiiihh”

“Naaahhh…heheheheh…gitu dong….aggghhh” Frieska mempercepat gerakan pinggulnya sehingga penisku semakin menggesek dinding vaginanya. Ia seperti sudah tidak focus dengan jawabanku yang sebenernya tidak menjawab pertanyaannya sepenuhnya. Kurasakan dengan batang kemaluanku kalau di dalam liang vaginanya sudah basah dengan cairannya. Lambat laun gerakan pinggulnya semakin lemah. My showtime!

Kupeluk pinggangnya. Kusiapkan ancang-ancangku untuk memulai proses kopulasi yang selalu kudamba ini. Frieska menatapku sayu, karena energi yang sudah banyak ia keluarkan. Libidoku justru yang meledak tak terbendung.

“Aaaaggghhhh”

Kuhujam penisku ke dalam liang vaginanya Kembali, bahkan dapat kurasa batang kemaluanku telah menabrak mulut rahimnya. Kudiamkan sejenak untuk menikmati setiap denyutan kemaluannya yang sudah basah tersebut. Setelah kurasa cukup, Kembali kugerakkan pinggulku. Awalnya pelan namun dapat kurasa tubuh Frieska bergetar menikmati penisku.

“^&&&&&&&&….ahhhhh.ahhhhhh…..anjing…..maneeeehhh…..enakkkkkhhhh”

Keluar juga dirty talk-nya.

Berkali-kali hentakan pelan kulancarkan, setelah cukup mulai kunaikkan tempo genjotanku.

PLAK! PLAK! PLAK!

“Ahhhhhhh….ahhhhhhh.aaaahhhhhh…ahhhhhhh….enakk…..&*”

Kugempur vagina Frieska terus menerus. Tidak kubiarkan ia untuk merasakan berhenti dan mengambil napas. Cukup lama aku merasakan rongrongan penisku dalam liangnya hingga kurasakan dinding vaginanya berkedut hebat pertanda orgasmenya hampir tiba.

“Ooogggghhhh….*()_+…gue keluar”

Akhirnya Frieska meraih orgasmenya. Penisku terbetot kencang oleh liang surgawinya dan kurasakan cairan cintanya menyembur penisku memberikan sensasi hangat dan licin. Kudiamkan batang kemaluanku di dalam vaginanya. Napas Frieska tersengal-sengal menikmati orgasmenya.

“Enak?” kulihat ekspresinya muka Frieska yang tampak sangat menggoda setelah orgasme. Ia mengangguk.

“Uuuuugghhh +~”

“Gua belum keluar nih”

“Lanjut aja udah. Biar kita sama-sama enak”

Kulepas penisku dari vaginanya. Kurasakan cairan kental keluar dari sela-sela bibir kemaluannya yang tebal. Kulihat sejenak alat vitalnya yang terekspos di depanku. Tak dapat kupungkiri kekagumanku dengan bentuk bibir kemaluannya yang merah merekah tersebut. Dengan spontan kujilati setiap bagian bibir vaginanya. Frieska mengerang nikmat akibat surprise attack dariku.

“Aggghhhh…..anying….maneh teh ngapain sihhhh….”

Kuabaikan perkataannya. Kuhisap cairan vaginanya yang meluber keluar. Rasanya yang khas dan enak sehingga tanpa sadar membuatku rakus melahap cairan tersebut. Tak lupa kujilati daging kecil yang sudah memerah itu. Klitoris kecil yang mempu memberikan nikmat duniawi bagi setiap wanita yang disentuh di bagian yang tepat. Tentu saya Frieska mendesah Kembali, bahkan terdengar lebih menggairahkan dari sebelumnya.

Ssssllllrrpppppp…..sllsslllrrrppppphhhh

“Aaaaaaahhhhhhh……teruuussss….terussssssss.!@”

Jemariku mulai mengusap selangkangannya. Lalu dengan menggunakan jari kumulai merogoh mulut kemaluannya. Pelan saja. Ketelusuri tiap senti lubang vaginanya dengan jemariku, sebelum kuubah gerakan tanganku menjadi gosokan di dalam liangnya.

“Agggghhhhh….agggghhhhhh…..@#$%^…..anjinggg….aaahhhhhhhggg”

“Jangan berhenti……ahhhhgggg..aaaghhhhhh”

Cukup lama jariku bermain di kemaluannya dan liang ini membalas perlakuanku dengan kedutan-kedutan kencang. Sepertinya telah kutemukan bagian paling sensitif di vaginanya. Kuusap bagian yang sudah kutandai tersebut. Seperti dugaanku, tubuh Frieska terangkat akibat permainanku.

“&*()________”

Aku semakin semangat melakukan hand-job di vagina Frieska. Kutingkatkan intensitas gesekan jariku di bagian sensitifnya.

“Aing keluar lagiiiiihhhh……KYAAAAAAAAAAAA”

Vaginanya berkedut kencang meremas jari-jariku yang masih berada dalam liang kemaluannya. Lubang kencingnya menyemburkan cairan bening Kembali. Aku sukses membuatnya squirting. Cairan itu menyembut cukup banyak seperti air kencing. Tubuh Frieska bergetar seperti kejang. Sepertinya ia baru pertama kali merasakan tipe orgasme seperti ini. Tak berapa lama tubuhnya melemah.

“Uuuuugggggh…_+~!...”

Frieska mengambil napas dalam-dalam. Tenda ini mulai pengap dan tercium campuran bau keringat dan cairan orgasmenya yang membasahi alas tenda.

“Hehehehe. Lu ga papa?” tanyaku.

Frieska menatapku lemah. Matanya sayu sekali.

“Baru sekali kan lu ngerasain macem ini?” tanyaku lagi.

“@#$$%^&* ()_+~. You really know how to please a woman” Jawab Frieska dengan buah dada yang membusung dan naik turun. Kucium bibirnya lembut.

“Istirahat dulu ya. Lu udah capek keliatannya” tanyaku padanya yang terus mengatur napas. Aku mulai tidak tega melihat kondisi Frieska yang terlihat lemah sekali. Walau aku belum puas karena belum mencapai puncak.

“Gue ga papa. Lanjut aja” balasnya lemah.

“Udah, Fries..”

“Ayo ah lanjut”

Frieska berganti posisi. Sekarang ia menungging. Memperlihatkan pantatnya yang tak kalah sekal dan seksi ditambah kulitnya yang sangat putih. Penisku Kembali tegang melihat pemandangan duniawi ini. Tanganku bergerak sendiri meremas pantatnya.

“Gua masukin lagi ya”

Kumasukkan penisku kembali. Namun, langsung kutancap gas dengan menggerakkan pinggulku. Frieska kembali mendesah.

“Gedee bangettthhh anjing….ahhhgghhhh”

Teriakannya seperti memompa kepercayaan diriku. Kedua tanganku meremas pantat Frieska. Gemas sekali karena kesekalannya benar terbukti. Sesekali kutekan kemaluanku sampai kurasa dinding rahimnya telah kutabrak. Kutingkatkan intensitas persetubuhan ini. Desahan dan lenguhan Frieska dan suaraku mewarnai panasnya suasana di dalam tenda pada sore hari ini. Aku sudah tak peduli kalau ternyata ada orang yang mungkin saja ada di luar tenda.

Tak berapa lama tubuhnya kembali bergetar. Vaginanya kembali meremas kuat penisku. Frieska meraih orgasmenya namun aku tetap menggenjot dalam liang kemaluannya. Aku sudah ketagihan dengan organ intim sahabatku ini. Tidak peduli apa kata kekasihku hingga selingkuhanku mengetahui hubungan terlarang (lagi) yang telah kuperbuat. Desahan Frieska semakin memekikkan telinga. Suara yang menjadi cambuk untukku untuk menikmati tubuh sahabatku.

“~!@#$$$$$ aing keluar lagiiiiiiihhhh”

Semburan cairannya masih ada. Kunikmati kehangatan liang vaginanya yang basah tak karuan setelah orgasme berulang-ulang. Kurubah posisi Frieska yang lemah seperti tidak bernyawa. Sekarang kami saling bertatapan dengan ia tidur telentang menghadapku. Kucumbu Kembali bibirnya dan kuhisap liurnya yang sudah keluar dari mulutnya dan bercampur dengan keringatnya. Menuju puncak kenikmatan persetubuhan terlarang ini.

Kembali kugenjot dalam vaginanya. Desahan demi desahan keluar dari mulut Frieska. Cukup lama kami melakukan persenggamaan dalam posisi ini. Dan akhirnya momen yang kutunggu dan tak ingin kugapai datang juga dengan tanda denyutan-denyutan.

“Frieskkaarrrrghhhh gua mau keluarrrr”

“Iyaaaa gue jugaaa lagiiiiihh. Di luar pleaseeeee ke perut gue ajaaaaahhh oooggghhhh”

Need to move fast!

Kupompa kemaluanku lebih cepat untuk segera meraih orgasme bersamaan. Kuremas buah dadanya guna mempercepat orgasme Frieska. Dan kulumat bibirnya yang tak letih melumat bibirku. Tak perlu kata-kata untuk menunjukkan bahwa kami ada di puncak kenikmatan persahabatan kami.

Jantungku memompa genjotan penisku di vagina Frieska. Kedutan penisku semakin kencang.

“ARRRGHHHHHHHHHHHHH….ANJINGGGGGG MANEH #$%^&&&&&&&”

Tubuh Frieska berguncang merasakan kembali orgasmenya yang sudah lupa kuhitung. Jepitan vaginanya dan semprotan cairan cintanya adalah pemacu terakhir bagiku.

Langsung kucabut penisku begitu kurasa tak dapat lagi kutahan sepercik rasa surgawi yang diberikan vagina sahabatku selama dua puluh tahun ini.

Sebelum sampai ke wajahnya. Semprotan pertama spermaku telah keluar di dadanya. Namun, karena kontrol yang kurang karena orgasme yang tak terkendali beberapa semprotan mengenai dadanya. Dan sepercik spermaku sampai ke bagian bagian bawah dagunya.

Tubuhku bergetar menikmati orgasme hebat ini. Setelah tenagaku menghilang. Kutimpa tubuh Frieska. Tentunya dengan posisi penisku di luar vaginanya

Kami pun diselimuti keheningan selama beberapa menit dengan suara tarikan napas yang berhenti.

“Fries?”

“Iyah..”

What happened to us?”

Let’s talk about it later yah. Kita harus buru-buru pergi dari sini sebelum diarak warga keliling Bandung”

Kami pun segera memakai pakaian kami dan keluar dari tenda tersebut. Tidak ada seorang pun di sana. Hal ini cukup membuatku tenang.

Kami pun Kembali berjalan berdua. Kali ini benar-benar hanya keheningan yang mengiringi langkah kaki kami. Hingga tanpa sadar kami sudah sampai di parkiran mobil.

“Gue parkir di sana. Ati-ati ya lo”

“Lo juga”

Frieska tidak membalasku melainkan berlari kecil menuju arah mobilnya. Aku pun berjalan menuju mobilku.

Begitu kututup pintu mobil dan kulihat pesan yang masuk, kulihat pesan dari Gaby berada di paling atas.

“Kamu udah ke rumah tante kamu, Yang? Atau masih di tempat nikahan?”

Napasku sesak membaca pesan tersebut. Padahal aku sudah terbiasa mengkhianatinya dengan Lala hingga Feni meski hanya sekali. Namun, kali ini perbuatanku membuatku kecewa dengan diriku sendiri.

Di bawah pesan Gaby ada pesan Lala yang bertanya aku ingin makan apa di kosannya karena ia berencana memesan makanan.

Selanjutnya ada pesan Brielle yang menyetujui ajakanku dan bilang kalau ia mau persiapan dengan mandi dan bersolek terlebih dahulu.

ME27QVG_t.jpg


Pekat isi pikiranku menahan niat untuk membalas pesan mereka. Kemudian masuk notifikasi post dari Instagr!m yang men-tag-ku. Melihatnya sekilas langsung membuatku ingin segera meninggalkan tempat ini untuk menenangkan diri.

ME27QVN_t.jpg
 
hadeeee frieska bisa bisanya baperrrr
Berat emg ngendaliin perasaan kalo udah ewean hu 😁
Akhirnyaa sama sahabatnya lagi hehe trimakasih tuan
Sedikit trivia sama sahabatnya ini ane coba bikin sebagai ss paling intimate dari semuanya meski pemilihan tempatnya kurang romantis 🙃
Wah ini dia yg ditunggu, mantep memang frieska ehehe
Mantep emg hu, sayang kalo cuman sekali 😁
akhirnya yaa my oshi muncul. sering sering dehh
Enjoy hu, tapi ss sama kk mpries bakal jadi yg terakhir di sini 🙂
mantaaap gan. Suka banget ama Frieska gw juga. Paket lengkap hehe
Setuju banget emg, paket lengkap tapi humble ga pamer asetnya yg aduhai 😁
Aaaaaaaak aku ngaceng sampe pegel
Sebagai penulis ss, ane bangga baca komen suhu. Nuhun hu 🙏
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd