Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Ini thread masih sangat sangat dan sangat panjang hu. Bahkan kegigoloan Yosef belum tampil seutuhnya.
Masuknya jalur di luar gigolo, karena Yosef ingin menceritakan semuanya secara kronologis. Jadi mohon sabar ya hu
Siap salah Hu, mohon arahan agar bisa jadi kritikus yang tidak sekedar nyinyir kayak zong 🤣🤣🤣🤣🤣
 
Part 20





Setelah duduk di kursi itu, Anggraeni menundukkan kepalanya dengan sikap sopan sebagaimana layaknya seorang karyawati ketika berhadapan dengan bossnya.

“Mentalmu sudah siap ?” tanyaku.

“Siap, sudah Boss. “

Aku bangkit dari kursi putarku yang biasa dijuluki kursi direktur itu, untuk membuka pintu yang menghubungkan ruang kerjaku dengan kamar tak bernomor itu. Kamar yang hanya boleh dipakai oleh owner hotel dan keluarganya ini.

“Masuklah, “ ucapku sambil berdiri di dekat pintu menuju kamar tak bernomor itu.

Anggraeni bangkit dari kursi, lalu melangkah ke arah pintu khusus ini. Dan masuk ke dalam kamar tak bernomor itu.

Aku memijat tombol untuk menyalakan lampu merah di atas pintu masuk ke ruang kerjaku. Itu pertanda bahwa owner tidak boleh diganggu. Kalau ada tamu tidak boleh diantarkan ke ruang kerjaku.

Pintu ruang kerjaku pun kukunci. Lalu aku melangkah masuk ke kamar tak bernomor itu. Anggraeni sudah duduk di sofa kayu jati dekat tempat tidur itu.

Aku pun duduk di samping Anggraeni. “Kamu ingin ditempatkan di bagian apa ?” tanyaku.

“Di bagian apa pun aku siap Bos, “ sahutnya.

“Di bagian cleaning service mau ?”

“Mau aja. Asalkan gajinya seperti yang sudah Boss sebutkan tadi malam. “

“Kalau ternyata kamu gak perawan lagi gimana ?”

“Kalau aku tidak perawan lagi, tolak aja lamaran kerjaku. “

“Ya udah, lepaskan semua pakaianmu. “

“Sekarang ?”

“Tahun depan ! Ya sekarang lah. Waktuku kan sempit. Dua jam lagi harus meeting di tempat lain. “

“Hehehe ... kalau bisa, Boss aja yang lepasin gaunku dan lain - lainnya. “

“Gak mau, Nanti aku bisa dituduh memperkosa kamu. Tapi kalau kamu sendiri yang melepaskan semuanya, berarti sama - sama suka, “ sahutku sambil berdiri untuk melepaskan jas dan dasiku, lalu menggantungkannya di kapstok. Lalu kaus kaki dan sepatuku pun kulepaskan.

Anggraeni pun sudah menanggalkan gaun putih polosnya. Sehingga tinggal beha dan celana dalam serba putih yang masih melekat di tubuhnya. Dengan sudut mata kuperhatikan, o my God ... betapa putih dan mulusnya tubuh Anggraeni itu ... !

Tapi aku harus tetap tegar. Karena aku sedang membully dia. Sampai identitas asli dia timbul ke permukaan.

Aku pun melepaskan kemeja dan celana panjangku. Sehingga ketika Anggraeni tinggal mengenakan celana dalam saja, aku pun tinggal bercelana dalam.

Tapi ada yang tertinggal di ruang kerjaku. Maka bergegas aku melangkah ke ruang kerjaku, untuk mengambil botol lotion dari dalam tas kerjaku. Kemudian kembali ke kamar tak bernomor itu, pada saat Anggraeni sudah melepaskan celana dalamnya.

Aku pun melemparkan botol lotionku ke atas bed kayu jati berukir dan berkasur tebal yang ditilami kain seprai batik itu.

Sementara Anggraeni yang sudah telanjang bulat itu berdiri canggung sambil menutupi kemaluannya dengan kedua telapak tangannya. Tapi toketnya yang agak gede itu terbuka bebas. Aku pun berdiri di belakangnya, karena ingin melihat bokongnya yang ternyata gede juga itu. Hmmm ... mungkin seperti inilah nasib cewek yang terlalu keras ingin jadi artis, lalu menyerahkan kesuciannya kepada pihak yang berjanji akan “mengorbitnya” agar jadi artis terkenal. Bahkan ada juga yang lalu cuma jadi korban penipuan.

Tapi aku bukan penipu. Kalau Anggraeni sudah melewati beberapa ujian dariku, bukan tak mungkin aku akan menempatkannya di jabatan yang layak, baik di hotel mau pun di salah satu FOku kelak.

Kutepuk bokong semok Anggraeni sambil berkata, “Pantatmu gede juga ya ... !”

“Aaaw ... “ Anggraeni tampak kaget.

Lalu kutarik tangannya ke atas bed kayu jati berukir ini.

“Boss ... “ gumam Anggraeni setelah terduduk di atas kasur dnegan kepala tertunduk.

“Kalau sedang berdua begini, kamu boleh panggil Yosef aja padaku. Kecuali kalau di depan karyawan lain, “ ucapku.

“Iya Sef ... boleh aku ngomong dulu sedikit ?” tanyanya sambil menatapku dengan sikap malu - malu.

“Ngomonglah. “

“Aku mau jujur ya. Sejak melihat Asep, eh Yosef kemaren, hatiku mulai menyimpan perasaan cinta kepada Yosef. Tapi aku pernah menolak Yosef, maka sekarang kalau ditolak oleh Yosef pun aku takkan sakit hati. Yang penting aku sudah mengatakannya. Bahwa sejak kemaren, diam - diam aku sudah punya perasaaan cinta sama Yosef. “

“Terima kasih, “ sahutku datar, “Sekarang mending persiapkan mentalmu. Karena aku akan melakukan sesuatu padamu. “

Anggraeni merebahkan diri, menelentang pasrah sambil berkata, “Lakukanlah apa pun yang Yosef ingin lakukan. Demi cintaku pada Yosef, aku rela kehilangan kesucianku. “

Terharu juga aku mendengar pengakuan Anggraeni yang mungkin dilisankan dari lubuk hatinya yang terdalam.

Namun aku bersikap biasa - biasa saja. Satu - satunya kejujuranku yang tak bisa disembunyikan, adalah kontolku yang sudah ngaceng berat ini. Tapi aku tak mau menyakiti Anggraeni secara fisik. Karena itu aku tetap harus melakukan foreplay. Dengan menelungkupi Anggraeni yang sedang celentang pasrah. Lalu memagut bibirnya ke dalam ciuman dan lumatanku ... yang ternyata disambut dengan lumatan Anggraeni ... lumatan yang terasa hangat sekali.

Kalau aku harus bicara jujur, pasti aku akan berkata, O my God ... Anggraeni ini laksana bidadari yang diturunkan untuk membahagiakan hatiku. Dia memang masih yang tercantik di antara semua perempuan yang kumiliki ... !

Tapi terlalu dini untuk melontarkan kalimat seperti itu. Biarlah sang Waktu yang akan menentukannya kelak. Biarlah semua mengalir seperti aliran air dari hulu menuju muara.

Lalu aku melorot turun. Untuk menguji payudara Anggraeni yang ternyata masih padat sekali. Kedua putingnya pun masih mancung lurus ke atas, seolah tak pernah dijamah tangan cowok.

Mulutku pun mendarat di puting toket kiri Anggraeni. Sementara tangan kiriku meremas toket kananya dengan lembut, tanpa niat menyakitinya.

Suhu badan Anggraeni pun terasa menghangat. Lalu terdengar suaranya, “Ini untuk pertama kalinya bibirku dicium cowok. Pertama kalinya juga toketku dijamah dan diremas tangan cowok. Kalau aku boleh jujur, cintaku pada Yosef ini adalah cinta pertamaku. Dan semoga menjadi cinta terakhirku pula. “

Aku percaya pada pengakuan Anggraeni itu. Karena memang sejauh yang aku tahu, tiada seorang cowok pun berani mendekatinya. Maklum pada saat itu Anggraeni sombong sekali.

Ketika wajahku sudah berada di atas memek Anggraeni yang tercukur bersih itu, kuletakkan bantal di bawah bokong Anggraeni. Karena aku ingin agar memeknya menengadah ke atas, supaya aku bisa melihat bagian dalamnya, tanpa harus menggunakan lampu senter.

Anggraeni pasrah saja diapakan pun olehku. Dan kini aku mengangakan mulut memeknya, sampai tampak jelas bagian dalamnya. Hmmm ... memang sama persis dengan foto memek perawan yang sering kulihat dan kupelajari. Berarti Anggraeni masih perawan.

Aku tak mau menjilati memek Anggraeni, karena “ujian”nya belum selesai. Karena itu kuraih botol lotion itu. Lalu kusemprotkan ke bagian dalam memek Anggraeni yang masih menengadah ke atas. Kusemprotkan terus lotion sebanyak mungkin ke dalam mulut memek Anggraeni, agar aku tidak menemukan kendala pada waktunya penetrasi nanti.

Setelah bagian dalam memek Anggraeni dibanjiri lotion, aku pun menanggalkan celana dalamku. Lalu kupegang kontolku yang sudah ngaceng sejak tadi ini. Dan kuarahkan moncongnya ke mulut memek Anggraeni yang sudah dipenuhi lotion itu.

Lalu dengan cermat dan hati - hati kudesakkan kontolku sekuatnya, tapi malah meleset ke bawah. Sialan ... !

Lalu kubetulkan letak moncong kontolku agar tak meleset lagi. Setelah menganggap arahnya sudah benar, kudorong lagi kontolku sekuat tenaga. Ya ... membenam sedikit. Kudorong lagi sekuatnya ... kepala kontolku mulai masuk. Dorong lagi ... masuk lebih dalam lagi, meski terasa sempit sekali “jalan”nya.

Untungnya aku sudah banyak sekali menyemprotkan lotion ke dalam liang memek Anggraeni. Sehingga meski liangnya masih sangat sempit, aku berhasil membenamkan kontolku sampai lebih dari separohnya.

Maka sambil berlutut aku mulai menggeser - geserkan kontolku di dalam liang memek Anggraeni yang masih menengadah ke atas, karena bokongnya masih terganjal bantal. Naik turun dan naik turun terus secara perlahan. Ketika kontolku sedang didorong, aku berusaha agar kontolku semakin dalam masuknya, kemudian kutarik mundur lagi. Begitu juga berikutnya, ketika kontolku dibenamkan, harus lebih dalam dari sebelumnya. Karena semuanya ini kulakukan sambil berlutut, aku jadi bisa melihat kontolku sendiri. Bisa melihat bahwa kontolku seolah dibalut oleh lapisan darah merah. Darah keperawanan Anggraeni ... !

Kemudian kutarik bantal yang terhimpit oleh bokong Anggraeni, sehingga memeknya tidak menengadah ke atas lagi. Aku pun jadi bisa menelungkupi Anggraeni, tidak berlutut seperti tadi lagi.

Wajah cantik Anggraeni begitu dekatnya dengan wajahku yang berada di atasnya. Anggraeni pun sadar kalau aku sedang memperhatikannya pada saat kontolku masih bermaju mundur di dalam liang memeknya yang super sempit ini.

“Ma ... masih perawan kan a ... aku ?” tanyanya tersendat - sendat.

“Iyaaa ... “ sahutku terengah, “tapi sekarang tidak lagi. Apakah kamu ikhlas keperawananmu sudah kuambil ?”

“Sangat ikhlas. Kalau Yosef menolak cintaku, akan kuanggap semua ini sebagai hukuman atas kesombonganku dahulu. Tapi kalau Yosef menerima cintaku, aku akan merasa sangat bahagiaaaaa .... “ ucapnya yang lalu memejamkan matanya.

Aku tidak mau menanggapinya dengan kata - kata, melainkan dengan ciuman hangat di bibir sensualnya.

Biar bagaimana pun juga Anggraeni adalah idola masa ABGku. Meski dahulu dia sombong sekali, kenapa aku tidak memaafkannya ? Bukankah aku sudah memilikinya sekarang ?

Ya ... sebenarnya aku sudah melupakan dan memaafkannya. Tapi aku hanya ingin mengujinya saja, sekaligus ingin tahu sejauh mana cintanya itu padaku.

Aku tidak ada maksud untuk menyakiti hatinya. Apalagi setelah ia menyerahkan kesuciannya ini padaku.

Aku bahkan semakin bergairah untuk melampiaskan cintaku yang masih terselubung ini. Dan ingin membuat Anggraeni puas sepuas - puasnya.

Sedikit demi sedikit liang memek super sempit Anggraeni pun mulai beradaptasi dengan ukuran kontolku. Aku bahkan mulai tahu bahwa liang memek Anggraeni cukup dalam. sehingga moncong kontolku hanya sekali - sekali bersentuhan dengan dasar liang memeknya. Hal ini membuatku semakin bersemangat untuk mengentot liang memek yang belum pernah disentuh kontol lain ini. Lebih bersemangat daripada mengendarai mobil baru, mobil yang belum pernah dipakai oleh orang lain.

Desah nafas dan rintihan histeris Anggraeni pun mulai terdengar perlahan. Dan aku tidak takut suaranya terdengar ke luar. Karena aku sudah tahu bahwa kamar tak bernomor ini kedap suara. Sehingga meski Anggraeni menjerit - jerit sekali pun takkan ada yang mendengar di luar sana.

“Seeef ... duuuuh ... Yoseeeef ... makin lama makin nikmat aja rasanya Seeef ... “ rintih Anggraeni yang mulai berani memeluk leherku. Karena ia mulai berada di luar kesadarannya. Sex memang membuat manusia bisa lupa diri, lupa daratan dan lupa segalanya.

Bahkan sesaat kemudian, ketika kontolku makin massive “menggedor - gedor” liang memek Anggraeni, cewek yang sebenarnya cantik jelita itu pun menceracau. Mungkin di luar kesadarannya. “Yoseeef ... aku cinta Yoseeeeef ... aku cinta Yoseeeefff ... dijadikan simpanan Yosef juga aku mauuuuu ... yang penting aku bisa selalu melihat Yosef setiap hariiii .... aaaaaah ... cinta ini .... cinta pertamaku ... dan semoga jadi cinta terakhirku juga, Yoseeeef .... “

Aku tidak menjawabnya dengan kata - kata, melainkan dengan ciuman hangat di bibir Anggraeni. Yang dibalas dengan lumatan Anggraeni, dibalas lagi dengan lumatanku.

Lalu mulutku mulai beraksi, mulai dengan menjilati lehernya yang hangat dan sudah keringatan, mungkin hal ini terjadi karena dia habis dipecahkan jangat perawannya.

Anggraeni tampaknya sangat menikmati aksiku. Mata beningnya terpejam - pejam, sementara kedua tangannya mengepak - ngepak kasur, terkadang meremas - remas kain seprai.

Namun beberapa saat berikutnya, tubuh Anggraeni bergetar - getar hebat. Lalu nafasnya tertahan. Matanya memandang lurus ke atas. Lalu terasa ada gerakan reflex di dalam liang memek super sempitnya.

“Hhhhhhhhhhhhhhh .... “ nafasnya dilepaskan. Wajahnya memucat, tubuhnya pun lemas. Namun wajahnya memancarkan aura kecantikan perempuan paska orgasme.

Jujur, semua ini sebenarnya sering menjadi obsesi di masa ABGku. Akibatnya, detik - detik kritisku mulai menguasai jiwaku. Dengan kata lebih sederhana, aku sudah hampir ngecrot. Tapi kupertahankan sejenak dan bertanya, “Spermaku mau dilepas di dalam memek apa mau di dalam mulutmu ?”

“Ka ... kalau di da ... dalam memek bisa hamil ya, ” sahutnya yang kujawab dengan anggukan.

“Lantas lepaskan di mulutmu aja ?”

“Iya ... “

‘Berani nelan spermaku sampai habis. “

“Berani. Demi ... “

“Demi apa ?”

“Demi cintaku pada Yosef. “

Aku tidak tahu apakah dia ngomong begitu secara jujur atau karena terdesask oleh keadaan. Tapi aku juga pernah mendengar bahwa perempuan yang pernah menelan sperma lelaki, takkan bisa dilupakan oleh si lelaki. Benar tidaknya aku belum tahu.

Yang jelas aku mempercepat entotanku. Sampai akhirnya kucabut dari liang memek Anggraeni. Dan cepat meletakkan kontolku di mulut Anggraeni. Sigap pula ia menangkap kontolku dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

“Se ... sedot yang kuat ya, “ ucapku yang disusul dengan meletusnya lendir kejantananku di dalam mulut Anggraeni.

Dan ... ia benar - benar menelannya sampai habis ... glekkk ... ! Kemudian ia mengambil cup air mineral yang terletak di meja kecil dekat bed. Lalu ia minum air mineral itu.

Kemudian ia memperhatikan genangan darah yang sudah mengering di kain seprai batik itu. Lalu ia mengambil kertas tissue basah untuk menyekanya. Kertas tissue itu pun lalu jadi merah di setiap bekas menyeka darah perawan Anggraeni.

“Enak gak barusan ?” tanyaku datar, meski hatiku sedang dikuasai perasaan terharu.

Anggraeni mengangguk sambil tersenyum.

“Kamu sudah menyerahkan keperawananmu padaku. Nyesal gak ?”

“Nggak. Karena aku sudah memberikannya kepada cowok yang kucintai. “

“Cinta itu jangan terlalu sering diucapkan, “ kataku.

“Maaf ... tapi aku memang mencintai Yosef. “

“Kalau aku tidak bisa menerima cintamu gimana ?”

“Yah ... berarti nasibku memang malang. “

“Malang yang di Jawa Timur ?” tanyaku bercanda.

Anggraeni tidak menanggapi. Ia menunduk sambil berkata, “Aku memang menyesal, karena pernah jadi cewek angkuh, cewek yang sering menghina dan ... “
“Lupakan semuanya itu. Kamu kan ingin bekerja di hotel ini. Fokus ke situ aja. “

Setelah bersih - bersih di kamar mandi dan mengenakan pakaian kembali, aku mengajak Anggraeni ke ruang kerjaku.

“Untuk sementara tugasmu harus mempelajari buku - buku ini, “ kataku sambil mengambil buku - buku managemen perhotelan dari rak buku yang menempel di dinding ruang kerjaku. Lalu meletakkan buku - buku itu di atas meja kerjaku.

“Jadi setiap hari kamu harus ngantor, dari jam delapan pagi sampai jam empat sore. Tapi tugasmu hanya mempelajari buku - buku ini sampai terkuasai isinya. “

“Siap Boss, “ Anggraeni melihat judul - judul setiap buku yang bertumpuk di meja kerjaku.

Lalu aku membuka brankas dan mengeluarkan uang merah segepok. Dan menyerahkannya kepada Anggraeni sambil berkata, “Karena kelihatannya kamu sedang membutuhkan, ini gajimu kubayar duluan untuk dua bulan. “

Anggraeni menerima uang itu dengan mata berkaca - kaca.

“Kenapa kamu menangis ?” tanyaku.

“Karena aku sedang sangat membutuhkannya. Terima kasih Boss, “ sahutnya sambil memasukkan uang itu ke dalam tas kecilnya.

“Jadi mulai besok kamu harus datang ke sini, ke ruang kerjaku ini. Lalu pelajari buku - buku itu setiap hari, ampai isinya terkuasai. “

“Iya Boss. “

“Kalau mau makan, ke kantin aja. Nanti kutitipkan sama orang kantin, agar biaya makan dan minum di situ menjadi tanggunganku. “

“Iya Boss. “

“Letakkan buku itu di rak lagi, kemudian ikut aku. “

“Siap Boss. “

Anggraeni meletakkan kembali buku - buku itu di rak. Kemudian mengikuti langkahku keluar dari ruang kerjaku. Menuju tempat parkir khusus. Tempat parkir owner, yang hanya boleh dipakai oleh mobilku.

Dengan canggung Anggraeni masuk ke dalam mobilku dan duduk di kiri depan. Sementara aku sudah menghidupkan mesin mobilku.

Sesaat kemudian sedan hitamku sudah kuluncurkan di jalan aspal.

“Kalau abis begituan suka lapar. Kita cari makan dulu ya. “

“Iya Boss. “

“Kubilang kalau sedang berdua gini sih panggil namaku aja. Apalagi sekarang di luar hotel. “

“Iya Sef. “

“Bagaimana perasaanmu sekarang, setelah kita melakukannya tadi ?”

“Sangat mengesankan. Karena baru sekali tadi aku mengalaminya. “

“Terus keinginanmu selanjutnya gimana ?”

“Aku fokus kerja dulu. Tapi kalau Yosef mau, dijadikan cewek simpanan pun aku mau. “

“Terus, kalau kamu hamil gimana ?”

“Mmm ... kalau bisa sih jangan hamil dulu. Aku kan harus fokus kerja dulu. “

“Sebenarnya aku sudah punya calon istri. Tapi aku belum mau nikah. Mungkin tujuh tahun lagi aku baru mau nikah. “

“Sama. Aku juga gak kepengen buru - buru nikah. Karena umurku baru delapanbelas tahun. “

“Kamu seusia benar denganku. “

“Iya. Kita kan seangkatan di SMP dahulu. “

“Ohya ... kamu sekarang tinbggal di kos - kosan. Berapa tarifnya sebulan ?”

“Limaratus ribu. Makanya bayangin aja, gajiku di café cuma sejuta. Untuk membayar kamar saja limaratusribu. Sisanya limaratusribu juga. Mana cukup duit segitu untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari ?”

“Pemilik café itu gak punya pikiran. Di zaman sekarang, masa menggaji pegawai sejuta ? Gaji pembokat juga udah dua jutaan. “

“Alasan pemilik café itu masih sepi. Kalau udah ramai, gajinya dinaikkan. “

Pembicaraan itu terputus, karena aku sudah menghentikan mobilku di pelataran parkir sebuah rumah makan.

Pada waktu kami m,akan itulah. sudut mataku terus - terusan memperhatikan wajah Anggraeni. Dan aku harus mengakui bahwa Anggraeni itu bukan hanya cantik tapi juga anggun. Dia tidak sembarangan tersenyum apalagi ketawa. Tapi sekalinya tersenyum, cowok mana pun pasti terpukau melihatnya.

Setelah selesai makan, kujalankan lagi mobilku. Tidak kembali ke hotel, melainkan menuju suatu kompleks perumahan yang letaknya tidak terlalu jauh dari hotel. Jarak dari hotel ke perumahan itu hanya sekitar 5 kilometer. Dan bisa ditempuh dengan naik angkot satu kali.

Di kompleks perumahan itu aku sudah memiliki sebuah rumah yang tidak begitu besar. Rumah itu kubeli dari sebagian hasil penjualan sahamku juga. Tadinya rumah itu untuk dijual kembali atau minimal dikontrakkan setelah direnovasi di sana - sini. Furniture, alat - alat elektronik dan perabotan rumah lainnya sudah lengkap. Sehingga kalau ada yang mau ngontrak, tinggal ngisi saja. Gak usah beli perabotan apa - apa.

Pernah juga aku bermaksud untuk menjadikan rumah itu sebagai tempat berpikir. Karena aku pernah membaca buku tentang managemen dan leadership. Yang isinya antara lain : Anda perlu memiliki waktu 1 - 2 jam sehari, khusus untuk merenung dan memikirkan langkah - langkah yang akan Anda ambil. Pada saat - saat seperti itu, Anda harus bebas dari segala gangguan, supaya Anda benar - benar bisa merenung dan merancang langkah - langkah penting dalam hidup Anda.

Kalimat itu cukup mempengaruhiku. Karena memang setiap hari aku perlu merenung sendirian, tanpa gangguan sekecil apa pun. Sehingga rumah itu akan kujadikan sebagai tempat “perenungan”.

Tapi setelah mendapatkan keperawanan Anggraeni, pikiranku berubah. Walau pun sikapku masih datar dan dingin, sebenarnya diam - diam aku sedang memikirkan masa depan dia. Itulah sebabnya aku membawa Anggraeni ke kompleks perumahan ini.



Rumah itu kubeli dengan harga yang murah dari bank yang menyita rumah itu (akibat kreditnya macet).

Rumah itu sudah kurenovasi sampai tampak seperti rumah baru. Rumah itu tidak besar, hanya punya 2 kamar tidur, 1 kamar pembokat, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 ruang makan dan dapur, 1 kamar pembokat dan 1 kamar mandi yang berdampingan dengan kamar pembokat. Di kedua kamar itu ada kamar mandinya masing - masing.

Tapi sekarang aku berniat untuk menjadikan rumah itu sebagai tempat tinggal Anggraeni.

“Ini rumah siapa ?” tanya Anggraeni setelah turun dari mobilku, sambil mengamati rumahku yang tidak sebesar rumahku yang di kota X, apalagi kalau dibandingkan dengan rumah megahku yang hadiah dari Tante Sharon. Tapi bentuknya yang minimalis dan taman mininya di pekarangan depan, tampak elok dipandang mata.

“Rumahku. Tapi sekarang aku izinkan untuk ditempati olehmu, “ sahutku sambil membuka pintu depan, “furniture dan perabotan lainnya sudah lengkap semua. “

“Wow ... rumah ini ... keren banget ... ! “ seru Anggraeni setelah berada di ruang keluarga yang berdampingan dengan ruang tamu, “kamarnya ada dua ... tiga dengan kamar yang di belakang itu. “

“Rumah ini tidak terlalu jauh dari hotelku. Jadi kalau kamu mau ke hotelku, tinggal naik angkot satu kali, bisa turun langsung di depan hotelku. Ohya, itu ada beberapa helai kimono baru di lemari kecil itu. Kalau mau ganti pakaian, ambil aja kimono di situ, “ kataku sambil menunjuk ke sebuah lemari kecil yang terletak di dekat lemari yang masih kosong.

“Mau mandi dulu boleh ?” tanya Anggraeni.

“Oh iya. Harusnya setelah begituan tadi kita mandi di hotel. Aku juga mau mandi, sekalian nyobain kamar mandinya. Mandi bareng aja ya, “ ajakku.

Anggraeni mengangguk dengan senyum. Oooooh ... bagaimana mungkin aku bisa menghindari senyum semanis itu ... ?!

Tapi aku membuang muka. Lalu melangkah masuk ke dalam kamar paling depan. Anggraeni pun mengambil dua helai kimono dari lemari kecil itu, kemudian mengikuti langkahku masuk ke dalam kamar mandi yang berada di kamar paling depan itu.

Aku coba dulu water heaternya yang mulai kunyalakan. “Sebentar ... tunggu panas dulu airnya, “ kataku sambil melepaskan seluruh pakaianku.

Anggraeni pun melepaskan gaun putih dan segala yang melekat di tubuhnya. Hmm ... semakin kuperhatikan, aku semakin kagum pada wajah dan sekujjur tubuh Anggraeni itu. Lalu, masih perlukah aku bersandiwara terus ? Masih perlukah aku menyembunyikan perasaanku padanya ?

Masih. Aku masih ingin melihat dia bertekuk lutut di depan kakiku, sambil menyelomoti kontolku ... !

Maka dengan sikap angkuh, kupegang kontolku sambil berkata, “Belajar nyepong kontol ya ... “

Anggraeni seperti agak kaget. Lalu menyahut, “Tapi ajarin caranya ya. Aku kan belum pernah ... “

“Kamu berlutut di depanku, lalu beginikan kontolku,” ucapku sambil menarik tangan kanan Anggraeni. Lalu kukulum telunjuknya dan kuperlakukan seperti kontol yang sedang disepong. Tentu dengan gerakan bibir dan lidah yang biasa dilakukan pada waktu perempuan mengoral kontol lelaki.

Anggraeni mengangguk - angguk dan tampak mengerti pada petunjukku.

Kemudian dia berlutut di depanku, sambil memegang kontolku yang masih lemas. Dan mulai menjilati leher dan kepala kontolku. Lalu ia mengulum dan menyelomoti kontolku seperti sedang menyelomoti permen loli.

Aku merasa telah mencapai kemenangan lagi. Bahwa cewek yang dahulu menolak dan menghinaku, kini sedang berlutut di depan kakiku, seolah hamba sahaya sedang berlutut di depan rajanya. Sambil menyelomoti kontolku pula. Kontol yang selalu kupakai untuk mengucurkan air kencingku, selalu kupakai untuk memuntahkan pejuhku juga. Pasti sekarang dia nyadar, bahwa dunia sudah berputar adil. Dahulu dia berada di atas, aku di bawah ... dalam lumpur kemiskinan. Kini aku telah berada di atas dan dia berada di bawah telapak kakiku.

Tapi hal ini tidak lama terjadi. Karena dalam waktu singkat kontolku langsung ngaceng berat.

Karena itu kupegang kepalanya sambil berkata, “Cukup ... !”

Sementara itu kuanggap water heater sudah mulai bekerja. Aku pun memutar keran menuju titik merah. Maka shower utama pun mulai memancarkan air hangat dari atas kepala kami.

Anggraeni seperti enjoy dengan kucuran air hangat itu. Lalu mengambil sabun cair dan menjauh dulu dari pancaran air shower, untuk menyabuni sekujur tubuh dan anggota badannya. Aku pun mengucurkan sabun cair ke telapak tanganku. Tapi bukan untuk menyabuni tubuhku, melainkan untuk menyabuni memek Anggraeni sampai berbusa dan licin sekali.

Anggraeni diam saja. Mungkin ia belum mengerti apa yang akan kulakukan selanjutnya. Lalu seperti mengerti setelah aku menyabuni kontolku sendiri, lalu meletakkan moncongnya di permukaan memek Anggraeni. Dia tampak semakin mengerti ketika aku mendorong badannya sampai punggungnya menempel ke dinding, sementara kontolku sudah mulai membenam sedikit demi sedikit ke dalam liang memeknya yang super sempit tapi sudah dilicinkan oleh air sabun.

Anggraeni sudah tidak canggung lagi. Saat kontolku mulai mengentot liang memeknya sambil berdiri berhadapan begini, ia pun memeluk leherku dan berkali - kali mencium bibirku dengan hangatnya. Sementara matanya menatapku terus, dengan sorot cinta seorang cewek kepada panutannya.

Aebenarnya aku sendiri sedang sangat menikmati persetubuhan sambil berdiri di dalam kamar mandi ini. Sehingga aku pun mulai lupa daratan. Mulai menjilati leher jenjang Anggraeni disertai gigitan - gigitan kecil. Lalu menjilati ketiak kirinya sambil meremas - remas toket kanannya yang masih padat kencang itu.

Cukup lama kami bersetubuh sambil berdiri di kamar mandi ini. Sehingga kakiku mulai terasa pegal. Maka ketika kulihat Anggraeni seperti sudah memasuki detik - detik krusialnya, aku pun mencurahkan konsentrasiku agar bisa secepatnya ejakulasi. Dengan menaikkan kecepatan entotanku secepat mungkin.

Akhirnya aku berhasil melakukannya. Ketika kedua tangan Anggraeni meremas sepasang bahuku dengan tubuh bergetar lalu kejang ... lalu terasa liang memeknya bergerak- gerak reflex .... pada saat itu pula kontolku mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir pejuhku.

Kami terdiam dulu sejenak. Lalu pancaran air shower membilas tubuh kami yang masih ada busa sabunnya di sana - sini.

Setelah tubuh kami bersih dari air sabun dan mengeringkannya dengan handuk, kami sama - sama mengenakan kimono putih yang terbuat dari bahan handuk.

Kemudian kami keluar dari kamar mandi dan sama - sama merebahkan diri di atas bed kamar depan.

“Kamu mau langsung tinggal di rumah ini sekarang ?” tanyaku.

“Besok aja, “ sahut Anggraeni, “Mau bawa pakaian dan barang - barang lainnya dari kos - kosan. Sekalian mau pamitan sama ibu kos. “

“Iya. Manusia itu kalau datang harus kelihatan wajah. Kalau pergi harus kelihatan punggung, “ tanggapku.

“Tapi ... berarti aku akan tinggal sendirian di rumah sebesar ini ya. “

“Aku kan pasti sering datang ke sini. Tapi takkan bisa setiap hari. Karena selain hotel, banyak lagi yang harus kuurus. “

“Kalau mamaku kuajak pindah ke sini gimana ?”

“Oh iya ... mamamu tinggal sendirian sekarang ya ? “

“Iya. Sejak Papa meninggal, Mama tinggal sendirian. Di rumah kontrakan pula. Sedangkan beberapa hari lagi masa kontraknya habis. “

“Ya sudah. Daripada susah nyari duit untuk memperpanjang kontrak rumah, mendingan mamamu ajak pindah ke sini aja. Biar kamu ada teman pula di sini. “

“Ooooh ... terima kasih Yosef .... “ Anggraeni mengusap - usap punggung tangan kananku.

“Tapi kalau aku mau wikwik pasti susah kalau ada mamamu ya. “

“Kan di hotel bisa, seperti tadi. “

“Iya sih. Mmm ... jemput aja mamamu sekarang ya. “

“Iya ... iyaaa ... biar bisa numpang ke mobil Yosef ya. “

Aku mengangguk.

Anggraeni tampak ceria sekali.

Mungkin selama ini Anggraeni memikirkan nasib mamanya, tapi tak bisa berbuat apa - apa, karena keadaan Anggraeni sendiri masih serba kekurangan. Lalu kini aku mengijinkan pada Anggraeni untuk mengajak mamanya pindah ke rumah ini. Tentu saja Anggraeni senang dibuatnya.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd