Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Part 30





Wanita gendut yang bernama Fenti itu mengingatkanku pada Bu Yola. Tapi Bu Yola masih agak mudaan dan masih ada “bentuk”nya. Sedangkan Bu Fenti ini, wah wah wah, untuk melangkah pun kelihatan susah. Tapi aku berusaha membangkitkan semangatku sendiri. Yang penting ada memeknya ... !

Aku selalu sulit menebak usia wanita gendut seperti Bu Fenti ini. Kelihatan sudah tua, tapi aku sering salah tebak. Karena ternyata usianya jauh lebih muda dari tebakanku.

Biarin deh. Mau muda atau tua, yang penting memeknya masih licin. Karena kalau sudah kesat kering, bisa lecet kontolku nanti.

Dan aku tetap berprinsip “My User is My Queen”. Bu Fenti harus kuanggap sebagai ratuku. Karena dia sudah menyediakan duit yang cukup banyak untuk membayarku.

Aku akan berusaha enjoy saja. Hitung - hitung mencari pengalaman baru yang mengasyikkan. Bahkan diam - diam jadi penasaran juga, ingin segera tahu seperti apa rasanya memek Bu Fenti yang ndut ini.

Ternyata Bu Fenti periang dan terbuka orangnya. Begitu aku duduk di sampingnya, ia mencubit pipiku sambil berkata, “Jangan perempuan muda aja yang bisa menikmati enaknya brondong. Aku juga ingin ngerasain enaknya wikwik sama brondong yang cakep gini. Hihihihiiii ... ! Mumpung masih ada di kota ini mmmmm ... ternyata kamu bikin gemes Yosss ... “

Jujur kontolku langsung ngaceng setelah membayangkan bentuk memek Bu Fenti yang malam ini mengenakan gaun tidur yang panjang sekali, yang ujungnya sampai menyapu - nyapu lantai kalau dia sedang berjalan. Tapi aku bingung sendiri, harus mulai dari mana ya ?

Tampaknya Bu Fenti mengerti kebingunganku. Ia lalu memegang tanganku sambil berkata, “Jangan takut - takut gitu Yos. Aku takkan gigit kamu. Lakukanlah apa yang biasa kamu lakukan pada wanita lain. Aku sudah siap kok. “

Ucapan itu dilanjutkannya dengan bisikan di dekat telingaku, “Stttt ... memekku sengaja diwaxing dulu tadi siang, biar kamu gak susah nyari lubangnya. Dan sekarang aku udah gak pake celana dalam. Hihihihiiii .... biar gampang ... hihihiiiii .... “

“Masa ?! “ cetusku, bersikap pura - pura tak percaya.

“Lihat aja sendiri, “ sahut Bu Fenti sambil menyingkapkan long dressnya dengan sigap, sambil merenggangkan kedua paha gempalnya.

Lalu tampaklah perutnya yang buncit, mirip buah tomat pada bagian atasnya. Pusarnya memang mirip buah tomat yang sudah dibuang tangkainya. Bagian bawah perut dan pangkal pahanya menyembunyikan memek Bu Fenti yang katanya sudah diwaxing itu.

Bu Fenti pun mungkin menyadari hal itu. Karena ia berdiri sambil berkata, “Di atas bed aja, biar lebih leluasa. “

Aku mengangguk dan mengikuti Bu Fenti menuju sebuah kamar yang pintunya sudah terbuka sejak tadi.

Di kamar itu ada sebuah bed yang luas. Mungkin cukup untuk 3 wanita yang ukurannya “giant size” seperti Bu Fenti.

Di atas bed itulah Bu Fenti melepaskan long dressnya. Sehingga tubuh wanita gendut itu langsung telanjang bulat. Karena ternyata ia tidak mengenakan beha mau pun celana dalam sejak tadi. Mungkin karena ia sudah tak sabar, ingin segera diekse olehku tanpa buang - buang waktu lagi.

Setelah telanjang, Bu Fenti menumpukkan 2 buah bantal untuk ganjal bokongnya. Lalu ia menelentang dengan bokong terganjal oleh kedua bantal itu. Kemudian ia merentangkan sepasang pahanya, sehingga aku mulai bisa melihat “sesuatu” yang berwarna pink di antara sepasang pipi memeknya yang tembem seperti bapaw.

Tanpa disuruh aku pun melepaskan segala yang melekat di badanku. Lalu berlutut di depan memek yang agak ternganga dan berwarna pink itu.

Apakah aku benci melihat wanita “raksasa” yang sudah celentang pasrah ini ? Tidak. AKu justru penasaran, ingin tahu seperti apa rasanya memek wanita gemuk ini. Bahkan aku ingin menjilati memeknya yang nyempil dan hampir tak terlihat di bawah perut buncit dan pangkal pahanya yang bergelambir - gelambir itu.

Lalu kutepuk - tepuk memek yang “pemalu” itu sambil bertanya, “Berat badan Bu Fenti berapa ?”

“Tadinya sih duaratus kilo lebih, “ sahutnya, “Tapi setelah diet, sekarang tinggal seratuslimapuluh kilo. “

O my God ... setelah diet saja segini gedenya. Apalagi sebelum diet ... !

Lalu kudekatkan mulutku ke memek yang sangat tembem ini. Sambil mengangakannya dengan kedua tanganku. Lalu kujulurkan lidahku, untuk menjilati bagian dalam memeknya yang berwarna pink ini. Dengan agak kesulitan, karena sepasang pipiku terkepit oleh pangkal paha Bu Fenti yang over size.

“Aaaaahhhh ... “ Bu Fenti mulai mendesah, “Semoga kamu gak males wikwik sama aku yang gendut ini. “

Kuhentikan jilatanku sejenak untuk menjawabnya, “Gak mungkin males Bu. Aku malah sudah lama penasaran, ingin mencoba menggauli wanita ndut. Sekarang baru terkabul rupanya. “

Ucapan ini tentu bercampur dengan perasaan ingin menyenangkan hatinya. Karena aku tahu, dia harus membayarku cukup mahal untuk merasakan dientot oleh kontolku yang sudah ngaceng ini. Dan Bu Fenti tampak senang dengan jawabanku. “Masa sih ?! Kirain gak suka dapat pasangan wikwik gendut, “ ucapnya sambil memandang ke arah langit - langit kamar villa. Dengan memek tetap mendongak ke atas juga.

Aku pun menjilati lagi memek Bu Fenti yang menyiarkan harum eksotis parfum mahal. Sambil mengalirkan air liurku ke dalammulut memek yang menengadah itu. Jari tengah tangan kananku pun kuselundupkan ke mulut memeknya, sekalian untuk meratakan air liurku yang sudah membasahi mulut memeknya. Sementara jemari tangan kiriku mencari - cari kelentitnya yang masih tersembunyi di balik selubungnya. Setelah ketemu, aku pun menggunakan jempol tangan kiriku untuk menggesek - gesek kelentitnya. Sementara jari tengah tangan kananku ditemani oleh telunjuk kananku, untuk menyodok - nyodok mulut memeknya yang ternganga lebar. Tapi liang memeknya terasa masih kecil. Sehingga aku semakin bergairah untuk secepatnya membenamkan kontol ngacengku ke dalamnya.

Setelah belasan menit aku menyodok - nyodok liang memeknya dengan dua jari tangan kananku dan menggesek - gesek kelentitnya, Bu Fenti pun mulai mendesah - desah dengan nafas terengah - engah.

Bahkan akhirnya ia melontarkan suara, “Aaaaaaah .... aaaa ... sudaaaah Yooosss ... masukin aja kontolmu ... aaaaahhhh ... “

Sambil berlutut, kuletakkan moncong kontolku di ambang mulut memek yang berwarna pink itu. Lalu kudorong sekuat tenaga. Dan ... melesak masuk ... blessssssssss ....

“Dududududuuuuuh ... kontolmu panjang banget Yoooossss ... ini sampai nyundul dasar liang memekkuuuuu .... “ desis wanita gendut itu.

Aku justru senang, karena mampu menyeruduk dasar liang memeknya. Padahal kalau dia tidak mengangkang, mungkin sulit juga menyundul dasar liang memeknya, karena kedua pangkal pahanya bisa “memangkas” jarak tembus kontolku.

Karena air liurku sudah banyak teralirkan ke dalam liang memeknya, aku pun bisa langsung mengentotnya sampai kecepatan standar.

Kalau dirasa - rasa secara sepenuh hati, ternyata ngentot perempuan gendut ini enak juga. Karena liang memeknya terasa empuk dan hangat, tapi tetap ada daya cengkeramnya yang cukup kuat, sehingga aku merasakan nikmat yang sulit dilukiskan dengan kata - kata.

Bu Fenti pun mulai merintih - rintih histeris, mungkin karena merasakan nikmatnya genjotan kontolku yang panjangnya di atas rata - rata ini, “Aaaaaawwwhhhh ... aaaaah ... aaaaaaaah ..... hhhhhh .... di ... dientot sama brondong ternyata enak sekali yaaa ... masih sempurna ereksinya ... sangat panjang pula kontolnya ... sumurku jadi terjamah sekujurnya ... ooooh ... remasin lagi toketku Yooooosssss ... remasanmu lembut, tapi enak sekali ... iyaaaa ... iyaaaa .... aaaaaah ... aaaaaa ... aaaaahhhh .... “

“Mungkin posisi doggy lebih cocok buat Bu Fenti, “ sahutku sambil meremas - remas tobrut Bu Fenti.

“Ayo ... bolehlah ... nanti pantatku di pinggir bed, kamu ngentotnya sambil berdiri di lantai ya. “

“Boleh Bu. “

“Cabut dulu dong kontolnya. “

Aku pun mencabut kontolku dari liang memek yang ternyata enak dientot juga itu.

Bu Fenti dengan susah payah bergerak ke pinggir bed. Di situlah dia mendekam, seperti seekor kucing yang sedang mengintai mangsanya. Sementara bokong gedenya ditunggingkan, sehingga memeknya tampil full di antara sepasang pangkal pahanya.

Aku sudah berdiri di lantai sambil memegang bokong gede Bu Fenti, karena takut dia kebablasan mundur dan terjatuh ke lantai.

Setelah posisi memek Bu Fenti pas sejajar dengan pinggiran bed, aku pun mencolek - colekkan moncong kontolku ke celah memek tembemnya. Setelah terasa pas, aku pun mendorong kontol ngacengku .... langsung membenam ke dalam liang memek Bu Fenti yang sudah semakin basah dan licin ini.

“Oooooooh ... udah masuk lagi Yossss ... “ rengek Bu Fenti sambil memeluk bantal guling dan tetap menungging seperti kucing mau menerkam mangsanya.

Sambil berdiri aku pun mulai mengentot lagi. Sambil berpegangan ke sepasang pantat yang luar biasa gedenya ini. Secara iseng kutampar pantat kanan Bu Fenti yang bergelambir - gelambir itu. Begitu juga pantat kirinya kutampar juga ... plaaaak .... !

Ternyata Bu Fenti senang dengan kedua tamparanku itu.

“Iya Yos ... kemplangin bokongku seperti itu. Lebih kuat lagi juga gak apa - apa, ” ucapnya.

Kuikuti saja keinginan wanita gendut itu. Sambil mengentot liang memeknya yang masih lumayan menjepit ini, kukemplangi pantat kanan dan pantat kirinya dengan kuat.

Plaaaakkkkhhh .... ploooookkkkk ..... plaaaaaaakkkkkhhhh ... ploooooookkkkk .... !

“Duuuuh... jadi makin enak Yooosss .... kemplangin terus Yossss .... “ seru Bu Fenti di tengah gencarnya entotan dan kemplanganku.

Mungkin saking tebalnya daging pantat Bu Fenti, sehingga tamparanku sekuat apa pun tidak terasa sakit baginya. Bokongnya mulai merah padam, akibat kemplangan - kemplanganku. Tapi Bu Fenti seperti yang sangat menikmati semuanya ini.

Bahkan mungkin saking menikmati entotan bercampur kemplangan ini, pada suatu saat bokong gede Bu Shanti gedebak - gedebuk. Lalu ia mengejang tegang, pertanda akan mengalami orgasme. Buru - buru kutancapkan kontolku sedalam mungkin. Karena aku ingin ikut menikmati gerakan - gerakan rifleks liang memek yang sedang orgasme.

Dan ... aku merasakannya. Liang memek Bu Fenti bukan cuma berkedut - kedut, tapi juga disambung dengan gerakan memutar seperti spiral, yang meremas kontolku secara rifleks.

Aku sampai terpejam - pejam saking nikmatnya merasakan gerakan - gerakan rifleks liang memek wanita gendut itu.

Lalu terdengar suara Bu Fenti, “Hoooooohhhhhhh ... aku udah orgasme Yooosss .... sangaaaat nikmaaaaat ..... “

Lalu kucabut kontolku dari liang memek yang sudah luar biasa beceknya itu.

“Kenapa dicabut Yos ?” tanya Bu Fenti sambil menggulingkan badannya ke samping, jadi menelentang, dengan kedua kaki terjuntai ke lantai, “Kamu belum ejakulasi kan ?”

“Belum, “ sahutku. “ Mungkin Bu Fenti perlu istirahat dulu. Aku siap menunggu sampai fisik Bu Fenti pulih kembali. “

“Sekarang aja masukin lagi. Mumpung memekku masih becek. Anak muda seneng sama memek becek kan ?” cetus Bu Fenti sambil mengusap - usap memeknya.

Kali ini Bu Fenti tidak mengganjal bokongnya dengan bantal lagi. Tak mengapa, karena aku sudah hafal letak dan bentuk memeknya.

Maka tanpa kesulitan kubenamkan kontolku yang masih sangat ngaceng ini ke dalam memek super tembem Bu Fenti.

Lalu kuentot memek tembem itu sambil meremas sepasang toket super gede itu. Bu Fenti pun mulai mendesah - desah lagi. Bahkan sesekali ia memagut bibirku, lalu melumatnya dengan hangat. Dengan hawa nafsu birahi yang terasa ke dalam jiwaku.

Di samping itu aku mulai menyadari bahwa Bu Fenti ini ingin agar jamahanku lebih keras daripada biasanya. Mungkin karena dagingnya tebal gitu, seperti bokongnya. Pada saat aku meremas sepasang toket gedenya, ia minta lebih keras lagi meremasnya, aku pun menuruti keinginannya. Meremas sepasang toket gedenya kuat - kuat.

Kalau wanita lain mungkin akan memekik kesakitan waktu toketnya kuremas sekuat ini. Tapi Bu Fenti malah merem melek dibuatnya, sambil mendekap dan meremas - remas pinggangku.

Dan ... aku merasakan semua ini nikmat sekali. Meski keringatku bulai bercucuran, aku malah semakin bergairah untuk menggencarkan entotanku, sambil meremas sepasang tobrut Bu Fenti kuat - kuat.

Namun tampaknya Bu Fenti pun sangat menikmati aksiku, meski tadi ida sudah orgasme. Bahkan ketika aku merasa sudah tiba di detik - detik kritis dan bertanya mau dilepasin di mana, dia menjawab, “Di dalam memekku aja. Aku juga udah mau lepas lagi. Ayo barengin lepasinnya ... “

“Aman Bu ?” tanyaku.

“Amaaan. Aku ini wanita mandul Yos ... “

Ooo ... pantesan liang memeknya masih sempit. Ternyata dia mandul. Dengan kata lain, dia belum pernah hamil dan melahirkan. Mungkin bahan untuk baby dijadikan daging buat tubuhnya sendiri, makanya dia gendut begitu.

Aku pun menggencarkan entotanku. Meremas toketnya pun kuperkuat.

Sampai pada suatu saat, ketika liang memek Bu Fenti berkedut - kedut, lalu bergerak - gerak seperti ular membelit kontolku ... tepat pada saat kontolku pun sedang mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir pejuhku .... croooooottttt ... cretttttttt ... crooooooottttt ... crooooooooooooootttttt .... cretttt ... croooooooooooooottttttt .... !

Sesaat kemudian terdengar suara Bu Fenti, “Duuuuuuuh .... indah sekali Yosssssss ... ! Terima kasih yaaaaaaa .... “

Setelah sama - sama berpakaian pun Bu Fenti berkata lagi, “Yang barusan adalah hubungan seks paling berbobot di sepanjang hidupku selama ini. Kamu memang luar biasa memuaskan Yos. “

Sebenarnya aku masih bisa melakukannya sekali lagi. Tapi Bu Fenti tampaknya sudah letih. Mungkin karena bodynya over size begitu, sehingga nafasnya pun sering megap - megap.

Selain daripada itu, lusa aku harus meladeni wanita lain. Wanita yang katanya bernama Dhea. Dalam keterangan tambahannya, Mamih berkata bahwa Bu Dhea itu janda muda yang tajir melintir. Malah Mamih bilang, Bu Dhea itu tak kalah tajir meski dibandingkan dengan Tante Sharon sekali pun. Hanya saja Bu Dhea itu bisnisnya khusus bisnis properti. Hampir di semua kota besar di Indonesia ini dia punya tanah yang luasnya luar biasa. Bahkan propertinya sudah meluas ke beberapa negara di Asia Tenggara.

Mengingat bahwa besok aku harus istirahat seharian, karena esok harinya lagi (Jumat) harus berkencan dengan Bu Dhea itu., maka aku tidak memaksakan diri untuk mengentot Bu Fenti lagi.

Maka setelah ngobrol ke barat ke timur, aku pun pamitan pulang. Tentu saja dengan membawa sebuah amplop besar yang penuh dengan uang dari Bu Fenti.

Lalu aku pulang ke ruah kontrakan yang beberapa hari lagi akan jadi milikku dan akan kurombak total, sebagus mungkin.

Setibanya di rumah kontrakan, aku langsung tidur sepuas mungkin.

Keesokan harinya (Kamis), aku masih memanfaatkannya untuk beristirahat sehariu semalam. Hanya kalau lapar aku pergi makan di warung nasi terdekat. Cuma untukmenikmati goreng ayam kampung dan sedikit nasi.





5. Bu Dhea



Pada hari Jumat yang sudah dijanjikan oleh Mamih, jam 3 sore aku menjalankan sedan hitamku ke luar kota. Menuju daerah pegunungan yang udaranya sangat sejuk. Sehingga aku tak lupa mengenakan jaket kulit, agar tidak kedinginan di villa yang alamatnya sudah ada di dompetku itu.

Aku tidak mau dikasih kejutan lagi. Karena itu kubayangkan wanita yang akan kutemnui itu jelek dan jutek tapi kaya raya. Supaya jangan kaget seperti kemarin dulu. Ketika aku sedang membayangkan lemah gemulainya Bu Lia, malah ketemu wanita gendut sekali.

Seandainya Bu Dhea itu jelek, aku sudah siap untuk menggaulinya.

Ternyata villa yang kutuju itu luas sekali pekarangannya. Pasti villa ini milik pribadinya Bu Dhea, karena dia pelaku bisnis properti yang tanahnya tersebar di mana - mana. Kalau bisnis yang biasa disewakan, pekarangannya takkan seluas pekarangan villa ini.

Di pekarangan tampak sebuah sedan sport berwarna kuning muda sudah terparkir. Aku pun memarkir sedan hitamku di samping sedan sport yang harganya belasan milyar itu.

Seorang satpam menghampiriku pada waktu aku baru turun dari mobilku. “Mau ketemu siapa Boss ?” tanyanya sopan.

“Mau ketemu sama Bu Dhea, sudah ada janji dengan beliau,“ sahutku.

“Owh ... silakan langsung masuk Boss, “ ucap satpam itu sambil membungkuk hormat.

Aku pun melangkah ke arah teras depan. Kemudian mengetuk pintu depan tiga kali.

Tak lama kemudian pintu depan villa itu dibuka oleh seorang wanita muda ... muda sekali. Wanita muda itu mengenakan gaun hitam polos, yang dihiasi mute putih berkilauan, bertaburan di beberapa sisinya. Sesaat aku terpana, karena melihat betapa cantiknya wanita muda itu.

“Yosef ? “ tanyanya sambil memperhatikanku.

“Betul, “ sahutku, “ Dengan Bu Dhea ? “

“Iya. Ayo masuk Yos, “ ajaknya. Lagi - lagi ada wanita memanggilku Yos.

Aku dibawa ke sebuah ruangan, lalu diajak duduk di atas sofa menghadap ke dinding yang merupakan aquarium sangat lebar. Sepenuhnya dinding itu terbuat dari kaca tebal sebagaidinding aquarium juga. Ikan hias berwarna warni berbaris secara kelompok - kelompok. Belakangan aku tahu bahwa semua ikan hias di dalam aquarium raksasa itu berasal dari benua Afrika, disebut ikan african chihild.

Lalu sepintas lalu Bu Dhea menceritakan riwayat pribadinya. Bahwa waktu baru berusia 16 tahun ia menikah dengan seorang pengusaha besar yang usianya 3 kali usianya. Dengan kata lain, ia menikah dengan lelaki yang usianya sudah 48 tahun. Lelaki yang tajir melintir itu sangat mencintai dan menyayanginya. Sehingga Bu Dhea sangat dimanjakan olehnya. Apa pun yang diminta oleh Bu Dhea selalu dikabulkan. Namun sayang, 2 tahun yang lalu lelaki itu meninggal setelah menderita kanker otak yang tak dapat disembuhkan, meski sudah dirawat di luar negeri sekali pun.

“Begitulah ceritanya, “ ucap Bu Dhea di akhir penuturannya, “Setelah suamiku meninggal, aku memang menjadi pewaris hartanya yang berlimpah ruah, sesuai dengan surat wasiat yang dititipkan di penasehat hukumnya. Tapi almarhum tidak meninggalkan anak seorang pun, karena tadinya ia sengaja menunggu sampai usiaku di atas duapuluh tahun, baru boleh hamil. Tapi suratan takdirku berbeda dengan konsep almarhum. Justru ketika aku baru berusia duapuluh tahun, dia meninggalkanku untuk selama - lamanya. “

“Jadi Ibu sekarang berusia duapuluhdua tahun ?! ” aku mencoba menanggapi penuturannya.

“Iya. Memangnya menurut dugaan Yosef berapa tahun umurku ?”

“Tadinya kupikir Ibu seusia denganku, karena tampak masih muda sekali. “

“Terima kasih. Memangnya usia Yosef berapa tahun sekarang ?”

“Delapanbelas, menuju sembilanbelas Bu. “

“Kirain masih di bawah umur, “ ucapnya sambil menepuk lututku.

Tak lama kemudian seorang pelayan menyuguhiku soft drink dan tiga macam snack.

Setelah pelayan itu berlalu, Bu Dhea mempersilakanku menyantap suduhan yang sudah diletakkan di atas meja kaca kecil di depan sofa yang sedang kami duduki.

“Nah ... sekarang aku memesanmu kepada Mamih untuk datang ke sini. Dengan tujuan ingin hamil. Aku tak mau dihamili oleh lelaki yang bermaksud menikahiku. Karena aku takut menikah lagi. Takut kalau suami kleduaku hanya ingin menguras hartaku. Makanya mending dengan seseorang yang belum kukenal, asalkan sejarah kesehatannya bagus. Tidak menderita penyakit apa pun. Dan aku sudah mendapatkan surat hasil pemeriksaan laboratorium yang sudah memeriksa darah dan fisikmu secara lengkap. Jadi ... Yosef mengerti kan tujuanku ?”

“Mmm ... maaf ... Ibu ingin hamil olehku ?”

“Iya, “ sahutnya sambil menggenggam tanganku, “Kebetulan fisik dan paras Yosef bagus, sesuai dengan keinginanku. “

Aku berpikir sejenak. Lalu berkata, “Maaf Bu ... kalau ibu mau hamil, terkadang membutuhkan waktu agak lama. Dan harus mengkhususkan hubungan seks di masa subur Ibu. “

“Gak apa. Aku siap menunggu di villaku ini, sampai aku hamil. Dan sekarang justru aku sedang berada di dalam masa subur, “ ucapnya sambil merapatkan pipinya ke pipiku. Hawa hangat pun tersiar ke pipiku. Mungkin karena ia mulai horny karena sudah membayangkan akan mendapatkan sentuhan birahi dariku.

“Jadi selama masa suburku di bulan ini, Yosef harus tinggal di sini dahulu. Khusus untuk menggauliku tiap hari. Bisa ? ”

“Bisa, “ aku mengangguk, “Tapi hari Senin aku sudah berjanji untuk membayar sebuah rumah. Jadi aku akan minta ijin sehari saja, untuk menyelesaikan pembelian rumah itu di bank, karena pemilik rumah itu menggadaikan sertifikat rumahnya di bank. Kalau tidak segera ditebus, rumah itu bakal disita dan dilelang oleh pihak bank. “

“Nggak apa - apa. Libur sehari aja sih gak masalah. Apalagi kalau untuk urusan sepenting itu. Sekarang kan baru hari Jumat. Berarti selama tiga hari Yosef bisa menggauliku, lalu libur pada hari Senin. Dan keesokan harinya bisa ke sini lagi. “

“Siap Bu. Paling juga besok Bu Dhea harus telepon Mamih dulu, agar aku diijinkan untuk mengikuti program Ibu. “

“Gampang soal itu sih. Besok si Mamih akan kutelepon. “

Aku memang hari Senin sudah punya janji dengan Bu Lia, untuk melakukan transaksi pembelian rumahnya. Soal janji untuk wikwik dengan Bu Lia, bisa kuundurkan ke hari di mana aku sudah bebas dari “tugas mulia” untuk Bu Dhea ini.

Setelah aku minum softdrink dan snack yang disuguhkan oleh pelayan itu, Bu Dhea pun bangkit dari sofa. “Ayo pindah ke kamarku. Biar lebih serius, “ ucapnya sambil tersenyum manis. Hmmm ... kalau sering berjumpa dengan wanita yang cuma 3-4 tahun lebih tua dariku itu, bisa - bisa aku jatuh cinta padanya nanti. Karena dia menilaiku sebagai typenya, sedangkan aku pun menilai Bu Dhea typeku.

Setelah berada di dalam kamarnya yang tercium harum yang berbeda dengan harum parfum yang Bu Dhea kenakan, Bu Dhea berdiri membelakangiku. Minta tolong melepaskan kancing - kancing gaun hitamnya yang berderet di bagian punggungnya.

Aku pun membuka kancing gaunnya satu persatu.

“Bagaimana bentukku di matamu Yos ? “ tanya Bu Dhea pada waktu aku baru membuka kancing gaunnya.

“Sangat - sangat cantik dan anggun. Bahkan kalau aku boleh berterus terang, Ibu memiliki segala kriteria yang kudambakan, “ sahutku jujur. Karena wanita semacam Bu Dhea inilah yang sudah lama kucari.

“Masa ?! Hmmm ... bisa - bisa kita saling cinta mencintai Yos ... “

“Iya. Tapi aku akan tetap tahu diri Bu. “

“Jangan ngomong kayak gitu Yos. Aku tak pernah membeda - bedakan status sosial orang, “ ucapnya ketika kancing gaunnya sudah kubuka semua. Lalu ia melepaskan lengan gaun dari kedua lengannya. Dan gaun itu pun jatuh ke lantai. Sehingga tinggal beha dan celana dalam serba hitam yang masih melekat di tubuhnya.

Aku pun sekalian membuka kancing perekat beha yang berada di bagian punggung Bu Dhea juga. Lalu Bu Dhea sendiri yang membuka behanya.

Lalu dalam keadaan tinggal bercelana dalam Bu Dhea m=naik ke atas bed mewah yang ukurannya super lebar itu. “ Kamu juga harus telanjang Yos, “ pintanya setelah rebah miring, menghadap ke arahku. Seperti ingin menyaksikanku menanggalkan busanaku.

Aku pun melepaskan jaket kulit, baju kaus dan celana corduroyku yang semuanya berwarna hitam. Lalu menggantungkan semuanya di kapstok, termasuk gaun dan beha serba hitam milik Bu Dhea.

Terdengar suara Bu Dhea, “Kita kok bisa kompak ya. Pakaian kita sama - sama serba hitam. “

“Mungkin sebagai tanda kalau kita bakal sehati ... mmm ... sepikiran dan seperasaan, “ sahutku sambil melangkah ke arah bed, dalam keadaan tinggal bercelana dalam yang juga berwarna hitam ini.

“Hihihiiii ... iyaaaa ... sampai celana dalam kita sama - sama hitam ya ... !” serunya.

“Iya Bu ... hehehee ...” sahutku sambil naik ke atas bed, yang langsung disambut dengan pelukan hangat wanita muda belia itu.

Ketika aku menelentang, Bu Dhea menelungkupiku sambil berkata perlahan, “Kamu adalah cowok paling tampan di antara cowok - cowok yang pernah kenal denganku Yos, “ ucapnya yang disusul dengan ciuman hangatnya di bibirku.

Aku pun menyambutnya dengan dekapan erat di pinggangnya, sementara sepasang toketnya bertempelan ketat dengan dadaku. Sepasang toket indah yang berukuran sedang dan masih sangat kencang padat.

=====================================================================​







Tips buat pembaca :



Ada yang bertanya kenapa aku tak pernah gagal dalam mendapatkan perempuan baik untuk hubungan serius mau pun sekadar untuk bertualang di atas ranjang ?

Jawabannya, aku selalu tahu mana yang layak kuraih dan mana yang tak perlu didekati. Karena ketika berjumpa dengan seseorang, kulihat dulu sikapnya. Kalau dingin - dingin saja, ya sudah lupakan saja. Tapi kalau cara menatapnya sudah bersorot “jinak”, aku pasti berusaha mendekatinya.

Ada salah satu contoh yang pernah kualami sendiri, begini :

Saat itu aku sedang membutuhkan 2 orang ART, untuk pengganti Bi Cicih dan Bi Isah yang sudah mengundurkan diri dari rumahku. Terus ada tetangga yang bilang bahwa ada seorang wanita yang suka membawa calon pembantu dari kampungnya. Maka kubilang kepada tetangga itu, “Bolehlah. Kalau dia sedang mengantarkan pembantu ke perumahan ini, tolong pesan aja dua orang. “

Seminggu kemudian datanglah wanita yang biasa mengantarkan calon pembokat ke kompleks perumahan ini. Dia membawa pesananku, dua orang wanita muda untuk dijadikan ART di rumahku.

Pada waktu wanita berhijab itu menjabat tanganku sambil menyebutkan namanya, spontan aku berbuat jahil. Dengan menggarukkan kuku telunjukku ke telapak tangannya yang sedang berjabatan tangan denganku. Dia tampak kaget, mungkin geli juga. Tapi kulihat dia tersenyum sambil menatapku.

Itulah awal dari penjajakanku.

Saat itu Mama sudah giat di FO, sehingga aku leluasa berbicara dengan Bu Neneng, demikian wanita itu memperkenalkan namanya. Sementara kedua wanita muda yang diantarkannya sudah menyetujui tugasnya masing - masing dan gaji yang akan mereka terima. Di kompleks perumahan ini gaji pembokat gede, bahkan melebihi UMR.

Bu Neneng mengaku bahwa suaminya seorang guru agama di sebuah SD di kampungnya. Tapi aku tetap ingin mendapatkannya, karena kulihat wajahnya cantik dan bodynya membuatku tergiur.

Maka kutanya, “Kita jalan - jalan bisa ?”

“Kapan ? “

“Hari Minggu mendatang. Mau ?”

“Boleh, “ Bu Neneng mengangguk dengan senyum yang bisa kupastikan bahwa ia juga menyukaiku.

Lalu kutentukan di mana dia harus menunggu pada Minggu pagi yang kujanjikan.

Kemudian terjadilah semuanya di hari Minggu yang kujanjikan itu. Kujemput dia di tempat yang sudah kukatakan. Lalu kubawa dia ke luar kota, ke pemandian air panas mineral. Lalu aku menyewa kamar mandi. Dan di dalam kamar mandi itu kami sama - sama telanjang. Ketika aku mau memasukkan kontolku ke memeknya sambil bertanya, “Boleh ?” ia pun menjawab, “Iyalah. Udah kepalang basah. Hihihiii ... “

Tak puas ngentot sambil berdiri sambil berndam air panas, kubawa dia ke sebuah hotel yang tak jauh dari pemandian air panas itu. Dan di situlah kuentot Bu Neneng habis - habisan. Membuatnya ketagihan pada hari - hari berikutnya.

Itu hanya salah satu contoh dari pengalamanku.

Lalu pernahkah aku mengalami kegagalan ?

Tidak pernah. Karena aku hanya mau mendekati wanita yang sebanding dengan diriku. Aku tak pernah berusaha menggoda wanita yang ekspresinya tidak menyenangkan, meski pun dia cantik.

Itulah rahasianya. Rahasia untuk menghindari kegagalan.

Intinya aku harus tahu dulu apa dan siapa perempuan yang akan kuajak berhubungan serius mau pun sekadar bertualang. Perhatikan dulu sikap dan perilakunya. Kalau sorot wajahnya seperti memberi harapan, barulah aku maju. Kalau sama sekali tidak ada celah harapan, ngapain dipaksain ? Daripada kecewa di kemudian hari, mending tinggalkan saja. Perempuan lain masih banyak.

Memang dalam hal ini yang harus diutamakan adalah cara berkomunikasi. Cowok harus bisa memuji dan menjadi pendengar yang baik. Cewek pada umumnya takkan suka kepada cowok yang tidak mau mendengarkan omongannya. Cowok bahkan harus serius mendengarkan curhatan cewek, sekaligus memberikan solusi kalau memang ceweknya sedang ada masalah.

Itu saja tip darku.



Asep alias Yosef
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd