Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Aiiihhhh baru manasin mesin udh slese aja ni petualangan, brasa kurang mulu kl update wkwkwkkkk
Smangat lanjut terus ummmm🤤🤤🤤
 
Part 43






S
ebenarnya aku sudah siap untuk meladeni klien Mamih yang katanya puteri konglomerat bernama Fransiska itu. Tapi Selasa malam aku mendapatkan berita dari Mamih, bahwa rencana kencan bersama Fransiska itu diundurkan sampai tanggal dan hari yang belum bisa dipastikan, karena perempuan bernama Fransiska itu ada acara mendadak ke luar negeri.

Padahal aku sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi Fransiska yang seperti apa bentuknya itu. Tapi, yah, aku juga harus tahu diri. Tak boleh kecewa, karena namanya juga anak konglomerat. Pasti banyak acaranya.

Untuk menghindari perasaan kecewa, setelah menerima telepon dari Mamih, aku pun meninggalkan hotelku. Untuk pulang ke rumah megahku yang hadiah dari Tante Sharon itu.

Hari sudah malam ketika aku tiba di rumah megahku, rumah hadiah dari Tante Sharon yang sudah lumayan lama kutinggalkan. Aku selalu membawa kunci cadangan, sehingga aku tak perlu memjat bel atau mengetuk pintu. Setelah memasukkan mobilku ke garasi, kubuka pintu depan. Kulihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 malam. Aku mau membuka pintu kamar Mama, tapi pintu itu terkunci. Maka aku masuk ke dalam kamarku sendiri. Lewat pintu yang menghubungkan kamarku dengan kamar Mama, barulah aku bisa masuk ke dalam kamar Mama.

Kulihat Mama sudah tidur nyenyak, sehingga ia tidak menyadari kalau aku sudah berada di dalam kamarnya.

Mama tidur miring sambil menyimpan kedua tangan di antara sepasang lututnya. Mengingatkanku pada masa kecilku, yang sering tidur seperti itu. Namun saat itu yang paling merangsang adalah bokong Mama yang tidak tertutupi daster putihnya. Sehingga aku jadi ingin iseng, mencolek celana dalamnya dengan tekanan yang aku yakin pas di belahan memeknya.

Mama terperanjat. Bahkan sampai terduduk sambil menggesek - gesek mata sipitnya.

“Aseeep ?! Iiih ... mama kaget banget bafrusan ... kirain ada setan ... “ ucapnya.

Lalu Mama turun dan memelukku erat - erat. Sambil berkata sendu, “Kamu tega sekali meninggalkan mama lama sekali. Mama rindu sekali padamu Sayaaang ... “

“Baru sebulan lebih aku meninggalkan Mama. Kan udah kubilang, aku bakalan super sibuk selama lima bulan sampai enam bulan Mam, “ kataku sambil membelai rambut Mama yang terurai lepas.

“Iya mama juga masih ingat pesanmu itu. Tapi kalau mama kangen sama kamu gimana ? Mama jadi sering nangis sendirian kalau sudah gak kuat menahan kangen sama kamu Sayang. “

“Ayah gak pernah datang ke sini ?”

“Boro - boro datang. Nelepon aja gak pernah. Mungkin Ayah sibuk menanam durian di kebunnya itu. Tapi yang mama dengar ... Ayah udah tergoda sama seorang janda muda di kampung itu Sep. “

Aku kaget. Tapi berusaha menenangkan diri. Karena sebagai seorang lelaki, memang tak mungkin kuat untuk membiarkan kejantanan nganggur terus. Lagian Ayah belum tua - tua benar. Wajahnya pun tampan, makanya Mama jatuh hati kepada Ayah dahulu, mungkin berkat ketampanan Ayah itu.

“Biarin aja Mam, “ hiburku sambil mengusap - usap punggung Mama, “Kan Mama sudah punya aku. “

“Memang biarin aja. Walau pun resminya Ayah itu suami mama, tapi mama merasa Aseplah suami mama. Bahkan sekarang mama sedang mengandung anak Asep, bukan anak Ayah. “

“Coba lihat seperti apa perut Mama sekarang ?” pintaku.

Mama tersenyum. Lalu mengangkat dasternya sampai kelihatan perutnya.

“Belum buncit, “ tanggapku sambil mengusap - usap perut Mama yang memang belum buncit.

“Belumlah. Baru juga mau masuk tiga bulan hamilnya. “

“Kalau anaknya cewek, semoga secantik Mama, “ ucapku.

“Iya. Dan kalau anaknya cowok semoga setampan Asep, “ kata Mama sambil mencium sepasang pipiku.

Lalu Mama turun dari bednya, “Sebentar, mau sikat gigi dulu ya, “ katanya.

“Iya, “ sahutku sambil duduk di pinggiran bed Mama.

Setelah Mama muncul lagi dari kamar mandi, aku langsung berdiri dan mengangkat tubuh Mama, lalu membopongnya ke dalam kamarku.

Kemudian dengan hati - hati kurebahkan tubuh ibu tiriku di atas bedku. Mama tersenyum sambil memasukkan tangannya ke balik daster putihnya, lalu celana dalamnya dipelorotkan sampai terlepas dari kedua kakinya.

Lalu Mama mendorong dadaku, agar aku menelentang. Aku pun celentang sambil menunggu apa yang akan Mama lakukan selanjutnya.

Terasa sekali Mama sangat merindukanku. Dengan bersemangat Mama menurunkan kancing zipper celana denimku. Lalu menarik celana denim berikut celana dalamku sampai terlepas dari kedua kakiku.

Kemudian Mama duduk di antara sepasang pahaku, sambil menggenggam kontolku yang sudah ngaceng ini.

Mama menunduk, sambil menjilati leher dan moncong kontolku dengan lincahnya. Lalu mengulumnya sambil mengalirkan air liurnya ke batang kontolku. Dan mulailah Mama beraksi. Menyelomoti kontolku sambil mengocok badan kontolku yang tidak terkulum olehnya.

Belasan menit Mama melakukan hal ini. Kemudian Mama menyingkapkan dasternya sambil berjongkok, dengan kedua kaki berada di kanan - kiri pinggulku. Dengan memek di atas kontolku yang masih digenggamnya. Lalu memek Mama menurun, sehingga kontolku melesak masuk ke dalam liang memeknya.

Begitulah. Mama mengayun bokongnya dalam posisi WOT ini, sampai lebih dari sejam. Mama sudah dua kali orgasme, tapi tidak mau mengubah posisi. Ingin main di atas terus, sampai akhirnya aku ngecrot setelah Mama orgasme 3 kali.

Setelah Mama melepaskan kontolku dari liang memeknya, Mama merebahkan diri di sampingku, dalam keadaan sama - sama telanjang dan sama - sama bersimbah keringat.

“Maunya sih seminggu sekali kamu datang, biar mama jangan gila menahan rindu padamu Sayang, “ kata Mama sambil mengusap - usap dadaku yang masih basah oleh keringat.

“Akan kuusahakan, “ Tapi aku gak janji Mam. Kan aku sedang berjuang untuk masa depan anak kita kelak. Aku tak mau anakku menemui kesulitan sekecil apa pun. Makanya dalam hal ini kuharap Mama maklum, bahwa aku ini sedang berjuang untuk masa depan anak kita yang masih ada di dalam perut Mama ini. “

“Iya sih. Mama pun sedang berjuang agar FO berkembang terus. Itu juga demi anak kita. “

Lalu kami mandi bareng, ungtuk membersihkan keringat dari tubuh kami. Tapi aku tidak berusaha untuk menggoda Mama di kamar mandi. Karena badanku terasa letih.

Kemudian aku dan Mama tidur sambil berpelukan.



Esok paginya, aku ingin mebuktikan laporan Mama, bahwa ayah sudah tergoda oleh seorang janda itu. Seperti apa kenyataannya ?

Maka aku pun meluncurkan mobilku menuju kampungku. Sebelum memasuki batas kampungku, aku sudah menghubungi Ayah lewat handphoneku. Untuk mengetahui di mana Ayah berada. Ayah bilang ada di rumah.

Maka setelah hampir melewati mulut gang menuju rumah Ayah, kuparkir mobilku di pinggir jalan. Lalu aku berjalan kaki menuju rumah Ayah, rumah tempatku dilahirkan dan dibesarkan.

Sejak aku bergabung dengan Danke alias Dadang, ini adalah untuk pertama kalinya aku mau mengunjungi rumah yang meninggalkan banyak kenangan pahit di masa laluku.

Ternyata rumah berdinding gedek yang dahulu sudah nyaris roboh itu sudah berubah jadi rumah tembok bergaya minimalis yang lumayan megah, karena tanahnya hanya disisakan sedikit untuk pekarangan depan. Selebihnya dijadikan rumah semua. Bertingkat dua pula. Hmmm ... setelah Ceu Imas menikah dengan pengusaha bernama Darham itu, pasti Ceu Imas sangat dimanjakan oleh suaminya. Karena Ceu Imas jauh lebih muda daripada suaminya.

Begitu aku menginjak pekarangan yang sudah ditembok dilapisi keramik putih ini, terdengar suara perempuan memanggilkju, “Asep ... ?!”

Ketika aku menengok, ternyata yang memanggilku itu Nani, cewek yang sering kugoda di masa laluku, tapi selalu tidak dihiraukan olehnya. Karena dia sudah punya calon suami.

Ruman Nani itu berdampingan dengan rumah Ayah yang sudah disulap jadi rumah minimalis yang bentuknya keren ini.

“Hai Nan ... apa kabar ? Udah punya anak sekarang ?” tanyaku tanpa menjabat tangannya.

“Anak apa ? Nikahnya juga gak jadi. Asep sekarang udah jadi orang tajir melintir ya. “

“Kata siapa ? Aku sih masih tetap seperti dahulu. Masih makan nasi, masih suka makan rebus singkong dan ubi. Masih suka minum bajigur dan bandrek. Hahahaa ... “ sahutku sambil melangkah ke pintu depan yang sudah dibuka dan Ayah sudah berdiri di ambang pintu.

Mungkin Nani kecewa dan ingin berbicara lebih jauh tapi tidak bisa. Karena aku sudah menghampiri Ayah di ambang pintu.

Setelah mencium tangan Ayah, aku masuk ke dalam.

Lega juga hatiku setelah melihat keadaan di dalam rumah yang sudah lengkap perabotannya. Dalam tempo singkat Ceu Imas berhasil menyenangkan hati Ayah.

Di rumah yang sudah disulap jadi rumah cantik ini, ada ruang tamu, ada ruang keluarga, ada tiga buah kamar tidur yang dilengkapi kamar mandi masing - masing, ada kitchen modern, ada sebuah kamar pula di lantai atas.

Lalu aku dan Ayah duduk di ruang keluarga.

“Bagaimana kebunnya Yah ? Udah selesai tanam duriannya ?” tanyaku.

“Menanamnya sih sudah. Tapi hasilnya baru bisa dinikmati setelah usianya dewasa nanti. Makanya kebun itu diselingi tanaman yang cepat panennya. Ada kacang panjang, ada labu siam, ada tomat, ada cabe dan sebagainya. “

“Bagus itu Yah. Jadi gak usah belanja ke pasar. Bisa ambil dari kebun sendiri. Terus Ayah punya tukang kebun ?”

“Punya, “ sahut Ayah, “cuma seorang. Tapi lumayan rajin orangnya. Maklum masih muda. Dia malah bikin gubuk di batas antara sawah dengan kebun. Dia tinggal di gubuk itu. Jadi kebun dan sawah ada yang mengawasi. “

“Istrinya gimana ? Tinggal di gubuk itu juga ?”

“Dia duda Sep. “

“O gitu ya. Baguslah. Ayah jangan terlalu memaksakan diri untuk mengerjakan semuanya. Karena kebun dan sawah itu cukup luas, takkan bisa dikerjakan sendiri. Terus siapa yang masakin buat Ayah sehari - hari ?”

“Ayah sudah kawin lagi Sep. Sekarang dia sedang ke pasar, mau nyiapin makan untuk kamu. “

“Haaaa ?! “ aku terkejut mendengar pengakuan Ayah itu. Karena Mama cuma bilang Ayah tergoda oleh seorang janda. Tidak mengatakan kalau Ayah sudah kawin lagi.

“Kapan Ayah menikahnya ? Kok aku gak dikasihtau ?” tanyaku.

“Jangankan kamu, Mama juga belum tau, “ sahut Ayah, “Nikahnya cuma nikah siri. Sebulan yang lalu. “

“Tentu Ayah punya alasan kuat untuk menikah lagi, “ kataku.

“Iya. Ayah kan gak ada yang ngurusin. Gak ada yang masak, gak ada yang mijitin kalau ayah sedang pegal - pegal sehabis nyangkul di kebun. “

“Terus kalau istri Ayah ingin hamil, mau minta aku lagi yang menghamilinya ?” tanyaku setengah bercanda.

“Bisa aja, “ sahut Ayah, “Hahahaaaaa .... ! “

Aku heran dan merasa Ayah jadi sosok yang aneh begitu. Bisa - bisanya Ayah ketawa ketika sedang membahas sesuatu yang tidak lucu. Apakah aku juga kelak seperti itu ? Akan menjadi figur seorang ayah yang tidak punya rasa cemburu kepada anak cowokku ?

Entahlah. Mungkin aku takkan seperti Ayah.

Lalu kualihkan topik pembicaraan ke sudut lain. “Selain membangun rumah ini, apakah Ceu Imas suka bantu Ayah ?”

“Suka, “ Ayah mengangguk, “Tiap bulan dia suka mentransfer ke rekening tabungan ayah. Tapi jumlahnya tidak meledak - ledak seperti transfer darimu Sep. Apalagi sekarang, kakakmu itu sedang hamil calon anak pertama dari suami barunya. “

“Oh, Ceu Imas sudah hamil lagi ? Syukurlah. Biar ada ikatan yang kuat dalam rumah tangga mereka, “ ucapku.

Ayah cuma manggut - manggut. Dan ketika pandangannya tertuju ke ruang depan, Ayah berkata, “Tuh ibu barumu sudah datang. Nanti kamu harus manggil Bunda padanya ya. “

Aku pun menoleh ke ruang tamu. Memang benar, seorang wanita tinggi tegap sedang melangkah dari ruang tamu ke ruang keluarga.

Ayah pun menyambutnya dengan ucapan, “Sayang ... ini Asep yang sering kamu tanyakan itu. “

Lalu Ayah berkata juga padaku, “Sep ... salim dulu sama Bunda tuh. “

Aku menurut saja. Berdiri dan menghampiri wanita yang harus disebut Bunda itu. Lalu mencium tangannya. Wanita yang kutaksir usianya tidak jauh beda dengan Mama itu memegang bahuku sambil berkata, “Terima kasih sudah mau mampir ke sini ya Sep. “

Ayah kelihatan senang karena telah mempertemukanku dengan istri barunya.

“Belanjaannya banyak juga ya. Mau masak apa ?” tanya Ayah kepada Bunda.

“Kata Ayah masakin makanan yang Asep suka. Itu sudah beli kacang merah, kerupuk kulit, paru buat digoreng kering, ayam kampung dan banyak lagi, “ sahut Bunda.

“Ya udah kalau gitu Bunda masak dulu ya, “ kata Ayah.

Bunda melangkah ke dapur sambil menjinjing kantong plastik besar berisi belanjaannya.

“Sawah juga sudah dekat masa panen Sep, “ kata Ayah padaku, “Mungkin seminggu lagi panennya. “

“Wah asyik dong. Bisa makan - makan di pinggir sawah. Pasti nikmat rasanya, “ sahutku. “Teman nasinya gak usah muluk - muluk. Yang penting nasinya dibungkus pakai daun pisang ... “

“Itu timbel namanya. “

“Iya, timbel ! Hahahaaa ... sudah lama aku gak makan nasi timbel. “

“Iya, makananmu pasti yang kebarat - baratan terus, seperti spaghetti, pizza dan sebagainya. “

“Nggak juga Ayah. Makan di rumah makan Sunda juga sering. Tapik gak pernah pesan timbel. Soalnya aku tau, timbel di rumah makan itu berbeda dengan timbel tradisional. Di rumah makan, timbelnya cuma nasi dibungkus pake daun aja. Nasinya tidak dikipasin dulu. Jadi keringatnya masih banyak. Makanya aku kurang suka. “

“Iya sih. Banyak kebiasaan lama yang sudah dilupakan. Seperti kebiasaan ngakeul juga sudah dilupakan. “ (ngakeul = mengipasi nasi sambil diakeul/diaduk perlahan)

Aku menganggjuk - angguk.

Lalu aku berdiri untuk melepaskan kepenatan ngobrol terus dengan Ayah. Dan melangkah ke pintu depan. Ternyata Nani masih ada di pekarangan depan rumahnya yang masih tanah, belum ditembok dan dilapisi keramik seperti rumah Ayah. Nani duduk di bawah pohon sirsak sambil merajut benang rajut.

Aku pun berdiri di dekat pagar tembok pendek sambil meyapanya, “Lagi ngapain Nan ?”

Nani seperti kaget dan menoleh padaku. Sambil tersenyum manis. “Lagi bikin taplak meja. “

“Kirain lagi bikin sweater buat aku, “ kataku.

“Kalau mau, aku buatin deh. Tapi badannya harus diukur dulu. Loncat deh ke sini. Udah lama kita gak ketemu. Aku jadi kangen juga sama Asep. “

Aku pun melompati pagar tembok, untuk berdiri di pekarangan rumah Nani.

Lalu aku dipersilakan masuk ke dalam rumahnya yang terasa sepi sekali.

“Ibu ke mana Nan ?” tanyaku setelah duduk di sofa jadul ruang tamu.

“Belum dengar ya ? Ibu udah meninggal tiga bulan yang lalu. “

“Oooh ... aku turut berdukacita Nan. Jadi sekarang kamu tinggal sendirian di sini ?”

“Iya. Kang Emen dan istrinya udah pindah ke Sumatra. “

“Asyik dong. “

“Apanya yang asyik ?”

“Kamu bisa nyari cowok buat nemenin, agar gak kesepian. “

“Gak ada lagi cowok yang mau nemenin aku. Teman - teman kita kan rata - rata udah pada kawin. Ohya ... kamu beneran mau dibikinin sweater ? Kalau mau, aku mau ngambil meteran untuk ngukur badanmu. Biar nanti sweaternya pas dengan ukuran badanmu. “

“Nggak ah. Tadi aku cuma bercanda doang. “

“Kalau udah tajir sih mana mau pakai sweater buatanku kan ?”

“Emang siapa sih yang bilang aku udah tajir ?”

“Ayahmu, Ceu Imas juga, pernah bilang kalau kamu sekarang udah kaya raya. Udah punya hotel segala kan ?”

“Iya. Cuma hotel kecil, “ sahutku merendah.

“Mau dong kerja di hotelmu. Biar aku punya penghasilan tetap. “

“Mau kerja di bagian apa ?”

“Bagian apa aja. Jadi tukang pijit juga mau. Di hotel kan suka nyediain tukang pijit. “

“Emang kamu bisa massage ?”

“Bisa. Aku pernah dapat pelatihan massage. Tapi pasienku perempuan semua. “

Tiba - tiba terdengar suara Ayah memanggilku di luar, “Aseeeeep ... !”

“Iya Ayah ... sebentar ... !”

Lalu aku memberikan kartu namaku pada Nani sambil berkata, “Ini kartu namaku. Tertulis namaku Asep Yosef, jangan heran ya. Kalau kamu serius mau kerja, temui aja aku di hotelku. Udah ya, Ayah manggil tuh. “

Nani mengangguk sambil mengucapkan terimakasih.

Lalu bergegas keluar dari rumah Nani, melompati pagar tembok lagi dan masuk ke rumah Ayah.

Ternyata Bunda sudah menghidangkan makanan di atas meja makan.

Ayah berkata, “Ayo makan yang banyak Sep. Ini semua makanan kesukaan di masa kecilmu kan ?”

“Iya. Sayur kacang merah asem manis yang dibubuhi kerupuk kulit, goreng ayam kampung, kerupuk kampung, lalab dan sambel dadakan ini sangat menggiurkan, “ sahutku sambil mulai menyantap hasil masakan Bunda.

Ketika aku sedang asyik makan, Bunda bertanya, “Bagaimana Sep ? Makanan bunda enak gak ?”

Aku mengacungkan jempolku sambil menyahut, “Sangat enak sekali Bunda. Belum pernah aku merasakan masakan selezat ini. “

“Syukurlah kalau enak sih, “ kata Bunda sambil tersenyum senang.

“Asep tidur aja di sini ya. Soalnya ayah sehabis makan ini harus langsung ke kebun, untuk menebarkan pupuk, bisa sampai tengah malam baru bisa pulang nanti. Kamar yang di atas itu sengaja direncanakan Imas, untuk Asep kalau pulang katanya. Kamarnya kan lebih luas dari kamar - kamar di bawah. Biar kamu kerasan menempatinya. “

“Tapi mobilku diparkir di pinggir jalan Ayah. “

“Takut dicuri ? ”

“Bukan takut dicuri. Tapi takut keserempet kendaraan lain. Kalau dicuri sih gak takut, karena ada asuransinya. “

“Nanti sama ayah dititipkan di garasi Pak Daman, serahkan aja kuncinya ke ayah sini. “

Rasanya keterlaluan kalau aku menolak keinginan ayahku itu. Sehingga akhirnya, setelah selesai makan, kuserahkan remote kontrol mobilku kepada ayah.

“Mobilmu keyless ya ?” tanya Ayah.

“Iya, tanpa kunci kontak. Ayah bisa kan jalaninnya ?”

“Bisalah. Boss ayah yang di Kalimantan juga mobilnya keyless gini. Ayah kan sering juga nyetir mobil Boss. “

Setelah menyantap habis makanan di piringnya, Ayah berdiri sambil berkata kepada Bunda, “Aku berangkat dulu ya Bun. “

“Iya. Hati - hati di jalan Ayah, “ sahut Bunda.

Ayah mencolek bahuku sambil memberi isyarat dengan matanya. Aku pun berdiri dan mengikuti langkah Ayah menuju pintu depan. Kemudian Ayah berbisik di dekat telingaku, “Kamu boleh melakukan apa saja pada ibu barumu. Supaya dia merasakan kepuasan yang sebenarnya. Siapa tau juga dia bisa hamil seperti Mama Lanny. “

“Haaa ?! Ayah serius nih ?” tanyaku kaget.

“Sangat serius. Ya udah ... titip Bunda ya Sep, “ kata Ayah sambil membuka pintu tralis di pagar tembok pendek depan rumah.

Bisikan Ayah itu godaan yang sangat berat bagiku. Karena sejak melihat pertama kalinya tadi, Bunda itu cantik sekali. Bodynya pun sangat menggiurkan.

Lalu apakah aku akan mengalami déjà vu ? Akan mengalami seperti yang pernah kualami dengan Mama ?

Aku jadi bingung juga. Sehingga akhirnya aku menghampiri Bunda yang sedang mencuci piring di dapur. “Aku pengen lihat keadaan kamar yang di atas Bun. “

“Iya silakan. Kata Ayah sih kamar di atas sengaja dirancang oleh Imas untuk kamar Asep kalau tidur di sini, “ sahut Bunda.

Aku pun menaiki tangga menuju ke lantai atas. Setibanya di lantai dua, aku langsung membuka pintu kamar yhang katanya disediakan untukku itu Hmmm ... ternyata memang lebih luas kamarnya. Penataannya juga sudah bagus.

Ceu Imas memang sudah pernah tinggal di rumahku. Sehingga dia tahu sepert I apa bentuk dan segala perabotan yang ada di dalam kamarku. Semuanya serba mewah, karena yang menghadiahkannya padaku adalah istri sang konglomerat.

Melihat semuanya cukup layak, aku pun jadi ingin mencoba tempat tidurnya. Maka kulepaskan sepatu dan kaus kakiku. Lalu melompat ke atas bed yang lumayan bagus ini. Kasurnya pun mungkin yang terbuat dari bulu angsa, karena keempukannya berbeda jika dibandingkan dengan kasur busa.

Lalu aku menelentang di atas bed sambil menerawang ke mana - mana.

Tiba - tiba pintu dibuka dari luar. Bunda muncul dalam pakaian yang berbeda. Kini jadi berkimono putih, membuat wajah cantiknya semakin cemerlang. “Wah ... meski mengenakan kimono, Bunda kelihatan lebih cantik ... “ sambutku, mulai menjajaki.

Seperti biasa, wanita kalau mendapat pujian, sepasang pipinya jadi kemerahan, “Masa ?! “ cetusnya sambil naik ke atas bed dan duduk bersandar ke dinding.

“Serius, “ sahutku, “Ayah memang pandai mendapatkan istri. “

“Makanya Asep jangan kalah sama Ayah. Kalau nyari calon istri harus yang cantik. Karena Asep juga tampan, “ sahut Bunda sambil mencolek hidungku.

Tangan yang mencolek hidungku itu kutangkap. Terasa hangat tangan itu. Lalu aku duduk bersandar ke dinding juga. Tapi masih tetap memegang tangan Bunda. Lalu kucium tangan hangat itu. Bunda diam saja. “Bunda ... Ayah bilang apa ketika aku sedang di rumah tetangga sebelah tadi ?”

Bunda menatapku dengan senyum manis. Lalu menjawab, “Pokoknya Ayah itu sangat menyayangi Asep, sangat menyayangi bunda juga. Karena itu Ayah menganggap apa yang dimilikinya boleh Asep miliki juga. Terus, waktu Ayah bisik - bisik di depan tadi, apa kata Ayah ?”

“Mmm ... Ayah bilang, aku boleh melakukan apa aja sama Bunda. “

“Iya ... kira - kira seperti itu juga Ayah ngomongnya sama bunda. Bahkan Ayah bilang, Asep sengaja disuruh menghamili Mama Lanny dan sukses. Sekarang dia sudah hamil kan ?”

Aku terkejut mendengar rahasia Mama dibuka oleh Ayah. “Terus Bunda pengen hamil juga ?” tanyaku.

“Bunda sih gak mikirin hamil dulu. Pengen puas - puasin sama Asep dulu aja. Umur bunda kan baru duapuluhlima tahun. Nanti aja hamil mah setelah umur bunda udah deket - deket tigapuluh tahun. Makanya bunda mohon ... Asep harus sering - sering datang ke sini ya, “ ucap Bunda dengan wajah seperti memancarkan hasrat birahi.

Aku mau menyahut, namun Bunda keburu menyergapku. Membuatku celentang dan Bunda menghimpitku sambil mendaratkan ciuman di bibirku, yang dilanjutkan dengan lumatan hangat.

Tentu saja aku menyambutnya dengan balas melumatnya, bahkan sambil mendekap pinggangnya yang ramping sementara bokongnya ... gede sekali ... !

Dan justru bokong Bunda inilah yang sering kulirik secara diam - diam pada waktu Bunda sedang menghidangkan makanan untuk menyuguhiku.

Dan kini ... pada saat Bunda sedang menghimpit dan melumat bibirku, aku yakin benar kalau ia tidak mengenakan beha di balik kimononya, karena di kimono tipisnya ada dua titik menonjol. Lalu apakah ia juga tidak mengenakan celana dalam, karena sudah siap untuk disetubuhi olehku ?

Aku ingin menyelidikinya. Dekapanku di pinggang rampingnya berubah jadi menarik kimononya sedikit demi sedikit. Sehingga aku jadi bisa meraba - raba buah pantatnya yang aduhai ini. Tapi tujuanku ingin menyelidik apakah dia mengenakan celana dalam atau tidak ? Setelah meraba ke belahan pantatnya, ternyata aku tidak menemukan sehelai benang pun. Berarti Bunda benar - benar sudah menyiapkan diri, untuk dientot olehku ... !

Aku sendiri memang sudah siap untuk mengentotnya. Tapi tentu saja aku tak mau main “ langsung - langsungan ” begitu.

Aku berusaha untuk membalikkan posisi, aku di atas dan Bunda di bawah.

Kutatap wajah cantik dan punya mempesona itu sambil bertanya, “Memangnya Bunda sudah siap untuk begituan denganku ?”

“Siap Sep. Siap. Makanya ini bunda udah gak pake beha dan celana dalam, sengaja untuk memudahkan Asep menikmatinya, “ sahut Bunda tanpa tedeng aling - aling lagi.

“Tadinya aku ragu - ragu untuk melakukannya. Karena aku masih merasa seperti bermimpi. Tapi setelah mem[perhatikan bentuk Bunda ... lelaki buta aja yang tidak tertarik kepada Bunda yang bohay abis ini. Cantik pula, “ kataku sambil mengusap - usap dahi Bunda. Lalu mengecup bibirnya dengan segenap kehangatanku.

“Sama ... bunda juga tadinya ragu. Kan Ayah sudah menawarkan ini beberapa hari sebelum Asep datang tadi. Tapi bunda ragu - ragu dan takut kalau hal ini cuma jebalkan Ayah yang ingin menguji kesetiaan bunda. Tapi setelah mendengar cerita tentang istri pertamanya yang sudah Asep hamili itu, bunda jadi yakin bahwa tawaran ini bukan jebakan. “

“Aku belum tau di mana sebenarnya letak kelemahan Ayah. Apakah dia lemah sekali di atas ranjang ?”

“Lemah sih nggak. Tapi apa tuh namanya ... ejakulasi prematur. “

“Cepat ngecrot gitu ?”

“Iya. Bunda baru manasin mesin, si Ayah udah crat crot. “

“Oke. Kalau aku sih bisa bertahan lama. Asal Bunda kuat aja. “

“Kuat lah. Mau dua jam juga kuat. “

“Sebentar ... mau pipis dulu Bun, “ kataku.

“Bunda juga pengen pipis, ayo bunda temenin ... “ sahutnya sambil ikut turun dari bed menuju kamar mandi yang baru sekali ini kumasuki.

Di dalam kamar mandi, sekalian kulepaskan saja celana denim dan celana dalamku. Lalu kugantungkan di kapstok, sementara Bunda sudah duduk di kloset dan ... werrrrrrrrrrrrrrrrrr .... terdengar bunyi kencingnya, membuatku tersenyum sendiri. Lalu aku memutar badanku melangkah ke arah Bunda yang masih duduk di kloset, sambil memamerkan kontolku yang sudah ngaceng dan seolah menunjuk ke arah Bunda.

Bunda yang masih duduk di kloset memekik tertahan, “Aseeeep ... ! Kon ... kontol Asep kok panjang sekali gini ?” Bunda memegang kontolku dengan tangan agak gemetaran.

“Memangnya punya ayah gak panjang ?” tanyaku sambil membiarkan Bunda meletakkan kontolku di telapak tangan kirinya, sementara telapak tangan kanannya mengusap - usap kontolku dari pangkalnya sampai ke kepalanya.

“Punya Ayah sih paling juga setengah punyamu ini Sep. “

“Gak tau juga. Aku gak pernah merhatiin punya Ayah sih. “

Bunda melepaskan kontolku. Lalu cebok dengan shower yang tergantung di samping kloset. Lalu gantian aku yang kencing di kloset. Kemudian membasuh kontolku dengan shower itu juga.

Ketika aku memutar badanku, ternyata Bunda sedang menanggalkan kimononya, lalu digantungkannya kimono putih tipis itu di kapstok kamar mandi.

Lalu ... di depan mataku telah berdiri seorang wanita dalam keadaan telanjang bulat. Seorang wanita dengan toket lumayan gede, pinggang yang ramping dan bokong yang ... aduhai gedenya ... !

Maka aku pun melepaskan baju kausku sebagai satu - satunya benda yang masih melekat di tubuhku. Dan Bunda tampak senang melihatku sudah telanjang seperti dirinya. Ia memelukku dengan hangatnya sambil berkata, “Kita seperti Adam dan Hawa waktu baru diturunkan ke dunia ya. “

“iya ... seperti yang sudah kuduga, tubuh Bunda memang luar biasa menggiurkannya, “ sahutku sambil mengusap - usap tubuh bBunda mulai dari leher, toketnya yang lumayan gede tapi tidak segede toket Ceu Yati, perut dan pinggangnya yang ramping, pantatnya yang gede sangat dan ... memeknya yang tidak berjembut, tapi setelah diperhatikan, di memeknya itu ada bulu halus seperti bulu di lengannya. Berarti memeknya tidak dicukur. Ketika kutanyakan kepada Bunda, aku mendapatkan jawaban, “Bunda memang sejak remaja sampai sedewasa ini, tak pernah punya jembut. Kalau dicukur tentu takkan ada bulu halus dan pendek ini kan ?” Bunda mengusap - usap memeknya yang tembem tapi tak pernah berjembut itu.

“Berarti Bunda mahluk masa depan. Karena sekarang zamannya orang menggunduli bulu apa pun yang ada di tubuhnya, bahkan sudah mempergunakan sinar laser, “ kataku sambil mengusap - usap memek Bunda yang membuat kontolku semakinn ngaceng ini .......
Luar biasa alur cerita Suhu selalu ada kejutan yang tak terduga duga, horas suhu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd