wednesdayaddams
Suhu Semprot
Manusia dan kasih sayang itu seperti masakan yang butuh sejumput garam,
nggak perlu banyak banyak tapi perannya vital.
Apa jadinya jika ada orang yang hidup tanpa kasih sayang, yang saya maksud disini bukan kasih sayang sepasang kekasih, bukan...bukan itu (yah yang itu juga sih). Yang saya maksud adalah kasih sayang dari keluarga, kelompok kecil yang selalu ada bila kita membutuhkan, yang selalu ada tanpa kita minta.
Oke, straight to the point ! tadi malam saya bercinta dengan seorang wanita. Tidak ! bukan, bukan wanita, dia gadis kecil rapuh yang terperangkap di cepatnya ritme kehidupan Jakarta. Memberanikan diri untuk meningalkan zona amannya. Zona aman si gadis bahkan sudah tidak terasa aman lagi.
Zona aman absolute saya adalah kamar tidur saya terlepas dari panasnya yang menyengat, dan taburan abu rokok di setiap sudutnya. Kamar adalah bagian dari rumah saya dimana ayah, ibu dan kedua adik saya yang beranjak dewasa tinggal dibawah atapnya. Suara gaduh ibu memasak di dapur, atau ayah yang mengotak atik motor, bahkan teriakan cempreng si Neng sudah cukup bagi saya untuk memutuskan kembali ke rumah ditengah hiruk pikuk pikulan tanggung jawab yang saya emban. Tapi saya masih memiliki sebuah zona aman absolut. Tempat dimana kata pulang memiliki makna yang hyper realis.
Semenyebalkan apapun kondisi di rumah, segersang apapun kamar saya lengkap dengan jebakan batman penyebab benjol di kepala bagi yang tidak biasa berkunjung, tempat itu adalah tempat saya menarik nafas, mengisi energi setelah satu minggu jungkirbalik.
Kembali ke gadis rapuh yang saya setubuhi tadi malam, saya memanggilnya anita. Terlepas dari apakah itu nama aslinya, atau hanya nama panggung. Malam tadi dia mengaku kalau usianya 20 tahun...
Tiba tiba seorang wanita menelepon saya, ketika menulis tulisan ini. Wanita tangguh yang selalu menyediakan waktu dan perhatiannya tanpa saya pinta. Dan saya sia siakan dengan percuma. Yah waktu memang maha kuasa, menggilas apa saja yang dilaluinya. hubungan yang sudah terjalin lama dihempaskan olehnya.
Waktu beserta kaki tangan setianya bosan dan jenuh.
Wanita tangguh yang selalu saya curangi....
Siang tadi saya temukan bahwa si gadis rapuh baru berusia 18 tahun, make up dan wardrobe memang handal membuat ilusi optis. 18 tahun !!!! baru bisa membeli rokok secara legal, baru lulus SMA, lagi pusing memikirkan mau kuliah dimana. Setidaknya itu yang ada di bayangan saya, karena dia seusia dengan adik bungsu saya yang perempuan.
Sepanjang sejarah saya bergumul dengan wanita2 malam, saya selalu berusaha menghindari gadis kecil yang seusia dengan adik saya tersayang. Tapi memang birahi selalu berkuasa. Lebih baik saya tidak menceritakan detail pergumulannya, karena bila saya ceritakan, birahi yang selalu mengintip di balik celana akan kembali merangsek.
Usai berpacu dalam birahi saya dan si gadis rapuh tidur bersebelahan, sambil menghela nafas. Menikmati curahan endorfin yang membanjiri kelenjar hormon. Saya menikmati sebatang rokok bermerk asing, upaya menambah citarasa post orgasmic yang saya alami. Tiba tiba si gadis membenamkan wajahnya di bahu saya, mencari kenyamanan diantara rimbunnya bulu ketiak dan sisa keringat yang melekat pekat.
Nita iri deh sama cewek cewek yang lain...
kenapa ? seraya menghembuskan asap penuh nikotin
pengeeeen deh bisa tinggal di rumah, ada mama...ada papa....
emang kamu tinggal di sini terus ?
(pergumulan terjadi di kamar kosnya di kawasan surga ekspatriat jakarta)
nggak sih, kadang kadang pulang ke tempat emak...nenek aku...
hidup sebatang kara itu melelahkan.....
Dan airmata jatuh meleleh diantara lentiknya bulumata yang membungkus mata sayu si gadis. Bercampur dengan jejak keringat dan birahi di tubuh saya.
Saya tak mau berpura pura mengerti apa yang dirasakannya, saya hanya bisa tawarkan rengkuhan sepenuh hati untuk menampung segala keluh kesahnya. Setelah ia berbaik hati mau menampung gejolak birahi saya.
Si gadis kecil rapuh di belantara jakarta, menanti datangnya kasih sayang dan perhatian tiba.....walau hanya beberapa jam dan berharga beberapa rupiah.
*tulisan ini pernah dimuat di kampung sebelah, cuma pengen berbagi cerita aja sama kawan - kawan di sini
Terakhir diubah: