Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Gadis Mudaku

theprofessor

Semprot Holic
Daftar
17 May 2012
Post
343
Like diterima
15
Lokasi
di hatimu
Bimabet
Ini adalah cerita fiktif belaka dari sebuah daya hayal seorang pria.
Jadi silahkan di nikmati.
~
Cici (aku biasa memanggilnya CC) adalah keponakan yang
ketemu lagi beberapa bulan yang lalu (sekitar September
2001) di Mataram.
Sebagai mahasiswi salah satu Akademi Pariwisata
terkenal di Jakarta,
dia harus menjalani studi praktek di salah satu hotel
berbintang di Lombok.
Umurnya baru 19 tahun, beda jauh dengan umurku yang
sudah 35 tahun dan sudah menikah dengan dua anak.
Sekarang aku menjalani hidup pisah ranjang dengan
istriku, sejak dia menyeleweng dengan rekan bisnisnya.
Aku membutuhkan kawan wanita, tapi tidak suka ganti-
ganti atau jajan. One women at a time, lah. Hubungan
kami berlangsung biasa saja, karena kami hanya bertemu
satu atau dua kali sebulan, pada saat aku melakukan
kunjungan kerja ke kota S. Rasanya senang punya saudara
di tempat jauh.
Tapi, lama kelamaan senyumnya itu lho yang membuatku
mabok kepayang. Ukuran tubuhnya yang relatif (tingginya
hanya 155 cm) kecil pun merupakan impianku, karena aku
juga tidak terlalu tinggi (167 cm). Hubungan kami
sebenarnya mulai sebagai layaknya saudara, sampai suatu
hari saya telpon dan menyatakan keinginan saya untuk
berhubungan lebih serius.
"Kapan Cici ke Jakarta? Aku udah pengin banget nih
ketemu sama kamu." tanyaku ketika meneleponnya pada
awal bulan yang lalu.
"Wah aku nggak bias bolos, kecuali kalau hanya untuk satu
atau dua hari. Aku baru pulang nanti bulan Januari tahun
depan. Jatah tiket aku untuk bulan-bulan itu." jawabnya,
"Kecuali kalau ada yang mau kasih tiket pesawat,
hehehe."
Kesempatan nih, pikirku.
"Gimana kalau aku kirim tiket? Mau kan? Tanggal
berapa?" tanyaku penuh harap.
"Gimana kalau akhir minggu ini? Tapi jangan bilang sama
orang rumah kalau aku bolos lho!" pintanya mengingatkan.
Benar saja, pada hari Jumat sepulang kantor kujemput
dia di Cengkareng. Wow.., beda sekali! Dia pakai celana
jeans biru ketat, dengan kaos ketat menggantung,
sehingga pusarnya kelihatan. Dan, ya ampuun.., dengan
kaos yang ketat itu, terlihat dengan jelas betapa besar
buah dadanya yang terlihat terlalu besar dibanding
dengan badannya yang mungil. Kutaksir berukuran 36 lah.
Biasanya dia pakai baju agak longgar, jadi tidak begitu
kelihatan. Batang penisku langsung bereaksi, tapi lalu
kutenang-tenangkan agar cepat kendor. Belum waktunya.
"Gimana Ci, kita makan dulu ya..?"
Kami langsung ke Plasa Senayan, makan sambil ngobrol di
Spageti House. Setelah itu, kami langsung menuju di
Horison Ancol untuk menikmati waktu berdua kami.
Setelah ngobrol panjang lebar, kulihat dia berjalan
mendekati jendela yang menghadap ke laut. Kuanggap ini
sebagai undangan dan lalu aku mendekati dan memeluknya
dari belakang. Kurasakan buah dadanya menjadi lebih
kencang dan dipejamkan matanya. Kuciumi lehernya
dengan penuh gelora nafsu. Kulepas kaitan BH-nya
sehingga dengan leluasa dapat kuraba dan kuremas. Ooh
besar sekali buah dada ini. Kubalik badannya, kuangkat
kaos mininya dan kucium dan kulumat penuh gelora buah
dada itu. Sepertinya ia baru pertama kali pacaran
seperti ini.
"Haarhh.. malu nich..!" katanya, tanpa memintaku
berhenti.
Aku menjadi semakin berani. Celananya kubuka. Cici
memberontak sedikit, tapi tidak terlalu berarti. Kulepas
semua pakaiannya sehingga dia telanjang bulat,
sementara diriku masih berpakaian. Putih mulus tubuhnya
kunikmati, karena kami tidak mematikan lampu. Kucium
seluruh tubuhnya yang berdiri tegak di depanku. Seperti
cacing kepanasan, Cici menggeliat dan mengerang.
Seluruh badannya merinding dan menggigil.
Ketika ciuman dan jilatanku sampai ke daerah
kemaluannya, Cici mengerang hebat sambil meremasi
rambutku.
"Hegh.. Harrch.. Enak sekali. Kaki saya lemes Harch..
tolong akhhu heh..!" erangan yang terdengar sangat
merangsang bagiku.
Sekali-sekali kuraba dan kuremas lembut buah dadanya
yang menggunung itu, sangatlah seksi dan merengsang
berahiku.
"Harch heehh please..! Aku lemas sekali nich.. auch..!"
lenguhnya semakin tinggi.
Aku segera mengangkatnya ke tempat tidur dan
melanjutkan jilatan-jilatanku di daerah surganya. Tidak
terasa, sudah lebih dari 10 menit aku memberinya
pengantar kenikmatan, seolah ia sudah sangat
pengalaman. Sampai akhirnya, aku terkejut karena ia
menjadi seperti kejang, meremas kepalaku dan
menekannya ke vaginanya.
"Harchh.. aku mau.. augh..!" lenguhnya meninggi.
Wow.., dia sudah orgasme. Ada sedikit cairan kental
keluar dari vaginanya, hangat dan nikmat. Dalam keadaan
terengah-engah masih kujilat bibir vaginanya. Lenguhan-
lenguhannya seperti tidak mau berhenti. Terkulailah
gadisku lunglai seperti tanpa daya. Kupeluk dan kucium
bibirnya dengan mesra dan cinta. Aku sengaja menahan
diri, untuk memberinya kesempatan lebih dulu.
"Gimana Ci, enak..?" tanyaku, "Kamu pernah seperti ini
sebelumnya..?"
"Aku nggak tahu pasti bayanganmu tentang diriku, Har.
Mungkin kamu menganggap aku perempuan murahan. Tapi
sungguh, ini pertama kali aku merasakan kenikmatan yang
tak terlukiskan. Biasanya, aku hanya masturbasi saja.
Aku mau mempersembahkan keperawananku pada orang
yang kucintai." jawabnya.
"Jadi kamu masih perawan..?" tanyaku dengan heran.
"Ya, aku masih perawan. Dan aku akan
mempersembahkannya untukmu. Aku sangat mencintaimu,
Har."
Jawaban ini membuat hatiku runtuh, sebab biasanya aku
berpacaran dengan wanita-wanita yang sudah tidak
perawan.
"Cici aku minta maaf, tapi sepertinya aku tidak sanggup
melanjutkan. Aku belum mengatakan, gimana latar
belakang dan keadaanku sebenarnya." keinginanku untuk
menjelaskan dipotong Cici.
"Har, aku sudah tahu kok. Aku tanya sama teman-
temanmu di sana. Dan mereka memberi tahu apa adanya.
Jadi, aku sudah tahu dan siap untuk menjadi madumu."
jawabnya dengan centil sambil mencubitku.
"Yang bener nih..?" tanyaku sambil tertawa, bahagia
sekali rasanya.
Kutengok arlojiku, sudah jam 11 malam.
"Kamu nggak mau pulang nengok Papa-Mama Ci..?"
"Kan sudah saya bilang, saya bolos dan kamu harus
merahasiakannya, Oke..!"
Dia membalikkan badannya sehingga menghadapku,
kulonggarkan pelukanku dan dia seperti tersadar. "Lho..,
jadi kamu tuh masih berpakaian to..? Ya ampun, malu nih..!
Payah kamu. Ayo dong, kamu juga buka baju..!"
Aku segera membuka baju. Cici memandang dengan penuh
rasa ingin tahu. Tanpa sadar, burungku yang tegang sekali
ternyata telah mengeluarkan cairan bening.
"Har, burungmu besar sekali. Muat nggak ya..?" tanyanya
sambil memandangi penisku yang coklat kehitaman.
Ukurannya sebenarnya tidak lah besar, tergolong kecil
lah karena hanya sekitar 14 cm.
"Kok ada cairan beningnya sih..?"
"Ya iya, aku kan juga merasakan kenikmatan dengan
memberimu yang tadi itu."
"Har, kasih tahu dong gimana aku bisa memberimu
kenikmatan seperti yang kurakakan tadi..!" pintanya.
"Learning by doing aja ya." jawabku.
Setelah memberi tahu cara-caranya, aku lalu rebahan.
Masih dengan agak canggung, Cici mulai memegang,
menggosok dan memijat penisku, juga buah pelirnya.
"Ooh.. Cici, enak sekali..!" gumanku menikmatinya.
"Mulai dikemut dong Sayang..!" pintaku.
Cici dengan agak ragu memasukkan penisku ke dalam
mulut mungilnya. Pada awalnya agak sakit, karena
sesekali terkena giginya, tapi kemudian Cici menjadi
lebih pintar. Kuluman atas penisku menjadi lebih lembut
dan nikmat sekali.
"Kemut, jilat dan raba semuah.. Ci..!" pintaku karena
mulai menanjaklah kenikmatan itu.
Karena sering kali tidak tahan, aku menggoyangkan
pantatku. Sehingga, jilatan bagian bawah buah pelir
seringkali salah ke daerah sekitar anus. Dia
memejamkan mata, jadi dia tidak tahu, tapi aku dapat
merasakan kenikmatannya.
"Oougghh.., enak sekali Ci..!" erangku tiap kali daerah
duburku terjilat.
Pada awalnya aku memang tidak sengaja, tapi kemudian
sesekali kupelesetkan karena nikmatnya. Aku belum
pernah mengalami kenikmatan ini dari wanita mana pun.
Kenikmatan mulai memuncak dan aku meminta Cici untuk
mengulum penisku, karena aku sudah mendekati puncak.
Cici mengulum sambil menggerakkan kepalanya ke atas-
bawah dan kadang memutar. Dan sampailah puncak
kenikmatan itu.
"Aauugghhrhh.. aku keluarhh..!" erangku sambil meremas
rambut Cici dan memegangnya erat agar tidak lepas.
Cici terkejut karena semprotan spermaku yang
kusemburkan air nikmat itu ke dalam mulutnya, yang
membuatnya menelan sambil gelagapan.
Sisa spermaku menetes dari mulutnya.
"Kenapa dikeluarkan di mulutku Har..?" Cici memprotes.
"Sama saja Sayang, kamu tadi kan begitu juga. Enak
kan..?" aku menimpali sekenanya.
Semula ia terlihat jengkel tapi kemudian tersenyum,
paham.
Jam 12 malam sudah. Satu sama. Cici melihat ke penisku
dan heran.
"Lho kok jadi kecil dan pendek. Tadi besar sekali sampai
mulutku nggak muat..?"
"Ya iya dong Sayang, kalau lagi bobok yang cuma 3 cm,
tapi kalau bangun jadi tambah besar, hebat ya..!"
"Trus kalau mau bikin besar lagi, caranya gimana..?" Cici
tanya sambil meremas-remas penisku.
"Kalau mau agak lama, ya gitu, diremas, diraba. Kalau mau
cepet ya dikemut lagi."
Dan tanpa diminta, Cici segera mengemut batang penisku,
yang kemudian memang langsung membesar pada ukuran
penuhnya. Aku tidak mau ketinggalan, kubalikkan badanku
sehingga kami mempraktekkan posisi 69. Cici sepertinya
menjadi bangkit gairah dan melenguh-lenguh sambil
mengulum batang penisku.
Setelah kami sama-sama penuh gelora dan napas kami
telah tersengal-sengal penuh kenikmatan, Cici bertanya,
"Gimana lanjutnya Har..?"
"Kamu bener udah siap..? Kamu nggak nyesel nanti..?"
kutanya Cici karena aku sebenarnya mendua, ingin
menjaganya sekaligus ingin menuntaskan hubungan asmara
kami.
"Aku kan sudah bilang. Aku siap untuk mempersembahkan
keperawananku buat kamu. Jadi mulailah, gimana..?"
Mendengar jawaban ini, akal sehatku padam. Segera aku
berlutut di antara selangkangannya. Kutempelkan batang
penisku ke vaginanya. Menggesekkannya dan sedikit
menekannya.
"Ouuch Har.., enak sekali..! Terusin Har..! Aahh..!"
lenguhnya mulai merasakan kenikmatan.
"Cici, yang pertama ini agak sakit, tapi hanya sebentar.
Kamu akan terbiasa dan mulai merasakan nikmatnya.
Tahan ya..!" sambil kutelungkupi badannya yang mungil itu.
Kucium bibirnya dengan penuh nafsu dan kusedot kuat-
kuat. Kucium dan kugigit-kecil puting susunya. Cici
mendesah nikmat. Kucium lagi bibirnya kuat-kuat. Dan
ketika itulah kutekan batang penisku masuk ke liang
senggamanya. Cici memelukku erat terhenyak. Pastilah
dia menahan sakit.
Setelah batang penisku masuk sepenuhnya, kubiarkan ia
di dalam, diam. Terus kucium bibirnya sambil kubuat
kedutan-kedutan kecil di kemaluanku. Cici ternyata
melakukan refleks yang sama. Otot vaginanya juga
membuat kedutan-kedutan kecil, yang semakin lama
terasa seperti tarikan-tarikan halus, menyedot batang
penisku, seolah meminta lebih dalam. Aku mulai
mengayun-ayun pelan dan mulai kurasakan ujung
kamaluanku menyentuh liang rahimnya. Oooh nikmat
sekali. Inilah alasanku, mengapa aku selalu lebih senang
dengan wanita bertubuh mungil. Tubuh yang dapat
memberiku kenikmatan lebih. (Tapi kalau adanya yang
tinggi, ya nggak nolak, hehe..)
Ayunanku mulai lebih lancar dan berirama. Cici
sepertinya sudah tidak sakit lagi. Atau barangkali
kenikmatan ini telah mengalahkan rasa sakitnya.
"Gimana Sayang, enak..?"
"Oouuh Har.., terusin..! Lebih keras.., lebih cepat.. hegh..
ooh.. Har nikmat sekali Sayang..!"
"Cici, nanti aku semprotkan maniku di dalam atau di
luar..?"
"Terserah, apa pun yang membuat kita nikmath hegh..!"
"Kalau nanti kamu hamil gimana..?"
"Biarin, biarin, aauchh..!"
Kami bicara sambil menggoyang badan kami. Dengan
refleknya Cici mengimbangi setiap sodokan dan
goyanganku. Kalau aku cepat, dia pun mempercepat. Kalau
aku melambat, dia pun begitu. Sambil menggoyang,
kulumat bibirnya, kusedot dan kugigit-gigit kecil buah
dadanya.
Belum lima menit kami mendayung lautan kenikmatan,
Cici kelihatan mulai lebih liar. Goyangan pinggulnya
menjadi lebih cepat dan tidak terkendali. Pelukannya
menjadi lebih erat. Dan dia melenguh dengan hebat dan
aku merasakan denyutan-denyutan otot vaginanya. Ayunan
batang kemaluanku kubuat menjadi lebih kuat tapi tetap
pelan untuk memberikan kenikmatan yang lebih. Dua,
satu.
"Ooch.., Har aku capek sekali, tapi kamu belum ya..?"
"Kita istirahat dulu deh, nanti lagi..!"
"Jangan Har, jangan lepaskan, kita teruskan, kupuaskan
kamu, gimana pun..!"
Cici mulai menggerakkan pinggulnya. Ayunan batang
kemaluanku kuteruskan. Agak tidak tega aku sebenarnya.
Tapi Cici sepertinya agak memaksa. Jadi, sambil
berpeluk dan berguling kami terus mengayun, mendayung
kenikmantan. Orgasmeku yang kedua biasanya memang
agak lama, kadang aku harus menunggu 10-20 menit.
Dan begitulah, Cici mulai melenguh kenikmatan, dia mulai
mempercepat dayungan perahu mungilnya. Aku
mengimbangi. Betapa nikmatnya. Dan rasa nikmat ini
menjadi berlebih-lebih lagi, karena aku memberikan
kenikmatan pada gadisku yang mungil, cantik dan
menggairahkan ini.
"Hhegh.. Har.. Har.. oh Sayang, aku mau sampai lagi..!
Oooh cepat.. cepat.. lebih keras..!" lenguhannya datang
lagi bersamaan dengan urutan-urutan lembut pada batang
penisku.
Aku menjadi semakin bernafsu. Cici mulai lemas. Benar-
benar lemas.
"Har, kamu belum juga ya Sayang..? Ayo dong Say..!
Kasihanilah aku, sudah lemes banget nich..!" Cici mengiba
dan memuncakkan birahiku.
Kogoyang dengan liar penisku dalam vaginanya, terus dan
terus sampai akhirnya, "Cici, ough.. ach.. terimalah air
maniku Say, nikmatilah siraman kenikmatanku.. Hegh..!"
Dan aku pun sampai pada pelabuhan kenikmatan yang
kudambakan. Kusemprotkan maniku sejadinya. Walaupun
maniku sudah habis, tapi kedutan kenikmatan terus
kurasakan pada penisku, apalagi vagina Cici terus
mengurutku.
Walaupun sudah orgasme, batang kemaluanku masih tetap
tegang penuh. Tidak seperti ini biasanya. Kami
berpelukan, berciuman. Kuelus dan kukemut susunya yang
besar menantang itu. Beberapa saat sampai akhirnya
kami benar-benar terkulai lemas. Habis tenaga kami.
Basah kuyup badan kami oleh peluh kenikmatan.
Kutengok TV yang masih menyala tanpa ditonton dan
tanpa suara. Buletin Malam RCTI. Waahh, berati sudah
jam satu lebih. Lama sekali kami bercinta penuh gairah,
nafsu dan sayang. Cici merebahkan kepalanya di dadaku.
Sesaat kemudian, kami ke kamar mandi bersama-sama.
Saling memandikan di bawah siraman air hangat yang
membuat kami segar kembali. Kadang kami saling
berpelukan sambil menggesekkan tubuh kami. Oohh..,
nikmatnya dunia.
Kami kembali mengobrol dengan tubuh hanya berbalut
handuk. Dari cara duduknya, Cici secara tidak sengaja
mempertontonkan bukit surganya padaku, membuat batang
penisku tetap tegak berdiri. Aku memesan makanan
ringan, teh panas untuknya dan susu untukku sendiri. Cici
menggoda, berjalan mendekatiku menyodorkan buah
dadanya, memasukkan puting susunya ke mulutku. Tepat
memang, karena aku duduk di tempat tidur.
"Susuku yang dua ini sudah kupersembahkan padamu, nggak
cukup ya..? Kok masih pesan susu ke Room Service. Susu
siapa sih yang dipesan..?" godaan ini membuat Cici dan aku
tertawa terbahak-bahak.
Kami bergulingan sambil berpelukan. Bahagia sekali
rasanya.
Pesanan kami telah sampai dan kami menikmati dengan
saling menyuapi. Ketika Cici mau berdiri, dia menyenggol
gelas susu. Sehingga ada sedikit yang terciprat ke
dadanya. Untung susu itu hangat saja. Cici mencari
tissue, tapi kucegah. Kurebahkan dia di tempat tidur,
kujilat susu yang ada di atas dadanya sambil kujilat
puting susunya. Cici mengerang kenikmatan.
"Nakal kamu ya..!" katanya sambil bangkit dan mencubitku.
"Har, kok burungnya bangun terus sih..? Aku sudah capek
sekali, kamu masih mau lagi ya..?"
"Ya masih dong, tapi nanti saja. Kita bobok dulu yuk..!"
Akhirnya kami rebahan. Kubalikkan badannya
membelakangiku. Mau tidak mau, batang penisku masuk
juga ke selangkangannya. Tapi aku diam saja. Sesekali
Cici mengurut batang penisku dengan vaginanya.
Berkedut-kedut. Tanganku mengelus-elus buah dadanya.
Kami mungkin sudah sangat lelah, sehingga tanpa terasa
kami tertidur, dengan penisku berada dalam vaginanya.
Tidur yang sangat nikmat.
Hari Sabtu, hari libur, hari malas. Aku biasa bangun jam
10 pagi. Tapi hari ini molor sampai jam 12. Kami bangun
mandi berbenah sedikit untuk siap-siap jalan-jalan.
Penisku tetap tegap dari tadi pagi, karena aku sangat
menikmati asmara ini. Di depan Cici, kutelepon anak-
anakku. Mereka bersama dengan baby sitter dan nenek
mereka. (Jangan salah menduga, mereka tetap terurus
kok.) Kami mengobrol kurang lebih 30 menit. Aku senang,
mereka pun senang. Aku bilang bahwa aku akan pulan hari
Minggu siang, setelah mengantar Cici ke bandara,
tentunya. Cici pun mengirim salam untuk mereka.
Ketulusan Cici mengirim salam pada anak-anakku
membangkitkan gairahku yang tidak tertahankan. Kubuka
celananya jeans-nya dan tanpa pemanasan kusenggamai
Cici dari belakang sambil berdiri. Cici menanggapi dengan
gelora membara pula. Vaginanya yang semula kering
segera membasah membuat gesekan-gesekan kenikmatan
kami menjadi menggila. Napas Cici tersengal-sengal.
Goyangannya menjadi lebih liar, kadang maju mundur
kadang memutar. Sekehendaknya Cici mencari kenikmatan
di liang senggamanya. Goyanganku pun menjadi lebih
cepat dan keras.
Tiba-tiba Cici membalikkan wajahnya, "Cium, Harr..!"
Langsung kucium bibirnya sambil kuremas-remas gemas
buah dadanya yang besar itu. Ternyata ini adalah saat-
saat puncak orgasmenya. Vaginanya meremas-remas
batang penisku, berdenyut-denyut. Ini membuatku
kesetanan. Kegenjot vaginanya keras-keras sampai tubuh
Cici berguncang-guncang. Tidak lebih dari 5 menit,
kusemburkan maniku dalam vaginanya. Luar biasa, cepat
sekali. Setiap semprotan mani kusiramkan dengan
sodokan-sodokan keras penuh kenikmatan. Banjirlah
vaginanya dengan siraman air maniku.
Cici dan aku ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sekeluar dari kamar mandi, dia memelukku erat sekali,
menciumku mesra sekali.
"Har, aku terima kamu apa adanya, rela aku jadi
pendampingmu, apapun statusku. Itu tidak terlalu
penting, aku sangat mencintaimu, juga sayang dan kasihan
pada anak-anakmu. Tapi aku sadar, bagaimanapun aku tidak
akan jadi ibu mereka. Udah deh, yuk kita jalan-jalan
dulu..!"
Kami jalan-jalan di Ancol, mengunjungi semua tempat
hiburan sampai malam hari. Malam Minggu yang
melelahkan tapi juga sangat membahagiakan. Sampai
akhirnya, kami mojok di pantai dekat kuburan Belanda,
yang paling sepi.
"Waktu cepat sekali berlalu ya Harr..!" Cici membuka
pembicaraan setelah beberapa saat kami berdiam dan
lamunan kami berjalan entah kemana.
Yang jelas, aku hanya membayang-bayangkan, gimana
kelanjutan hubungan ini.
"Begitulah Say.. Gimana kalau kamu menunda sehari
lagi..?" tanyaku tanpa harap, sebab aku tahu ini tidak
mungkin.
Cici hanya terdiam. Aku pindah ke jok belakangan diikuti
Cici. Direbahkannya kepalanya di pangkuanku. Batang
kemaluanku pun langsung menegang keras. Cici
merasakannya dan langsung membuka celanaku.
"Harh, si Adik bangun lagi." sambil tangannya mengelus-
elus batang dan lidahnya mulai menari di ujung penisku.
Aku tidak mau kalah, celananya kulepas sehingga aku
dapat secara leluasa meraba, mengelus bulu-bulu halus di
vaginanya.
"Heeggh, terusin Harr.. yang dalam..!" pintanya.
Jari tengahku pun mulai kumasukkan dalam liang
senggamanya yang sudah sangat basah. Cici berkelojotan
lebih liar, semantara aku sendiri merasakan penisku
sudah waktunya mendapat perlakuan lanjutan.
"Cici, aku sudah nggak tahan..!" kataku sambil
membimbingnya agar duduk di pangkuanku, menghadapku,
sehingga kakinya dapat bertumpu di jok.
Dikocok-kocoknya penisku sambil kami berciuman dan
kemudian dibimbingnya kemaluanku itu masih pada liang
kenikmatannya. Pelan tapi pasti, amblaslah seluruh
batang penisku. Aku dan Cici sama-sama tertahan ketika
ujung penisku menyentuh pintu rahimnya.
Cici menggerakkan pinggulnya maju mundur, meskipun
kami saling berpagutan. Merangsang sekali. Tidak tahan
lagi aku untuk tidak melumat buah dadanya yang besar
berayun-ayun ketika Cici bergerak ke atas-bawah. Cici
menjadi lebih liar dan gerakannya menjadi lebih dahsyat.
"Har, remas susuku sekeras-kerasnya, aku sangat
menikmatinya..! Please Har..!" pintanya.
"Ntar sakit dong Ci, aku nggak.." jawabanku dipotongnya.
"Biarin, biarin.., aku sangat menikmatinya..! Siksalah aku
dengan nikmatmu Har..! Membuatku lebih nikmat hegh..!"
Aku baru sadar bahwa Cici tampaknya agak senang dengan
sadism.
Kuremas keras susunya, kugigit agak keras karena takut
menyakitinya. Cici menjadi lebih liar dan melenguh agak
keras.
"Say, ough.. ough.. nikmatnya Say, aku keluar lagi, ouch
ach.. ini nikmat sekali..!" dan Cici pun mengejang hebat.
Tidak pernah kubayangkan sebelumnya, bahwa Cici dapat
seperti ini. Entah mengapa, aku justru menjadi sangat
sulit untuk mencapai orgasme. Cici tampaknya menyadari
hal ini.
"Say, nggak apa-apa kok, aku sungguh menikmatinya,
gemasilah diriku sesukamu..!"
"Kita kembali ke hotel yuk Ci, malam sudah mulai larut..!"
Cici kelihatan agak bingung, karena aku tidak
menyelesaikan puncak-puncak pendakian kenikmatan itu.
"Say, kulayani kamu semalaman ini, kita nggak usah tidur,
ya..?" pinta Cici ketika kami memasuki pintu kamar.
Aku mengiyakan saja. Cici memesan berbagai makanan
kecil dan biasa, susu kesukaanku yang dipesan Cici sampai
3 gelas. Room Service mungkin heran, ya..? Kami sempat
ngobrol sebentar sampai Cici memintaku untuk
melanjutkan puncak-puncak pendakian kenikmatan yang
sempat teputus.
Cici langsung membuka seluruh pakaiannya dan tubuh
mungil indah itu berdiri tegak di hadapanku.
"Har, kamu diam saja. Aku akan melayanimu habis-
habisan..!"
Dan sambil berkata begitu, Cici membuka bajuku pelan-
pelan sambil mencium dan menjilati dadaku. Ooh nikmat
sekali. Lalu giliran celanaku dibukanya, sambil menjilati
dan menciumi penisku yang sudah tegang memerah. Aku
seperti majikan yang dilayani oleh seorang dayang.
Pahaku, kakiku, pantatku, semua dielus, dicium dan dijilat.
Aku tidak tahu Cici belajar dari mana, atau barangkali
naluri saja.
Dengan posisiku masih duduk di kursi, Cici membalikkan
badan, duduk di pangkuanku dan memasukkan penisku ke
vaginanya. Gerakan-gerakan lembut dilakukannya.
Tubuhnya menggeliat-geliat karena kuremas lembut buah
dadanya sambil kuciumi dan kujilat punggungnya.
Beberapa saat kemudian, Cici melenguh dan mengejang
lagi. Dan lagi denyutan-denyutan itu kurasakan.
"Hugh Say, kenapa jadi aku yang sampai duluan..? Nikmat
sekali rasanya, kamu mau kuapakan supaya sampai..?"
semua ini dikatakan Cici sambil terus menggoyang
pinggulnya.
Aku mengajaknya naik ke ranjang. Kuarahkan dia sehingga
dia siap dengan posisi doggy style. Cici menurut saja.
Kutusukkan batang penisku amblas dalam vaginanya dan
kogoyang dengan keras dan cepat. Lama sekali kunikmati
posisi ini, karena dari belakang aku dapat menikmat
kemolekan tubuhnya dan meremasi buah dadanya.
Akhirnya, aku tidak kuasa lagi menahan tekanan hebat
dalam penisku, karena remasan-remasan vagina yang
tidak kunjung habis.
"Ci.., aku mau keluar niich..! Tahan ya Sayang, jangan
sampai lepash..!" dan kogoyang pantatku keras-keras
sampai akhirnya, "Aachh..!" teriakku dengan keras
menyertai semprotan-semprotan maniku yang membajiri
liang vagina Cici.
"Say, goyang terus jangan berhenti..! Aku juga mau
sampai lagi, ooh..!" pinta Cici.
Aku yang sebelumnya mulai melemas kembali menggoyang
kemaluanku dengan lebih cepat dan keras.
Cici akhirnya menjerit, "Saych..!" dan denyut-denyut
kenikmatan itu kembali mengurut-urut penisku. Kami
rebah kehabisan tenaga. Badan kami basah oleh peluh.
Pendakian kami akhirnya sampai juga pada puncak
kenikmatan bersama-sama. Sambil masih berpelukan,
kami saling meraba daerah-daerah kenikmatan kami.
Sampai akhirnya kami betul-betul lemas. Tidak berdaya.
"Yuk berendam yuk..! Biar nggak capek.." kuajak Cici ke
kamar mandi untuk berendam air hangat.
Setelah air penuh. Kami pun berendam, di ujung bath tub
saling berhadapan. Kakiku kadang-kadang usil untuk
mempermainkan selangkangan Cici, yang membuatnya
sesekali memejamkan mata. Pastilah nikmat.
"Har, tadi waktu kamu dari belakang, jari dan burungmu
sesekali menyentuh lubang duburku, kok enak yach..?" Cici
membuka pembicaraan yang mengejutkanku.
Mungkin secara tidak sadar aku telah menyentuh
duburnya tadi, karena gerakanku yang liar penisku
seringkali lepas. Dan aku pun seringkali sambil terpejam
meremas-remas pantatnya yang aduhai, indah dan
merangsang.
"Kamu mau nggak melakukannya lagi..?" tanya Cici.
Aku mengiyakan, karena aku terbayang adegan-adegan
yang pernah kutonton di BF. Mungkin Cici tipe wanita
yang suka coba-coba, meski kadang itu menyakitkan
dirinya.
Setelah mandi dan beristirahat entah berapa lama, kami
memulai akivitas lagi. Seperti janjiku, aku meminta Cici
untuk menungging agar pantatnya lebih terbuka. Kuelus
lembut pelan-pelan lubang pantatnya. Kuciumi dan lalu
kujilati. Entah apa yang kulakukan ini, karena aku belum
pernah melakukannya. Terpikir olehku, mungkin ini akan
menjadi anal seks yang pertama. Cici sudah memberikan
keperawanannya padaku, sebanarnya itu sudah luar biasa
bagiku. Tapi ini, tampaknya akan menjadi lebih dahsyat
lagi.
Cici tampak sangat menikmati perlakuanku. Desahannya
sangat merangsang, membangkitkan gairahku yang makin
membara. Batang penisku sudah menjadi sangat tegang.
Cici memegangnya dan, ya ampun.., dia mengarahkan
batang kemaluanku ke anusnya. Seperti sudah tidak dapat
mengendalikan diri lagi, kugesek-gesekkan penisku ke
anusnya.
"Ooch Har, enak sekali Say..! Aach..!" kata Cici sambil
menggerakkan pantatnya, seolah menginginkan
kenikmatan di seluruh permukaannya.
Bayanganku pada adegan-adegan BF menguasai pikiran dan
nafsuku.
"Ci, boleh nggak kumasukkan kontolku ke duburmu..?"
Cici tampak terkejut, tentu dia tidak mengira.
"Memangnya nggak jijik..?"
"Nggak tahu deh, aku hanya ingin mencobanya." jawabku
sedikit bohon.
Padahal aku sangat ingin mencobanya karena adegan BF
itu. Cici mengatakan terserah saja. Akhirnya kucoba
juga. Sangat sulit, karena Cici kesakitan dan selalu
menghindarkan lubang pantatnya.
"Ci, jangan bergoyang terus..! Susah nih, pasrahlah..!"
pintaku padanya.
Entah dapat ilham dari mana. Akhirnya kupaksa Cici
telungkup dan kutindih pantatnya, sehingga ia tidak akan
dapat banyak bergerak. Kululuri penisku dengan ludahku
sehingga menjadi lebih licin, seperti di BF. Dengan agak
memaksa dan penuh nafsu, kutekan batang penisku masuk
ke anusnya.
"Har, sakit..! Stop..! Ach..!" Cici memekik kesakitan.
Tapi panisku sudah amblas dalam anusnya. Aku terdiam.
Cici kadang mengejangkan lubang anusnya, sehingga
memberiku kenikmatan. Cici masih telungkup menutup
wajahnya dengan bantal.
"Kalau memang enak, terusin..! Tapi pelan-pelan..!"
katanya kemudian.
Aku pun segera mengayun sepelan mungkin. Ooh, nikmat
sekali rasanya. Belum pernah kunikmati kenikmatan
seperti ini. Mungkin karena Cici menjadi lebih rileks,
sodokanku pun menjadi lebih lancar. Kuangkat pantat Cici
sehingga aku dapat menyusupkan tanganku, agar dapat
meraba vaginanya. Cici mengeliat-geliat. Tampaknya dia
sudah mulai menikmati. Vaginanya menjadi lebih basah.
Desahannya pun terus terdengar. Aku menjadi semakin
menikmati pengalaman baru ini. Kenikmatan puncak yang
diberikan oleh gadisku, yang sangat mencintaiku.
Jari tengahku kumasukkan dalam lubang vaginanya. Cici
sangat menikmatinya dan vaginanya pun menjadi basah
sekali.
"Har, dua jari supaya lebih terasa..!"
Maka kumasukkan jari telunjukku dalam lubang nikmat
itu. Cici menjadi lebih gila. Goyangannya menjadi semakin
hebat, sehingga aku tidak perlu menggoyang, karena
tanganku harus menjangkau lubang nikmatnya itu.
"Harh.. har.. aku mau sampai Har..! Ochh Har.. Aach..!"
tinggi lenguhannya dan banjirlah vaginanya.
Aku menjadi lebih bersemangat menggenjot anusnya dan
aku pun tidak dapat menahan laju air maniku. Cret.. cret..
cret.. kutumpahkan air nikmatku dalam anusnya dengan
denyut-denyut kenikmatan yang tiada taranya.
Kami ke kamar mandi untuk membersihkan diri setelah
itu. Cici mencegahku untuk mencuci penisku sendiri. Cici
memandikanku dengan gosokan-gosokan yang lembut. Aku
sungguh seperti seorang majikan yang dilayani seorang
dayang. Belum pernah aku mengalami seperti ini. Tidak
terasa, hari sudah pagi. Kami harus bersiap-siap karena
jam 10:00 Cici harus ke bandara.
Akhirnya kuantar Cici ke bandara. Air mata Cici
membasahi pipinya. Kami berpelukan. Ciuman kami pun
tidak tertahankan. Pandangan orang-orang di sekitar kami
pun terarah pada sepasang manusia. Kami tidak
menghiraukannya. Cici harus kembali ke M. Sesak rasanya
dada ini. Tapi kami saling berjanji akan menjaga cinta
kami.
Dua malam yang sangat melelahkan dan membahagiakan
telah lewat. Kami akan bertemu kembali. Cici pasti akan
pulang ke Jakarta lagi.
TAMAT
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd