Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Gara-gara Pinjaman Online

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
.....

“Kau benar tidak ingin menikmati tubuhku terlebih dahulu?” tanya Ririn, sekali lagi. Kali ini ia berpose menungging untuk menggoda pria muda itu.

“Aku sudah bilang tidak tertarik melakukannya jika salah satunya terpaksa. Dan … kau tidak perlu berpose seperti itu untuk menggodaku.”

Ririn tersenyum binal. “Apa kau sudah tergoda kali ini?”

“Ya.”

“Kalau begitu lakukanlah. Aku siap memuaskanmu.”

“Tidak.”

Ririn beranjak dari kasurnya. Ia mendekati si pria muda dan memeluknya dari belakang. Tangannya meremas penis si pria muda yang telah menegang.

“Kontol kau keras.”

“Aku bohong jika tidak terangsang melihat kalian bertelanjang dan pose nungging kau. Tapi, prinsipku tidak akan kalah dengan napsuku.”

Ririn justru menjilati leher si pria muda. Membuat pria muda itu mendesis geli.

“Bukankah tadi kau bertanya apakah kau terlihat seperti wanita murahan?”

“Ya.”

“Kini kau bukan lagi terlihat, tapi memang wanita murahan. Berhentilah melakukannya.”

.....

Sorry, belum bisa update. Jadi, saya kasih sneak peak sedikit untuk Part 5 nanti.
 
Cerita bagus. Tp pas rino mabuk dan di datengin ririn bikin bingung. Semangat update nya suhu
 
CHAPTER 5

Pria muda itu mulai mengerjakan tugasnya membuat tatto dan menindik tubuh kedua perempuan yang sedang tertidur dengan bertelanjang. Pertama ia menindik terlebih dahulu kedua puting Ririn.

“Errggghhh,” lenguh Ririn, ketika merasakan sakit di putingnya yang mulai ditusuk jarum. Namun, matanya tetap terpejam.

Tubuh Ririn mulai menggeliat karena efek sakit luar biasa mulai dirasakannya. “Ssshh,” desisnya. Pria muda itu seakan tidak terganggu dan tetap melanjutkan kerjanya membuat lubang pada puting Ririn.

Perlahan mata Ririn mulai membuka, matanya mengerjap-ngerjap, bertepatan dengan si pria muda yang kembali melubangi puting Ririn satunya.

“Argh!” pekik Ririn.

Pria muda melirik Ririn yang sudah terbangun sepenuhnya.

“Oh. Sudah bangun rupanya. Kusarankan jangan banyak bergerak atau putingmu akan robek,” ucap si pria muda.

“K-kau! Sedang kau apakan putingku?” tanya Ririn dengan sesekali meringis kesakitan.

“Sedang membuat karya seni.”

“Ssshhh …. Tidak cukup kah hanya dengan tattoo di atas vagina dan punggungku?”

Pria muda mengendikkan bahunya. “Tanyakan lah pada pria tua di luar sana.” Kepalanya bergerak seperti menunjuk pintu.

Ririn tak lagi menyahut. Rasa sakit di kedua putingnya membuatnya tidak fokus. Ia hanya bisa pasrah melihat tubuhnya seperti dijadikan mainan oleh Basuki yang seenaknya membuat ‘karya seni’ tanpa seizinnya. Andai saja dia bisa memprotes dan memutar balik waktu.

Ia melirik ke samping, melihat tubuh polos Vina yang masih tertidur. Perasaan bersalah yang amat sangat menghinggapi diri Ririn melihat teman dekatnya ikut menjadi korban Basuki. Padahal, perempuan mungil tersebut sedang mengandung anak pertamanya dari suaminya. Perlahan, air mata mengalir membasahi pipinya.

Si pria muda melihat Ririn yang menangis, sambil melanjutkan pekerjaannya ia berbicara, “Tidak ada gunanya kau menangis. Keadaan akan tetap sama.”

Ririn menghapus air matanya, lalu memandang si pria muda.

“Apa maksudmu?”

“Apakah dengan kau menangis keadaan bisa berubah? Aku tahu nasib kalian di sini, jika kau ingin terbebas darinya, memikirkan cara untuk keluar lebih baik daripada hanya menangis, menangis, dan menangis.”

Ririn terkesiap.

“Kau … memihakku untuk bebas?”

“Kau bebas atau tidak, tak akan mempengaruhi hidupku.”

“Lalu kenapa tadi kau menyuruhku untuk mencari cara?”

“Apa kau rela tubuhmu selamanya menjadi pemuas nafsu pria?”

Ririn menggeleng pelan.

“Kau sendiri yang tahu jawabannya.”

“Kau … tidak ingin memakai tubuhku?”

“Aku tidak tertarik melakukannya dengan salah satunya merasa terpaksa.”

Ririn terdiam.

Tidak ada lagi pembicaraan.

Proses piercing pun selesai dilakukan. Kini kedua puting Ririn telah terpasang tindikan yang semakin membuat tubuhnya terlihat binal dan nakal.

Ririn melihat kedua payudaranya yang telah berhias piercingan.

“Menurutmu … apakah aku kini sangat terlihat seperti wanita murahan?”

“Tidak juga. Sebagai seorang seniman tattoo, tattoo dan tindik adalah sebuah karya seni yang dibubuhkan pada tubuh manusia.”

Ririn tersenyum tipis.

“Dia korban baru?” Pria muda itu menunjuk Vina yang masih terlelap.

“Ya. Dia teman dekatku yang bernasib sama sepertiku.”

“Oh. Pria tua itu menyuruhku untuk melakukannya juga kepada dia, apakah dia sudah tahu?”

“Kurasa belum.”

“Kalau begitu, aku akan membiusnya selama aku bekerja.” Pria muda itu mengambil sebuah suntikan dan botol kecil dari dalam kopernya.

“Hei! Kau tahu bandot tua itu tidak menyukainya.” Ririn menolak.

“Pria tua itu tidak akan berani denganku. Lagian, pekerjaanku akan semakin sulit jika dia memberontak.”

Ririn menyeringitkan dahi.

“Kenapa bandot itu tidak berani denganmu?”

“Entahlah.” Si pria muda meyuntikkan obat bius tersebut ke tubuh Vina.

Ririn diam. Ia menebak-nebak siapakah pria muda itu sebenarnya. Pertemuan ini memang bukanlah pertama kalinya bagi mereka, namun pertemuan kedua ini sifat dan sikap pria itu justru berbeda dengan pertemuan pertama mereka ketika Ririn dipaksa ditatto tubuhnya untuk pertama kali. Kini pria tersebut terkesan dingin ketika berbicara dan cuek.

Hanya suara mesin tattoo yang berbunyi. Pria muda itu terlihat fokus dengan pekerjaannya. Sedangkan Ririn pun fokus dengan pikirannya yang menebak-nebak.

Setelah cukup lama, pria muda itu selesai dengan pekerjaannya. Kini tubuh Vina telah terdapat tattoo di atas vaginanya yang bertuliskan “WHORE” dan punggung yang digambar seperti sebuah symbol. Puting payudaranya pun sudah seperti Ririn yang terdapat tindikan.

Di mata pria yang melihat kedua tubuh wanita yang bertelanjang itu, mungkin tubuh Vina lah yang paling terlihat menggoda dan nakal. Karena kepalanya masih tertutup oleh jilbab, sementara tubuhnya terdapat tattoo dan tindikan.

Pria muda itu membereskan semua peralatan menatto dan tindiknya. Ia melepas sarung tangan latex serta membuangnya.

“Kau benar tidak ingin menikmati tubuhku terlebih dahulu?” tanya Ririn, sekali lagi. Kali ini ia berpose menungging untuk menggoda pria muda itu.

“Aku sudah bilang tidak tertarik melakukannya jika salah satunya terpaksa. Dan … kau tidak perlu berpose seperti itu untuk menggodaku.”

Ririn tersenyum binal. “Apa kau sudah tergoda kali ini?”

“Ya.”

“Kalau begitu lakukanlah. Aku siap memuaskanmu.”

“Tidak.”

Ririn beranjak dari kasurnya. Ia mendekati si pria muda dan memeluknya dari belakang. Tangannya meremas penis si pria muda yang telah menegang.

“Kontol kau keras.”

“Aku bohong jika tidak terangsang melihat kalian bertelanjang dan pose nungging kau. Tapi, prinsipku tidak akan kalah dengan napsuku.”

Ririn justru menjilati leher si pria muda. Membuat pria muda itu mendesis geli.

“Bukankah tadi kau bertanya apakah kau terlihat seperti wanita murahan?”

“Ya.”

“Kini kau bukan lagi terlihat, tapi memang wanita murahan. Berhentilah melakukannya.”

Ririn seketika berhenti menggoda si pria muda.

“Ini semua ulah si bandot tua itu. Ia mencuci otakku untuk melakukan hal murahan seperti ini sebagai ungkapan terima kasih dan bayaran. Karena diriku kini hanya seorang budak yang patuh terhadap tuannya.”

Si pria muda melepaskan pelukan Ririn. Ia mengambil kopernya.

“Maka berusahalah mencari cara untuk kalian kabur.”

“Sebentar. Boleh aku bertanya namamu?” tanya Ririn hati-hati.

“Kau bisa memanggilku destroyer.”

Destroyer? Bukankah itu artinya …”

“Seperti yang ada pada tubuhmu. Aku adalah perusak tubuh orang.”

“Baiklah, Mas Des.”

Pria muda itu kemudian keluar kamar, meninggalkan Ririn yang berdiri diam.

“Kau pria pertama yang bisa menghargaiku sebagai wanita,” gumam Ririn seraya tersenyum tipis.

Di luar ruangan pria muda itu kembali betemu dengan Basuki yang bersantai di meja kerjanya.

“Sudah selesai?” tanya Basuki.

“Sudah, Pak.”

“Apa mereka sudah memuaskanmu?”

“Ah, tidak. Aku terlalu lemah karena baru satu wanita saja sudah keluar.” Pria muda itu terkekeh.

“Ini bayaranmu.” Basuki menyerahkan sebuah amplop coklat yang cukup tebal isinya.

“Terima kasih, Pak. Saya pamit.”

“Ya.”

*****

Basuki masuk ke dalam kamar di mana Ririn dan Vina berada. Vina terlihat masih tertidur karena efek obat bius yang masih bekerja, sementara Ririn terlihat sedikit berkeringat terduduk di pinggir kasur.

Selepas pria muda tadi keluar dari kamar, Ririn langsung melakukan gerakan-gerakan yang bisa membuatnya mengeluarkan keringat. Dengan begitu Basuki akan mengira bahwa ia telah memuaskan si pria muda.

Pria tua itu tersenyum puas melihat hasil karya pria muda yang mengenalkan dirinya dengan nama destroyer. Tubuh Ririn dan Vina terlihat sangat nakal, apalagi Vina yang sangat kontras dengan jilbab yang dipakainya.

Basuki mengambil 2 buah tali pengait di atas meja. Kemudian ia memasangkan tali pengait tersebut kepada kalung rantai yang terpasang di leher Ririn dan Vina.

Napsunya kembali memuncak melihat kedua tubuh telanjang Ririn dan Vina. Basuki segera melepas bagian bawahnya hingga penisnya yang telah mengeras seolah meloncat keluar.

Tubuh Ririn didorongnya berbaring ke kasur. Kemudian kedua pahanya dibuka lebar oleh Basuki.

“Aaahhh …,” desah Ririn ketika penis Basuki menembus liang senggamanya.

Persetubuhan pun kembali terjadi. Tubuh Ririn terlonjak-lonjak mengikuti gerakan Basuki yang sedang memborbardir vaginanya dengan cepat.

Beberapa menit kemudian Basuki merasa ingin orgasme. Ia mencabut penisnya dari vagina Ririn, lalu berpindah ke Vina yang masih tertidur. Dengan segera ia mengangkangkan paha Vina dan menusuk vaginanya.

Dengan tempo cepat Basuki menusuk-nusuk vagina Vina. Karena itu kesadaran Vina perlahan mulai pulih, matanya mengerjap-ngerjap, mencoba beradaptasi dengan cahaya yang masuk melalui retina matanya.

“Aaahhh … P-pakhhh ….”

Payudara Vina yang bergerak-gerak mengikuti tempo dimainkan oleh Basuki. Putting yang telah dipasang tindik menambah keseksian Vina, apalagi tattoo yang tersemat di atas vaginanya.

“Aaahhh … P-pelan pakkhhh … I-inii apahh?” Vina merasakan ada yang berbeda di putingnya. Tak lama ia menyadari bahwa putingnya kini telah ditindik.

“Pakkhhh … P-putting sayahh kenapa … aahhh … aaahhh … d-ditindik?”

“Kamu makin seksi, sayang. Ughh … aku keluaarrrr.”

Basuki menyemprotkan spermanya di dalam vagina Vina.

“Aaahhh ….”

Vina merasakan vaginanya menjadi hangat. Ia pun merasakan orgasmenya datang.

“Aaaaaaahhhhh ….”

Kini, Basuki menindih memeluk tubuh polos Vina. Perut Vina yang membuncit menjadi halangan Basuki merasakan kenyalnya payudara istri orang itu.

Tak lama kemudian, pria tua itu mencabut penisnya, dan mengalirlah lelehan sperma dari vagina Vina yang tidak dapat ditampung di rahimnya.

Karena perutnya yang telah membuncit besar Vina belum menyadari bahwa terdapat tattoo di atas vaginanya.

Setelah memakai celananya kembali, Basuki menarik tali Ririn dan Vina.

“Ayo pulang lonte-lonteku.”

Dua perempuan tersebut berjalan dengan merangkak mengikuti tarikan Basuki.

“P-pak. Bagaimana jika orang lain melihat kami bertelanjang dan jalan seperti ini?” Vina panik dan takut.

“Tidak perlu takut. Kantor jam segini sudah mulai sepi.”

Vina tahu ia tak bisa membantah, maka dia ikuti saja permainan Basuki yang kini memperlakukannya bak hewan peliharaan.

------- G G P O -------

Di tempat lain juga terjadi aktivitas sex yang di mana seorang wanita sedang digangbang oleh 4 orang laki-laki berotot.

Desisan dan rintihan terdengar jelas di dalam kamar dengan luas 4x5 meter. Semua lubang yang terdapat pada tubuh wanita tersebut terisi oleh batang penis yang besar dan berurat. Begitupun dengan kedua tangannya yang juga sibuk mengocok batang penis lainnya yang sedang menunggu giliran.

Glok … glok … glok … glok

Salah seorang pria yang sedang dikulum penisnya tidak sabar dengan gerakan wanita tersebut, ia memaju mundurkan kepala wanita tersebut hingga ujung kepala penisnya menyentuh area kerongkongan si wanita. Tak lama kemudian ia mendapatkan orgasmenya dan mengeluarkan spermanya di dalam mulut si wanita.

Uhuk … uhuk … uhuk.” Karena terkejut dengan semburan sperma yang tiba-tiba, wanita tersebut terbatuk-batuk meskipun di dalam mulutnya masih terdapat penis.

Pria tersebut mencabut penisnya yang masih memuntahkan sperma, alhasil sperma tersebut mengenai wajah serta rambut si wanita.

Aktivitas sex tersebut terus berlangsung meskipun salah satunya ada yang orgasme, maka posisinya akan digantikan oleh yang lainnya, dan terus begitu.

Hingga seorang pria berdiri dari balik kamera yang sedang merekam adegan panas tersebut. Ya, aktivitas kelima insan manusia tersebut sedang direkam untuk kebutuhan produksi video porno.

Pria yang baru saja berdiri tersebut tersenyum puas melihat si wanita yang kini terlihat kelelahan melayani keempat pria yang terus-terusan menyetubuhi dirinya. Namun, jika dilihat secara saksama, maka akan terlihat sebuah kejanggalan yang sangat nampak.

Wanita yang sedang disetubuhi empat orang pria tersebut adalah seorang waria.

Dan pria yang berdiri di balik kamera tersebut adalah Hendra.

Hendra memanggil pria yang tadi telah mendapat orgasme dan kini sedang beristirahat di sebuah sofa.

“Hey. Kau gantikan lah aku merekam.”

“Kau mau ke mana?”

“Aku ada janji bertemu dengan Basuki.”

“Baiklah

Setelah tugasnya digantikan, Hendra pun keluar dari kamar meninggalkan aktivitas shooting yang masih berlangsung.

Beberapa menit kemudian mobil yang dikendarai Hendra berhenti di depan sebuah rumah besar. Ia memarkirkan mobilnya di halaman rumah tersebut. Karena sudah sangat sering ia berkunjung ke rumah milik seorang Direktur Utama itu maka tanpa segan ia langsung masuk saja.

Seperti biasa, suasana rumah tersebut selalu sepi. Tapi, jika masuk lebih dalam lagi akan terlihat aktivitas tak lazim yang dilakukan penghuni rumah pada umumnya.

Dua orang wanita tengah telanjang bulat serta sibuk menyiapkan makanan untuk makan malam. Tubuh keduanya hanya ditutupi oleh sebuah celemek, dan itupun hanya menutupi tubuh bagian depan saja.

“Ririn. Di mana Pak Basuki?” tanya Hendra, sembari menarik sebuah kursi makan.

“Mas Hendra.” Ririn tersenyum singkat menyapa mantan calon suaminya tersebut. “Pak Basuki sedang di ruang kerja sepertinya. Mau aku panggilin?”

“Ya.”

Ririn pun pergi untuk memanggil Basuki. Kini hanya ada Vina yang sedang menyiapkan makan malam, dan Hendra yang menunggu di meja makan.

“Sepertinya kau sudah mulai menerima nasibmu kini. Bahkan kau sudah memiliki tattoo,” ujar Hendra, sembari memperhatikan gerak-gerik Vina.

Sesuai aturan yang dibuat oleh Basuki bahwa selama di rumah Vina maupun Ririn tidak diperkenankan untuk memakai satu helai pakaian pun, tetapi untuk Vina ia tetap disuruh memakai jilbabnya walaupun pada awalnya ia menolak karena tidak ingin menciderai identitas agamanya tersebut. Namun, Basuki yang merupakan seorang atheis tidak peduli dengan alasan yang diberikan Vina.

“Tidak usah sok peduli dengan nasibku. Dan, apa maksudmu dengan tattoo?” balas Vina ketus.

“Aku hanya kagum saja. Kau sangat cepat menerima nasib, sementara Ririn dulu butuh beberapa minggu untuk dilatih menerima menjadi seorang budak.”

Vina diam tak membalas, meskipun hatinya sangat sakit mendengar kalimat jahat Hendra. Diam-diam Hendra memfoto tubuh Vina dari belakang.

“Lihatlah.” Hendra memberikan handphonenya pada Vina.

“Apa?”

Hendra kembali menunjukkan gestur untuk menyuruh Vina melihat handphonenya.

Dan, betapa terkejutnya wanita yang sedang mengandung tersebut ketika melihat tubuh bagian belakangnya terdapat sebuah tattoo yang berukuran cukup besar.

“I-ini ….” Setetes air mata jatuh membasahi pipi Vina.

“Itu tattoo yang sama dengan yang ada di punggung Ririn. Jika kau sudah memiliki tattoo tersebut, maka kau sudah resmi menjadi budak sex Basuki. Bersiaplah untuk nasibmu kini.”

“Mengapa harus membuat tattoo juga? Hiks ….”

“Kusarankan hapus air matamu. Jangan sampai Basuki melihatnya, atau kau akan dihukum.”

Vina mengembalikan handphone Hendra, lalu menghapus air matanya. Ia masih tak percaya bahwa tubuhnya kini telah terdapat tattoo dan tindikan. Title wanita Muslimah yang tersemat pada dirinya kini hilang dalam sekejap.

“Jika kau marah, marahlah kepada suamimu yang membuatmu menjadi seperti ini sekarang.”

“Tidak. Dua orang yang pantas menjadi kemarahanku adalah kau dan Pak Basuki.”

“Waw. Benarkah?” Hendra bertepuk tangan. “Kalau begitu lampiaskan lah kemarahanmu sekarang padaku. Mumpung tidak ada satu orang pun di sini.”

“Aku percaya bahwa karma itu nyata. Tunggu saja karma menimpa kalian berdua.” Vina menatap sengit Hendra.

Ririn dan Basuki menuruni anak tangga. Berbeda dari sebelumnya, kini Ririn berjalan merangkak dengan ditarik oleh Basuki dengan menggunakan tali yang dikaitkan ke kalung hewan di leher Ririn.

“Kalian berdua makanlah di dapur,” titah Basuki sembari duduk di kursi makan, berseberangan dengan Hendra.

“Baik, Tuan.”

Vina mengikuti Ririn kembali ke dapur setelah menaruh makanan di kedua piring milik Hendra dan Basuki.

“Bagaimana, Hen?” tanya Basuki, seraya menyuap nasi.

“Perencanaan sudah matang, Bos. Eksekusi siap dilakukan.”

“Kalau begitu kalian bisa bergerak minggu depan. Kebetulan minggu depan sudah tanggal 1.”

“Baik, Bos.”

“Produksi bokep gimana?”

“Lancar. Genre shemale dan BDSM untuk saat ini paling laris di pasaran.”

“Sudah berapa profit yang kita kumpulkan?”

“Dari bisnis bokep sendiri kita sudah mendapatkan kurang lebih $1000 perminggu. Untuk bisnis pelacuran mungkin bisa ditanyakan ke Axel. Tapi, sejauh ini bisnis pelacuran masih yang paling menguntungkan dengan rata-rata penghasilan mencapai 100 juta perbulan.”

Basuki tersenyum puas mendengar hasil yang ia dapatkan dari bisnis gelap yang ia jalani.

“Bagus bagus.”

“Oh, iya. Ada permintaan masuk dari client yang meminta wanita hamil. Axel menitipkan pesan ini kepadaku.”

“Siapa orangnya dan berapa tawarannya?”

“Seorang pejabat negara. Ia menawarkan 20 juta semalam.”

“Minta 40 juta. Bilang kepadanya bahwa perempuan yang kita berikan adalah spesial.”

“Baik, Bos.”

------- G G P O -------

Setelah pertemuan sekaligus makan malam dengan Basuki, Hendra kini telah kembali ke rumah. Ia segera mengecek aktivitas shooting porno yang sebelumnya ia tinggalkan. Di dalam kamar yang diset menjadi studio shooting hanya ada pemain waria yang berbaring tak berdaya di atas ranjang. Sementara, keempat pria lainnya sudah bersantai sembari menikmati rokok dan minuman keras di ruang tengah.

“Sudah selesai?” Hendra ikut duduk bersama para pemain. Sebatang rokok dinyalakannya.

“Sudah, Bos.”

“Segera kirimkan ke editor. 1 video besok harus sudah bisa diupload.”

“Baik.”

Hendra meninggalkan keempat pria yang hanya memakai celana dalam itu. Ia kembali ke kamar mendatangi si pemain waria.

Ia melihat keadaan si waria yang sedang tertidur, wajahnya penuh dengan sperma. Lubang anusnya yang menganga masih mengalir cairan sperma. Dan penisnya yang kecil telah dipasangi chastity.

Hendra yang sedari tadi hanya bisa menahan napsunya, langsung membuka celana serta celana dalamnya.

Dengan segera ia menjebloskan penisnya ke dalam anus si waria tanpa rasa jijik karena bercampur dengan sperma pria lain.

“Aaahh … Bella,” desahnya.

Tangannya meremas-remas payudara si waria yang ia panggil sebagai Bella. Fisik waria tersebut memanglah sangat terlihat seperti wanita. Payudaranya telah tumbuh meskipun masih berukuran seperti payudara gadis remaja. Wajahnya pun sudah tak terlihat seperti bentuk wajah seorang pria, dan rambutnya telah memanjang dan dicat kecoklatakan seperti wanita pada umumnya.

Merasa dirinya bergerak-gerak membuat Bella terbangun dari tidurnya.

“Ahhh … M-mas Hendra.”

Dan, suaranya pun layaknya seorang wanita. Tidak ada lagi suara bariton khas pria. Satu-satunya ciri yang masih dimilikinya sebagai seorang pria hanyalah penisnya, yang memang sengaja tidak dioperasi.

Pergumulan antara pria dan waria tersebut terus berlanjut. Bella lagi-lagi harus melayani nafsu birahi, meskipun ia sudah sangat lelah. Sedari siang ia terus-terusan melakukan sex untuk memproduksi video porno dengan berbagai genre dan kostum yang dipakai. Mulai dari satu pria yang menyetubuhinya hingga akhirnya digangbang.

Bella, yang dulunya seorang pria normal yang memiliki istri, kini berubah drastis menjadi seorang shemale yang bekerja untuk melayani nafsu para pria. Penisnya yang dulu menjadi kebanggaannya untuk menggagahi istrinya, kini harus digembok dan susah untuk ereksi.

Dan, dari sini diketahui bahwa Hendra adalah seorang biseksual yang menyukai wanita dan waria -notabenenya waria adalah pria juga-, dalam hal sex ia lebih condong menyukai waria untuk menyalurkan hasrat birahinya.

B E R S A M B U N G


10 pages / 2779 words
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd