Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI - TAMAT GAUN PENGHANTAR KEMATIAN

Apakah nasib Ratih dan Raka akan selamat diakhir cerita.....?


  • Total voters
    124
  • Poll closed .
Ada om saat pertarungan kyai bustari dgn Ki Jagat Bumi, berikut dengan cerita persahabatan mereka dan masa lalu nya.... Iya PART 32 adalah part terakhir...dan nanti ada epilog nya juga.
ohh jadi emang beneran sahabat ya om? ane kira cuma sarkasme kyai bustari aja.. hehehe
 
ohh jadi emang beneran sahabat ya om? ane kira cuma sarkasme kyai bustari aja.. hehehe
Tunggu saja om.... ini sedang di tulis om...semoga malam ini bisa di update....
 
Nanti malam jam 00.01 wib, ya part penutup ane update...

Mohon sabar....

rad76
 
weew double update yg mantap.
nanti keadaan ratih kayak gmn ya??
cuma berharap pd kembaranya ni.
oh ya ikam naik apa ya suhu?? kena macet kaga ni si ikam. hehe
 
Sekarang aja hu.. mumpung mendoan dan kopi masih panas nih..
Biar enak mbacanya
Nggak nyesel apa mau baca sekarang... nanti udah nggak ada lagi nih cerita ini...kan ini part terakhir. epilog nya belum sempat di tulis ulang.
 
weew double update yg mantap.
nanti keadaan ratih kayak gmn ya??
cuma berharap pd kembaranya ni.
oh ya ikam naik apa ya suhu?? kena macet kaga ni si ikam. hehe
Nggak ada penjelasan om soal kedatangan Ikam...tapi nanti di saat yg tepat ia datang. menolong raka supaya bs bertahan..
 
PART 32

4394176182_oe8c82322d.jpg

Ratih Puspa Sari Aka Ratih

images_1.jpg

Raka Priambudi Gemilang aka Raka



Pov 3rd



Di padepokan Ki Jagat Bumi....


Kyai Bustari yang datang dalam bentuk raga gaib kini sudah tiba di padepokan Ki Jagat Bumi. Ia disambut dengan berbagai rintangan sebelum akhirnya berhadapan langsung dengan Ki Jagat Bumi.

Sebelum mereka melakukan pertarungan sempat sekali lagi Kyai Bustari mengajak sahabat nya itu untuk kembali ke jalan yang benar.

"Sanusi.....! Aku mohon sebagai sahabat, kembali kau ke Jalan-Nya, lupakanlah dendam di hati mu, dendam kematian kedua orang tua mu, jangan engkau membenci YANG KUASA, semua sudah kehendak-Nya. Ikhlas dan sabar itu kunci menerima ketentuan-Nya".

Kyai Bustari sempat menitikkan air mata nya setelah mengucapkan kata demi kata itu pada sahabat nya.

"Cukup....! Cukup Bustari! Aku tidak mempan dengan ceramah-ceramah mu, kau kesini sudah mengusik dan mengganggu ku. Sebaiknya berdoa saja kau supaya kematian mu tidak menyakitkan".

Ki Jagat Bumi berkata lantang sambil memegang tongkat sakti yang ia yakini bisa mengalahkan sahabat nya.

Sementara itu om Hendro hanya bisa menyaksikan kedua sahabat itu bertarung, dia ingin membantu Ki Jagat Bumi, tetapi ia tidak mempunyai kemampuan apa-apa, cuma hanya bisa duduk dan diam di tempat.

"Hei Hendro...! Cepat kau bakat dupa dan baca mantra-mantra yang telah ku ajarkan kepada mu. Segera lakukan...!". Seru Ki Jagat Bumi.

Om Hendro mengangguk dan segera melaksanakan perintah Ki Jagat Bumi, ia membakar 3 dupa di bawah patung dewa anubis, kemudian dia duduk bersemedi sambil memulai membaca mantra-mantra yang di sebutkan Ki Jagat Bumi.

"Kalau ini sudah jalan yang kamu pilih, aku hanya bisa memasrahkan kepada-Nya. Silahkan Sanusi, aku siap melayani mu bertarung. Bukan sebagai sababat melainkan dua sisi yang bertentangan".

Kyai Bustari memejamkan kedua mata nya, berkonsentrasi mengumpulkan tenaga dalam dan kebatinan nya, seluruh panca indera nya bekerja sangat maksimal saat itu, gerakan sekecil apapun dapat ia rasakan.

Ki Jagat Bumi yang melihat Kyai Bustari hanya diam terbakar amarah nya ia lalu melesat maju seperti terbang, sambil mengarahkan pukulan nya ke arah Kyai Bustari. Gerakan nya sungguh cepat dan lincah, ia sudah tidak memikirkan arti persahabatan yang ada di benak nya menyingkirkan orang yang selalu menghalangi kegiatan nya ini.

Kyai Bustari tetap diam, dan tidak bergeming sama sekali, padahal tinggal beberapa langkah lagi pukulan Ki Jagat Bumi akan mengenai diri nya.

Saat pukulan Ki Jagat Bumi itu mau menghantam tubuh Kyai Bustari, tiba-tiba tubuh kyai Bustari lenyap, menghilang juga dengan secepat kilat.

Dan.... "BRUUUUMMMM....".

Pukulan Ki Jagat Bumi menghantam batang pohon pisang hingga batang pohon pisang itu merunduk ke bawah patah dari asalnya batang pisang itu berdiri.

Dan kini, malah Kyai Bustari menyerang balik Ki Jagat Bumi, hampir saja tubuh pria sepuh yang memegang tongkat itu terkena telapak tangan Kyai Bustari, ia menghindar dengan cara salto ke belakang.

Dan....

"Kraaaaakkkkkk....".

Telapak tangan yang Kyai Bustari arahkan ke Ki Jagat Bumi meleset dan menghantam arah pohon mangga yang membuat batang pohon mangga itu patah menjadi dua, menyisahkan batang nya saja sementara dahan daun dan sebagian buah nya sudah lepas dari batang nya dan jatuh ke tanah. "BUUUUMMM....".

Pertarungan keduanya cukup seimbang, keduanya memiliki ilmu beladiri yang sama-sama tinggi, tidak ada pukulan salah satu dari mereka yang mengenai lawan nya masing-masing.

Entah sudah berapa banyak jurus, pukulan, tendangan dan semua kemampuan beladiri yang mereka keluarkan.

Keringat mengucur deras dari kening Ki Jagat Bumi saat sempat mendarat sejenak dan ia mengusap nya dengan jubah nya.

Pertarungan yang cukup melelahkan bagi nya, begitu pun juga dengan Kyai Bustari, walaupun yang bertarung itu Raga gaib nya tetapi ia pun mengalami hal yang sama kelelahan di Raga asli nya, dimana di dalam ruangan khususnya sosok Kyai sudah bermandikan keringat diataa sajadah nya.

"Sebaiknya kita sudahi pertarungan ini, salam kan kepada malaikat kematian di sana!". Ucap Ki Jagat Bumi yakin dan jumawa dengan posisi duduk bersila.

"Silahkan keluarkan semua kemampuan mu, kalau pun aku mati, aku juga akan membawa mu bersama ku". Sahut Kyai Bustari dengan posisi yang sama dengan Ki Jagat Bumi.

Dalam posisi duduk bersila ini, keduanya beradu kekuatan kebatinan dan tenaga dalam, bahkan hal-hal gaib pun mereka gunakan.

Setelah beberapa kali beradu kemampuan kanuragan belum bisa ditentukan pemenang nya.

Kini, Ki Jagat Bumi mengeluarkan Ilmu andalan nya dewa anubis. Tongkat itu ia lempar ke udara dan beberapa saat kemuadian sesosok manusia berkepala anjing datang dengan kereta perang nya, dan kini sudah berada di hadapan Kyai Bustari.

Kyai Bustari pun dengan santai menggunakan senjata rahasia nya yang ia ambil tadi di rumah Ikam, ya mustika lebah gaib, konon benda itu kepunyaan sunan kalijaga.

Mustika itu sudah berada di telapak tangan nya, kemudian Kyai Bustari berkomat-kamit sebentar, hingga beberapa saat kemudian....

Ribuan lebah berwarna keemasa menyelimuti tubuh nya, sehingga membentuk cahaya keemasan yang menyilaukan. Lalu lebah-lebah itu menyerang dewa anubis yang saat itu sedang ingin menyerang nya.

Mustika lebah gaib sunan kalijaga, konon itu benda pusaka beliau, sunan kalijaga. Adalah senjata yang paling menakutkan, karena lebah-lebah itu akan menghisap seluruh kekuatan lawan nya hingga tak bersisa, sekaligus juga bisa membinasakan orang yang di serang nya.

Lebah-lebah gaib yang berjumlah ribuan itu menyerang ke arah dewa anubis yang hanya bisa meronta-ronta. Seluruh kekuatan yang ia miliki di sedot oleh lebah-lebah gaib tersebut.

Ki Jagat Bumi yang melibat itu menjadi pucat pasi, ia tidak menyangka sedahsyat itu mustika lebah gaib sunan kalijaga. Selama ini ia hanya mendengar dan hanya menganggap itu sekedar mitos.

Seluruh kekuatan gaib dewa anubis beserta sosok nya kini lenyap tak bersisa, hanya menyisakan ribuan lebah yang berkumpul membentuk lingkaran berwarna keemasan.

"Bagaimana Sanusi, apa kau mau bertobat dan kembali ke jalan-Nya? Silahkan pilih sebelum lebah-lebah itu membawa mu ke neraka!".

Ki Jagat Bumi sempat bergidik mendengar ancaman Kyai Bustari, tetapi ia orang yang keras kepala hingga ia tidak mau mengakui kekalahan nya dan bertobat, malah ia berusaha menyerang kyai Bustari yang hanya tersenyum menanggapi perbuatan nya.

"Ternyata ini, jalan yang kau pilih! Maafkan aku sahabat ku!".

Sesaat selesai Kyai Bustari mengucapkan kalimat itu, ribuan lebah keemasan itu menyerang ke arah Ki Jagat Bumi.

Tubuh Ki Jagat Bumi berubah seperti warna keemasan karena sekujur tubuh nya di kerumuni lebah-lebah yang ganas yang menghisap sari kehidupan serta kekuatan nya.

Seketika dalam beberapa saat kemudian kondisi Ki Jagat Bumi sangat memprihatinkan, kini yang bersisa hanya tulang-tulang dan tengkorak nya saja. Sosok dukun sakti itu mati dalam keadaan mengenaskan membawa semua kebatilan yang ia perbuat selama hidupnya.

Kyai Bustari menitikkan air mata nya, ia tidak menyangka sahabatnya akan mengalami seperti ini, lalu ia terkenang persahabatan mereka dari kecil, remaja hingga memisahkan mereka ke jalan yang berlawanan.

Ki Jagat Bumi itu nama yang di pakainya sejak ia memutuskan menjadi dukun sakti dan menjadi pengikut setia dewa anubis.

Ki Jagat Bumi bernama asli Ahmad Sanusi. Sanusi kecil dan Bustari kecil adalah sahabat sejak kecil, mereka selalu bersama, main bersama, mengaji dan belajar silat bersama.

Sifat dan pribadi Sanusi kecil pun sangat baik, orang nya sopan kepada yang tua, santum dalam berbicara dan bersikap, dan senang membantu teman-teman nya tanpa meminta balasan semua kebaikan nya, Sanusi dan Bustari tinggal di pondok pesantren yang sama, bersama teman-teman santri lain nya.

Beranjak remaja kemampuan berpikir, kemampuan beladiri, kemampuan kebatinan serta pemahaman agama sebenarnya mereka berdua sama-sama baik dan cepat, tetapi kemampuan Sanusi ternyata lebih cepat dibanding Bustari, hanya karena keuletan dan terus belajar saja membuat Bustari bisa mengimbangi kemampuan Sanusi.

Walaupun begitu Bustari tidak pernah iri dengan kemapuan Sanusi yang sangat luar biasa, malah ia bersyukur Sanusi kadang yang mengajarkan kepada nya hal-hal yang tidak ia mengerti.

Usia 17 tahun kami telah menyelesaikan pendidikan di pesantren, Sanusi kembali ke rumah orang tuanya sedangkan aku melanjutkan kembali pendidikan ku di pesantren ini, ternyata sejak itu kami berpisah sampai saat ini dengan menyisahkan berbagai perbedaan yang dulu tidak kami rasakan.

Kami berdua memilih jalan berlawanan karena mungkin ini sudah garis kehidupan yang mesti kami lalui.

Peristiwa yang membuat ia membenci Sang Maha Kuasa terjadi saat keluarga nya dianggap sebagai pengikut aliran sesat, padahal itu tidaklah benar. Ayah dan ibu nya ia temukan tewas serta rumah dalam keadaan hangus terbakar, karena ulah warga desa yang terhasut oleh isu yang sengaja di tiupkan demi menghabisi keluarga nya.

Pada saat itu Sanusi kebetulan tidak ada di tempat kejadian, setelah pulang ia meraung-raung setelah mendapati kedua orang tuanya yang sangat ia hormati mati dalam keadaan tragis beserta rumah nya yang hanya menyisakan puing-puing nya saja.

Ia mengamuk di desa tersebut, semua rumah penduduk ia datangi untuk meminta penjelasan tentang kejadian yang sebenarnya, hingga akhirnya ia mendapat jawaban dari ayah Bustari yang mengatakan itu ulah penduduk yang menghakimi ayah ibu nya tanpa dapat ia cegah sama sekali.

Mendapat jawaban itu Sanusi berjanji akan memusnakan seluruh warga di desa itu tanpa ada satu pun yang hidup termasuk juga kedua orang tua Bustari yang sudah ia anggap sebagai orang tuanya.

"Abah...! Dengar sumpah ku saat ini, aku berjanji akan menghabisi kalian semua tanpa ada satupun yang hidup termasuk abah, terima kasih telah mendidik ku selama ini, tapi itu tidak akan mengubah keputusan ku untuk menghabisi kalian semua, aku tidak percaya lagi dengan SANG MAHA PENCIPTA hanya kematian yang ku percayai sejak saat ini".

Ayah Bustari tidak dapat meredam kemarahan Sanusi yang sudah kehilangan hatinya, ia hanya bisa menangis menyesali semua yang terjadi, walaupun itu bukanlah kesalahan dia, tetapi ia tidak bisa membela keluarga Sanusi saat kejadian itu, ia hanya diam dan mengutuki kelemahan dirinya.

"Maafin abah nak Sanusi! Abah tidak bisa berbuat apa-apa, abah hanya bisa diam membiarkan semua yang terjadi, kalau nyawa aba bisa menebus kesalahan abah pada kedua orang tua mu abah ikhlas tapi jangan kamu berubah membenci Yang Maha Kuasa, nak".

Sanusi geram dan makin memuncak amarah nya, hatinya mau melakukan apa keinginan orang tua tersebut, tetapi ia tidak mau lagi menyembah dan menjadi hamba Sang Kuasa.

Ia hanya pergi meninggalkan ayah Bustari dengan dendam di hati nya suatu hari nanti penduduk di desa ini akan musnah selamanya.

Sejak itu lah, ia berkelana mencari guru-guru beraliran sesat, sampailah ia mendapatkan seorang guru yang menguasai kemampuannya seperti sekarang ini, dan sejak itu pula ia mengganti nama menjadi KiJagat Bumi, ia ingin menguasai seantero bumi dengan kematian.

Janji pada kedua orang tuanya pun ia tunaikan, seluruh penduduk di desa tempat asalnya mati dalam keadaan mengenaskan tanpa ada satupun yang selamat.

Malam itu seluruh penduduk desa tempat kelahiran Ki Jagat Bumi dan Kyai Bustari, porak poranda di amuk oleh makhluk gaib, semua makhluk gaib ia kerahkan untuk membinasakan semua penduduk, tua, besar maupun kecil semua menjadi korban keganasan makhluk gaib yang di kirimkan oleh Ahmad Sanusi atau Ki Jagat Bumi.

Genderuwo, hantu jerangkong, omyang jagat, buto ijo, sampai tuyul pun ikut menyerang kampung itu, semua di bawah kendali Dewa Anubis, yang juga ia kirim menyertai makhluk-makhluk gaib itu.

Kyai Bustari yang saat itu masih berada di pesantren hanya bisa mengutuk perbuatan sahabatnya, dan ia hanya bisa sabar dan mengikhlaskan semua kejadian tersebut dan menyerahkan sepenuhnya kepada SANG PENCIPTA.

Hingga terakhir ia dan Sanusi bertemu kembali dalam posisi yang berseberangan, setiap ada kegiatan musyrik yang menghambakan setan, Kyai Bustami selalu mencegah dan membasmi nya.

Dan sekarang ini ternyata pertemuan nya terakhir dengan sahabat nya.

Lamunan Kyai Bustari buyar saat ia mendengar jeritan dari dalam pendopo padepokan Ki Jagat Bumi.

Lebah-lebah itu menyerang pria dewasa yang menjadi abdi nya Ki Jagat Bumi, sambil terus berlari untuk menyelamatkan diri nya.

Seluruh tubuh nya di kerubuti lebah-lebah gaib yang menjadi ganas dan menakutkan.

Dan dalam waktu singkat pria itu sudah tak bernyawa, hanya bersisa tengkorak dan tulang belulang saja.

Bangunan pendopo itu pun tak luput dari serangan para lebah, hingga membuat bangunan padepokan itu keluar api yang sangat besar, yang perlahan-lahan mulai menghanguskan semua isi nya.

"Alhamdulillah, berkat kuasa-Mu, hamba bisa memusnahkan kemusyrikan ini". Ucap syukur Kyai Bustari sambil ia mengadahkan tangan nya ke atas.
.
.
.
Pov 3rd


Sementara itu di tempat lain, diwaktu yang hampir bersamaan..... Di rumah mewah om Hendro....


Di ruang tengah....

Ratih berhenti sejenak karena berpapasan dengan si kecil Yuli, ia mengayunkan taring babi hutan itu untuk menikam Yuli.

Makhluk itu menjerit dan melayang mundur sampai ke tangga.

Ratih sempat mengejar nya, Yuli dan Kusno melayang naik ke lantai atas, menghilang tak terlihat lagi oleh Ratih.

"Tidak....! Jangan ! Jangan, tante Henny.....! Jangan .....!".

Ratih mendengar teriakan Raka di ruang tamu.

Segera ia berlari menuju ruang tamu, dan setelah sampai di sana.

Ia sejenak terkesima dan sempat terdiam melihat Raka sudah tergeletak bersimbah darah.

Dengan kegeraman yang membabi buta, Ratih sempat mengayunkan taring babi hutan itu ke tubuh mayat perempuan itu.

"Iblis busuk.....!Kamu telah menyakiti kekasih ku!Akan ku musnakan kau!".

Ratih menghunuskan taring babi hutan itu ke tubuh mayat tante Henny dari arah belakang, hingga taring babi hutan itu menikam tubuh mayat tante Henny, taring babi hutan itu tertinggal dan tertancap di punggung mayat itu.

Tetapi, seperti nya setan perempuan itu tidak goyah sedikit pun oleh kekuatan yang ada di dalam taring babi hutan itu.

Malah mayat itu berbalik badan dan berdiri menyerang ke arah Ratih.

"Jangan....! Jangan mendekat! Raka....Tolong aku....!".

Ratih bergerak mundur menjauhi mayat perempuan itu, sambil tangan nya mencoba menahan supaya mayat itu tidak mendekat.

Makin terdesak posisi Ratih karena terus mundur hingga ia terhenti di pojok bangunan, ia semakin panik dan ketakutan menyadari situasi yang dihadapi nya sekarang.

"Jangan mendekat..!Jangan....!".

Saking ketakutan dan panik Ratih hanya bisa menangis, berusaha berjuang mempertahankan diri nya.

Sementara itu, tubuh Raka mulai bergerak, walau dalam keadaan lemah, ia hanya bisa melihat kekasih nya dalam keadaan terjepit di pojok bangunan, seluruh tubuh nya seakan berat untuk digerakkan dan hanya bisa diam tak berdaya, darah masih mengalir

Dalam hati Raka, ia terus berdoa demi keselamatan Ratih kekasih nya yang terpojok dan dalam keadaan genting.

Ia pun masih mengingat-ingat kejadian barusan saat ia di buru oleh mayat tante nya sendiri.

Pov Raka

Saat aku melihat Ratih di pertengahan tangga yang tertegun sejenak, aku segera mendekati nya serta memeluk nya supaya tenang.
Tapi, setelah aku memeluk nya aku pun baru menyadari apa yang membuat nya tertegun.

Aku pun sempat terperanjat dengan mata yang membelalak seakan tidak mempercayai penglihatan ku, ternyata di tepian tangga bawah itu terdapat sebuah peti kaca seperti yang di ceritakan Ratih kepada Ikam tadi sore, dan di dalamnya itu adalah tante Henny, tante ku yang sempat diceritakan oleh om Hendro suaminya meninggal dalam perjalanan dari makasar dan di makamkan di laut.

Aku sampai tak berkedip melihat kejadian nyata di mata ku, dan mulai ada rasa ngeri hercampur panik dan ketakutan setelah mata tante Henny memandang ku berkedip-kedip dan berusaha berontak dari dalam peti kaca seolah-olah ia ingin keluar.

Aku sadar keadaan bahaya ini dan mulai herpikir untuk menjauhi nya, dengan berkata pada Ratih.

"Naik....! Kita naik kembali ke atas!".

Dengan perasaan gugup dan panik aku menarik tangan Ratih dan berusaha lari, aku saat itu berada di belakang Ratih yang ku suruh lari duluan.

Tapi sialnya, tiba-tiba.....

Listrik menjadi padam, suara jeritan Ratih membuat ku jadi tidak fokus untuk menapaki tangga, kaki ku tersantuk di anak tangga. Yang mengakibatkan aku jatuh berguling-guling di anak tangga hingga....

"Braaaakkkk....".

"Praaaangg...".


Tubuh ku menghantam peti kaca itu hingga kaca nya pecah, aku merasa nyeri dan sakit terutama di bagian betis ku yang sobek terkena serpihan kaca yang pecah dan sempat menancap di sana.
Beberapa menit aku sempat terdiam di atas mayat tante ku, padahal aku tidak menyadari nya sama sekali.

Pada saat aku mau bangkit dan berdiri, dan mulai menjauhi pecahan kaca itu ada teriakan histeris dari Ratih.

"Raka....Awaaaas....!".

Tangan mayat tante ku tanpa busana itu bergerak meraih punggung ku, aku menoleh ke belakang setelah mendengar teriakan Ratih barusan.

"Hahhhh....Tante Henny!".

Aku berteriak kaget dan ketakutan, kemudian bergerak mundur dengan sedikit berlari ke ruang tengah berusaha menjauhi dan menghindari nya.

Mayat tante Henny tetap memburu ku walau dengan langkah terhuyung-huyung.

Aku sambil menahan sakit di kepala dan betis terus mundur dan berusaha menahan nya semampu ku. Aku berteriak ketakutan dan berusaha mengingatkan pada nya, bahwa aku ini ponakan nya.

"Tante....Ingat, tante! Aku Raka! Aku keponakan mu sendiri, tante Henny!".

Tapi tetap saja mayat itu bergerak mendekat sambil mengayunkan tangan nya, kuku-kuku nya menjadi panjang dan berwarna kehitaman.

Disaat ketakutan dan kepanikan itu aku masih sempat berkata pada Ratih untuk mengambil taring babi hutan.

"Ambil benda itu....! Cepat, Ratih....!".

Mayat tante Henny terus mendesak maju mendekat, aku terus berputar-putar menghindari nya, sesekalo aku sempat melirik ke arah Ratih yang masih terdiam terpaku di tempat nya, seakan ia ragu untuk melakukan apa yang ku perintahkan.

Sedikit lega saat aku melihat Ratih sudah bisa memasuki kamar tidurnya, walaupun sempat terdengar ia memekik nama gadis kecil itu. Yuli, yang telah mati tenggelam di dalam bak kamar mandi tamu.

Aku sudah lelah untuk bergerak, darah ku terus keluar dari tempat luka, terutama di betis ku, membuat kondisi ku mulai melemah.

Sambil terus menghindar aku menjauh ke ruang tamu, sempat aku berteriak memanggil Ratih, supaya ia segera menemukan taring babi hutan itu.

"Ratih, cepat.....!".

Dan karena panik dan ketakutan, aku terus mundur menjauhi mayat tante Henny yang semakin bernafsu memburu ku, tiba-tiba....

Aku terjatuh, aku terjengkang ke belakang saat aku berjalan mundur menjauhi mayat tante Henny.

Kepala ku terantuk di kaki meja sofa ruang tamu, mungkin karena kaki ku tersandung karpet di sana.

Saat aku terjatuh mayat tante Henny mendekat dan langsung menerkam tubuh ku, baju ku tercabik-cabik oleh kuku-kukunya yang tajam.

Kepala ku semakin pusing dan dari luka jahitan kemaren kembali terbuka dan mengeluarkan darah, aku hanya bisa pasrah walau terus berusaha memberontak hingga lengan tangan ku luka tertusuk kuku tajam nya yang seperti mengiris kulit tubuh ku.

Aku hanya memejamkan mata, seluruh tubuh ku seperti berat untuk ku gerakkan, kesadaran ku semakin melemah.

Tapi, aku merasa bersyukur saat aku mendengar teriakan Ratih.

"Iblis busuk.....!Kamu telah menyakiti kekasih ku!Akan ku musnakan kau!".
.
.
.
Pov 3rd

Ratih terus bertahan di pojok ruangan dengan rasa panik dan ketakutan.
Saat mayat tante Henny ingin mencekik leher Ratih,

Tiba-tiba....

Ada tangan yang menarik tubuh Ratih menjauhi mayat tante Henny.

Setelah di tempat yang aman, agak jauh dari jangkaun mayat tante Henny, kembaran Ratih bicara, "Tolong bawa Raka! Pergi sekarang, Tih!".

Ratih segera mendekati Raka yang terbujur di atas permadani, Ratih menangis sesegukkan melihat kondisi Raka yang sangat memprihatinkan, baju kemeja nya robek seperti ada bekas cakaran yang meninggalkan bekas di baju itu.

"Raka, ayo kita pergi dari sini! Aku tidak mau kehilangan mu, bertahanlah sayang!".

Pada saat bersamaan tiba-tiba Ratih dikejutkan dengan suara pintu ruang tamu yang di dobrak secara paksa dari luar.

"Braaaakkkk.....".

Seseorang dari luar masuk ke dalam dengan membawa ransel di punggung nya.

Ya, itu Ikam yang datang tepat pada waktu nya.

Melihat kondisi Raka yang cukup memprihatinkan ia segera mendekat, segera ia menotok tempat yang mengeluarkan darah supaya bisa menghentikan keluarnya darah.

"Ratih tolong buka baju nya Raka, pakai baju ku ini saja!", ucap Ikam seraya membuka kemeja nya.

Setelah memakaikan baju, Ikam mengeluarkan sebuah botol, lalu ia mengoleskan ke tempat luka raka, sambil ia berkata.

"Sudah aku prediksi bakalan seperti ini, untung saja aku bawa salep ini, semoga bisa mengurangi rasa sakit mu, kawan".

Ia lalu mengoleskan salep itu pada bagian luka di tubuh Raka, dan setelah selesai, ia meminta Ratih menjaga Raka kemudian ia sedikit berlari memburu mayat perempuan cantik tak berbusana yang saat ini tak bisa bergerak karena di pegang oleh kembaran nya Ratih.

Ikam membawa belati kecil, dan bersiap untuk menikam mayat itu. Mayat perempuan itu sempat beberapa kali menerima tusukan dari belati kecil Ikam.

Rontaan yang kuat dari mayat tante Henny membuat pegangan tangan kembaran Ratih terlepas, kini mayat itu menyerang balik ke arah Ikam, ia mencekik leher Ikam dengan kedua tangan nya.

"Ikam.....", seru Raka dengan suara lemah.

Ikam berusaha keras melepaskan cekikan dari mayat tante Henny, sepertinya cekikan itu bagai alat penjepit dari besi yang sangat kokoh dan kuat.

Ikam mulai tersengal-sengal dan wajahnya semakin membiru.

Mayat tante Henny menyeringai menampakkan gigi-giginya yang runcing-runcing mengerikan. Ia berusaha menggigit apa saja dari bagian tubuh Ikam.

Ikam masih bisa menahan dagu mayat tante Henny yang seketika berubah menjadi buruk rupa. Tetapi, Ikam tidak menyadari kalau beberapa kuku mayat itu telah melukai lehernya dan membuat luka yang mengalirkan darah segar dari leher itu.

Kembaran Ratih saat terjadi perkelahian antara Ikam dan mayat tante Henny sempat mencabut taring babi hutan itu kemudian ia langsung mendekat ke arah Ratih sambil menyerahkan taring babi hutan itu.

"Baiklah, Ratih! Saatnya kita selesaikan kejahatan mereka selama ini, aku akan masuk dan melebur di dalam tubuh mu, kita berdua akan memusnakan mayat perempuan itu untuk selama-lamanya. Bersiaplah, Ratih!!".

Kembaran Ratih kemudian masuk ke tubuh Ratih, kini Ratih tampak berubah menjadi lebih berani dan rasa takut nya perlahan hilang, sambil ia mencium kening Raka kekasih nya ia berkata.

"Doakan aku, Ka! Semoga aku bisa melenyapkan keangkara murkaan dan keserakahan mereka".

Raka memegang tangan Ratih seperti ikut memberi semangat buat nya dengan senyum yang tulus.

Ratih berdiri dan berlari menuju mayat tante Henny, lalu tangannya seperti ada yang menggerakkan sendiri, taring babi hutan itu seakan tahu tempat yang pas untuk membinasakan mayat tante Henny.

"HMMM...",

Seperti suara gumaman saat taring babi hutan itu menancap tepat di jantung mayat tante Henny, dan seketika ia melepaskan cekikan nya pada Ikam.

Tubuh mayat itu berjalan terhuyung-huyung seakan sedang menghadapi maut nya. Badannya bergetar hebat seperti orang yang tersengat aliran listrik jutaan volt. Hingga membuat mayat tante Henny limbung dan ambruk ke lantai.

Keluar api yang sangat besar hingga membuat panik mereka, api itu seketika membakar sekitar mereka seperti layaknya ada bensin yang bisa memicu nya.

Ikam yang sekarang sudah bisa berdiri dengan tertatih-tatih membantu Raka, Sementara Ratih mencoba menolong tante Wulan, tetapi tiba-tiba....

Api menyambar ruang tengah sehingga tidak lah mungkin ia bisa menolong tante nya di kamar atas sementara api sudah membakar ruang tengah yang menuju ke tanggah lantai atas.

Ratih pun ikut memapah tubuh Raka, meninggalkan rumah mewah itu, api semakin membesar saat mereka bertiga sudah bisa keluar rumah dengan selamat.



TAMAT
 
Epilog nya nyusul ntar malam ya...

Belum ane tulis soalnya... hehehehe...

Selamat membaca...

Salam semprot,
rad76
 
Wow..pertarungannya epic :ampun:

Moga tau kesudahan Wukan, Hendro..harta milik Hendro...
 
Wow..pertarungannya epic :ampun:

Moga tau kesudahan Wukan, Hendro..harta milik Hendro...
Nanti di epilog om ada penjelasan sedikit... kondisi tante wulan, rumah mewah om Hendro, kondisi Raka, Ratih, Ikam...serta kembaran nya
 
yee selamat om. untuk karyanya. suju memang joss.
ditunggu epilog dan trus berkarya suhu
 
yee selamat om. untuk karyanya. suju memang joss.
ditunggu epilog dan trus berkarya suhu
makasih om... sudah setia mengikuti cerita ini...mohon maaf jika masih ada kekurangan di sana sini, terutama typo, maklum kadang masih saja luput dari pemeriksaan ane...

Utk epilog di tunggu saja ya, kalo sempat ane update nanti malam ane usahakan, apalagi saat ini sdg mati lampu...

Jadi blm sempat nulis nih...
 
Wah tamat. Cepet bener, ditunggu epilog dan sekuel lain nya om Rad:bye::bye::bye:
Makasih om... sudah memberi support dan mengikuti cerita ini dari awal hingga akhir...

Epilog nanti akan menyusul....

Ada awal pasti ada akhir...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd