Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Geliat Desa, Sisi Lain Yang Terbuka








Mumpung sempat, buat malam minggu para lajang.


Ibu Ibu Kampung Apa Adanya

Dulu dengan ibu ibu kampung ya kisaran 40 sampai 50 an hanya imajinasi belaka. Paling maksimal ngintip atau curi curi pandang saat mereka mandi di pemandian sungai saat aku memancing.

Membayangkan mereka dengan busana apa adanya. Penampilan apa adanya. Perawatan apa adanya, bahkan mungkin semua di tubuh tumbuh apa adanya. Termasuk pakaian apa adanya, daster, kaos tipis yang jauh dari modis. Membayangkan kekenyalan ataupun geliat mereka yang apa adanya tentang seks.

Namun pengalaman dengan Ita. Khayalan yang ada ditambah dengan keberanian. Candaan ataupun kepolosan bertemu dengan keseriusan dalam melakukan apa yang dikhayalkan.

Namanya diplesetkan menjadi sebut saja Surti. Mba Surti saya memanggilnya. Meski dia sudah berkeluarga punya anak satu. Usianya kala itu sekitar 35 sampai 40 an.
Kulitnya kecoklatan. Rambutnya pendek sebahu. Tingginya sedang saja. Apa adanya orang kampung.

Siang itu, setelah pulang dari warnet. Dirumah sepi, lengang. Rumahku yang sedang saja ukuran 12 x 7 meter. Sehingga aku begitu masuk langsung saja ke kamar mandi.
Keadaan sepi sendiri seperti itu mendukung dorongan jahat hasil tadi browsing browsing situs porno di warnet. Kala itu film jepang miy*** sedang hits. Maka setelah kencing, dari kamar mandi aku tidak langsung memakai celanaku. Dengan kontol yang masih mengacung, aku berniat mastrubasi di kamar sambil membayangkan film bokep tadi.

Dikamar aku rebahan, diatas kasur mulai mengelus elus burung yang tegak berdiri. Sesekali selain film bokep tadi, sambil membayangkan Ita, sosok real yang pernah aku nikmati.

Ditengah kengacengan yang didukung suasana sepi itu, tiba tiba ada seseorang yang masuk.
DEG! Panik, panik barangkali itu orang rumah sudah pulang.
Alangkah kagetnya, itu Mbak Surti.
"Eeeehhhh..Mas Febry.....!"pekiknya.
Lalu aku yang sangat kaget bercampur malu merapikan diri, memakai celana.
Mbak Surti ke belakang. Beberapa saat setelah tenang aku menyusulnya. Ingin sekali menjelaskan, biar mengatasi rasa malu ini.

"Mbak Surti"panggilku dari belakang, dia sedang didepan kompor.

"Wah Mas..Mbak tadi disuruh Ibu nyetrika"kata dia agak canggung.

"Mbak Surti.."

Aku cuma mbak surti mbak surti saja..mau menjelaskan bingung mulai dari mana. Akhirnya sesaat kemudian dia yang bilang.

"Mas Febri udah waktunya nikah tuh"katanya.

"Hehehe..i..iya Mbak"jawabku pendek.

"Mbak Surti aku malu, maaf ya. Tapi Mbak Surti jangan bilang siapa siapa ya"lanjutku.

Mungkin bagi Mbak Surti hal itu bukanlah hal besar, tapi bagiku yang dirumah anak baik baik, tentu amat malu.

"Mas Febry gak tau ya Mbak nyetrika di kamar"katanya.

"Gak Mba..aku kira rumah kosong..makanya aku ...."aku tidak melanjutkan kata kataku.

Sebenarnya aku antara malu dan horny. Horny karena Mbak Surti ini dulu kadang aku berfantasi tentang dia. Namun tentunya aku ga mungkin berani macam macam.

"Yasudah gapapa, Mbak tahu kok. Cuma Mbak kaget aja Mas Febry lagi ngocok peli gitu"senyumnya.

"Hehehe..namanya juga anak muda Mba"kataku mencair.

Lalu setelah kurasa tenang, aku balik ke kamar. Di dalam kamar, justru muncul ide berani. Kulepaskan lagi celanaku, dengan pintu yang sedikit terbuka.
Aku mengocok dengan mendesah kubuat lumayan keras.
Ssshhhhhh......ssshhhhhh....
Aku justru terangsang, aku terang terangan mastrubasi dengan dirumah ada orang lain yang tadi menangkap basah.
Didalam hati, aku memancing Mbak Surti mendengar desahanku. Aku penasaran bagaimana reaksinya.


Ide ekstrim ini ada hasilnya. Suara di belakang atau di dapur sudah diam. Tapi suara pintu depan tidak ada, artinya Mbak Surti masih didalam rumah.

"SSSHHH...Mbak Surti....ssshhh"aku makin berani, mengocok sambil menyebut namanya.

Sampai 5 menitan aksi itu kulakukan dengan berdebar debar. Pertaruhan bagaimana selanjutnya.

"Mas...Mas Febry..di kamar ya?"dia memanggilku.
Aku diam saja meneruskan mengocok dan mendesah menyebut namanya, pura pura tidak mendengar.

"Mas, Mbak mau pulang dulu ya..udah selesai nyetrikanya"katanya masih dari luar kamar.

Lalu aku berdiri,
"Iya..ada apa Mbak?"tanyaku dengan kontol yang mengacung tegak, aku membuka pintu.

"Ih...Mas Febry malahan ga pakai celana lagi"katanya malu malu gimana gitu.

"Iya Mbak, pengen ngeluarin udah kepalang ngaceng. Gapapa kan ya Mbak"kataku.

"Gapapa Mas, tapi jangan sebut sebut nama Mbak kali"katanya.

"Biar cepet keluar Mba"kataku.

"Mas Febry nakal ya ternyata."

"Ga Mba, aku kan ga nakalin Mbak Surti. Cuma bayangin aja emang nakal"

"Iya lah. Masa Mbak Surti dijadiin bahan kamu ngocok. Manggil manggil sambil kamu maenan itumu. Itu mesum namanya tahu."katanya.

"Soalnya..maaf ya Mbak..ngocok sambil.membayangkan Mbak Surti, bikin aku horny banget"

"Ihh..bisa bisanya..masa sama Mbak kamu gitu Feb.."

Karena dirasa tidak ada dia marah, aku makin berani. Sambil ngobrol, aku elus elus lagi kontolku. Sontak Mbak Surti melihat kebawah.

"Wah..ngaceng banget ya. Gedhe manukmu ya Feb"katanya.

Aku yakin sih, dia juga terangsang. Hanya saja dia bukan tipe wanita yang begituan.

"Tahu ga Mbak, bayangin wajah Mbak Surti yang manis..rambut Mbak dan badan Mbak, sambil gini, enak banget..."

"Yasudah, mbak mau pulang dulu."katanya bimbang.

"Mbak Surti..."

"Apa?"

"Mbak..."

"Apa Feb.."

"Apa boleh, aku..."

Mba Surti diam saja.

"Apa boleh aku kunci pintunya?"

"Ih mau ngapain Feb"

Lalu aku berjalan kedepan, mengunci pintu.

"Mau ngapa sih Feb, nanti ada orang lho"

"Ga Mba masih jam segini"

"Mbak, maaf ya Mbak udah seperti sodara buat aku. Kali ini Mbak udah terlanjur liat aku, aku mau cerita sama Mbak"

"Cerita apa"

"Sini ke kamarku dulu Mbak, ga enak cerita disini"

"Aku mau cerita jujur sama Mbak. Sejak aku pernah lihat film gitu, aku kadang suka mastrubasi. Tapi saat aku membayangkan orang yang aku kenal, aku mbayangin Mbak Surti, bagiku rasanya seperti nyata. Ini sih, maaf ya Mba. Maaf banget bukannya aku kurang ajar sama Mbak Surti. Tapi aku mohon kalau boleh, aku pengen Mbak Surti nemani aku ngocok. Nemani aja. Mujudin fantasi ku Mba. Pliss..maaf ya Mbak"

Aku harap harap cemas saat Mbak Surti terdiam sesaat.

"Febry..Febry..kamu tu ya..kita tetangga tapi Mbak anggap kita kaya sodara. Mbak ga nyangka kamu berani bilang gitu. Tapi...."dia tertahan.


"Tapi apa Mba..sama aku cerita apa adanya saja. Mbak juga sudah pegang rahasia aku."kataku meyakinkan.

"Febry beneran sering bayangin Mbak? Febry beneran minta Mbak liatin kamu gitu. Kita cuma berdua lho, kalau sampai ketahuan pasti bakal heboh"

Tik. Yang aku tangkap, dia ada keinginan namun takut akibatnya.

"Aku jamin gapapa Mbak. Lagian masih jam segini."

Lalu aku melanjutkan mengocok kontol yang sudah mulai melemas tadi.
Dengan persetujuan ini, libidoku naik kembali. Perlahan namun cepat, ngaceng on process.

"Sshhhh...Mbak Surti baik..."desahku.

"Ohhsssshh..Mbak Surti cantik.."

"SSHHHH....Mbak Surti seksi.. rambutnya badannya, dadanya, senyumnya..ssshhhh!!"

Aku coba menaikan level. Coba coba bangkit mendekatinya sambil terus mengocok.

"Hhmmm...bau badan Mbak Surti yang cantik, bikin aku ssshhhhh...."

Mbak Surti yang sudah terbawa suasana, lalu menyandarkan kepalanya di dinding. Dia membiarkan ku yang menikmati ini semua.

"Kowe ki nakal banget Feb..ssshh"tiba tiba Mbak Surti meraba selangkangannya.

Yesss..batinku. berhasil..

"Kowe ki, aku digawe bahan ngocok pelimu.ssshhh"

"Peli apa kontol Mba"

"Kontol jaran (kontol kuda)"sahutnya tanpa sadar.

"Iya Mba, Mba ga suka kontol gede?

"Ssshhh..kowe ki Feb...sshh..kontol gedhe iki to?"katanya menggenggam sebagian kontolku.

"Osshhhhh..iya Mba, kontolku ki ngaceng nggo kowe"

"Iya, kamu nakal. Ngacengin Mbak"

"Mbak Surti ngacengi...."

Dia dengan alaminya melepas celana dalamnya. Dasternya disingkapkan keatas.
Wahhhh....bulu bulu jembut lebatnya..memeknya dihiasi rimbunnya bulu. Lalu saat dia mencolokan jarinya, disitu aku sudah fix. Menang. Dapat. Dag dig dug. Ser.

"Boleh aku bantu Mbak?"

"Bantu apa?ssshhh"

"Biar aku ga kelamaan, Mbak juga." Lalu kumainkan itilnya. dia makin kelojotan.

Didalam kamar yang tertutup itu, udara panas serta dua insan sudah dilanda birahi.

"Ssshhh..aroma mu Mbak.."kucium memeknya.

"Kamu ngapain Feb...!"

"Ssshhh..geli Feb...sshhh..."

Dengan gairah yang sudah memuncak, situasi mendukung..

"Apa aku boleh, coba masukin Mba..aku pengen tahu selain ngocok..rasanya berhubungan"speak speak mulai lancar.

Dia yang notabene orang kampung biasa, dengan mudahnya terbawa dan menikmatinya.

"Apa gapapa Feb"

"Aku tanggung jawab kalau ada apa apa Mba"

Lalu dengan nurut nya, dia kubaringkan. Selangkah lagi aku menyetubuhinya.

"Mbak..."

SLEB....

"Ohhh..."desahnya saat setengah kontolku masuk. Aku tarik lalu kudorong lagi, sampai ke empat kalinya masuk semua di lubang kenikmatannya yang sudah sangat basah.

"SSSHHHH...Peli mu mantep banget Feb...ssshhhh"

"Kontol Mba.."

"Iya kontol cah bagus..."

"Enak tenan tempikmu Mba..aku sudah lama membayangkan tubuhmu Mba"

"Ssshhh..iya aku juga enak Feb...ssshh..enak banget...."

Saat itilnya kumainkan disela sodokan, menambah gairah kenikmatan percintaan.
Mbak Surti yang aku yakin dalam bercinta biasa biasa saja, maka saat kupraktekan ilmu dari bokep maupun dari Ita, menjadi kenikmatan tersendiri yang baru dirasakannya.

Dasternya yang sudah acak acakan, kunaikan lalu kucium ujung pentilnya. Di sekitar pentil, cupangan meninggalkan bekas merah hitam. Bergantian kanan dan kiri.

"SSSHHHH..Kowe pinter banget bikin Mbak keenakan..Ohhhssss....Feb...Mba keduten...febb...."

Serrrr..serrr...kontolku terasa hangat.
Ya memang salah satu kelebihan nafsuku, juga dalam bercinta sering kelebihan durasi. Itu aku pelajari dengan memainkan emosi maupun pikiran. Saat sudah merasa mau sampai klimaks, aku membayangkan hal hal entah sedih entah salah entah apapun yang menurunkan nafsu. Lalu saat sudah menurun, aku gasss pol lagi. Begitu berulang sampai saat benar benar tidak tertahankan.
"Mbak Surti...Mbakk...aku mau ngecrot.."

Mbak Surti yang sedang kegelian setelah orgasme masih terus disodok..

"Ohhhh..Mbak Surtiiii......"

Kutarik kontolku, lalu CROTTTTT.CRROOTTT!!!!!CROTTT!!!
Kencang kali semburan kala itu. Mengenai muka dan rambutnya.

"Mas Febry lho..."

"Mbak Surti.."aku senyum padanya. Merasa diri gagah sudah memberi kepuasan pada ibu ibu kampung ini.

"Tapi iki lho, susu ku merah merah"katanya saat merapikan daster.

Wah...iya ya..

"Ya buat tanda kenang kenangan. Makasih ya Mbak Surti sudah mau memberikan aku yang selama ini aku khayalkan. Yang jelas kalau mandi di sungai, jangan telanjang bulat ya.hehehe".

"Yang jelas punya Mba berasa banget ngganjel pegel, dah lama Mba ga gini. Dan yang jelas lagi nanti Mbak mesti mandi junub...."katanya sambil berjalan ke kamar mandi.

Menjelang jam 3 sore, Mbak Surti pulang setelah dia banyak bercerita tentang dia dan suaminya yang sedang kerja di Jakarta. Tentang anaknya. Dan sempat menyampaikan rasa bersalah sudah melakukan ini semua.

Tapi, itu bukan yang terakhir. Kesempatan yang datang membuat kami melakukannya lagi.

.........
 
Terakhir diubah:
wiih ceritane bikin cenat cenut pala beby.. lanjut Hu, makasih updatenye.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd