Mulustrasi Surti, mirip2 lah bentukannya.
Pak RT.
Namanya Pak Marjo. Dia bekerja sebagai guru di SD yang ada di desa kami. Istrinya seorang pegawai yang cukup memiliki posisi di Bank ******.
Mbak Surti selalu diminta keluarga Pak Marjo untuk menyetrika..kadang kala juga diminta beres beres rumah.. Keluarga Pak Marjo yang juga rumahnya dekat dengan Budhe Narti, membuat kami semua memiliki hubungan yang dekat. Apalagi Pak Marjo yang selain terpandamg, juga semedulur atau baik dengan siapa saja. Pun demikian istrinya. Pak Marjo usianya tidak jauh dengan Mbak Surti, sekitar 50 an. Sementara istrinya yang pekerja keras, juga tidak jauh beda. Itulah mengapa mereka secara materi pun tergolong kaya.
Budhe bercerita, pada intinya sebulan yang lalu saat siang pada jam istirahat sekolah, saat Surti sedang beres beres rumah, Pak Marjo "bermain" dengan Surti. Meski tidak sampai terjadi hubungan badan, namun istrinya yang tahu amat sangat marah. Surti yang melaporkan ke Bu Marjo setelah didesak oleh Bu Marjo.
.....
Lengkapnya berdasar penuturan Surti :
Siang itu Bu Marjo meminta tolong untuk menyetrika dan sekaligus membereskan rumah yang habis kedatangan saudara dari Jakarta. Jam 10 an Surti berangkat, dengan membawa kunci rumah yang sudah diberikan oleh Bu Marjo sebelum berangkat ke kantornya tadi pagi.
Surti yang sudah biasa membantu bantu di rumah itu, mengerjakan pekerjaan seperti biasanya. Menjelang siang, setrikaan yang sudah selesai dilanjutkan Surti beres beres rumah. Niatnya sebelum jam 13.00 dia harus sudah selesai karena dia dan Ibuknya mau ke dokter mengantar Ika yang sedang demam. (Bukan Covid Hu, saat itu belum ada Covid).
"Assalamualaikum"Pak Marjo datang. Terkadang saat jam istirahat, dia pulang. Seperti saat itu karena tadi pagi Istrinya berpesan untuk memberi Surti Uang.
"Surti, tadi pagi Ibu bilang katanya mau pinjam uang ya"
"Nggih Pak..Tadi pagi saat Ibu ke rumah, beliau lihat Ika demam. Tapi karena belum punya uang, belum diperiksakan."
"Oh begitu..iya ini Bapak dipesan supaya ngasih uang ke kamu"kata Pak Marjo.
"Terimakasih Pak..juga maaf hutang Surti sebelumnya belum bisa Surti lunasi. Insyaallah kalau sudah ada rejeki Pak, atau kalau suami sudah kirim Pak"
Surti punya hutang sebelumnya 150 ribu.
"Gapapa..Bapak tahu kondisimu.. Suami sudah dapat kerjaan di Jakarta? Sekarang memang lagi musim PHK. Susah cari kerja"
"Belum tahu Pak, belum ada kabar"jawab Surti. "Punten Pak, Surti mau menyelesaikan pererjaan rumah"
Pak Marjo sempat makan siang dulu di rumah. Sambil makan, dia terus memperhatikan Surti sambil mengajaknya ngobrol.
"Surti, suamimu sudah berapa bulan ya belum pulang..?"
"hampir dua tahun tepatnya Pak."
"Wah sudah lama ya.. kalau kiriman lancar terus?"
"Nah itu Pak, sudah empat bulan ini Mas Anto tidak ngirim Pak"
"Wah apa kamu ga kangen sama Anto?"
"Ya gimana lagi Pak.."
"Kamu ga kesepian Ti?" Tanya Pak Marjo yang tiba tiba tumben tanya seperti itu.
Surti diam saja, bingung mau jawab apa.
"Kok diam saja. Kamu masih cukup muda lho. Bapak saja yang sudah kepala lima, kadang kangen sama Ibu kalau dia lagi sering lembur terus"lanjut Pak Marjo.
"Ii..iya Pak.."jawab Surti canggung.
Pak Marjo menyelesaikan makannya, lalu ke dapur menaruh piring dan kembali ke ruang tengah dimana Surti masih mengepel disana.
"Surti.."kata Pak Marjo.
"Nggih Pak"
"Kalau kamu memang masih belum punya uang, hutangmu ga usah dipikirkan. Anggap saja pemberian dari Bapak"
"Wah..tidak Pak..Surti sudah banyak dibantu. Insyaalah surti bayar kalau sudah ada uang Pak"
"Sudah.*** apa apa ya. Hitung hitung bantu kamu sama Ibukmu."
"Iya Pak..terimakasih sekali Pak"
Lalu Pak Marjo mendekati Surti,
"Surti.."
Pak Marjo mengelus elus rambut Surti.
"Bapak kasian sama nasib kamu ditinggal suami jauh. Bapak paham kok, karena Bapak juga merasakannya"
Surti merasa sangat canggung ketika Pak Marjo mengelus elus bahunya.
Kemudian Pak Marjo melanjutkan.
"Surti, Bapak mau minta tolong. Apa kamu mau bantu?"
"Iya Pak..bagaimana Pak"
"Ibu orangnya itu super sibuk. Hampir tiap hari pulang malam. Apalagi kalau akhir bulan. Bapak bisa maklum. Tapi Bapak kadang merasa kesepian. Bapak butuh.."
Surti yang canggung diam saja.
"Bapak lelaki normat Ti.. kamu sangat dekat dengan kami, Bapak minta tolong Surti.."
Lalu Pak Marjo menarik Surti jatuh di kursi sofa ruang tengah itu.
Surti gemetaran. Dia takut, malu, namun diam saja, bingung mau bagaimana.
Saat Pak Marjo mencoba mencumbunya, surti menghindar.
"Jangan Pak..jangan.."
Pak Marjo yang sedang terangsang bilang.
"Bantu Bapak sekali ini saja Surti. Bapak selalu bantu Surti dan Ibukmu. Sekali ini saja ya"
"Tapi Pak..."
Surti bimbang, ingin sekali menolaknya. Namun hutang budi membuatnya sungkan.
Pak Marjo mencoba lagi, kali ini Surti tidak menolak, namun diam saja.
Lama kelamaan Pak Marjo meraba rabba dada Surti. Terasa nafasnya sangat memburu, menandakan Pak Marjo sangat bernafsu.
"Ti, ayo ke kamar saja sebentar"
Pak Marjo menarik tangan Surti. Surti masih diam saja. Dia betul betul tidak tahu harus bagaimana.
Di kamar, Pak Marjo langsung mencumbui Surti diatas kasur.
Ciuman, rabaan, sangat bernafsu. Berbeda dengan Surti yang masih sangat bimbang.
Lama kelamaan Surti yang sudah lama tidak mendapat belaian laki laki, mulai bangkit nafsunya. Nafasnya mulai terasa berat.
Pak Marjo mengangkat kaos yang dipakai Surti, juga BH Surti. Pak Marjo meremas remas dengan sangat gemas. Seolah olah sudah sangat haus akan wanita.
"Pak...Tolong jangan Pak..Surti tidak mau merusak hubungan dengan keluarga Pak..Ibu sangat baik pada Surti Pak...."Surti memelas, saat dia ingat kebaikan Bu Marjo.
Namun apadaya, Pak Marjo lelaki yang kurang kehangatan. Saat terpampang didepan mata wanita yang menyembul payudaranya membuat nafsunya menyala. Dia tidak mendengarkan Surti.
Pak Marjo mulai meraba dari balik celana Surti. Memijat mijat kenyalnya vagina Surti. Mengelus elus. Lalu tangannya menelusup dari balik celana.
"Wah, jembutmu lebat banget ya"
"Ssshhh...."Surti mendesah. Memang kelemahan dari dulu adalah itiilnya.
"Pak..tolong jangan....!" Surti yang sadar dirinya mulai dilanda birahi, dia terus terang mulai terangsang. Kemudian menampil tangan Pak Marjo.
"Tolong jangan seperti ini Pak. Bapak orang terpandang."
Pak Marjo nampaknya agak emosi dengan Surti yang terus menerus menolaknya.
"Surti. Kamu tidak tahu diri. Kurang baik apa selama ini Bapak sama kalian. Kenapa Bapak minta tolong sekali ini saja kami tidak mau..!"Ucap Pak Marjo sambil memaksa Surti tiduran lagi. Mendorongnya ke kasur.
Surti malah menjadi takut. Dia wanita kampung yang masih menjunjung norma. Memang tidak munafik dia merasakan kenikmatan belaian. Tapi tidak seperti ini. Tidak dengan suami Bu Marjo yang sangat baik pada dia dan Ibuknya.
Surti menangis. Pak Marjo tidak peduli.
Pak Marjo kembali mencumbu Surti. Tangannya menekan, meremas payudara kenyal Surti. Masih dengan seragamnya, kontolnya menekan nekan di selangkangan Surti.
"Ayo sebentar saja Ti..!"
Pak Marjo turun berusaha menurunkan celana dalam Surti.
Surti langsung menarik badan kemudian beranjak. Dia berlari lewat jendela. Surti sudah tidak menentu. Andai saja ada tetangga yang lewat atau melihat, tentu akan jadi pertanyaan.
Sesampainya di rumah, Surti masuk kamar. Menangis. Ibuknya yang melihatnya kaget, sambil menggendong Ika, ibuknya menghampiri.
"Surti..kenapa Sur..kamu kenapa??"
Surti menjawab dengan tangis terisak.
Bu Narti menidurkan Ika, kemudian mendekati Surti.
"Cerita Nduk..kamu ada apa.."
"Pak Marjo Buk..."Surti hendak bercerita namun ragu.
Saat Surti sedang mulai cerita, Pak Marjo datang.
"Bu Narti...."
Lalu Pak Marjo berterus terang. Dia meminta maaf atas kekhilafannya. Dia bercerita tentang dirinya yang kadang tertekan atas kesibukan istri. Berjanji tidak akan mengulangi dan berharap dapat melupakan kejadian tadi. Dia memohon agar kejadian itu tidak diceritakan ke siapapun.
........
"Kami pun menerima maaf Pak Marjo. Kami bagaimanapun juga sangat baik hubungannya dengan keluarga Pak Marjo. Kami memaklumi memang kekurangan rumah tangga Pak Marjo seperti itu."pungkas Mbak Narti. "Dan sekarang, alhamdulillah kami sudah seperti biasa". Tutupnya.
........
Lalu Budhe bangkit dari duduknya.
"Mau dibikinin Teh Feb?"
"Ga usah Budhe..terimakasih, saya mau pulang dulu.."
"Gimana badannya sudah sehat?"
"Sudah Budhe.."kataku sambil beranjak pulang.
Aku terngiang dengan cerita itu. Yang pertama aku tidak menyangka Pak Marjo seperti itu, memang rumah tangga orang kadang antara kelihatan luar dan dalam berbeda.
Kedua aku kasian dengan Mbak Surti terutama Budhe Narti. Akan kondisinya.
Namun yang selanjutnya, aku malah teringat bayangan bayangan dengan Mbak Surti..
Huss..sambil masuk rumah, aku menepis bayangan itu karena suasana masih haru.
........
Besoknya, setelah mendapat info dari Pak RT bahwa usulan bantuan untuk Mbak Surti dan Budhe Narti sudah bisa masuk. Ternyata upayaku tidak sia sia. Aku buru buru ke rumah Mbak Surti.
Pintu rumahnya tertutup. Kuketok.
"Assalamualaikum"
Kuketok lagi..
Beberapa saat ada yang menyahut.
"Waalaikumsalam"Mbak Surti menjawab sambil mengintip di korden.
"Eh kamu Feb"lalu dia membukakan pintu.
Mbak Surti dengan baju daster setengah basah mempersilakan masuk.
"Mbak lagi nyuci Feb, ada apa"katanya.
"Ini Mbak, mau kasih tahu infonya usulan bantuan buat Mbak Surti bisa masuk."
"Iya, tadi pagi Pak RT kesini, Budhe lagi ke pasar lalu nanti mampir sekalian kerumah Pak RT nganter foto copy KTP sama KK"
"Terimakasih ya Feb sudah bantu."lanjutnya.
"O sudah tahu to.."
"Iya, makanya Budhe ke pasar. Mau masak sayur asem kesukaan kamu, buat rasa terimakasih"kata Mba Surti.
Aku memandanginya. Itulah. Kalau sudah pernah khilaf, enak, bayangan bayangan itu suka muncul dadakan tanpa diminta.
Mbak Surti yang merasa dipandangi begitu, seperti menyadari.
"Huss..liatin apa. Mbak mau nerusin nyuci dulu ya. Kamu mau nunggu Budhe?"
"Gak Mba. Aku mau bantu Mbak Surti nyuci aja kalau boleh"kataku coba coba berhadiah.
"Halah..mau bantu nyuci apa..dulu aja mau bantu nyetrika malahan gitu"katanya.
"Hehehe..sulit dilupakan Mbak"
"Huss..sudah..jangan dipikirin terus"
"Gak dipikir Mba..itu dirasa..dan masih ingat terus rasanya"aku terus mencoba.
"Mbak Surti juga paham Feb. Mbak juga wanita dewasa. Jujur saja Mbak sangat nyaman. Mbak menikmatinya."
"Tapi, setelah ketahuan kemarin Mbak ga berani lagi Feb"lanjutnya.
"Kan kalau ketahuan. Febry ga akan perkosa Mbak atau maksa. Febry cuma terus terang, Febry sulit nglupain."
"Makanya nikah sana.."jawabnya.
"Kalau aku nikah, Mbak Surti sama siapa nanti"
"Ihh..kamu ada ada aja."
"Masa sama timun Mbak..hahaha"
"Dasar nakal kamu memang sama Mbak..!"dia mencubit lenganku.
Aku yang menangkap tangannya, lalu refleks menciumnya. Dasternya yang basah, dan badannya yang berkeringat. Membangkitkan nafsu birahi.
-Jadi kadang hal hal alami, justru bisa bikin birahi menjadi maksimal. Ibarat penikmat kopi, awalnya suka kopi manis, namun kalau sudah makin penikmat, suka aroma kopi khas yang original.-
Mbak Surti tidak menolak. Dia menikmati.
"Makasih ya Feb, sudah baik sama Mbak Surti dan Ibuk"katanya disela sela ciuman.
"Iya Mbak.."aku memandang wajahnya. Ada rasa iba, sekaligus horny melihat wajahnya yang tidak neko neko.
Tanpa bicara, kami melanjutkan ciuman dengan hangatnya..yang lama kelamaan menjadi panas..
"Aku kangen Mba..pengen nengok Mbak"
"Kan hampir tiap hari ketemu"jawabnya lugu.
"Kangen nengok lubang Mbak"kataku kemudian menjilati lehernya. Aku yang sudah horni, berusaha merangsangnya. Aku yakin bisa.
"Ssshhh...Febry..ssshh.."
"Iya Mbakk....aku seperti kecanduan aroma tubuh Mbak..aku ngaceng banget ini"
"Ssshhh...tutup pintunya Feb."
Aku menutup pintu. Kemudian menggandeng Mbak Surti ke kamarnnya.
Didalam kamar kami langsung bercumbu. Baju dasternya yang basah kalah basah dengan bibirnya dan bibirku yang saling melumat. Mbak Surti jadi birahi begini, batinku.
Mungkin memang benar kalau ada istilah puber kedua. Dari refleks alami geliat tubuhnya, menandakan besarnya nafsu didalam diri Mbak Surti. Tanpa editan, tanpa casting. Murni respon atas rangsangan.
Dalam situasi itu, justru aku yang was was.
"Budhe masih lama kan ya Mba pulangnya?"
"Ssshhh...iya...."
"Mbak..."aku menghentikan aktifitasku.
"Budhe masih lama kan?"ulangku.
"Iya sayang..Budhe baru lima belas menitan.."
"Jadi aku bisa nengok lama nih?"candaku yg sudah lega mendengar jawabnya.
"Iya..ayo Mba sudah pengen.."
"Pengen ditengok apa ditusuk?"
"Ditusuk sayang...."
"Ditusuk dari belakang?"
"Sshhhh...iya febry sayang.."Mba Surti merangkulku. Kali berciuman, di posisi bawah dia mengalungkan tangannya ke leherku.
"Kalau gitu pelan aja ya Mbak..biar nikmat"kataku, lalu mengarahkan kontol ke lubangnya.
Sleee..eee..eeeppp..
Pelan pelan ujung kontol merasakan lubang basahnya..
Sleee..eeee...ee..ppp...
Masuk setengah sampai penuh.
"Uhhhhh...!"Mbak Surti mendesis.
"Ternyata masih sama enaknya Mbak.."
"Iya..ssshhh..sering sering ditengok.."
Slebb....slebbb..slebbb..
Bercinta pelan namun dalam, merasakan tiap inci kenikmatan pertemuan kulit kontol dengan lipatan basah memeknya. Menusuk....
"Mbak..maafin aku ya atas kenikmatan ini.."
"Ssshh...iya...dalemin lagi Feb"perintahnya.
JLEBB!..
"OUUUGGGHHH!!!!"
Wajahnya yang lugu memancarkan aura hasrat birahi yang alami. Menikmati kenikmatan yang tercipta. Menerima tusukan dengan lenguhan..
Aku mencium bibirnya..
Cupph....
Lagi..
CUPPHH...
"Mas...ssshhh...apa aku salah menikmati kenikmatan ini...sshhh...apa aku salah merasakan nikmatnya bercinta...ssshhh"racaunya.
Aku diam saja, fokus memompa sambil memandang kebinalannya.
"Mass.....SSSHHHH..."
"Mas...ssshhh...apa aku ga boleh merasakan hangatnya pelukan...ssshhh...aku wanita biasa Mas..."
Aku diam saja dan menikmati sensasi Mbak Surti...
"Masss.....OUHHHHH..."Pekiknya saat tusukan dihentakkan.
"Ibuk....maafin Surti...ssshhh...Surti keenakan....ssshhh"
Surti terus meracau....sesaat kemudian..
Serrrrr...srr....pantatnya bergerak gerak diiringi kedut kedut pijitan lubangnya.
Kami diam sejenak..
"Mbak.*** pengen nungging?"kataku melanjutkan.
Tanpa menjawabnya, Mbak Surti balik badan lalu nungging di depanku.
Aku memandangnya..memandang bentuk lubangnya. Dari belakang terlihat jelas, lubang basahnya yang mengalir sampai lubang pantatnya.
BLESSHHH...
"OUUGHHHHH....!!!!Geli pisan Mass...!!!"
Kupompa maju mundur. Kenikmatan ini...Mbak Surti...
"OUGHHHH...Mas Anto..maafin Surti istrimu ini Mas....ssshhhh....Mas Anto kenapa ga pulang pulang...sshhhhh"
Kucubit pantatnya yang membulat. Kutampar pelan saat kuhentakan kontol memasuki memeknya.
"SSSSHHHHHH.....!!!!OOHHH....!!!
"Mas Anto semoga ga nakal sama cewek diasana ya Mba.."
"Ssshhhh..iya..! Ssshhhhh..tapi apa Mas Anto Tahan...ssshhh...dulu belum nikah aja aku sudah diperawaninya..ssshhh....!"
Wah..wah..begitu to ..
"Apa jangan jangan Mas Anto disana maenan cewek ya Mbak.."godaku..
"SsSSSHHH...!!!biarin..! Dia ga pulang pulang..sshhh! Aku jadi terpaksa menikmati kontolmu.!SSSHHHHHH!
"Masa terpaksa...ssshh..bukannya Mbak menikmatinya..ssshhh...."
"Ssshhh....iya kontolmu gedhe Mas....ssshhh..memek Mbak nikmat banget..."
"Gede kontolku apa Mas Anto Mba?"
"Ssshhh...Mantep Kontolmu..kontol muda..ssshhh"
"sshh...Mas Anto..maaf istrimu aku entot..sshhh..kamu si ga pulang pulang Mas..kamu si maenan cewek Mass..ssshhh"
Mbak Surti terpancing birahinya..
"Ssshhhh...Mas Febryyy..!!! Apa ga bisa sodok yang lebih dalem lagi??!!"
OUCCHHHH...
Kini hanya ada hentakan hentakan keras ke memeknya. Licin sekali.
"Begini Mbak.."JLEBBB JLEBBBB JLEBBBBB JLEBBBBB!!!!!
"Arrrgghhhh......!!iya...ssshhhhhhhh..Mentok!!!!"
"Sedikit lagi.....SSHHHHHHHHH!!!!"
Terbersit. Aku berhenti menusuknya.
"Ahh..kok berhenti sih..!"
"Kenapa Mbak?"
"Ayo diselesaikan cepat..!"
"Mba Surti bilang pamit dulu sama suami, kalau mau dientot aku"godaku sambil menusuknya, lalu berhenti.
"Ssshhh..iya.."
"Iya apa"kataku.
"Iya..Mas Anto, aku pamit mau minta kontolnya Febry..ssshhh.."
Aku terangsang.
"Kontolku buat apa Mba?"
"Buat ngisi memek ku yang kosong"
JLeebbb...jleebb...lalu berhenti.
"Mba mau dientot aku?"
"Ssshhhh...iya Mas...entotin aku Mas..aku udah mau nyampe....!!!"
Persetubuhan itu memanas dan terus memanas naik pada level level yang sebelumnya belum pernah dilakukan.
JLebbb!!JLEBBBB!!JLEBBBB!! Terasa nikmat sekali. Nikmat memeknya, nikmat sensasinya. Nikmat Mbak Surti ku sayang.
"Mbak..aku mau keluar...sshhhhhh...!"
"Ouucchhh...iya Mas..Mba geli banget..!!!"
Saat dia berkedut kedut, aku tidak kuasa menahan semprotan pejuhku. Maka kucabut dan kutembakan dipantatnya, namun semprotan ternyata sampai ke badan, hingga rambutnya..
Mbak Surti terkulai lemas..
Aku rebahan disampingnya, lalu mengecup bibirnya.
"Makasih ya Mbak..maaf begini lagi.."
"Huuuu..dasar kamu.."
"Dasar apa? Emang cuma aku?"
"Dasar kamu si kontol gedhe.."senyumnya genit.
Ingin ku tusuk lagi sekencangnya saat melihat kegenitannya yang muncul.
"Mbak jangan kuatir kalau Mas Anto belum pulang..ini nya Mbak sudah ga gatel lagi sekarang"kataku.
Mbak Surti manyun. Lalu kukecup lagi.
Cuph!
Lalu aku bangun, menyeka keringat dengan baju.
"Ayo Mbak, kalau mau kubanti nyuci.. ini beneran sekarang"
"Huuu..udah dapet aja jadi rajin"
"Memekmu meluluhkanku Mba.."
Lalu aku keluar kamar...
........