Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [GORE] Elite.Hunting.Club

#2Continuation

Pria bertopeng mike myers mengelus-elus perut Airin yang tampak kembung oleh cairan tersebut. Kemudian menekannya secara perlahan. Cairan tersebut tak lantas keluar, hingga sang Clown menusukkan telunjuknya ke dalam anus Airin. Dan cairan itupun keluar. Memuncrat dari dubur Airin. Seiring Myers menekan-nekankan perutnya, seiring itu pula anus Airin memuntahkan isi di dalamnya. Beserta fesses/kotoran yang ikut keluar bersama. Bau khas tinja pun menyeruak. Mencemari dinginnya udara malam di dalam gudang. Airin tampak meringis. Usai meng-enema, mereka melepaskan ikatan pada tungkai kakinya. Pria tengu naik ke atas meja tanpa mengenakan celana lagi. Diangkatnya lutut Airin dengan kedua tangan, sebelum akhirnya pria bertopeng mike myers membantu memeganginya. Dibukakan liang mungil pada bokong Airin dan mulai menjejalkan penisnya perlahan.

"Eeerrgghh..."

Disesapkannya penis tersebut ke dalam lubang pelepasan Airin. Sementara Airin sendiri tampak meringis kesakitan. Sedikit demi sedikit, akhirnya seluruh penis besar tersebut terpendam semua. Ia mulai menggerakkannya maju-mundur. Intensitas gerakkannya pun lama kelamaan meninggi.

##

"Gimana, jadi ga?" Tanyaku pada Vanessa sore itu melalui telepon.

"Enggg.. Gimana yaaaa... Hehe.." Nadanya bingung antara "Ya" atau "Tidak".

Sejenak, aku membiarkannya menimang, sebelum akhirnya..

"Ok deh!" Jawabnya sejurus kemudian.

"Bener?!"

"Iyaa!"

"Malam ini ya?!"

"Malam ini? Hmmmzz.."

"Ya malam ini!"

"Ok deh. Aku tunggu kamu di lobby."

Sore itu aku langsung berangkat. Melapisi kaos putihku dengan flannel kotak-kotak, ambil helm, bawa handycam dan bakar rokok. Ku pacu motorsport-ku sekencang mungkin, melewati jalan-jalan yang cukup ramai di penghujung hari ini. Cahaya mentari perlahan turun tenggelam di ufuk barat, ciptakan warna-warna lembayung sebelum ditelan gelap sebentar lagi.

Di tikungan terakhir, menara-menara gedung apartment Vanessa mulai terlihat, hanya perlu 30 meter lagi maka sampailah aku di tempat tujuan. Vanessa telah menunggu di lobby, bersama seorang anak kecil.

"Hai!"

Vanessa, pelacur kelas atas. Pemilik suara nan sexy dan sepasang mata yang indah tersebut kira-kira berumur 25-an saat ini. Sebenarnya ia sudah memiliki anak. Namun untuk saat ini dan sebuah alasan, sang putri dititipkan pada orang tua di Manado. Mantan suaminya, hmm.. I dunno.

Sesampainya di flat Vanessa, ia menyuguhiku dengan beragam kudapan dan secangkir arabica. Kami duduk sebentar di ruang tamu seraya ngobrol-ngobrol ringan dan menonton televisi. Televisi flat 30' yang sedang menyiarkan berita penculikan selebritis-selebritis kenamaan, seperti Syahrini atau Jesica Iskandar. Entah kenapa Vanessa begitu membuatku "greget", mungkinkah karena penampilannya? Malam itu ia mengenakan baju lengan panjang yang kebesaran, hingga kedua telapak tangannya tak terlihat. Sementara bagian bawah, ia hanya mengenakan hotpants super mini, yang bila ia berdiri maka ia akan tampak seperti tak bercelana --karena bajunya yang terlalu besar. Rambut brunette-nya yang cukup panjang pun digerainya, menebar wangi segar bagi sekitar.

"Yuk!" Ajak Vanessa sembari mengelus-elus perut. "Dah mules nih!"

"Ok.." Ku ambil handycam dan menyalakannya.

Di ruang tamu, ia mempersiapkan plastik lebar untuk melapisi keramik. Lantas ia melepaskan hotpants dan celana dalamnya. Ternyata ia tak memiliki bulu kemaluan, kemaluannya halus bersih laksana bayi. Di atas plastik tersebut ia menongkrong.

Tampak rectum-nya berkedut beberapa kali, diiringi rona wajahnya yang sedang mengejan, sebelum akhirnya memuntahkan kotoran-kotoran berwarna gelap yang cukup banyak. Semuanya tertampung di atas plastik yang sudah dipersiapkannya. Ia tertawa, seakan geli dengan apa yang dilakukannya.

"Hahaha..." Tawanya manis.

Anusnya kembali berkedut, disusul bunyi kentut yang berulang-ulang. "Hahahahahaaaa!!!"

Lima belas menit berlalu, pengambilan gambar pun selesai. Aku dan Vanessa duduk santai di ruang tamu seraya mengudap beberapa camilan sembari memerhatikan hasil video barusan. Hingga tiba-tiba, pandangan matanya tertuju pada vaginaku.

##

"Kamu punya wine?" Tanyaku mengalihkan perhatian.

"Oh ya aku lupa." Ia bangkit dari duduknya, dan berjalan ke arah dapur. Lalu kembali dengan sebotol anggur dan sepasang gelas tulip.

Malam itu kami minum hingga mabuk. Wajahnya yang putih tampak memerah. Aku mendekatinya dan langsung menyasar bibirnya yang hangat dan basah. Kami bertukar ludah, lidah dan juga gairah. Ku gigiti bibir bagian bawahnya, seraya tanganku merayap menuju payudaranya. Ia pun sama, bahkan tangannya sudah sampai di payudaraku lebih dulu sebelum jari-jariku sampai pada buah dadanya. Kami sama-sama saling meremas, saling menggigit, saling mendekat, hingga mampu ku dengar dengus nafasnya yang mulai dipacu birahi. Pelan-pelan ku bukakan baju dan bra-nya, lalu ku rebahkan di atas sofa. Ku jilati payudaranya, ia menjambak rambutku yang pendek sembari mendesis kegelian. Ku pilin dengan ujung lidahku puting-putingnya yang sudah mengeras. Ku lahap beringas, hingga permukaan kedua payudaranya penuh dibasahi air liurku. Tak lama berselang, aku menuju ke bawah.

Bagian bawahnya sudah tak bercelana, tanpa bulu hanya garis lipatan memeknya yang agak memerah. Ku rentangkan jarak antar paha, dan mulai menjilatinya pelan-pelan.

"Ssccchhhh eehhh..." Ia mendesis. Merasakan basah dan hangat ujung lidahku yang menyentuh klitorisnya. "Aaaccchhh... Sssssccchh.."

Tak hanya vagina, lidahku pun meraba ke bagian anusnya.

Tak lama, ia juga melakukan hal yang sama padaku. Dijilatinya vaginaku begitu telaten, sembari mengelus-elus klitorisku dengan ujung telunjuknya.

"Sscchhh... Aaacchhh.."

Malam itu, kami pun larut dalam cinta sesaat. Menggunakan banyak alat bantu seksual yang kami pakai bersamaan.

##

By the way, namaku Zara. Lesbi berumur 25 tahun. Aku kabur dari rumah 7 tahun yang lalu. Hingga kini, tak pernah berfikir untuk pulang. Sosok Ibu dan Ayah sudah ku lupakan sejak lama, begitu juga dengan rumah. Aku sudah "lupa" jalan pulang.

Keesokan harinya aku ikut rombongan Pak Liem. Aku sudah sampai di kediamannya sekitar pukul 08.00 wib. Disuruhnya aku untuk mengganti setelan serta helm. Sebuah helm dan jaket yang sama-sama berwarna hitam pekat. Jam sembilan lewat dua puluh lima menit kami berangkat. Aku membonceng seorang lelaki yang tak kukenal, sementara di sampingku ada Ivan dengan motor CBR sembari membonceng entah siapa, aku pun tak mengenalnya. Pak Liem sendiri berkendara dengan seunit Alphard berwarna hitam metalic. Aku dan Ivan mengekor mobil tersebut dari belakang. Hingga kami sampai di tempat tujuan, kami disuruhnya menunggu. Orang di boncenganku sama sekali tak berkutik, ia begitu fokus. Tak ada bincang, tak ada obrolan antara kami. Yang ku tau, kami akan menyergap sebuah mobil dan menculik seorang public figure di dalamnya. Aku bahkan tak diizinkannya membuka kaca helm.

Begitu mobil yang kami incar keluar dari gedung, kami segera bergerak mengikutinya. Hingga sampai di sebuah ruas jalan yang sepi, kami lantas memepetnya hingga berhenti. Ku tarik gas-ku sekencang mungkin. Mendekati BMW tersebut.

"Buka pintu! Buka!!" Bentak orang di belakangku sembari mengetuk-ketuk kaca jendela mobil dengan keras. Tak lama mobil BMW itu pun segera berhenti. Orang di boncenganku lantas turun seraya menenteng senjata api.

Supir BMW yang terperanjat segera saja menuruti perintah sang executor. Dibukanya kunci mobil mewah tersebut.

Salah seorang dari mereka lantas memasuki kabin penumpang seraya menodongkan pistol. Tak sampai semenit, ia keluar sembari menyeret seorang perempuan berkerudung hitam.

"JANGAN!" Teriak wanita tersebut. "Kalian mau apa?" Sekuat tenaga ia berusaha melepaskan genggaman pria yang menyeretnya. Namun percuma, tenaganya terlalu kecil menghadapi pria berbadan tegap tersebut. Sementara, mobil Alphard sudah siap di belakanganya sambil membukakan pintu. Dinaikannya perempuan itu.

Wajahnya pernah ku lihat, entah siapa, sepertinya public figure. Usai memindahkan wanita tersebut, aku mendengar suara letusan senapan api.

"Door!"

Tak sempat ku tengok, bergegas ku pacu motorku begitu orang yang tadi di belakangku, menaiki lagi boncengannya.

Bersambung...

 
Variastif banget ini
Ada lady biker dg motor sportnya yg jadi antek bos. Dan lesbi?
Waww
 
Belum lanjut suhu-suhu.. Nanti yaa.

Hehehe.. TS ga ngilang kok
 
Cerita multi-pov, dulu pernah ada yg judulnya mirip tapi lupa....
 
Bimabet
asyik nih, harus dilestarikan cerita kaya gini.... soalnya bacolan ane emang film-film kanibal tahun 70-an... selain ini bari nemu "Silahkan Nikmati Tubuhku" punyanya Bang Bramloser, kasih lagi dong cerita Gore....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd