Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY GPT.CS - Closed Room

taufanaccre

Adik Semprot
Daftar
18 Jan 2017
Post
113
Like diterima
668
Bimabet
Disclaimer : 50% Pembuatan Cerita ini dibantu oleh ChatGPT 3.5. Ilustrasi yang digunakan disini merupakan Generate Image dari AI. Apabila ada kesamaan nama Tokoh, hanyalah kebetulan belaka.

Short Backgorund Story Karakter :
1. Daus : Seorang Pria biasa yang secara kebetulan terdampar di suatu tempat

2. Stella : Wanita kantoran yang merupakan teman dari Taufan beberapa tahun yang lalu

Illustrasi Karakter :
 
CH 1

Seorang Pria berjalan di atas tanah, tampak kebingungan dengan apa yang sedang terjadi.
Daus terdampar di sebuah lokasi terpencil yang dikelilingi oleh hutan belantara. Di tengah hutan itu, dia melihat sebuah gedung tinggi yang menjulang di antara pepohonan. Gedung itu begitu mencolok dan misterius.
Daus memutuskan untuk menjelajahi gedung tersebut dan menemukan bahwa gedung itu adalah sebuah hotel tua yang terabaikan. Ketika dia masuk, dia mendengar suara teriakan bantuan dari salah satu kamar. Dengan hati-hati, dia mencari sumber suara itu dan menemukan Stella, seorang wanita muda yang juga adalah rekan kerjanya Daus dahulu sedang duduk di atas kasur hanya mengenakan Lingerie Sexy. Pintu kamar pun menutup tiba-tiba.
Tiba-tiba, di dalam kamar terdengar sebuah pengumuman misterius melalui alat pengeras suara, "Selamat datang, Daus dan Stella. Kalian berdua harus menyelesaikan sebuah permainan untuk keluar dari kamar ini, Kalian harus bekerja sama."
Daus dan Stella, meskipun tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, memutuskan untuk bekerja sama untuk menghadapi tantangan ini dan mencari jalan keluar dari kamar misterius itu.
Daus dan Stella duduk di kasur kamar tersebut, mencoba mencari tahu apa yang mereka harus lakukan selanjutnya.Daus dengan wajah penuh tanda tanya berkata, "Ini benar-benar aneh, Stella. Tapi kita harus mencari cara keluar dari sini."Stella merespon dengan nada kebingungan, "Tentu, Kak Daus. Tapi apa yang harus kita lakukan?"
Daus merasa kebingungan melihat Stella yang mengenakan lingerie Sexy. Dia menelan ludah dan tidak tahu bagaimana merespons."Stella, mengenai pakaian yang kamu pakai..." Daus mencoba memulai pembicaraan, tetapi tidak tahu bagaimana melanjutkannya.
Stella merespon dengan pipi yang memerah. "Aku benar-benar malu, Kak Daus. Saat aku masuk ke sini, itulah satu-satunya pakaian yang aku kenakan. Dan anehnya, isi lemari di kamar ini semuanya lingerie. Aku tidak punya pilihan lain."Daus mencoba tersenyum, mencoba meredakan kebingungannya sendiri. "Tidak apa-apa, Stella. Kita harus fokus untuk menyelesaikan tantangan ini. Kita akan menemukan cara keluar dari sini bersama-sama." Stella mengangguk dengan wajah yang masih memerah, merasa agak lega bahwa Daus memahami situasinya.
Dengan tiba-tiba, sebuah layar televisi besar muncul dari balik tembok dengan tulisan 'Ikuti Permainannya'. Daus dan Stella memandang layar tersebut dengan rasa penasaran.
Daus merasa perlu untuk memecah keheningan dan berkata, "Nampaknya kita harus mengikuti apa yang tertulis di layar ini, Stella."
Stella mengangguk, merasa kebingungan, "Ya, sepertinya begitu, Kak Daus."
Layar televisi menampilkan instruksi pertama, 'Kalian berdua rebahan di kasur.' Mereka mematuhi perintah tersebut dan merebahkan diri di atas kasur, masing-masing di sisi yang berlawanan.
Daus melirik Stella dan dengan senyum kecilnya berkata, "Ini mungkin permainan aneh, tapi kita akan melewatinya bersama, Stella."
Stella tersenyum kembali, meskipun rasa canggung masih terasa, "Ya, Kak Daus. Kita harus berkolaborasi untuk keluar dari sini."
Gambar yang muncul di layar menunjukkan siluet seorang wanita yang dipangku oleh seorang pria, duduk berhadapan. Daus memikirkan bahwa mereka mungkin harus mengikuti posisi tersebut, tetapi dia juga paham bahwa situasinya bisa menjadi sangat canggung. Stella, di sisi lain, merasa sangat malu dengan gagasan itu.
Daus mencoba membujuk Stella dengan lembut, "Stella, kita harus mengikuti apa yang mereka tunjukkan. Ini mungkin bagian dari permainannya."
Stella masih merasa sangat canggung, tetapi akhirnya dengan ragu-ragu ia setuju. Dia naik dari kasur dan memposisikan dirinya seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Hatinya berdegup kencang, begitu pun dengan Daus. Mereka berdua bertatapan, wajah mereka penuh dengan rona merah, dan sulit untuk menyembunyikan perasaan malu yang muncul.
Daus akhirnya tertawa kecil, mencoba melepaskan ketegangan.
Ketika mereka tengah dalam posisi yang sangat dekat, wajah mereka hampir bersentuhan, teks muncul lagi, meminta mereka menempelkan kening dan hidung masing-masing. Mereka melaksanakan instruksi tersebut, dan saat itu wajah mereka sangat dekat, hingga mereka bisa mendengar napas satu sama lain. Pipi mereka berdua memerah karena kecanggungan.
Dalam posisi kening dan hidung yang sangat dekat, Daus dan Stella saling memandang, dan pipi mereka semakin memerah.
Daus dengan lembut mengatakan, "Stella, kamu cantik sekali."
Stella tersentak dan kemudian tersenyum, wajahnya masih memerah. Dia mendekatkan bibirnya ke bibir Daus, hampir saja mereka akan berciuman, saat tiba-tiba sebuah suara alarm menggema, memecah momen tersebut.
Mereka sama-sama terkejut dan berusaha memahami apa yang terjadi. Suara alarm tersebut membuat mereka terbangun dari momen yang hampir saja mereka alami,
Tulisan berwarna merah yang muncul di layar memberikan peringatan yang cukup jelas, dan mereka sadar bahwa mereka masih dalam permainan ini.
"Jangan lakukan lebih jauh dari yang di Instruksikan" terpampang di layar.
Mereka kembali merapatkan kening dan bertatapan, tetapi kali ini dengan pemahaman bahwa mereka tidak boleh lebih jauh dari instruksi.
Daus dengan tulus berkata, "Stella, aku ingin kamu tahu betapa cantiknya kamu, dan aku..."
Stella tersenyum dan menyela, "Kak Daus, aku juga ingin kamu tahu betapa hebatnya kamu. Aku bahkan ingin sekali..."
Daus tertawa dan berkata, "Stella, kita masih dalam permainan ini. Mungkin nanti, saat kita berhasil keluar dari sini."
Mereka berdua melanjutkan dengan percakapan yang hangat, berbagi perasaan mereka dan memahami betapa pentingnya satu sama lain.
 
CH2

Setelah satu jam dalam posisi tersebut, layar tiba-tiba mati dan muncul makanan yang bertuliskan nama mereka. Daus dan Stella mendekat dan dikarenakan lapar, mereka mulai makan makanan tersebut tanpa curiga, tetapi Daus mulai merasa sesuatu yang aneh dalam makanan itu. Dia mulai khawatir.
Daus, dengan nada khawatir, berkata, "Stella, ada sesuatu yang aneh dengan makanan ini."
Stella, yang juga merasa sesuatu yang aneh, menjawab, "Apa yang kamu rasakan, Kak Daus?"
Daus mencoba menjelaskan, "Aku merasa panas, seperti terbakar, dan aku sangat haus. Apakah kamu merasakan hal yang sama?"
Stella mengangguk, "Iya, aku juga merasakannya. Ini benar-benar aneh."
Tiba-tiba, mereka dikejutkan oleh sekat kaca yang tiba-tiba muncul di tengah tengah ruangan dan memisahkan mereka. Meskipun mereka terpisah oleh kaca, mereka masih bisa berkomunikasi. Kondisi yang semakin aneh ini membuat mereka semakin cemas dan bingung tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Lampu meredup, dan di layar muncul perintah untuk istirahat. Meskipun mereka belum bisa tidur, Daus dan Stella terus berbincang-bincang tentang masa lalu, mengingat momen-momen lucu di kantor tempat mereka bekerja bersama.
Semakin lama percakapan berlangsung, Daus mulai menyadari perilaku aneh Stella. Stella terus berkeringat dan tangan terus meremas-remas pangkal paha dan buah dadanya. Daus menjadi semakin khawatir dan akhirnya bertanya dengan perhatian, "Stella, apa yang terjadi? Apakah kamu baik-baik saja?"
Stella, dengan nafas tersengal-sengal, hanya mengangguk sebagai jawaban. Namun, setelah beberapa saat, dia memberi isyarat bahwa dia ingin beristirahat. Mereka saling berpandangan sejenak, lalu Stella akhirnya izin untuk beranjak tidur. Meskipun terpisah oleh sekat kaca, situasi mencekam ini membuat Daus semakin merasa perlu menjaga dan melindungi Stella.
POV Stella
Stella beranjak tidur, tapi di dalam benaknya, ada kebingungan yang tak bisa dia hindari. Nafasnya tersengal, seluruh tubuhnya terasa panas, dan hasratnya semakin sulit dikendalikan. "Apa yang terjadi padaku?" pikirnya.
Terutama bagian Memeknya, yang sekarang begitu terasa gatal. Stella berbicara pada dirinya sendiri dengan suara lembut, "Tahan, Stella. Ini bukan saatnya. Kita harus tetap tenang."
Namun, semakin dia mencoba menahan diri, semakin gila perasaannya. "Apa yang harus aku lakukan?" pikirnya, saat sensasi gatal di Memeknya semakin kuat.
Ditambah lagi, kenangan satu jam lalu ketika dia hampir saja mencium Daus terus mengganggunya. Stella memikirkan betapa serunya perasaan itu dan betapa dia kagum pada Daus. Dia merenung, "Apakah aku berani melanjutkan?"
Dia mulai membayangkan bagaimana rasanya berciuman dengan Daus, dan fantasi itu semakin membuatnya gelisah di dalam situasi yang aneh ini. Stella merasa dirinya seperti dalam permainan yang mencekam, di antara keinginan yang dia rasakan dan ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Daus bingung dengan tingkah Stella. Meskipun dalam situasi yang aneh, dia merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan cara Stella bereaksi terhadap makanan dan perasaannya.
Namun, ada satu hal yang lebih memikat perhatiannya, yaitu isi makanan yang mereka terima tadi. Daus merasa penasaran dan ingin tahu apakah ada yang aneh dengan makanan itu.
Namun, semakin dia mencoba untuk berfikir jernih, semakin pikiran-pikiran aneh dan perasaannya sendiri yang semakin panas terganggu. Daus berbicara pada dirinya sendiri dengan suara pelan, "Tenang, Daus. Jangan terganggu oleh hal-hal ini. Kita harus tetap fokus pada situasi yang ada."
Meskipun dia mencoba untuk mempertahankan pemikirannya, sensasi panas di dalam tubuhnya semakin kuat, dan perasaannya semakin sulit dikendalikan, Dia juga merasakan Kontolnya semakin terasa keras dan membesar.
Setelah kurang lebih 4 jam istirahat, lampu kembali menyala, dan Daus dan Stella terbangun. Mereka berdua saling memandang dengan ekspresi campur aduk, seolah-olah tak percaya bahwa permainan misterius ini masih berlanjut.
Daus dengan nada yang penuh keheranan berkata, "Tidak bisa dipercaya kita masih di sini, Stella."
Stella mengangguk, mencoba memahami situasi yang semakin aneh ini, "Betul, Kak Daus. Ini benar-benar diluar nalar."
Sekat kaca yang memisahkan mereka tiba-tiba terangkat, dan Stella segera menghambur dan memeluk Daus erat. Daus terkejut tapi juga senang karena mereka kembali bersama, dan dia membalas pelukan Stella dengan erat.
Tiba-tiba, ruangan dihembuskan oleh angin kuat yang membawa aroma yang kuat dan menggoda. Mereka berdua merasakan wewangian tersebut, dan Daus merasa perlu untuk mencari tahu lebih lanjut.
Daus, mencoba mengidentifikasi aroma tersebut, bertanya, "Stella, apa yang kau rasakan? Apa aroma ini?"
Stella mencium aroma tersebut dengan rasa penasaran, "Aku tidak yakin, Kak Daus. Tapi ini begitu... memabukkan."
Tubuh mereka kembali memanas seperti sebelumnya, dan keduanya bertatapan, mata Stella sayu dan bibir terbuka. Daus merasa hal yang sama, ketegangan dan hasrat kembali menghampiri.
Namun, mereka tiba-tiba dikejutkan oleh suara alarm yang menggema dan perintah baru yang muncul di layar.
Stella, dengan nada frustrasi, berkata, "Tidak lagi. Ini benar-benar gila."
Daus merespon, "Kita harus tetap tenang, Stella. Kita akan melewatinya seperti sebelumnya."
Tampak di layar video seorang wanita sedang menari dengan penuh semangat. Namun, kali ini, Stella tiba-tiba bangkit dengan penuh antusiasme dan mulai menari seiring irama musik yang terdengar.
Daus hanya bisa memandang Stella dengan penuh kekaguman. Dia terpesona oleh semangat dan kegembiraan yang terpancar dari Stella saat dia menari. Daus tak bisa menahan gairahnya melihat perubahan drastis ini.
Stella semakin berani menari dengan erotis, gairahnya semakin memuncak, dan dia terus mengikuti irama musik dengan penuh gairah.
Aroma di ruangan semakin kuat dan mempengaruhi perasaan mereka. Tanpa mereka sadari, ruangan itu telah dipenuhi oleh Aphrodisiac yang meningkatkan gairah mereka berkali kali lipat. Mereka berduapun semakin terhanyut oleh suasana yang semakin erotis.
Stella dengan senyum nakal berkata, "Kak, apa yang kita alami saat ini seperti dalam mimpi." seraya meremas Toket nya ysng ranum.
Tarian Stella semakin menggoda dan semakin menggairahkan. Daus merasa dirinya semakin terhanyut oleh penampilan Stella yang begitu memikat. Ingin rasanya Ia menerkam Stella saat itu juga.
Daus merasakan tegang di Kontolnya, dia pun memegangi kontolnya dan sedikit mengocoknya, melihat hal itu Stella mendekatkan diri dan memegang wajah Daus. Stella hendak menciumnya
Namun, mereka tiba-tiba dikejutkan oleh suara alarm yang menggema kembali, memecah momen sensual tersebut.
Stella dan Daus saling memandang dengan ekspresi kebingungan, mencoba memahami dan segera melihat instruksi di layar.
"KISS"
Layar menunjukkan kata tersebut dengan huruf kapital, dan tanpa ragu, Stella segera mencium Daus dengan gairah, seolah-olah mereka adalah dua orang yang kehausan.
Daus juga merespons dengan penuh gairah, menyambut ciuman Stella dengan hasrat yang sama.
Mereka berdua merasakan sentuhan bibir mereka yang lembut dan erat, dan Daus merangkul punggung Stella, membuat momen ini semakin intim dan memikat.
Lidah mereka saling tertaut dalam ciuman gairah yang berkepanjangan, bersamaan dengan itu Kontol Daus semakin mengeras.
Ciuman panas mereka berlangsung selama 5 menit, dan selama itu mereka merasakan gairah yang dalam. Ciuman itu sepertinya membawa mereka ke sisi terdalam perasaan mereka yang tersembunyi.
Stella akhirnya melepaskan ciumannya, masih tersenyum, dan dengan napas terengah-engah dia berkata kepada Daus, "Aku tidak pernah merasa begitu bernafsu, Daus."
Daus, masih terengah-engah juga, menjawab, "Aku juga, Stella. Ini begitu enak."
Mereka berdua berbalik dan melihat instruksi ke layar yang belum berubah
Stella kembali menatap Daus dengan mata yang penuh gairah, dan dia tersenyum. Tatapan mereka saling terkunci, masih merasakan kehangatan dari ciuman mereka sebelumnya.
Daus dengan lembut menggendong Stella, merasakan berat tubuhnya yang ringan. Dengan penuh perasaan, ia memposisikan Stella di bawahnya, dan Stella hanya mengikuti dengan pasrah, mata mereka bertemu kembali.
Kemudian Daus kembali memastikan ke layar, tetapi tulisan di sana masih belum berubah. Dengan penuh gairah, ia kembali mencium Stella, merasakan gairah yang sempat tertunda, Stella pun menjukurkan lidahnya dan lidah mereka kembali saling membelit, mereka terus bertukar liur dan gairah yang menggila.
Dalam gairah yang menggebu saat mereka berciuman, Daus mengungkapkan perasaannya, "Aku sayang kamu, Stella," ia mengucapkan kata-kata itu berkali-kali.
Stella tersenyum simpul di antara ciuman-ciuman itu, merasakan kehangatan perasaan Daus. Dia merangkul Daus dengan erat, menyatukan diri mereka dalam momen yang mendalam.
Sementara mereka fokus pada perasaan satu sama lain, mereka tidak menyadari bahwa kasur di bawah mereka telah basah oleh keringat mereka, dan bersamaan dengan itu pakaian yang dikenakan oleh mereka pun sudah berantakan, menunggu untuk ditanggalkan.
Sementara mereka merasa tertarik satu sama lain, Daus dan Stella tahu bahwa mereka harus membatasi diri dan menahan diri untuk tidak terlalu jauh, meski begitu mereka telah memikirkan hal yang sama.
Namun, tiba-tiba layar menampilkan instruksi baru yang membingungkan dan mengejutkan.
"HISAP"
Sebuah kata tercetak tebal di layar.
Mereka pun saling berpandangan dengan ekspresi bingung, Layar menunjukkan kata "Hisap," dan keterkejutan serta kebingungan menyelimuti Daus dan Stella.
Mereka berdua bingung tentang apa yang harus dihisap, tetapi dalam benak mereka, ada hasrat yang semakin mendalam yang muncul bersamaan dengan kata itu.
Stella, dengan nada lembut dan menggoda, mengatakan, "Daus, Toketku... ."
Daus melihat ke mata Stella, merasakan getaran emosi di antara mereka, dan dia mengangguk setuju.
Daus dengan lembut menarik lingerie atas Stella, mengekspos Toket ranumnya yang telah mancung dan siap menyambut Daus. Stella tersipu malu, namun ada gairah yang menghangat dalam matanya.
Pentilnya yang tegang dan mancung akan segera dinikmati oleh Daus, Daus mendenguskan nafasnya ke pentil tersebut. Tepat sebelum lidahnya menyentuh pentil itu, sebuah alarm panjang tiba-tiba berbunyi, menggoyangkan kedua pasangan tersebut. Ruangan bergetar dan sekat kaca tiba-tiba muncul kembali, memisahkan mereka kembali.
Daus dan Stella saling berpandangan dengan campuran perasaan kebingungan, frustrasi, dan rasa penasaran.
Sesaat kemudian, asap mulai mengepul di seluruh ruangan, gas itu berisi gas tidur. Dalam sekejap, Daus dan Stella merasa mengantuk yang tak tertahankan, dan dengan perlahan mereka berdua tertidur.
 
CH 3

Kurang lebih setelah 8 jam tertidur, mata Daus terbuka, dan ia melihat Stella masih tertidur.
Daus melihat bahwa sekat kaca telah menghilang dari ruangan, dan dengan lembut, ia mendekati Stella untuk memeriksa kondisinya. Ketika ia melihat Stella yang masih tidur dengan nyenyak, Daus memutuskan untuk mengangkatnya dan merebahkannya di atas kasur.
Saat ia hendak merapikan pakaian Stella yang berantakan, tangan Stella tiba-tiba bergerak dan menahan Daus.
Stella, dengan mata masih setengah tertutup, bertanya, "Untuk apa, Kak Daus?"
Daus sedikit menjauh, dan layar kembali menyala dengan instruksi yang sama seperti sebelumnya. Stella bangun dan terduduk, dengan Toket yang masih menggantung indah, dia melebarkan kedua kakinya.
Sambil menunjuk ke Toket dan Memek yang masih tertutup Celana Dalam Tipis berenda, dengan suara yang bergetar hebat dan nafsu yang membara, Stella mengucapkan, "Hisaplah, cepat! Nikmatilah tubuhku!" ujarnya sedikit berteriak
Daus merasa gairah memenuhi ruangan, dan dia paham bahwa Stella menginginkan satu hal pada akhirnya.
Tanpa menyia - nyiakan waktu, Daus segera menghisap Toket kanan Stella dan meremas Toket kirinya, dia tidak mau hal ini digagalkan Alarm seperti sebelumnya.
Stella mengerang nikmat, Dia Orgasme dalam Sekejap.
"Ah, apa ini, enak sekali!" ucap Stella dengan suara yang terengah-engah, merasakan kenikmatan hisapan Daus.
Daus melanjutkan kegiatannya dengan gairah yang sama. Stella meremas kasur dan rambut Daus dengan lembut, ingin perasaan itu semakin kuat dan mendalam.
Mereka terus menyatu dalam momen yang penuh gairah ini, Memek Stella yang Orgasme membuat Celana Dalam nya basah kuyup.
Melihat hal itu, Daus meraih celana dalam itu dan menggeseknya dari luar.
"Kak Daus, jangan begitu, itu enak banget," ujar Stella dengan nafas yang memburu, mencoba membatasi nafsunya yang terus naik.
Namun, Daus tampaknya tidak peduli, hasratnya telah mengambil alih. Dia terus bergerak dengan nafas berat.
Daus menarik Celama Dalam Stella dan kini terpampang Memek Merah Muda merekah, Daus mendenguskam mafasnya ke Memek tersebut kemudian matanya melihat Stella lagi, Stella hanya mengangguk.
Dengan buas Daus menghisap, menjilat Memek stella.
Daus menggigit bibir Memek yang lezat itu dengan nafsu, matanya hampir terpejam karena sensasi rasa yang memenuhi mulutnya. Dia merasakan kenikmatan luar biasa setiap kali dia menghisap dam menggigit gigit kecil Memek tersebut. Setiap inchi-nya adalah pengalaman yang memanjakan indera, dan dia merasa beruntung bisa menikmati Memek ini dengan penuh kepuasan.
Yang dia tidak tahu, ini adalah pengalaman pertama untuk Stella, Hisapan dan Jilatan Daus telah membuatnya 2 kali orgasme, yang pertama saat toketnya dihisap, yang ke dua saat Memeknya di gesek dari luar celana dalamnya.
Dan Jilatan di Memeknya ini akan mengantarkan Stella pada Orgasme yang ke tiga, Stella mengangkat kedua kakinya ke langit-langit, menggeliat dan merasa otot-ototnya mengrjang. Dia bergetar dengan semangat dan melolong kegirangan saat Orgasmenya datang.
"Aaarghhh! Aaarghhh! Apa ini, Enak bangett!!!" Stella teriak hebat bersamaan dengan Orgasmenya, dan kali ini bukan sekedar Orgasme biasa, Cairan memeknya menyembur keluar dan membuat Stella menggelepar.
Wajah Daus pun basah terkena Cairan Memek tersenut, Daus bangkit dia melihat layar kembali dan Instruksi masih belum berubah.
Dia lihat Stella masih terkulai lemah, tubuh mungilnya yang kini Toket dan Payudarsnya terkespos dengan indah terkapar di tempat tidur, Nafasnya terengah - engah, dia tampak tersenyum bahagia.
Daus menurunkan Celananya, Memamerkan Kontol 18 cm yang menjulang hebat. Dia mendekatkan Kontolnya ke wajah Stella, seraya berucap
"Hisap" Wajah Daus menatap Stella dengan penuh nafsu. Stella melihat Daus, kemudian beralih ke Kontolnya yang kinintepat menempel Di hidungnya, Aroma Kontol yang memabukkan Stella.
Alarm tiba-tiba berbunyi dan ruangan kembali bergetar memisahkan mereka, dan sekat kembali muncul
"Tidak lagi, ini benar-benar mengganggu. Apa yang sedang terjadi?!" Ucap Daus dengan Kesal.
Stella yang hampir memberi Blowjob pada Daus pun turut kecewa.
Setelah sekat kaca tertutup, dua kotak kecil muncul di masing-masing sisi, berisi pil dengan warna yang berbeda. Warna merah untuk Daus dan kuning untuk Stella. Dengan tulisan 'Telan' yang jelas terlihat di dalam kotak itu, Daus dan Stella saling pandang, penuh kebingungan.
Daus, dengan rasa penasaran yang kuat, memutuskan untuk mengambil pil berwarna merah. Di sisi lain, Stella, meskipun ragu, akhirnya memutuskan untuk menelan pil kuning.
Situasi tiba-tiba menjadi semakin aneh dan menakutkan. Rantai tiba-tiba muncul dan mengikat kedua tangan Stella dengan kuat. Daus, yang terkejut dan panik, berusaha untuk bangun, namun ia merasakan tubuhnya tiba-tiba menjadi lemas. Dalam sekejap, ia pun pingsan.
Stella, yang terjebak dan tak berdaya, mencoba untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi di dalam ruangan misterius ini. Ia merasa panik dan ketakutan, tetapi juga merasa bahwa Memeknya terasa semakin gatal.
Seketika Gairahnya naik dengan cepat Air liurnya menetes dan tubuhnya bergetar, di tengah rasa yang memuncak itu, dia melihat Kontol Daus menjadi semakin besar, dan dia Orgasme. Ya betul, Stella Orgasme dan Squirt dengan deras hanya karena melihat Kontol, bahkan Orgasme yang lebih hebat daripada saat dijilat Memeknya sebelumnya. Stella kemudian memejamkan mata dia meresapi nikmat orgasme itu dan berusaha mengendalikan dirinya.
Seiring berjalannya waktu Stella melihat Kontol Daus menjadi semakin besar, hasratnya benar - benar bergejolak, dia ingan hisap Kontol tersebut. Dia juga ingin menggaruk Memeknya yang teramat gatal.
Tiba tiba ditengah sekat kaca itu, muncul lubang berdiameter 10 cm. Stella tampak bingung, tapi bagaimanapun dia masih terikat rantai.
Semakin lama terikat, Stella semakin memikirkan hal hal jorok.
"Akhh Memekku gatal sekali, aku ingin Kontol itu."
"Kontol itu baunya enak, aku ingin Hisap dan Jilat, Aku ingin rasakan itu di mulutku."
"Emmh pengen di Hisap lagi Memeknya."
Dengan terus menerus memikirkan hal Jorok tersebut, Memeknya berkedut dan Orgasme kembali.
POV Daus
Aku terbangun dan melihat Stella sedang terikat sambil badannya terkejang - kejang. Aku segera bangkit dan justru menemukan sesuatu ysng lebih mengejutkan, Kontolku berkembang menjadi sepertinya lebih dari 25 cm.
Aku bergerak menuju Stella dan Sekat kaca itu masih menghalangi kami. Kudengar stella bergumam lirih..
"Kontol.... Kontol..."
"Aku ingin Kontol..."
Aku menelan ludahku, tampaknya Pil yang baru kami telan mengubah fisik dan kepribadian kami, pikiranku pun kacau. Aku juga hanya memikirkan untuk Ngentot dengan dia. Aku ingin Memek gurihnya lagi.
Mendadak aku melihat sebuah lubang di tengah kaca tersebut, lubang itu berdiameter 10 cm. Entah pikiran gila apa, aku memasukkan kontolku ke sana, jadi kini Kontolku telah menyebrang ke sisi satunya. Kemudian aku berteriak, "Stella ini." sambil menunjuk Kontolku.
Stella tersadar dan seketika rantainya terlepas, dia merangkak menghampiriku, menghampiri Kontolku. Dia mendekatkan. Hidungnya dan menghirup Kontolku yang telah semakin panjang, sunggun pemandangan yang erotis. Melihat Stella bersimpuh dan mengecupi kontolku.
Kulihat Kakinya beberapa kali mengejang, sepertinya dia Orgasme setiap kali mencium Kontol ini.
"Stella.." Panggilku
Dia menoleh sambil tangannya memegang Kontol ini.
"Hisaplah!" Perintahku
Dengan wajah sumringah dan gembira Stella membuka mulutnya, dia menyepong Kontolku, seketika aku merasa terbang. Hisapannya memang biasa saja, tapi ini adalah Bibir perawannya, dan berkat efek obat tadi dia menghisap seperti kesetanan.
"Slupr Slurp Slurp" dia menghisap kontolku seakan ingin menyedot isinya sekaligus.
Kontolku yang telah menjadi lebih panjang tidak muat semua di mulutnya, tangan kanannya pun dia gunakan untuk mengocok pangkal kontolku.
"Kak ini rasanya enak banget!" Ujar Stella di tengah sepongannya.
"Aku Suka , Aku Suka Nyepong Kontol!" Teriak Stella kegirangan.
Aku hanya tersenyum, ingin rasanya aku pegang dan remas kepalanya dengan gemas. Sayang kaca ini memisahkan kami.
Sudah 25 menit lamanya Daus berdiri sambil Kontolnya di Sepong Stella dari balik kaca. Daus belum mencapai Orgasme, namun berbeda dengan Stella yang terus menerus Muncrat meski hanya menyepong kontol, meski begitu stamina-nya tidak kunjung surut, justru semangat Stella menghisap Kontol semakin besar . Sepertinya obat tersebut bereaksi dengan sempurna untuk Stella.
Di sisi lain Daus ysng berdiri sambil di Sepong terus kelojotan karena enaknya, tapi entah bagaimana Kontolnya tidak juga muncrat, berkebalikan dengan Stella, Pil yang diminum Daus membuatnya mampu tidak orgasme dalam waktu lama.
Saat masih asik - asiknya mereka menikmati kecabulan tersebut, Alarm berbunyi dan 2 Buah kotak kembali muncul di masing - masing sisi.
 
Enjoy Story

CH 5



Saat masih asik - asiknya mereka menikmati kecabulan tersebut, Alarm berbunyi dan 2 Buah kotak kembali muncul di masing - masing sisi.
Aktivitas mereka terhenti dan pandangan mereka tertuju ke kotak tersebut, Layar dimonitor memberikan Instruksi baru untuk menggunakan Sesusatu didalam kotak tersebut, Stella dan Daus pun berpandangan. Stella yang dimulutnya masih tersumpal Kontol Daus tampak menggeleng seakan tidak ingin melepas Kontol tersebut.
Daus tersenyum melihat tingkah Stella, "Ayo dilepas dulu sayang, nanti Kontol ini pasti untuk kamu ko." ucap Daus
Stella tersipu dan segera melepasnya
"Sayang juga sama kamu." Ucap Stella dengan senyum yang masih dihiasi liur yang menetes di sekujur bibirnya.
Daus menarik Kontolnya dari lubang kaca itu lalu mendekati kotak tadi, begitupun dengan Stella.
Mereka memutuskan untuk mendekati kotak misterius yang baru saja muncul di hadapan mereka. Masing-masing memiliki nama di atasnya.
Daus membuka kotak yang memiliki namanya dan menemukan beberapa perangkat elektronik di dalamnya: VR Kamera, Headset, Masker, dan Vagina Imitasi. Stella juga membuka kotak yang berisi perangkat yang serupa: VR Kamera, Headset, Masker, dan Vibrator. Mereka saling memandang dengan wajah penuh kebingungan.
"Apa arti semua ini?" pikir Daus
Mereka berdua membaca instruksi yang ada di dalam kotak masing-masing.
Daus dan Stella mengikuti petunjuk yang ada dan memasang perangkat-perangkat VR tersebut. Namun, begitu mereka mengaktifkan perangkat, mereka dibuat terkejut.
"Stella, ini... ini adalah kamu. Video ini menampilkan wajah, suara Stella, bahkan maskernya memiliki bau Memek kamu." ujar Daus
Daus pun memasang Memek imitasi tersebut ke Kontolnya, dan mulai melakukam Onani, sensasi ysng diberikan VR dan masker tersebut rupanya membuat Daus tidak sabar merasakan jepitan Memek. Apalagi setelah merasakan sepongan dahsyat dari Stella.
Di sisi lain Stella yang melihat Daus Onani pun, segera memakai Perangkat miliknya.
"Apa ini? VR ini berisi wajah Daus, dan aku bisa mencium bau Kontolnya di maskerku. Ini... sangat menggairahkan..." Pikir Stella
Mereka berdua merasa sangat bingung dengan temuan aneh ini, karena perangkat VR mereka tampaknya menciptakan pengalaman yang melibatkan satu sama lain, meskipun keduanya berada di sisi yang berlawanan dari ruangan ini.
Sambil menonton Video yang disuguhkan Stella kemudian memasukkan vibrator kecil itu ke Memeknya. Namun karena Stella seorang pemula, dia menyetel getaran Vibratornya sampai level Max.
Efeknya, Stella terkejut akibat getarannya. Memeknya yang pada dasarnya memang sudah sangat sensitif, langsung menyemburkan cairan cintanya dengan deras.
"Aaaarrrghh! Aaaarrrghh! Apa ini!“
"Enak banget Anjiiing!!"
'Croot Croot Croot' tampak Memek Stella menyembur dan membasahi kasurnya yang memang telah banjir Orgasme dari tadi.
Stella tampak terengah-engah, Vibrator masih berada di dalam Memek bergetar dengan hebat. Setelah Orgasme barusan, Stella tampak lemas, dia masih mengenakan VR dan sesekali berkelojotan dan cairan cinta masih mengalir dari Memeknya.
"Gila, ini gila... Ini lebih enak daripada dijilat oleh Kak Daus. Tapi lemes banget, Aku bisa pingsan kalo Memekku muncrat lagi." Ucap Stella dalam batinnya.
"Aku harus cabut alat ini dari!" Pikirnya.
Stella bangkit, ia melepas Perangkat VR dan Vibrator nya. Namun kemudian ia tertegun ketika melihat Daus di sisi satunya yang sedang ber Onani dengan penuh gairah. Pemandangan tersebut sekejap meningkatkan gairah Stella lagi.
Ia mengambil kembali Vibrator nya dan segera memasukkan kembali ke Memeknya, namun Suara Alarm yang kencang tiba tiba mengagetkan dia.
Bukan hanya itu, perangkat VR dan yang lainnya pun berhenti bekerja, membuat Daus yang sedang asik Onani pun terkejut. Pasalnya, Kontolnya bahkan belum puas sama sekali.
Daus melepas VR dan melihat Stella yang sudah telanjang bulat dan basah kuyup disekujur tubuhnya. Mereka saling pandang dan melihat ke arah layar.
Kali ini tulisan di layar membuat mereka darah mereka bergejolak dan jantung berdegup kencang. Wajah mereka sumringah dan kembali saling pandang dan mengangguk girang.
Pasalnya, tulisan dilayar yang tercetak dengan huruf kapital itu bertuliskan
"SEKS"
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd