Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Gw Budak Nafsu Lo (True Story)

Siapa cewek yang menurut lo paling Binal?

  • Anna

    Votes: 75 59,5%
  • Lisa

    Votes: 36 28,6%
  • Rika

    Votes: 15 11,9%

  • Total voters
    126
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Anjiirrrr... Neh Ts ma si Eneng klo chat trus di kumpulin bisa jadi chapter tersendiri kek nya. Wkwkwkwk
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
I love you, Anna

Uluwatu, 30 Desember 2010

Pagi ini, suara deburan ombak yang sangat menenangkan langsung menyapa indraku dengan harum air laut dan pasir yang juga begitu syahdu menyentuh kalbuku setelah apa yang terjadi semalam. Sungguh, aku tidak menyangka aku akan takluk lagi pada kebinalan gadis yang saat ini mungkin tidak lagi mau berbagi kenikmatan denganku.

Huh, aku sungguh terlalu takut kehilangan gadis itu. Entah mengapa, ia adalah semangatku hingga saat ini, dan ia adalah segalanya yang membuatku tetap bersemangat untuk menjalani hari-hariku.

“Rei, udah bangun,” sapa gadis itu saat ia masuk ke ruanganku dengan lingerie yang ia kenakan semalam.

“An… Anna,” ujarku seraya tertegun sejenak melihat gadis itu, dengan rambut yang acak-acakan dan juga wajah yang masih sayu, sungguh membuatnya semakin terlihat menarik bagiku.

Ini masih jam enam pagi, dan kejantan

“Ngaceng deh pasti,” ujarnya lalu menghela napas, ia lalu melangkahkan kakinya maju, “mau dikeluarin?”

Tanpa banyak berpikir aku menganggukkan kepala, “mau mau An.”

“Keluarin sendiri lah, males amat pagi-pagi ngocokin titit kecil.”

Ia lalu tertawa dan keluar dari ruanganku. Sungguh, memandang tubuh Anna saja dari belakang sudah membuatku benar-benar tidak karuan pagi ini. Ingin rasanya kuraih kedua bongkah pantatnya yang begitu montok itu dan kusetubuhi ia dari belakang, tapi apa daya karena itu hanya akan menjadi angan-anganku saja.

Lebih baik aku mandi terlebih dahulu sebelum sarapan pagi.

*****

Bali, 30 Desember 2010

Setelah sarapan, Anna mengajakku untuk berjalan keluar dari hotel ini. Kendaraan bermesin 2AZ yang kemarin kami gunakan dari bandara menuju ke hotel ini pun sudah bersiap mengantarkan kami pergi hari ini. Aku tidak tahu ke mana Anna akan membawaku pergi, tetapi ia mengenakan pakaian yang selalu ia kenakan ketika berkuliah.

Cardigan dengan kemeja di dalamnya, bedanya ia mengenakan rok yang hanya menutupi setengah pahanya. Biasanya ia mengenakan celana panjang apabila berjalan ke kampus. Ia menggerai rambutnya yang panjang dan indah, serta ia tidak mengenakan pemoles apapun di wajahnya.

Bibir merah muda alaminya terlihat begitu indah tanpa kilauan apapun, kulitnya yang putih juga tidak terlihat mengenakan baluran make up apapun. Hanya harum tubuhnya yang menggoda birahi itu ia tutupi dengan parfum Victoria’s Secret. Tetapi, itu tidak membuat pesonanya hilang begitu saja, ia memang begitu indah dan sempurna apa adanya.

Hingga, tibalah kami di sebuah tempat, tidak seberapa jauh dari hotel kami.

“Pak, nanti jemputnya agak sorean ya,” ujar Anna, nadanya begitu datar saat berbicara dengan pengemudi ini.

“Jam berapa Mbak?” tanyanya sopan.

“Jam empat boleh deh, aku mau seharian di sini.”

“Siap Mbak,” ujar pengemudi itu.

Anna langsung memimpin langkah, menuruni anak tangga yang terbuat dari batu alam dan sudah sedikit berlumut. Ia tampak terbiasa di tempat ini karena ia seperti hafal dengan di mana ia harus melangkahkan kakinya. Dan setelah cukup lama kami berjalan, tibalah kami di bagian bawah tebing di mana ada pantai yang begitu indah di sini.

Gadis itu lalu menanggalkan seluruh pakaian yang ia kenakan, tinggalah bikini two piece yang hanya menutupi sebagain kecil sekali tubuhnya.


Lagi-lagi, kejantananku langsung bereaksi begitu hebat melihat keindahan tubuh Anna yang tampak begitu menawan meskipun ia bukan tergolong gadis yang ramping. Bentuk tubuh jam pasirnya masih terlihat jelas dari belakang sini, terlebih saat ia mengarahkan tubuhnya ke arahku.

“Pasti ngaceng lagi ya Rei?” tanya gadis itu seraya tertawa kecil.

“Cowok normal pasti ngaceng ngeliat badan kamu An,” ujarku lalu menghela napas, ia lalu berjalan mendekatiku.

“Lisa sama Ka Aldi mau nyusul malem ini.”

Deg!

Tunggu dulu, Lisa dan Aldi?

Mengapa mereka juga bisa berada di sini?

Tidak mungkin kan, Aldi yang membayar semua hal-hal yang penuh kemewahan ini dengan kondisi ekonominya sekarang?

Apa mungkin Aldi dan Lisa mengetahui perbuatan kami di sini, sehingga Aldi langsung mengajak Lisa untuk memergoki kami?

Pikiranku terus berkecamuk seraya pikiranku tentang apa yang akan terjadi nanti memberangus keberanianku untuk menyentuh Anna lebih jauh. Akal sadarku terus mencoba untuk memadamkan api birahi yang memanas seraya siang yang semakin panas di pesisir selatan Pulau Bali ini.

Tetapi, semua itu langsung terkalahkan ketika Anna berlutut di depanku, menunjukkan betapa indahnya sepasang payudara berukuran 36D yang hanya ditutupi bikini yang amat seksi itu.

“Kenapa mereka ke sini, An?”

Gadis itu menghela napas, “biar aku ceritain sesuatu.”

“Pas abis kita ke Lembang, aku kan ketemu sama Ka Aldi besokannya,” ujar gadis itu lalu menghela napas, “dia cerita kalo akhirnya Lisa bener-bener minta ngewe sama Ka Aldi.”

“Dan mereka akhirnya ngewe pas besokannya.”

Deg!

Tidak mungkin seorang Aldi benar-benar menyetubuhi Lisa, karena jelas-jelas Lisa benar-benar tidak sebanding dengan Anna yang begitu sempurna. Tidak ada hal di dalam diri Lisa yang bisa dibandingkan dengan Anna, sungguh apa yang sebenarnya kedua orang itu pikirkan.

Tapi perasaan ini, sungguh begitu aneh. Mengapa apabila Lisa disetubuhi oleh mantan kekasihnya, tidak ada rasa marah atau cemburu yang bergejolak di dalam hatiku. Tetapi seorang Aldi, aku seolah tidak bisa mempercayai mengapa ia yang sudah memiliki Anna, dan beberapa wanita yang bisa ia setubuhi lainnya yang jauh lebih sempurna dari Lisa, tetapi mengapa harus Lisa.

Aku berusaha untuk meredam kemarahan yang sekejap saja langsung menguasai diriku, seolah ingin rasanya aku membalas perlakuan Aldi kepada Lisa dengan menyetubuhi Anna. Tetapi apakah itu akan membuatku puas, atau justru membuatku semakin terpuruk?

“Kamu gak marah An, tau Aldi ngentotin Lisa?”

Anna menggeleng, “sama sekali enggak.”

“Kan aku udah pernah ngomong ribuan kali sama kamu Rei,” ujar Anna, ia lalu mendekatkan tubuhnya kepadaku, “aku bebasin Ka Aldi buat sentuh cewek manapun sesuka dia, asal jangan aku yang disentuh banyak cowok.”

“Tapi An, mantan sama pacar kamu?”

Ia menggeleng lagi, “Rei,” panggilnya manja, “kan kemaren aku udah kasih tau.”

“Mereka gak nyentuh aku.”

“Mereka cuma coli di depan aku, dan gak pernah ngelakuin apa yang udah kita lakuin juga.”

“Dan kamu adalah cowok kedua yang aku kasih akses, meskipun amat terbatas.”

“Itu aja udah lebih dari cukup buat aku An,” ujarku pelan.

“Oh iya, sini aku kocokin titit kecil kamu Rei, kangen deh megang titit kamu lagi,” ujar gadis itu dengan wajah yang begitu binal.

“Tapi, kamu harus telanjang bulet.”

“Eh, di sini?” tanyaku ragu, gadis itu hanya membalas dengan senyuman yang seolah menjadi perintah yang absolut untukku.

Aku berdiri, menanggalkan semua pakaianku perlahan. Sungguh, miliaran ragu membuat tiap gerakan dan bahasa tubuh yang tersurat menjadi begitu canggung. Aku tidak biasa melepaskan pakaianku di tempat terbuka seperti ini. Tetapi, entahlah, mengapa justru kejantananku menjadi semakin naik kencang saat aku sudah melepas semua pakaianku.

Buk!

Gadis itu mendorongku dengan cepat, sukses mendaratkanku di pasir pantai yang begitu bersih dan putih ini. Tanpa banyak kata, gadis ini langsung meraih kejantananku dengan kedua tangannya yang begitu lembut. Ia bahkan menekan kuat-kuat kedua tangannya sehingga rasanya begitu geli, ngilu, dan nikmat yang berkumpul jadi satu.


“Uh An,” lenguhku pelan.

“Jujur, kamu jealous kan tau Lisa diewe sama Ka Aldi?” tanya gadis itu, menginterogasiku ketika kedua tangannya sibuk menyiksaku dengan kenikmatan yang luar biasa.

“I… iya An, aku jealous.”

“Kenapa kamu gak jealous kalo Lisa diewe sama mantannya?” tanya Anna, ia semakin mempercepat gerakannya.

“Uuh… An… Anna, aaaah.”

“Jawab, Reihan,” tanyanya dengan wajah yang masih binal.

“So… soalnya Aldi udah punya kamu, punya yang laen yang lebih cantik dan sempurna dari Lisa, kenapa harus Lisa?” tanyaku, seraya menikmati siksaan yang diberikan Anna di sekujur kejantananku.

“Kenapa harus aku, Rei?” tanya Anna, “kenapa kamu harus cinta sama aku, sementara kamu punya Lisa yang juga sempurna?”

“Eng… enggak An, kamu yang sem… sempurna,” ujarku, sungguh aku mengatakan itu benar-benar berasal dari hatiku.

“I love you, Anaaaaaaa,” ujarku seraya desir demi desir terus terkumpul di kejantananku.

Anna semakin cepat mempermainkan kejantananku, sungguh ada rasa yang begitu berbeda saat ia melakukan ini di tempat terbuka seperti ini. Ada rasa takut dan nikmat yang benar-benar menjadi satu dalam diriku. Aku bahkan tidak dapat memikirkan apapun selain menikmati gerakan rekursif Anna yang begitu luar biasa ini.

“Uaaah, Aaaan,” lenguhku lagi, saat Anna semakin cepat lagi mengocok kejantananku.

Desir itu pun langsung terkumpul begitu cepat, dan meledak.

Cruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut! Cruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut! Cruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut! Cruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut! Cruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut! Cruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut! Cruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut! Cruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut! Cruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut!


Anna, ia membuka mulutnya, membiarkan benih cintaku melesat dan masuk ke dalam mulutnya. Ia tampak sengaja melakukan itu kepadaku. Sungguh, aku benar-benar tidak percaya, Anna yang biasanya begitu ketus dan sinis saat dalam keadaan seperti ini, justru berubah menjadi binal.

Tidak hanya itu, semburan benih cintaku lagi-lagi sukses menghujani wajah, payudara, dan perut gadis ini. Wajahnya begitu menggodaku saat ia menutup mulutnya, dan tampak menelan spermaku yang masuk ke dalam mulutnya, memang tidak terlalu banyak, tetapi bagiku ini terlihat sangat seksi.

“An, kamu minum peju aku?”

Ia mengangguk, “kangen sama rasa peju, soalnya udah lama ga sepongin Ka Aldi.”

Deg!

Ia begitu ringan mengucapkan kata-kata barusan, seolah kata-kata barusan adalah hal yang biasa untuknya. Sungguh aku semakin bernafsu ketika mendengar kata-kata Anna, dan beruntungnya kejantananku masih dalam keadaan tegang.

“Kalo jilatin punya aku, mau An?” tanyaku, mencoba peruntunganku.

Gadis itu langsung menggeleng, “aku gak akan sepongin titit kecil kamu Rei, cuma kontolnya Ka Aldi aja yang mau aku sepong.”

“Kalo mau, kamu yang jilatin memek aku.”

Aku langsung mengangguk begitu cepat, aku pun sudah rindu dengan rasa dan aroma liang sanggama milik Anna yang begitu indah itu. Dan lagi-lagi, Anna mendorongku dengan cepat, dan ia langsung menaikkan bikini yang ia kenakan untuk menunjukkan keindahan payudara 36D nya serta menyelipkan sedikit celana bikininya sehingga menyembulkan liang sanggamanya yang begitu gemuk di atas wajahku.

Seeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeer!


Ah!

Sungguh aku terkejut ketika Anna dengan ringannya mengeluarkan air seninya di atas wajahku, “jangan harap kamu bisa nikmatin memek aku Rei, aku cuma mau kamu bersihin memek aku.”

Aku tidak dapat berkata apa-apa saat aroma amonia itu benar-benar memenuhi sekujur wajahku. Ingin ku marah kepadanya, tetapi justru yang kulakukan adalah mengeluarkan lidahku dan mulai untuk merangsang liang sanggama Anna yang begitu merah merekah itu.

“Aaaah! Reeeei! Sto… stooop!” lenguh Anna, ketika aku langsung mencumbu dan memasukkan lidahku lebih dalam lagi ke liang sanggamanya.

“Reeei! Aaaaah!” gadis itu langsung menggelinjang, tubuhnya pun langsung melemas di atas tubuhku.

Sepertinya ia tidak bisa menahan desiran kenikmatan yang diterima oleh ujung syarafnya saat ini. Ia berusaha untuk terus meronta, bahkan ia berulang kali ingin menegakkan tubuhnya, tetapi kedua pahanya kutahan dengan sangat kuat.

Slruuuup! Slruuuup! Slruuuup! Slruuuup! Slruuuup!

“Aaah! Aaah! Bersihinnya jangan dalem-dalem! Aaaaah!”

Aku benar-benar menikmati liang sanggama Anna yang sudah tidak terasa lagi aroma amonianya kini. Ia benar-benar sudah tidak bisa menguasai dirinya lagi saat lidahku akhirnya bisa melawan kuatnya denyutan liang sanggama gadis ini.

Slruuuup! Slruuuup! Slruuuup! Slruuuup! Slruuuup!

“Reeeei! Berhentiiiii!”

Aku tidak mengacuhkan kata-katanya. Kalapun ia mau menghentikan ini semua, ia bisa saja langsung menegakkan tubuhnya, tetapi ia masih saja berada di atas kepalaku, menikmati jilatan demi jilatan dalam cumbuanku di liang sanggama gadis ini.

“Aaaakh!” gadis itu lalu menggelinjang begitu hebat, tubuhnya sedikit terpental, dan tanpa ampun aku langsung mengejar lagi liang sanggamanya yang masih merah merekah itu.


Slruuuup! Slruuuup! Slruuuup! Slruuuup! Slruuuup!

“Reeeei! Pleeeasseeee! Udaaaaaah!” ia melenguh, mendesah begitu kencang.

“Geliiii bangeeet Reeeei!”

Aku benar-benar tidak mengacuhkan jeritan Anna saat ini. Entah apa yang ia rasakan, tetapi getaran tubuhnya terasa begitu hebat dan lebih kuat dari semalam. Lidahku semakin lama juga semakin terbiasa untuk terus merangsang vestibule dan sedikit masuk ke dalam liang sanggamanya.

“Reeeei! Aaaaakh! Udaaaaaah!”

Tubuhnya terus bergerak liar, begitu tidak terkendali, hingga saat kukecup lagi klitorisnya, gadis ini langsung mengangkat pinggulnya.

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!”


Yes! Berhasil!

Gadis ini mendapatkan orgasme pertamanya siang ini. Napasnya masih terengah-engah begitu cepat saat ia memandangku dari tempatnya kini. Mata sayunya masih memancarkan kebinalan yang seolah tidak habis ketika ia sudah mendapatkan orgasmenya barusan.

“Tidur, Rei.”

“Eh, maksudnya?”

“Udah! Tidur aja!” gadis itu membentakku, cukup tinggi nadanya, seketika aku langsung menuruti keinginannya.

Sejurus, ia lalu berada di atasku lagi, tetapi sebelum ia berdiri di atasku, ia membenahi dahulu celan bikininya. “Pokoknya kamu gak boleh gerak! Inget!” ia membentakku lagi.

Uuuuh Anna!

Ia menduduki kejantananku yang saat ini masih berdiri. Belahan vestibulenya begitu terasa di bagian bawah kejantananku yang saat ini membelah liang sanggama Anna. Gadis ini tampak langsung bergetar, aku tahu klitorisnya pasti sudah berciuman mesra dengan kejantananku saat ini.

Andai tidak ada celana bikini yang menghalangi kejantananku, aku pasti akan mencoba peruntunganku untuk perlahan dengan perlahan menjajah liang sanggama gadis yang sudah terangsang begitu hebat ini. Wajahnya masih sama, binal dan begitu menampakkan miliaran birahi yang seolah tidak terputus.

Aku akan menyamakan kedudukan Aldi. Kau boleh menyetubuhi kekasihku Lisa, dan kini aku akan menyetubuhi kekasimu, Anna.

“Aaah! Aaah! Aaah! Aaah! Aaah! Aaah! Aaah!” Anna langsung bergerak maju mundur, menggesekkan liang sanggamanya di atas kejantananku yang sangat keras saat ini.

“An… Anna, enaaak Aaan,” lenguhku, menikmati gesekan ini, dan sungguh ingin rasanya aku menekan pinggulku agar aku juga bisa menyemburkan benih cintaku lagi.

“Aaah! Aaah! Aaah! Aaah! Udaaah Reeee! Dieeeeem!”

“Aaah! Aaah! Titit kamu en… enaaaaaak! Anna su… sukaaaaaa!”

“Aku juga suka memek kamu An, aaah,” lenguhku, menikmati deraan yang tercipta dari jepitan vestibule Anna yang benar-benar membuatku mabuk kepayang.

Ah, merasakan bibir liang sanggamanya saja sudah membuatku begitu bahagia, pantas Aldi betah meskipun Anna hanya melakukan ini. Sungguh, meskipun sebuah kain menghalangi cumbuan liang sanggama Anna kepada batang kenikmatan milikku, aku tetap bisa meraskaan kenikmatan yang luar biasa dari gerakan pinggul Anna yang begitu konsisten maju dan mundur.

Ia adalah dancer saat masih SMA, sehingga gerakan pinggulnya begitu menganyun dan kuat menekan kejantananku sehingga berhasil m

“Aaah! A… a… aku keluaaar Reee!”

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!”


Tubuh Anna menggelinjang begitu kencang, bergetar begitu kuat, dan pinggulnya semakin kuat menekan ke arah kejantananku. Sungguh, aku merasakan sebenarnya desir itu sudah terkumpul, tetapi karena Anna berhenti menggerakkan pinggulnya, aku pun hanya bisa merasaka denyutan samar dari dalam liang sanggama Anna.

“Lagi An, goyang lagi,” ujarku memintanya.

“Diem!” bentak gadis itu, “kamu gak berhak nyuruh aku gerak!”

Wajah galaknya masih terlihat begitu jelas dari bawah sini, tetapi gerakan pinggulnya yang masih terasa meskipun samar seolah menyatakan betapa binalnya seorang Anna dengan segenap birahi yang masih berada di dalam tubuh sintalnya saat ini.

“Aaah! Aaah! Aaah! Aaah! Aaah! Uuuuuh! Gaa bisa berentiiii!”

Gadis itu meracau saat pinggulnya kembali bergerak, maju mundur, “naekin pinggulmu Reeeei, cepeet,” lenguhnya dan dengan sigap, aku pin mengangkat sedikit pinggulku.

Uh, nikmatnya.

Benar saja, rasa belahan liang sanggama Anna lebih terasa pada kondisi seperti ini. Dan gadis ini ternyata sudah tidak mampu menahan harga dirinya untuk terus bergerak dan memintaku mengangkat pinggulku supaya ia bisa merasakan kenikmatan yang lebih.

Andaikan kau memintaku untuk menjejalkan kejantananku ke liang sanggama perawanmu, aku pun mau Anna.

“Reei! Aaah! Aaah! Aaah! Aaah! Reeeeei!”

“Anna, uuh! Terus sayang, lebih kenceng lagi,” lenguhku, dan ajaibnya gadis ini menurut.

“Aaah! Aaah! Aaah! Aaah! Tititmu kekecilan Rei, akuuuu pegeeeeel neken memek aku teruuuuuuus,” lenguh Anna, memprotes ukuran kejantananku.

“Uuuh! Mau dimasukkin sayang?” tanyaku.

“Enggak! Ini cuma buat Ka Aldi!” tiba-tiba nada tingginya keluar dari lisan gadis itu, sementara pinggulnya masih gemulai bergerak maju dan mundur.

“Aan… Anna, aku mau keluaaar An,” lenguhku.

“Samaaaa Reeeei! Aku juga mau dapet lagiiii!”

Gerakan Anna semakin tidak karuan, tekanan liang sanggamanya sepertinya sudah mencapai titik maksimum dari apa yang ia bisa lakukan. Semakin lama, desirku pun semakin terkumpul di ujung syaraf kenikmatan ini, seraya tubuh Anna menggelinjang, dan bergetar begitu hebat.

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!”

“I love you very much, Annaaaaaaaaa!”


Cruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut! Cruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut! Cruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut! Cruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut! Cruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut! Cruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut! Cruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut! Cruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut! Cruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut!

Desir itu meledak seraya tekanan kuat berulang kali dari pinggul Anna ke arah kejantananku. Sungguh, aku benar-benar menikmati kegiatan yang entah dinamakan apa. Aku bisa meledakkan benih cintaku, Anna pun bisa memperoleh apa yang ia mau.

Masih dengan napas yang menderu, Anna lalu menggelengkan kepalanya, lantas ia berdiri dan berjalan mundur, “jangan ambil kesempatan sama aku Rei,” ujarnya, “kamu itu budak aku, aku yang berhak atur kamu, inget.”

Dan gadis itu pun membenahi bikininya, berjalan menjauhiku lalu membersihkan dirinya dengan air laut yang tidak jauh dari kami. Sementara aku hanya bisa menghela napas, senikmat-nikmatnya ejakulasi, apabila tidak di dalam liang sanggama rasanya pasti menggantung dan tidak enak.

*****

Uluwatu, 30 Desember 2010

Senja pun tiba, seolah tidak ada yang terjadi di antara kami tadi. Anna dan aku bahkan banyak berbincang tentang apa yang kami impikan di masa depan. Sungguh, apabila lawanku bukanlah Aldi mungkin aku bisa dengan mudah mendapatkan hati Anna, tetapi Aldi telah begitu spesial.

Tidak apa, menjadi budak nafsunya sudah membuatku begitu bahagia.

Jam 18.00, kami sudah tiba di penginapan kami. Sepulang dari pantai, Anna mengajakku untuk mencari makan sebelum kami kembali, dan saat di sana, aku langsung melihat Aldi bersama Lisa yang tampak sudah menunggu kami. Lisa langsung berlari ke arahku, mendekapku dengan begitu erat, sementara Aldi langsung menuju ke arah kekasihnya, ciuman hangat membuka pertemuan mereka sebelum mereka saling berpelukan.

Sungguh, rasa cemburuku begitu terbakar saat melihat Aldi mendekap Anna, dan gadis itu tampak begitu berbeda ketika berada bersama Aldi. Tetapi, pagutan bibir Lisa lagi-lagi bisa menyelesaikan ini semua, membuat cemburuku kepada Anna padam, meski hanya sedikit.

nama game nya apaan gan?
 
Njirr Baru kelar marathon ..
..
Eh . @sinta90 juga @cauthelia si Aldi ngga di undang kemari ..
..
Sepertinya kalo dia bikin cerbung bakalan Banyak banget ladang garapannya yaa .. hahaha
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Wogh
Kecil tititnya dy mah

Asli tuh anak abis balik dr Bandung
Blm update2 deh



Pap mah sibuk
Mana sempet dy nulis beginian

Banyak c emg Pap
Ya tp kita tunggu aja
Meskipun kmungkinannya kecil
:o

Akhir pekan ka bandung mah Cari penyakit ..
..
Eikeu Aja kalo akhir pekan ngendon di rumah .. males macet gilaaa ..

Nunggu si pap ..? Doi member sini juga kah ..?
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd