Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA HAHOLONGAN.

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
As
Di tempat lain.....

P.o.v. ivo / yona.

Suamiku menepi dan memarkirkan mobil di sekitaran taman kota. Setelah puas berjalan jalan dan mengelilingi kota, mamak meminta untuk singgah di tempat ini.
Setelah turun dari mobil,. Kami berjalan menuju sebuah kompleks perumahan. Setelah berjalan hampir 200 meter, mamak menghentikan langkah nya. Beliau berhenti di depan rumah berpagar bongsai. Matanya lekat memandang rumah itu. Tak lama, dia kembali melangkah mendekati rumah itu. Dan berhenti tepat di depan pagar bongsai. Kami bertiga, aku ., Suamiku dan mama sofhie mengikutinya. Dan berhenti di belakang nya.

" Rumah ini sudah di jual..?" Tanya beliau sambil menoleh ke aku.
Aku menggeleng kan kepala.
Beliau kembali mengalihkan pandangan ke rumah itu.

" Di sewakan.. jadi tempat kos kosan anak sekolah." Ucapku.
Kulihat senyuman tipis di bibir nya. Selain mamak, mama sofhi juga memandangi rumah itu dengan tatapan sendu. Cukup lama mereka memandangi rumah itu. Rumah yang dulu pernah mereka tinggali.

" Tidak ada perubahan sama sekali..!" Ucap nya pelan.
" Warna cat nya juga masih sama..!" Lanjut nya.
" Mamak boleh masuk..?" Tanyanya.
Aku mengangguk pelan.
Kami melangkah memasuki pekarangan rumah .
Sampai di depan pintu, aku merogoh tas kecilku, dan mengambil kunci rumah. Ketika pintu kubuka, mamak menghela nafas panjang.

" Tyo dan koh Aseng yang membawa mamak kemari..!" Ucapnya.
" Dan orang yang membukakan pintu ini, mami kamu"
" mengenakan daster hijau, dengan wajah baru bangun tidur, dia tersenyum melihat mamak."
Ucap beliau sambil bercerita.
Lalu, beliau melangkah memasuki rumah.
Sampai di ruang tamu, beliau kembali berhenti.
" Saat mamak berdiri disini, mamak melihat perempuan kecil dan imut , keluar dari kamar itu...!" Ucap beliau menunjuk sebuah kamar.
" Lalu, disusul dengan dua perempuan lainnya dari kamar itu..!" Lanjutnya menunjuk kamar yang di sebelahnya.
" Perempuan cantik. Perempuan paling cantik, yang pernah mamak lihat..!" Ucapnya lagi.
Aku menoleh ke mama sofhi yang menundukkan wajah.
Ya., Perempuan cantik yang di maksud oleh beliau adalah mama sofhi.
" Disini., mamak pertama kali melihat dan berjumpa dengan mereka.
"Disini., Di ruangan ini, Kami sering menghabiskan waktu bersama. Bercerita.. bercanda.. dan berkeluh kesah.
" Dan.., di ruangan ini juga,..."
Beliau jeda sebentar, sambil menarik dan menghembuskan nafas panjang.
" Di ruangan ini, kami berjanji dan bersumpah. Untuk hidup berdampingan bersama selama nya..!" Ucapnya sambil melirik tajam ke arah mama sofhi, yang sudah tak dapat menahan tangis nya. Mama sofhi menutup mulut dengan kedua telapak tangan nya. Mencoba meredam suara isak tangis nya. Bahunya bergetar sangat kencang.
Aku merangkul dan memeluk mama sofhi. Berharap tuk dapat menenangkan nya.
Kemudian, mamak melangkahkan kaki nya,. Menyusuri semua ruangan.

" Mama disini aja kak..! Mama ga kuat..!" Ucap mama sofhi, saat aku hendak memapahnya mengikuti mamak.
Mama sofhi ku dudukkan di atas sofa.
Beliau manangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Isak tangisnya belum berhenti. Hingga..

" Kamu temanin mamak kamu gih...!" Ucapnya.
Aku menggeleng. Tak ingin meninggalkannya dengan keadaan seperti ini.
" Mama ga Fafa sayang...!" Ucapnya kemudian. Sambil mencoba tuk tersenyum.
Aku berdiri, menyusul mamak. Dan sebelumnya, aku menyuruh suamiku untuk menemani mama sofhi disini.

Aku mendapati beliau tengah berdiri di depan kamar,. Yang letaknya menghubungkan ruangan tengah dan dapur.

" Ga bisa di buka..!" Ucap beliau menoleh ku.
Aku kembali merogoh tas kecil ku.

" Kamar ini sengaja di kunci..! Mami ga kasih di tempati..! " Ucapku menjelaskan, sambil membuka pintu.
Kami mamasuki kamar yang cukup luas ini. Di antara semua kamar,. Kamar ini lah yang paling luas. Ini adalah kamar mami dulu.
Beliau menyapu seluruh isi kamar denga pandangan nya .
" Masih ada semua..!" Ucapnya sedikit tersenyum.
" Siapa yang bersihin...!?" Tanya beliau.

" Kakak yang bersihin. Seminggu sekali kakak kemari. Khusus untuk membersihkan kamar ini..!" Ucapku.
Lalu, beliau mendekati lemari jati yang penuh dengan ukiran. Lemari pakaian yang memiliki enam pintu itu, masih kokoh tegak berdiri.
Beliau menyisir ukiran yang ada dengan telapak tangan nya.

" Kakak tau, ini ukiran apa..!?" Tanya beliau .

" Orchid" jawabku.
Aku tau, karena sebelumnya mami pernah memberitahu ku.
Beliau tersenyum mengangguk.

" wild Orchid ( anggrek liar ) " ucap seseorang di depan pintu.
Serentak, aku dan mamak menoleh. Mama sofhi tersenyum padaku. Mama sofhi masuk, dan duduk di atas tempat tidur. Tempat tidur yang terbuat dari kayu jati. Yang juga di hiasi dengan ukiran bunga anggrek.
Mama Sofi menyapukan tangan nya di atas tilam yang dilapisi dengan seprei berwarna hijau, yang juga bercorak gambar bunga anggrek.

" Di atas tempat tidur ini lah kamu di lahirkan. Dikelilingi oleh orang orang yang sangat menyayangi kamu..?" Ucap mama sofhi padaku.
Ya., Mami juga pernah bercerita padaku. Mami melahirkan ku di kamar ini. Di atas tempat tidur ini.

" Tapi, kenapa mami meninggalkan nya disini..? Kenapa ga dibawa ..!? " Tanyaku.
Pertanyaan yang sama, yang pernah kutanyakan ke mami. Tentang tempat tidur dan lemarinya ini. Namun, mami tak menjawabnya. Mami hanya tersenyum menggeleng.

" Karena ini bukan milik mami kamu..!" Jawaban mama sofhi membuatku terkejut.
Aku memandangnya bertanya. Kemudian, mama sofhi melirik mamak yang tengah membuka pintu lemari.
' berarti, lemari dan tempat tidur ini milik mamak' batinku.
Mama sofhi tersenyum mengangguk. Seakan tau apa yang ada di benak ku.

" Kamar ini juga bukan kamar mami kamu..!" Lanjut mama sofhi.
" Dulu, sewaktu mama dan yang lain nya tinggal ( nge kos ) disini, kamar ini kosong, tak ada yang mau menempati nya. Ga ada yang berani..! Bahkan, koh Aseng yang pareman dan brutal aja ga berani..!"
" Hingga, sampai suatu hari. Koh Aseng dan papa Tyo membawa seorang perempuan ke rumah ini. "
" Dialah yang berani menempati kamar ini."
" Perempuan lugu berhati polos.." sambil melirik mamak.
Saat mama sofhi hendak melanjutkan ceritanya...

" Dah sore kaak... Kita pulang yuk...!" Ucap mamak sambil melangkah keluar kamar.
Mama sofhi mengulum senyum simpul. Dan kami pun mengikuti beliau.

....................
....................

Selesai makan malam dan shalat., Kulihat mama sofhi tengah bersiap siap. Di samping kanan nya, teronggok satu tas dan koper.

" Mama mau kemana...?" Tanyaku sambil mendekati nya.

" Mama nginap di hotel aja.. besok pagi mama pulang naik trem (kereta api)." Ucap beliau tersenyum.
Kemudian, mama sofhi berdiri. Lalu menenteng tas dan menggeret koper nya.

" Maa... Jangan pulang dulu maa..!" Aku menahan beliau, yang sudah berdiri di depan pintu.
Mama sofhi menunduk, sambil menghapus air mata nya.
Melihat itu, aku langsung memeluk beliau. Karena aku tau, penyebab beliau menangis dan kenapa ingin pergi.
Semenjak hari pertama disini, tak pernah sekali pun mamak menegur dan menyapa mama sofhi.. Padahal, dalam tiga hari ini, kami selalu bersama sama. Namun, Mamak masih saja tetap mendiamkan mama sofhi.

" Sabar maa..! pelan pelan..!" Ucapku meyakinkan nya.
Saat pelukan kami terurai, terdengar suara pintu kamar terbuka. Lalu, terlihat Mamak keluar. Beliau melangkah kearah kami. Sambil tangan nya menggulung dan mengikat rambut nya.

" Mau kemana..!?" Tanya beliau.

" Mama sofhi.,. Katanya mo nginap di hotel..!" Jawab ku lemah.

" Ga sopan..! Rumah anak nya disini, kog malah mau nginap di hotel..!" Ucap beliau, yang sudah berdiri di sampingku.
beliau meraih tas dan koper dari tangan mama sofhi. Dan menggeretnya masuk ke kamar. Tanpa menunggu lama, aku pun langsung menarik tangan mama sofhi dan menuntun nya masuk kedalam kamar.
Aku meninggalkan mereka berdua di dalam kamar. Setelah menutup pintu, aku berdiri mematung di depan pintu. Mencoba mendengarkan sesuatu. Hingga....

" Lagi...!" Ku dengar suara mama sofhi.
" Lagi NAD...!! Marahi aku lagi.. " masih suara mama sofhi
" Bila perlu,. Caci maki aku..! Itu lebih baik, dari pada kau diamkan aku..! Kau diamkan kami...!
" Bertahun tahun NAD..!! Bertahun tahun...! " Suara mama sofhi terdengar parau. Namun lemah..

Hingga tiba tiba,. Kulihat suamiku sudah berdiri di dekat ku.
" Ga baik menguping pembicaraan orang tua..!" Ucapnya, sambil menarik tangan ku. Dan membawaku masuk ke kamar kami.

..................
..................

P.o.v. Irma Nadar.

' huu....! Hhuuuuu...!" Derai air mata membasahi wajahnya.
Suara tangis pilu nya, sangat menyayat hati ku.
Tak tahu kah dia., Setiap tetes air matanya.. air mata mereka, bagai siraman air panas yang menyentuh permukaan kulitku.
Tak tahukah dia.., bahwa setiap tangis nya., Setiap tangis mereka, adalah suara kepedihan batinku.

" Ga usah cengeng...!" Ucapku ketus.
"Malu sama Yona...! Sama menantu...!" Ucap ku , mengingatkan. Mengingatkan , dimana kami berada sekarang ini.
Bukan nya berhenti, tangisnya malah semakin menjadi jadi. Lalu tiba tiba.,. Sofhi berlutut. Bersimpuh sambil memeluk kaki ku.

Melihat itu, aku ikut berlutut dan menarik tubuhnya untuk kembali berdiri.
Aku tak mungkin membiarkan nya berlutut dan memeluk kaki ku. Karena, selain sahabat yang aku sayangi, dia adalah kakak ipar ku. Istri dari TURANG ( saudara laki laki ) ku satu satu nya.
Setelah dia kembali berdiri, aku langsung merangkul dan memeluk nya.

" Huuuu..uuuu...! Hhuuu..uuu..!" Suara tangis nya begitu terdengar pilu.
" Maafkan aku NAD...! Maaf kan kami...! Huuu....! Maafkan kami....! " Pinta nya, di sela sela tangis nya.
Aku diam.. lidah ku kelu. Tak bisa mengeluarkan kata kata. Hanya pelukan dan belaian tangan ku di punggunya yang menjadi wakil dari mulutku yang bungkam.
Saat aku ingin mengurai pelukanku, dia menggeleng. Dan menahan nya dengan melingkarkan kedua tangan nya di punggung ku.

" Jangan..!" Ucapnya parau.
" Aku masih ingin memeluk mu..!"
" Bertahun tahun lama nya. Bertahun tahun...!"
" Izin kan aku tuk memeluk mu lebih lama lama lagi..!"
" Izin aku tuk memeluk adik yang ku sayang..! Adik kecil yang paling kami sayang....! " Ucapnya sedikit terisak.

" Pelukan nya sambil baring aja ya... Capek berdiri..!" Ucapku, sambil menarik tubuhnya ke tempat tidur.

' cupp..! Cupp...cupp.. cupp..!" Dihujani nya wajahku dengan ciuman.
Di sekap nya tubuhku ke dalam pelukan nya.

" Rindu....! Teramat merindui mu sayang...! " Bisik nya di telinga ku.
" Cupp....!" Sekali lagi, ciumannya mendarat di bibir ku.

Malam ini, aku tertidur di dalam pelukannya.

..................
..................

P.o.v. Yona.

' Ting nong.. Ting tong...!
' Ting nong... Ting tong...!!'
Bunyi suara bel itu memaksa ku tuk membuka mata.
Kulirik jam di dinding, menunjukkan pukul 2 dini hari.

' Ting nong... Ting tong....!'.
Kembali terdengar suara itu.
Tak urung, bunyi itu juga membangunkan suami ku.
Tak seperti diriku, suamiku langsung turun dan keluar kamar.
Tak Lama, kepala nya kembali muncul melalui celah pintu yang sedikit terbuka.

" Mami..!" Ucapnya tersenyum.
Aku segera mengikutinya keluar kamar.
Di ruang tamu, kulihat mami... Mama Cindy., Dan juga mama Liza.. sementara suamiku, membantu papi menurunkan barang barang dari dalam mobil.
Setelah menyalam dan mencium tangan papi, aku memeluk dan mencium mami . Begitu juga dengan ma Cindy dan ma Liza.

" Kog ga nelfon dulu..!" Tanyaku.

" Kejutan...!" Ucap mereka bersamaan.

Selesai mengangkat barang barang, papi langsung pamit hendak pergi. Suamiku mencoba tuk menahan nya. Namun, karena alasan 'itu' kami pun membiarkan beliau pergi.

Karena lelah dalam perjalanan, mereka memutuskan tuk langsung tidur.
Aku membawa mereka ke kamar tamu. Namun, saat melewati kamar yang di tempati mamak dan mama sofhi, mereka berhenti.

" Di kamar yang satu nya lagi aja ya.. disitu ada mamak..!" Ucap ku memberitahu.
Mereka mengangguk mengiyakan.
Namun, saat kami hendak melangkah,. Mama Cindy membuka kamar itu. Saat pintu kamar terbuka, mama Cindy seperti terkejut. Beliau menutup mulut dengan kedua tangan nya. Air mata nya sudah mengalir ke pipi.
Karena penasaran, kami bertiga ikut menengok ke dalam kamar.
Kami semua terpaku melihat pemandangan di depan kami. Kami melihat, mamak dan mama sofhi ,tidur dengan saling berpelukan.
Adalah mami, yang menarik kami agar menjauh.

" Dah.. jangan di ganggu...!" Ucap mami, sambil meraih gagang pintu. Namun, mama Cindy menahan nya. Dan tanpa berkata, mama Cindy masuk kedalam sambil menyeka air matanya. Kemudian, mama Cindy naik dan berbaring di samping mamak, dan memeluk nya.
Melihat itu, mama Liza juga ikut. Beliau naik dan berbaring di belakang mama sofhi. Saat mama Liza memeluk mama sofhi, mama sofhi tersadar dan membuka mata. Beliau menoleh, dan mendapati mama Liza memeluk nya.
Entah kenapa, mama sofhi bangkit dan duduk. Kemudian beliau merangkak kebelakang mama Liza. Rupa rupanya, mama sofhi menyuruh mama Liza berbaring di sebelah mamak. Secara perlahan, mama Liza bergeser dan memeluk mamak.
Mama sofhi kembali bebaring dan memeluk mama Liza.
Tak ingin tinggal diam, mami juga ikut berbaring. Beliau mengambil posisi di belakang mama Cindy yang masih senggugukan menahan tangis. Mami memeluk mama Cindy sambil membelai kepalanya. Lalu, mambisikkan sesuatu pada mama Cindy.
Tak lama, mama Cindy terlihat sudah lebih tenang.

Melihat pemandangan yang tersaji didepan ku, membuat air mataku mengalir begitu saja.
Aku keluar dan menutup pintu sambil menangis. Tangis haru, dan bahagia.

.....................
.....................

Paginya,. Saat aku keluar kamar, aku mendapati mamak dan ma sofhi tengah berkutat di dapur.

" Pagi Mak.. maa... !" Ucapku lalu memeluk dan mencium mereka.

" Jam berapa mereka sampai..!?" Tanya mamak saat aku masih memeluknya.

" Jam 2 , pagi tadi..." Jawabku.

" Masih ada kamar kosong kan..!? Kenapa menyempit disitu..!?" Ucap beliau.
Aku tak membalas ucapan beliau. Aku mempererat pelukan ku sambil menggoyang goyangkan tubuh beliau.

Tak lama, ketiga wanita itu muncul. Mamak melirik sebentar, lalu kembali melanjutkan kegiatan nya memasak.
Aku mendekati mereka bertiga, lalu mencium pipi mereka.
" Pagi mi.. maa..." Ucapku.
Mereka
Balas mencium pipi ku.
Kemudian, Kami berempat duduk di meja makan.
Mereka terdiam, sambil mandangi mamak yang tengah memasak. Si mamak masih tak menggubris mereka. Padahal, tadi malam mereka tidur saling berpelukan.

" Oo kaa.. ban gei inemen ta..! ( O kak.. bikin kan dulu minuman kita..!) " Ucap mamak sambil menoleh ke mama sofhi.
Mami ., Ma Cindy dan mama Liza memandang mama sofhi dengan tatapan tak percaya. Mama sofhi tersenyum, sambil mengerlingkan mata pada mereka.
Kemudian mama sofhi mulai menyeduh teh.

Tak lama, mamak sudah siap memasak. Beliau meletakkan nya di atas meja makan.
Kemudian, mamak menyendoki nasi kepiring. Lanjut dengan lauk pauk nya. Lalu, beliau membagikan nya dengan kami satu persatu.
Semua terdiam. Tak mengeluarkan satu patah kata pun. Selesai membagikan sarapan, mamak bangkit dari duduk nya.

" Mamak ga makan..?" Tanyaku, saat melihat beliau melangkah.

" Kakak makan duluan aja. Mamak mau mandi dulu. Gerah..! " Ucap beliau sambil berlalu.
Kulihat ke empat wanita ini masih terdiam. Tak menyentuh makanan yang sudah tersaji di depan mereka.

Kulihat mama Cindy kembali mengeluarkan air mata.
Aku berdiri mendekati beliau. Dan memeluknya dari belakang.

" Mama jangan nangis lagi..." Ucapku.

" Kebiasaan mamak mu dari dulu seperti ini..!" Ucap mama sofhi.
" Menyiapkan sarapan untuk kami. Selesai masak, dia tidak langsung makan. Dia pasti akan mandi dulu.

" Semua pekerjaan rumah, dia yang kerjakan. Semua...!!"
" Mulai dari memasak.. bersih bersih rumah.. mencuci. Bahkan, pakaian dalam kami, dia yang mencuci..! Dia yang merapihkan pakaian kami. Menyiapkan segala kebutuhan kami..!" Mami sofhi bercerita.

Hingga mamak selesai mandi, di kembali duduk bersama kami. Kami menyantap sarapan dengan suasana yang hening. Sesekali, kulihat mereka mencuri pandang ke mamak.
,.............

Begitu juga saat makan siang...

,............

Dan saat menyiapkan makan malam. Mereka hanya memandangi kami ( aku dan mamak ). Yang tengah bekerja.

Aku lalu mendekati mama sofhi.

" Ga ada yang mau bantuin..!?" Tanyaku pelan.
Beliau menggelengkan kepala.

" Nanti kena marah..!" ucap beliau sedikit berbisik
" Kamu tau, siapa yang pertama kena marah kalau mamak kamu masak..!?" Tanya nya balik.
Aku mengangkat kedua alis mataku.
Lalu beliau melirik ke arah mama Liza.
Belum ada 10 detik, mama Liza bangkit dari duduk nya. Beliau mendekat ke kompor yang memanaskan kuah gulai. Beliau mulai mengaduk aduk isi kuali.

" Ga usah ikut ikutan...!" Ucap mamak, sambil merebut sudip ( sendok masak) dari tangan mama Liza.
" Kayak dia bisa masak aja..!" Sambung mamak mengejek.
Dengan muncung memanjang, mama Liza kembali duduk.
Aku menutupi mulut. Menahan tawa.

" Selanjut nya siapa..??" Tanya mama sofhi lagi.

" Mama Cindy..!?" aku coba menerka.
Mama sofhi menggelengkan kepala.
" Dia lagi...!" Ucap mama sofhi.

Tak lama...

" Tengok...! Malah duduk..! Bukan nya bantuin yang lain..! Motong ini kek.. motong itu kek..! Bersihin sayur kek...! " Mamak merepet tak jelas.
Mama Liza kembali bangkit. Mengambil baskom berisi sayuran. Namun, beliau meletakkan nya lagi. Karena sayuran itu sudah ku potong potong dan ku bersihkan tadi.

Kemudian, mama Liza mengambil bawang dan memotongnya.

" Ngapai motongin bawang lagi..!? Itu bawang udah selesai di potongi..!"
" Kayak mo arisan aja..! Motongin bawang banyak banyak..!!" Sambung beliau.
Wajah mama Liza terlihat kesal.
Kulihat yang lainnya memalingkan wajah. Bahu mereka bergetar menahan tawa.

" Ayo tebak lagi..! Selanjutnya giliran siapa..?" Mama sofhi kembali bertanya.

" Mama..!?" Jawabku, menyebut dirinya.
Kembali beliau menggelengkan kepala.

" Dia lagi yang kena..!" Ucap mama sofhi menahan tawa.

" Udah tua, masih aja ga bisa masak...! Mentang mentang banyak duit., Bisa gaji pembantu., Ga mau belajar masak..! " Mamak kembali merepet.

" Dan... Terjadilah....!" Bisik mama sofhi.

' brakk...!' mama Liza menghempaskan baskom ke atas meja. Dada nya bergemuruh naik turun. Menahan amarah.

" Kenapa aku yang selalu kau marahi..!! Kenapa yang tiga itu ga kau marahi..!" Ucap mama liza menunjuk ke arah mami.. mama cindy. Dan mama sofhi
" Mereka juga ga mau bantu..!
" Mereka juga ga pandai masak..!
" Kenap selalu aku yang kau marahi...!" Ucap mama Liza dengan emosinya.
Suaranya sedikit melenting.

" Ehh... Aku bisa masak koq..! Sofhi bisa masak...! Kak Mei juga..! Kita tiap hari masak koq..! " Ucap mama Cindy, yang semakin memperkeruh keadaan.

" Karena situ yang paling ngeselin..!! Paling ga mau tau.
! Paling kecentilan..! Makanya selalu kena marah...!" Sambung mama Cindy.
Mami mencubit lengan mama Cindy. Beliau meringis, menahan sakit.

" Iya lah... Aku yang salah..! Selalu aku yang salah...! " Ucap mama Liza.
" Iyaa... Aku pergi..! Biar kalian puas...!" Sambung beliau sambil melangkah.

" Ya udah pergi..! Ngapai bilang bilang..! Lagian, ga ada yang nyuruh datang kemari..!" Balas mamak dengan cuek.

Mama Liza berlalu, sambil menghentakkan kaki. Mami berdiri, menyusul beliau.
Mama Cindy juga ikut berdiri. Namun, beliau tidak mengikuti mami. Mama Cindy melangkah mendekati mamak. Dan.,. Beliau langsung memeluk mamak dari belakang.
Mendapati dirinya sedang di peluk, mamak terdiam sebentar. Lalu, beliau membalikkan badan dan balas memeluk mama Cindy.
Hingga...

" Huuuuu....uuu! Hhuuu..uuuu.!! Hhuu......! " Suara tangis mama Cindy, terdengar sangat memilukan. Mama sofhi kulihat menyeka air mata.

.........................

" Kak Mei....! Dah masak..! Makan dulu yok...!" Mama Cindy memanggil mami yang menemani mama Liza di depan.

Tak lama, mereka berdua datang.
Dengan wajah tertekuk, mama Liza duduk disamping mamak yang tengah menyendoki nasi.
Selesai membagi nasi kepada kami, mamak menyendoki untuk dirinya. Sampai aku tersadar, ternyata mama Liza yang masih merajuk tak mendapat bagian.
Saat aku hendak memberi kan bagian ku, mami menahan tangan ku. Beliau menggeleng sambil sedikit tersenyum.

Selesai mengambil nasi beserta lauk pauknya, mamak menggeser kursi nya ke sebelah mama Liza. Mengkeruk nasi dan lauk dengan hujung jarinya, mamak menyodorkan tepat didepan mulut mama Liza.
Tanpa menoleh, mama Liza membuka mulut nya yang mungil.

" Masih aja sok mau di manja kan..!" Terdengar celetukan sinis dari mama Cindy.
Mama sofhi menepuk pelan lengan mama Cindy.

Melihat itu, aku tersenyum geli. Kasih sayang mereka terasa amat dalam. Tak habis , dan tak terkikis oleh waktu.

..........................
.........................

P.o.v Zayn Aby

Indu mengantar kami sampai di depan pagar. Setelah malam semakin larut, Aku., Dody., Diana dan Bu rosa, memutuskan untuk pulang.

" Hati hati...! " Ucap indu sambil melambaikan tangan.

" Da daaaah...! " Diana dan bu Rosa membalas lambaian indu.

Saat hendak menjalankan kereta, aku melihat pemandangan yang menggetarkan hati ku.
Di ambang pintu rumah itu, Rani bersandar sambil memegangi kusen pintu. Dia menatapku dengan wajah sendu.
Hati ku terenyuh. Karena, aku tahu kebiasaannya, yang setiap aku hendak pulang ketika menjumpai nya. Dia akan merangkul dan mengecup bahu ku.
Tapi tidak kali ini. Dia tidak bisa melakukan itu disini.
Dengan berat hati, aku menjalankan kereta.
' da dah sayaaaang...!' batinku mencoba tuk menyapa nya.

..................

Di jalan, Dody memintaku untuk mengantarkan nya. Dia ingin, aku yang besok menjeput nya.

Sampai di depan rumah nya, Dody turun. Dan...

" Kau berhutang penjelasan dengan ku...!" Ucapnya, Memandangku tajam.
Aku senyum kecut dan mengangguk. Faham dengan maksud ucapannya.

...............

" Bugh..'
Aku menghempaskan tubuhku di atas kasur empuk ini.
Saat ini, aku sudah barada di rumah Rani. Lebih tepat nya, di dalam kamar. Kamar tamu yang menjadi tempat ku tidur selama menjaga rumah ini.
Walau hanya kamar tamu, namun sangat mewah menurutku. Tempat tidur spring bed.. juga pakai AC. Jauh beda dengan kamar tidur ku di rumah.

Aku memejamkan mata, coba tuk terlelap. Namun, seperti nya sang kantuk belum mau menghampiri. Karena, aku masih kepikiran dengan Rani. Ya., Aku kepikiran dengan apa yang di lakukannya. Aku heran, dia bisa tahan melihat perlakuan mesra indu padaku di depannya.

Aku juga teringat, kejadian spontan yang terjadi dengan Eva tadi.

<<<Flash back.. beberapa jam yang lalu.

........

" Kyaaa..." Suara jeritan nya amat nyaring terdengar.
Secara spontan dan tergesa gesa, eva beringsut mundur. Namun, karena tak memperhatikan keadaan sekitar, sebelah tangannya menimpa kulit durian yang berduri.

" auwwww... aduhh...!!" Jeritnya lagi.
Kemudian, kudengar suara langkah kaki yang tergesa gesa mendekati kami.

" kenapa deek..!!? " tanya seseorang. Ehh, bukan seseorang, tapi dua orang. Rani dan rindu.

" aduuhh....!" Eva meringis, sambil memegangi telapak tangan kiri nya.

" adek kenapa..!?" Tanya mereka lagi.

" kecucuk kulit durian..!" Jawabnya, menahan ras sakit.

" ab.. aby yang buat ya..!?" Tanya rani, sedikit menuduh.

" ehh... engga lah...!! Bukan ab.. ku yang buat..!" Ucap ku sedikit berbohong. membela diri.
Karena, walau bukan aku pelaku nya, tapi aku tau, akulah penyebab nya.

" sini, kakak lihat...!" Ucap rani, sambil meraih dan membuka telapak tangan eva.
" hmm.. ga fafa koq..! Cuma tergores dikit ..!" Lanjutnya, setelah memastikan keadaan tangan eva.

" tapi berdarah...!" Eva sedilit merengek.

" haa...! Berdarah..!?" Ucapku, dengan spontan dan tanpa sadar, aku meraih telapak tangan nya.
Setelah kulihat, sela sela antara jari manis dan jari tengahnya memang terluka dan berdarah.

''huuuupft...huuuuupft...!" Secara naluri , aku meniup niup jarinya yang terluka.

" Ehhemm...!" Rani berdehem, sambil menatapku tajam.

" Ehh..." Secara spontan, Eva menarik tangan nya yang ku pegang
'plak..plak...!!' Eva memukuli bahu ku.
" Cari kesempatan..! Pegang pegang tangan orang..!"
Matanya melotot menatapku. Tarikan nafasnya sangat cepat. Terlihat dari dadanya yang naik turun.
Kilatan flame terlihat jelas di iris matanya.

" Dah yok.. kasi betadin dulu..!" Rani membawa Eva ke depan.
Tinggal aku dan indu berdua. Indu menatapku dengan tatapan...

" Sumpah ang..! Bukan aku yang buat..!" Ucapku meyakinkan nya.
" Kalaupun menjahili dia, aku ga mungkin lah sampai melukai ..!" Ucapku lagi.
Indu tersenyum mengangguk.

" Iyaaah.. ga Fafa kog..! Luka nya juga cuma tergores dikit..!" Ucapnya.
Kemudian, indu berjalan ke lemari dapur. Mengambil kantong plastik.
Kami memasukkan kulit dan biji durian yang berserak.
Setelah beres, indu membawa kantong plastik ke halaman belakang. Saat indu hendak kembali masuk, dia terhalang ttubuhku yang berdiri di ambang pintu.
Indu menatapku heran. Aku hanya merespon dengan memberi nya senyuman.
Kembali dia melangkah, namun aku masih menghalanginya.

" Kenapa sihh..?" Tanyanya heran.

" Pengen berduaan, Ama kamu..!" Ucapku.
Indu menunduk malu.
Tangan kiriku meraih pinggangnya. Menarik tubuhnya, agar lebih merapat ke aku. Tangan kanan ku meraih dagu nya. Menaikkan wajahnya yang menunduk. Kami saling bertatapan. Indu menggigit bibir bawahnya, saat secara perlahan aku mendekatkan wajahku. Dan kini, kening dan hujung hidung kami sudah menempel. Dan...

" Ehheemmm..." Sebuah suara deheman mengejutkan kami.
" Sorry, mengganggu...! Aku mau ambil air minum...!" Ucap suara itu lagi. Suara yang sangat ku kenal.

Tak ayal, indu mendorong tubuhku. Dia langsung masuk dan pergi ke depan. Dengan wajah yang memerah pastinya.

' plettakk...!' Sura hempasan gelas di atas meja, memaksa ku untuk menoleh.
Rani menatapku tajam, dengan nafas bergemuruh.

' glekk..!'
Rani berjalan menghampiriku. Lalu, dia menarikku paksa.
' bugh..' Rani menyandarkan ku ke dinding. Dan..
' hmmft.....!' Rani menyumpal mulut ku dengan bibirnya.
Lidahnya menyapu, dan menggelitik rongga mulutku. Kedua tangan nya menangkap sisi kiri dan kanan kepalaku. Dia menyerang ku dengan ganas.
Setelah hampir satu menit lamanya, Rani kemudian melepas kulumannya.

" Hassshh.. hassshh...hassshh...!" Nafasnya sedikit ngos ngosan.

" Biar bekas bibirnya ga menempel..! " Ucapnya kemudian.
Aku tersenyum geli. Rani mengira, aku dan indu tadi berciuman.
Aku meraih tubuhnya, dan membawanya kedalam pelukan ku. Kuusap lembut belakang kepalanya. Rani membalas pelukanku. Meremas belakang baju ku.

Saat pelukan kami baru saja terlepas, sebuah bayangan mendekat ke arah kami. Rani yang juga menyadari nya, segera pergi meninggalkan ku.
Tak lama, kulihat Bu Rosa datang. Dia melirikku sekilas. Terus melangkah dan berhenti di depan kulkas.

" Hebat ya...! Dalam satu malam, dapat tiga bibir..! " Ucapnya tanpa menoleh, sambil membuka pintu kulkas.
Aku melangkah, meninggalkannya. Tak membalas ucapannya.

*Flashback end....

Aku menghembuskan nafas, dan kembali memejamkan mata.

......................
.....................

Aku dan Dody sudah sampai di depan gerbang sekolah. Bersamaan, dengan turun nya empat anak gadis dari dalam mobil.
Begitu sampai di parkiran, aku dan Dody segera menyusul mereka.
Entah kebetulan, atau sengaja,. Aku berjalan di samping Eva. Karena, di hujung sana Rani berjalan paling pinggir.

" Hai...." Ucapku pelan, menyapa Eva.
Dia diam, tak merespon sapaan ku. Apalagi menoleh.

Kembali niat iseng ku datang.
Kurentangkan sedikit tangan kiri ku. Hingga hujung jari ku menyentuh tipis ( tipis.. sangat tipis..! Mungkin setipis kulit bawang ) punggung telapak tangan nya

' siuut...!' dengan secepat kilat, Eva langsung menarik tangan nya. Dan menatapku dengan tatapan nya yang khas.
Aku membalas tatapan nya dengan sebuah senyuman. Sedetik kemudian, dia kembali mengalihkan pandangan nya.

..........................
..........................

Selesai upacara, aku., Dody., Diana dan indu, disuruh maju kedepan. Disaksikan, dan di iringi tepukan tangan seluruh siswa dan guru, kepala sekolah menyerahkan piagam penghargaan. Dan juga menyematkan tiska. Tiska yang bergambarkan lambang kebesaran sekolah kami.
Kepala sekolah meminta, agar kami setiap hari memakai tiska itu. Di bagian dada sebelah kiri.
Dan itu, merupakan suatu kebanggan tersendiri bagiku. Dan mungkin juga, bagi teman teman ku yang lain.

........................

Di jam istirahat kedua, Dody kembali mengajak ku untuk pergi ke kantin. Setelah di jam istirahat pertama tadi, aku menolaknya.

" Ayo lah tooll....!" Ajaknya.
" Ga pernah kau ke kantin..! Sekali sekali, boleh la..! " Ajaknya lagi.
Setelah menimbang nimbang keadaan dana, Akhirnya aku menuruti keinginan nya. Karena kuperkirakan, uang saku dari gubernur dan bupati kemarin, dapat menutupi perbelanjaan ku selama satu bulan ini.

Sesampainya di kantin, indu dan yang lain nya tengah menyantap makanan mereka.
Yang membuat ku heran, bu rosa juga ada disini.
Mereka bertujuh, yang semuanya perempuan duduk berhadapan di kursi dan meja panjang.
Desy yang melihat kedatangan kami, melambaikan tangan nya.

Lagi., Entah kebetulan, atau pun malapetaka , aku mengambil posisi duduk di sebelah Desy. Berhadap hadapan dengan kedua mahluk yang duduk bersebelahan.
Mereka berdua melirikku sekilas. Lalu, kembali menyantap makanan nya.
" Makan apa...!?" Tanya Dody padaku.

" makan rindu..!" Ucapku.
Otomatis, ke empat perempuan yang duduk sebaris itu,( Eva., Bu Rosa., Rindu dan Rani ) menatapku.
Kalau rindu menatapku dengan senyuman cantiknya, Rani hanya menatapku sekilas. Beda lagi dengan dua mahluk itu. Mereka menatapku dengan sinis.

' pletak..!' Dody menempeleng belakang kepalaku.
" Serius toll..!" Ucapnya kemudian.

" Beib.. jangan keseringan mukul kepala nya Zayn..! Kan kasian..!" Diana bersuara.mungkin dia merasa tak enak dengan ku ataupun dengan rindu.
Padahal, aku tak mempersalahkan itu. Selain pukulan nya yang tidak kuat, aku juga sering melakukan itu padanya.

" Makasih Anaa..." Ucapku tersenyum padanya.

" Nanggung DOd..! Pakai ini aja sekalian....!" Ucap Eva, sambil menggeser botol minuman ke depan Dody.

" Hihihi....!" Desy yang duduk disebelah ku, tertawa cekikikan.

' awas kau ya.. ku balas..!!' batinku.
" Goreng pisang Ama bakwan..! Minum nya limun..!" Ucapku, menjawab pertanyaan Dody tadi.
" Sekalian ko pinjamkan dulu saringan teh..!" Sambung ku, ketika Dody akan beranjak.

" Untuk apa...!!?" Tanya Dody dengan kening mengkerut.
Aku tak menjawab pertanyaan nya. Dody pun pergi sambil menggeleng.

Pandangan ku kembali mengarah ke mahluk halus di depan ku. Dia tengah menikmati mie ayam, yang tinggal kuah dan sisa sisa suwiran daging ayam.
Dia mengaduk aduk kuah, berusaha mengambil beberapa suwiran daging ayam yang terendam kuah.
Tak lama, Dody kembali. Menyerahkan saringan teh padaku.

" Nihh.. pakai ini...!" Ucapku ke Eva. Meletakkan saringan teh ke samping mangkuk mie ayam nya.

" Untuk apa...!?" Tanya nya heran.

" Payah kali kau ku tengok ngambil suwiran ayam itu..! Kalau pakai saringan itu, kan gampang..! Tinggal serok aja..!" Ucapku santai, sambil mengunyah goreng pisang.

" Hahahaha....!" Desy tertawa terpingkal pingkal.
Bahkan, mahluk yang duduk sebelah Eva , dengan susah payah menahan tawa. Begitu juga dengan yang lainnya.

Eva mengambil saringan teh itu, lalu melemparkan nya padaku. Dengan sigap, aku menangkap nya. Kemudian, dia berdiri.

" Adek mau kemana...!?" Tanya indu, ketika melihat Eva hendak pergi.

" Mau ke kamar mandi. Mau cuci muka..! Panas kepala awak, kalau lama lama duduk disini..! " Ucapnya, seraya berbalik dan pergi.

" Hihihi..." Desy yang duduk di sampingku belum berhenti tertawa.
" Betul kan kak, yang aku bilang..! " Ucap Desy ke Rani.
" Mereka itu mesra..! Setiap ketemu,. Mereka pasti seperti itu..! Seperti itulah, bentuk kemesraan mereka..! " Sambung nya.

" Iya.. mesra..! Betul betul mesra..! " Ucap Bu Rosa pula, sambil mengaduk aduk minuman nya.

.....................
.....................

" Kapan kau mo cerita , toll..!" Ucap Dody , yang berada di boncengan belakang.
Saat ini, kami dalam perjalanan pulang. Selesai shalat Jum'at di mesjid dekat sekolah.
Jum'at...? Ya.., hari Jum'at.. tepatnya, 5 hari sejak keberangkatan orang tua Rani ke Medan. Dan, sudah 5 hari pula aku sendirian menempati rumah mereka.

'' iya.. nanti kuceritakan..!" Ucapku sekenanya.

" Dor lah kau nanti nanti..!! Dari semalam semalam kau bilang nanti.. nanti....!!" Ucap Dody.
Aku diam. Tak membalas perkataan nya.

" Wehhh... ! Mo kemana kita ni..!!?" Tanya Dody.
Mungkin dia heran. Karena aku membawa ke rute yang tak pernah kami lewati.
Aku diam. Tak menyahut pertanyaan nya

' teplakk...!' Dody menjitak kepala ku.
" Kalaw di tanya tu, jawab..! Kontol..!!" Makinya.

" Ke rumah Rani..!" Jawab ku.

" Haaa...!? Kerumah Rani..!? Ngapai kita kesana...! ??" Tanya nya lagi.

" Banyak kali lah pertanyaan kau pepek...! Diam aja lah muncung kau tu disitu..!!" Balasku.

.................

Aku memarkirkan kereta di depan teras. Lalu, melangkah ke pintu depan.

" Yok masuk....!" Ajak ku, sambil membuka pintu dan melangkah ke dalam rumah.
Namun, Dody tak bergeming. Dia tetap berdiri mematung. Menatapku dengan tatapan...

" Ya udah lah.. berdiri aja lah kau di luar itu..!!" Ucapku, seraya hendak menutup pintu.
Seketika itu juga, Dody mengikuti ku ke dalam rumah.
Aku terus melangkah, sampai ke dapur. Dan membuat minuman.

" Ini rumah kak Rani...!?" Tanya Dody.
Aku mengangguk, sambil memecahkan es batu.

" Kog ga ada orang..!? Kak Rani nya mana...?? Bos nya.( Orang tua Rani)..? '' tanya Dody lagi secara beruntun.

" Sabar kau...! Nanti aku cerita..!"
" Dah yok... ! Kita ngobrol di luar..!" Ajak ku.
Aku membawa Dody keluar. Menuju ke gazebo.

Setelah kami duduk di gazebo, aku meneguk coklat dingin yang tadi ku buat. Lalu, menyalakan sebatang rokok. Dan., Tak lama kemudian, aku pun mulai menceritakan segala sesuatu yang mengganjal di hati Dody.
Semua aku ceritakan. Dari awal pertemuan ku dengan Rani. Hingga sampai detik ini. Tak ada yang ku tambahi, dan tak ada yang ku kurangi. Termasuk, hal yang lernah kami lakukan.( Terkecuali, dengan mami nya Rani, tak kuceritakan.)

Selesai aku bercerita, Dody meMandang ku dengan serius. Lalu, tiba tiba...

' bughh..!'
Dody menubruk tubuh ku. Dia memeluk, sambil menggoyang goyangkan tubuh ku.

" Woii.. ! Woii...! Pepek...! Kimak...! Anjrit...!"
" Awas kau...! Awas... ! Awaass..!" Aku meronta. Mencoba tuk melepas pelukan Dody.
" Kayak hombreng ( kaum homo) kau. Maen peluk peluk...!" Ucapku, saat aku berhasil menghalau tubuhnya menjauh.

Kulihat Dody tersenyum lebar. Senyum, yang menurutku sangat menjengkelkan.

" Memang betul betul....." Dody menggantung ucapannya,. Sambil menggeleng gelengkan kepala
" Kimak kau...! Anjiinghg...! Konthol kau memang...! Mantaff...! Mantaf...!" Ucapnya lagi, sambil mengacungkan kedua jempol nya.

" aku ga butuh pujian..!!" Ucapku sambil menghembuskan asap rokok.

" kak rani cemana..? Enak ga..!? " tanya nya, sambil tersenyum menjengkelkan. Dan juga menaik turunkan alis mata nya.

' teplak..!!' ku kasihkan belakang kepalanya sekali.
" ga usah aneh aneh pertanyaan kau..!!" Ucapku. Mengerti arah pertanyaan nya.

" oke.. oke...! Sekarang, waktu nya berfikir dan berbicara layaknya abang abang ( dewasa )..!" Ucapnya.

" indu tau..!?" Tanya nya.
Aku menggelengkan kepala.

........................
...................

Saat menutup kedai, aku masih kepikiran dengan hal yang aku dan dody perbincangkan tadi. Juga kepikiran dengan solusi yang di berikannya.

' pukk..!'
Aku tersentak, saat seseorang menepuk pundak ku.
" baru beli kereta kau..!?" Tanya pak buan, mengarahkan pandangan nya ke sebuah kereta yang parkir di depan kedai.

" ehh.. engga lah pak.. kereta orang tu..! " jawab ku.
.................

Selesai menutup kedai, aku kembali meminta izin cuti ke pak buan. Aku memberi tahukan alasan ku. Aku berfirasat, mungkin dalam waktu dekat ini orang tua rani akan kembali. Bisa saja mereka sampai nya subuh hari.
Aku merasa tak enak, disaat kembali, mereka tak mendapati diriku di dalam rumah .
Beruntungnya, pak buan memberi ku izin.

Pulang dari pajak, aku singgah kerumah sebentar. Sekedar melihat lihat sayuran kami.
Selesai, aku langsung mandi. Selesai mandi, aku ingin langsung kembali ke rumah rani.
Tak lupa mengunci pintu, aku melangkah ke halaman samping. Ketempat aku memarkirkan kereta.

' degh..!'
Aku terkejut. Mendapati seseorang yang sedang duduk diatas kereta. Seorang perempuan, yang masih mengenakan pakaian kerjanya.
Dengan perasaan was was, aku mendekat.
Aku menatapnya lekat. Heran dengan keberadaan nya disini. Ada apa..!? Dan mau apa..!?
Bola matanya bergerak, melirikku sebentar. Kami sama sama diam.
Aku memandanginya, yang sama sekali tak menatapku.

Aku bergeser, kearah tatapan matanya.
Saat kami bertatapan, dia mengalihkan pandangan nya.
Aku bergeser lagi, ke arah matanya memandang.
Sama seperti tadi, dia kembali mengalihkan pandangannya.
Kembali, aku bergeser. Mengarahkan wajahku ke arah matanya memandang.
Begitu dia hendak mengalihkan pandangannya, aku langsung menangkap wajahnya. memegang kedua pipi nya. Sehingga kepala nya tidak dapat digerakkan nya.
Aku menatapnya dengan lekat. Sesekali, bola matanya bergerak. Menghindari tatapan mataku.
Cukup lama kami berpandangan. Tanpa mengeluarkan sepatah kata. Hanya saling menatap. Hingga..

" antarkan aku pulang..." ucapnya meminta.
Aku diam. Tak menjawab perkataannya. Masih tetap menatapnya.
" abyyyy....." ucapnya. Memanggilku pelan.
Bola matanya kembali bergerak liar.

" kenapa bisa ada disini....!?"
" kenapa mintak antar sama ku..!?"
" kemari sama siapa..!?"
" mo ngapai..!!?" Tanyaku mencecarnya.
Dia diam. Memandangku dengan tatapan sendu. Ekspresi dari tatapan yang sangat memelas.
Lalu, sebelah tangan nya memegang dan kemudian menggenggam tangan ku yang memegang pipinya.

' ffiuhh..!'
Aku menghembuskan nafas. Melihat ekspresi tatapannya itu, batinku melunak.
" dah lama disini..?" Tanya ku lembut.
Dia mengangguk.
" kenapa..? " tanyaku lagi, sambil mengusap pipinya dengan jempolku.

" mo minta kamu anterin aku pulang...!" Jawabnya.

" dari mana..? kemari naik apa..?" Tanyaku.

" dari rumah kawan...! Naik becak..!" Jawabnya.

" kenapa ga langsung pulang kerumah..!? Kenapa singgah disini..?" Tanyaku heran.

" kan tadi dah aku bilang. Mo minta kamu anterin aku pulang..!" Jawabnya.
Semakin heran aku dengan perempuan satu ini..! Padahal dia tadi naik becak. Kenapa ga langsung pulang aja. Kenapa malah singgah disini. .!
Kembali aku menghembuskan nafas, sambil geleng kepala. Tak mengerti dengan jalan fikirannya.

Tanpa bertanya lagi, aku naik ke kereta. Stater., dan jalan.
Baru beberapa meter kereta bergerak, aku teringat sesuatu.

" rumah kamu dimana..!?" Tanyaku, yang sudah menghentikan kereta.

" jalan aja dulu.. nanti aku kasih tau..!" Ucapnya.

Tak sampai lima menit perjalanan, dia menepuk pundakku.
" yang itu..!" Tunjuknya.
Aku menghentikan kereta di depan rumah berpagar biru.

" ini rumah kamu.!?" Tanyaku.
Dia mengangguk.
Ternyata, rumahnya tak jauh dari rumahku. Selain itu, kawasan rumahnya ini adalah tempat bermain ku dulu. Sewaktu masih es de.

" ga jauh kan...!?" Tanyanya.
Aku mengangguk, mengiyakan.
" tapi ga pernah di datangi.!" Ucapnya.

' lahh... mana aku tau kalau ini adalah rumahnya. Lagian, mo ngapai pulak lah aku datang..!' Batinku.
Hingga aku baru menyadari. kami sudah sampai dirumahnya. Namun, dia tak juga turun dari atas kereta.

" dah sampai kan..!?" Tanyaku.
Dia hanya mengangguk.
" ya udah, turun..!" Ucapku., sambil menoleh nya yang masih duduk di belakang ku.

" bukain pagarnya.." ucapnya.
Aku menuruti ucapannya. Tanpa mematikan mesin kereta, aku turun. Lalu membukakan pintu pagar. Seperti yang di mintanya.
Saat aku berbalik, dia sudah membawa kereta ke dalam.

' haisshh..!'
dengan berat hati, aku mengikutinya.
Sampai di teras rumah, dia mempersilahkan aku duduk. Lalu dia masuk ke dalam rumah.

Tak lama, dia kembali. Membawa satu gelas teh dan duduk di samping ku.

" ganti baju dulu gih..!" Ucapku, sambil melirik celah paha dan belahan dadanya.
Dia tersenyum, lalu berdiri.

" sebentar ya..." ucapnya permisi.
Baru beberapa langkah dia masuk ke dalam rumah, berkumandanglah adzan maghrib.
Dia kembali mendatangiku. Berdiri disamping kereta dan mengambil kunci kereta.

" maghrib dulu gih..! "
" jalan kaki aja ya..! Ga jauh kog..!"
" tuhh...!" Ucapnya, menunjuk menara masjid yang menjulang tinggi.
Sambil tersenyum, dia berbalik. Dan kembali masuk ke dalam rumahnya.
Sambil menggeleng, akupun melangkah pergi.

.........................

Sekembalinya dari masjid, aku mendapati dia sudah duduk di kursi teras. Sambil memangku anak kecil.
Melihat aku membuka pagar, dia masuk ke dalam. Menggendong anak kecil itu.
Tak lama, dia pun kembali.
Mengenakan jeans ketat dan kemeja lengan panjang sebatas pinggang. Namun, kaus dalam nya menjuntai hingga menutupi pinggul.

" yuk...!" Ajaknya.

"Mo kemana..!?" Tanyaku heran.
Mendengar pertanyaan ku, mimik wajahnya berubah kecut. Dia menatapku sekilas. Lalu membuang muka.
' hhhahh..!'.
" ga ada orang...!" Tanyaku .

" ayah ama bunda belum pulang..! Kakak ama abang ipar tuh di dalam..!" Ucapnya memberi tahu.

" panggil..!" Ucapku .
Dia tersenyum, lalu...

" kaaaak...!" Panggilnya sedikit berteriak.

" yaa...." sahut seorang perempuan dari dalam.

" kamu ga bisa masuk kedalam manggilnya..!!? Harus teriak..!!?" Ucap ku tak suka.
Dia tersenyum, memamerkan barisan gigi putihnya.
Tak lama, seorang perempuan menghampiri kami. Menggendong anak kecil yang tadi bersama dia.

" ya del..!" Ucap perempuan itu.
Aku menyalam dan menempelkan keninggku ke punggung tangannya.
Perempuan yang dipanggilnya kakak itu, tersenyum padanya.

" kita pamit keluar ya kak..!" Ucapku ke perempuan itu.
Beliau mengangguk.

" hati hati ya..!" Ucapnya.
" adel jangan kelamaan pulang nya ya..!" Sambung nya.

.................

" adel....!?" Tanyaku, saat kami baru saja melewati pagar rumahnya.

" adellia rosa " ucapnya, sambil merapatkan tubuhnya ke aku.
Tangan kanan nya di atas pahaku. Dan tangan kirinya di atas pundakku.

" kalau A nya Adellia, S nya itu apa..!?" Tanyaku lagi. Perihal inisial di tag name nya yang tertulis A rosa S.

" mo taauuuu aja...!!" ucapnya, menyandarkan dagunya di pundakku. Tanpa menjawab pertanyaan ku.

Dua bongkah daging empuk di dadanya, sangat terasa mengganjal di punggung ku.

" terasa ga..!?" Tanya nya.
Aku mengangguk, mengiyakan.

" ehh.. apanya yang terasa.!??" Ucapku yang baru tersadar dengan pertanyaan nya.
Tanpa menjawab pertanyaan ku, bu rosa mencubit pelan paha ku.

" mo kemana ni..!" Tanyaku lagi. Memperlambat laju kereta.

" kamu bawa kemana aja., aku ikut..!!" Ucapnya pelan. Hembusan nafasnya menggelitik tengkuk ku.

Memang susah ngomong dengan perempuan satu ini. ! Ga bisa nyambung..! Ga pernah ketemu hujung titik nya.
Tanpa membalas dan bertanya lagi, aku fokus mengemudikan kereta. Membawa ketempat yang ingin ku tuju.

"Ehh...!" Bu rosa tersentak. Dia baru tersadar, arah jalan yang ku tuju.
" kog kemari..!?" Tanya nya heran.
Tak lama, aku menekan pedal rem dengan telapak kaki ku. Dan, kereta pun berhenti berjalan.
" abyyy..." pangilnya, dengan nada merengek.

" tadi kamu bilangnya, kemana pun aku bawa, kamu ikut..!" Ucapku.

" iyaaa... tapi kan... tapi kan..."

Aku menoleh ke arah nya, dengan senyum kemenangan.

" iiiihh....!! Abyyyy...!!
" ga mau....!! Aku ga mauu...!" Rengeknya lagi.

" koq ga mau...!!? Bukan nya tadi kamu bilang...."

" iya... iya.. aku tau..!" Ucapnya, memotong ucapan ku.
" tapi kan ga harus pulang byyyy...! Masa kamu bawa kerumah..! " rengeknya lagi, sambil menggoncang goncang bahu ku.
Hahaha.. aku tertawa geli. Karena saat ini, kami berada di depan pagar rumah nya. Yaa.., aku membawanya kembali pulang ke rumahnya.

" makanya.., kalau di tanya tuh, jawabnya kasih yang pasti. Menjawab layaknya manusia normal..!" Ucapku.

Bu rosa memajukan muncung nya. Memasang wajah merajuk yang kecut.

" aku tanya lagi., kita mau kemana..?? Ibu adellia rosa S..? "
Dengan wajah cemberut. Dan muncung yang semakin memanjang, bu rosa memandangku.

" ya udah., jalan dulu. Nanti aku kasi tau tempatnya dimana..!" Ucapnya.

" gitu jawabnya. Kan enak..!" Ucapku, sembari tersenyum. Sambil mencolek dagu nya.
Namun, baru aku hendak memulas gas kereta.
' tin tiinn..!'
Suara klakson mobil dan cahaya lampu nya mengurungkan niat ku. Dan seperti nya, mobil itu berbelok ke arah kami.
Bu rosa turun, lalu membuka pagar rumah. Setelah mobil itu melewati kami dan masuk kepekarangan rumah, bu rosa mengikuti dari belakang.
Mau tak mau, aku menongkatkan kereta dan mengikutinya.
Tak lama, sepasang suami istri yang cukup berumur keluar dari dalam mobil.
Bu rosa langsung menyalami dan mencium pipi mereka. Lalu, sepasang suami istri itu menoleh ku .

" mmm.. ini ayah ama bunda..." ucap bu rosa, sambil menyenggol lengan ku.
Aku pun langsung menyalami mereka. Mereka pun memberikan senyuman padaku

" temen nya adel..?" Tanya ayah nya.

" nggg...." aku bingung, harus menjawab apa. Bu rosa bukan teman ku. Dia staff di sekolah ku. Dan juga, Umur kami terpaut cukup jauh. Aku lebih pantas jadi adik nya.

" iya... teman adel..! " jawab bu rosa.
Ayah dan bundanya kembali tersenyum.

" kalian mau keluar..!?" Tanya ayah nya lagi.
Bu rosa mengangguk.
" ya udah., hati hati ya..!" Ucap beliau, sambil melangkah.
Namun, baru beberapa langkah, beliau berhenti dan berbalik.
" saya bisa minta tolong..!?" Tanya beliau, memandangku.

" ehh., iya pak.. boleh.." jawab ku.

" tadi kelupaan mo beli nya. Beliin saya sate ya..! Ucapnya.

" iya pak.. siap..!" Jawab ku.

" tempat biasa ya del..!" Ucap beliau, yang kali ini ke bu rosa.
Bu rosa mengangguk lemah.

" beli berapa bungkus..!? " tanya bu rosa.

" mmm.. kakak mu ada..!? " tanya beliau pula.

" ada tuh di dalam..!" Jawab bu rosa.

" ya udah.., beli tiga bungkus aja..!" Ucap beliau.
Bu rosa mengangguk

" ada yang lain lagi yah..!?" Tanya bu rosa.

" ga..! Itu aja..!" Jawab ayah nya.

Kulihat bu rosa menghembuskan nafas lemah. Wajahnya seperti tak ikhlas dimintai tolong. Dia berjalan dengan gontai.

" kamu koq gitu..! Kaya ga suka gitu dimintai tolong..! Itu ayah kamu lhoo.. bukan orang lain..!!" Ucapku. tak suka dengan gelagatnya.

" bukan gitu loh abyy...! Bukan aku ga suka..!" Ucapnya.

" terus..! Kamu nya kog kayak ga ikhlas gitu..!" Ucapku

" bukan.. itu karena... mmm.. ya dah lah.. yok jalan..! Nanti kamu juga tau kenapa..!" Ucapnya.

.................

Sesampai nya di tempat penjual sate.

' aduh mak..! ' batinku.
Ternyata, yang beli sate cukup ramai. Antri..!

Hampir setengah jam mengantri, akhirnya tiba giliran kami.
Saat aku baru merogoh saku celana ku, bu rosa sudah menyerahkan duit ke si penjual sate.
Kami pun pulang.

Sesampainya di rumah, bu rosa menyerahkan sate ke ayah nya. Di ruang keluarga, kulihat mereka berkumpul. Ayah dan bundanya.. kakaknya., beserta abang ipar dan kedua anak kaka nya.

" lohh.. kog cuma tiga bungkus.!" Ucap ayahnya, yang melihat isi plastik.

" kan tadi ayah bilang nya tiga bungkus..!" Jawab bu rosa.

" iya.. sate tiga bungkus." Ucap ayah nya.

" terus..!?" Tanya bu rosa.

" mie rebus nya mana...!?" Tanya ayah nya.
' haaa.. mie rebus..!?' Batin ku.

" tadi ayah mana ada minta mie rubus yaaaah...! "

" ada adeell....!" Balas ayah nya.

Sambil menunduk lemas, bu rosa berbalik melangkah . Aku yang masih terheran, mengikutinya dari belakang.

" kayaknya, tadi ga ada mie rebus kan..!? " tanya ku pada bu rosa, sesaat sebelum kami naik ke kereta.
Tanpa menjawab, bu rosa menatapku dengan wajah kesal.
Melihat mimik wajah nya itu, aku langsung naik ke atas kereta.

................

Sesampai nya di tempat jual mie rebus, aku benafas lega. Pembeli tak berapa ramai. Hanya ada beberapa, yang makan di tempat.
Pesan....
Bayar..
Selesai.. kami pun pulang.

Sampai dirumah, bu rosa meyerahkan bungkusan mie rebus ke ayah nya. Ayah nya menerima dengan senyum yang kulihat sangat jelek sekali.

" ayah tadi lupa, nyuruh kamu belinya tiga bungkus. Hehehehe..." ucap ayahya dengan tertawa receh.
Kulihat bunda., kakak., dan abang iparnya membuang muka menahan tawa.

' ga betul ini..! Ada yang ga beres ini..!' Batinku curiga.
Dengan wajah yang semakin membecut, bu rosa melangkah dengan menghentakkan kaki. Persis seperti anak kecil yang ga di kasih duit jajan.
Akhirnya aku tau, alasan di balik ekspresi wajahnya saat dimintai tolong oleh ayah nya tadi.

Di jalan., di atas kereta, aku mengelus pelan tangan nya yang parkir diatas pahaku. Mencoba tuk menguragi kedongkolan hati nya.

Sekembalinya ketempat penjual mie rebus.
' aduh maaak...!' Batinku menggerutu.
Bagaimana tidak meggerutu. Keadaan sudah tak seperti tadi. Sekarang, begitu ramai pembeli yang mengantri. Hampir sama dengan penjual sate yang kami beli tadi.
Lalu, aku mendengar suara gemeretak gigi. Saat aku menoleh, kudapati dia tengah menatapku dengan tajam.
Aku mengalihkan pandangan. Tak berani melihat wajahnya yang sangat angker itu.

Lebih dari setengah jam kami menunggu. Dan akhirnya, pesanan kami siap di bungkus.

...................

Setelah tiga kali bolak balek, akhirnya misi membeli sate dan mie rebus pun selesai.

" terima kasih adell...!" Ucap ayahnya, sembari tersenyum.
Bu rosa membalas dengan senyum kecut nya.

Aku mengikuti bu rosa melangkah ke luar rumah. Tapi, aku sedikit heran. Arah langkah nya tidak menuju ke kereta yang parkir di depan rumah. Bu rosa berbelok ke samping rumah.

" ga jadi keluar...!?" Tanyaku.

" ga usah..! Dah ga mood...!" Ucapnya datar. Masih dengan wajah kesal nya. Tanpa melihat ku.

" terus, ngapai disini..!?" Tanyaku lagi.
Bu rosa tak menjawab. Hanya melirik ku sekilas.
Masih dengan berdiri, kami hanya saling diam.

" duduk yok..!" Ajakku, yang melihat keberadaan kursi plastik tak jauh dari tmpat kami berdiri.

" kalau mau duduk, duduk aja..!!" Ucapnya cuek.

" kamu ga capek, berdiri...!"

" ngga...! Dah capek duduk di atas kereta dari tadi...! " ucapnya degan kesal. Masih tidak menoleh ku.

" kalau ngomong tu, lihat kemari..!" Ucapku, sembari menggeser arah badanya menghadap ke aku.

" ga mau...!" Ucapnya. Mengalihkan arah pandangan nya.

" kalau kamu ga mau lihat aku, ya udah. Aku pergi..!" Ucapku.
Seketika itu juga, dia memandang ku. Sambil menahanku yang ingin membalikkan badan.

" aku tuh lagi kesal..! Marah..! Merajuk ama kamu..!" Ucapnya.

" terus..!?"

" yaa... kalau ngomongnya sambil ngelihatin kamu, kan ga enak.. nanti aku bisa.. ngg.. jadi.." ucapnya menggantung. Dengan ekspresi dan tingkahya yang sok imut.

Melihat itu, batinku tertawa geli.

" kenapa..? Kalau ngomong nya sambil ngelihat aku, kamu kenapa..!?" Tanyaku pelan. Sambil medekatkan tubuh dan wajahku.

" AKU BISA MAKIN KESAL...!! MAKIN MARAHH..! TAU GA...!!" Jerit nya.

' kimak..! Anjing...! Khontol...! Pepek...!'
Sumpah...! Aku terkejut setengah mati. Suara nya yang menggelegar, hampir membuat jantungku copot.

' ngiiinggg.... nguuuu..ung..!' Aku menepuk pelan telingaku yang berdengung.
Emosi ku langsung memuncak. Kalau saja dia laki laki, dah habis ku pijak pijak dia disini.

Sambil menahan emosi, aku berbalik pergi meninggalkan nya.

" abyy...!" Suaranya memanggil ku.
Aku tak perduli. Tak menyahut. Tetap terus melangkah.

' tapp..!' Sebelah tangan ku tertahan oleh genggaman nya.
Aku menarik tanganku. Berusah melepas tangkapannya. Namun kedua tangannya menahan pergelangan tanganku.
Karena tak berhasil, aku membalikan badan menghadap nya.

" kamu mau kemana..!?" Tanya nya, sambil menatapku.

" mo pulang..!" Jawab ku. Masih menahan emosiku.

" kalau perempuan lagi kesal., marah.,merajuk, di pujuk loh abyy.. bukan malah pergi..!" Ucapnya pelan dan lembut.

' lahh..! Aku yang lagi emosi ini, ga perlu di pujuk apa..!' Batinku dongkol.
Mata nya tetap menatapku. Kami saling bertatapan. Kalau aku menatap dengan emosi, dia menatap dengan memelas.
Aku coba menetralisir rasa amarah dan dongkol di hati. Menarik, dan melepas nafas panjang.
Hampir dua menit lamanya, aku mulai merasa agak tenang.

Mataku mencari cari sesuatu yang dapat kujadikan alat untuk membujuknya.
Aku menemukan tumbuhan rimbun yang tengah berbunga.
Sedikit bergeser, aku memetik dan memberikan bunga itu padanya.

" maaf ya, ibu adellia rosa.. jangan marah lagi.. jangan kesal lagi ya..." ucapku, sambil tersenyum lembut.
Bu rosa meraih bunga yang ku beri.
Dia menatapku. Lalu melihat bunga itu. Menatapku lagi. Dengan tatapan yang...

" koq kamu ngasih bunga ini..!?" Ucapnya. Sambil menatapku. Beralih ke bunga itu. Lalu, menatapku lagi.

"Haaa..!?" Aku tercengang melihat respon nya.

" abyyy...!" Panggilnya.

" yaa... karena.. ngg.. karena itu bunga..!" Jawabku sekenanya.
Dia terdiam sebentar. Lalu..

" begitu banyak bunga yang ada disini..!! Banyak..! Kenapa kamu malah ngasih bunga tahi ayam..! " ucapnya kesal.
" itu ada bunga mawar... ada bunga melati.. ada kamboja..!" Ucapnya menunjuk nunjuk pohon bunga yang ada di dekat kami.
" kenapa ga ambil bunga yang itu..!" Ucapnya lagi menunjuk salah satu bunga.
" kenapa kamu malah pilih bunga ini abyy...!! Bunga tahi ayam..!! Bau tahi ayam, abyy.....!!" Sambung nya.

Aku masih melongo. Bisa bisa nya dia berkata seperti itu...! Bisa bisa nya dia membedakan bunga yang ku beri. Padahal, aku berharap dia akan luluh setelah kuberi bunga. Namun nyatanya...
Sungguh...! Aku betul betul tak sanggup menghadapi mahluk satu ini..! Hati.. jiwa dan perasaan ku sungguh lelah..!
Aku menatapnya. Ingin ku menghentakkan hujung siku ku, ke dagunya yang bertahi lalat itu.

Melihatku bengong, dia semakin kesal.
" isshhh....!" Ucapnya, sambil menghentakkan kaki. Membalikkan badan, dan memunggungi ku.

Tatapanku langsung mengarah ke bokong semoknya. Bentuk dan ukuran nya betul betul terlihat indah.

" biar serasi..! Kan sama sama ada tahi nya..! " ucapku ngasal.
Bu rosa kembali berbalik menghadapku. Dia memandangku dengan tatapan heran dan bertanya.

" tahi ayam, sama tahi lalat..!" Ucapku , menunjuk tahi lalat di dagu nya.
Tatapan tajam nya menjadi semakin nanar. Dada nya kembang kempis.
Saat aku hendak menurunkan tanganku yang tadi menunjuk dagunya, bu rosa langsung menangkap tanganku. Dan...

" adooooi...! Aduh.. aduduh aduuhh..!!" Dengan sekuat tenaga, bu rosa menggigit lengan ku.
Sumpah..! Sakitnya minta ampun..!!

Setelah itu, dia berjalan meninggalkan ku. Masuk kedalam rumahnya.
Aku masih meringis,menahan sakit.

Dengan langkah gontai, aku masuk kedalam rumah. Di tempat mereka ngumpul, aku tak menemukan keberadaan bu rosa disitu.

" pak... bu... kak..bang., !" Aku menyapa. Mereka langsung memadangku.

" saya pamit pulang.." ucapku.

" ohh..iya.. hati hati..!" Ucap ayah nya.
" terima kasih ya..!" Sambung beliau.
Aku tersenyum mengangguk.

Aku tak menemukan kunci kereta dilubang nya. Kuraba dan rogoh semua saku celana. Tak ada..!
Aku kembali ke tempat kami berdiri tadi. ' mungkin terjatuh' ! batin ku.
Lumayan lama aku mencari. Masih tak dapat ku temukan.
Tiba tiba saja aku tersadar dan teringat. Mahluk itu tadi yang memegang kunci kereta.
Dengan perasaan yang berkecamuk, aku kembali menemui keluarga nya yang masih berkumpul di ruang tengah.
Saat mereka memandangku, aku tersengih. Memasang senyum kuda.

" kunci kereta, ama rosa..! " ucapku.

" adeeell..! Kunci kereta..!" Teriak sang kakak, sambil memanjangkan lehernya ke arah tangga.

" GA ADAA...!!" terdengar sahutan dari atas.

" temen mu mau pulang nii.. ! Kunci kereta nya mana..!? " tanya sang kakak.

" GA TAU..!! SURUH PULANG JALAN KAKI AJA...!" balasnya dari atas.

Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal.
Ayah., bunda dan abang iparnya memalingkan wajah. Bahu mereka bergetar, menahan tawa.

' kimak lahh..!' Batin ku menggerutu.

Mungkin karena merasa tak enak, ataupun sungkan denganku, si kakak bangkit berdiri. Kemudian naik ke lantai atas.

Tak lama, sikakak kembali. Menggeleng dengan tersenyum kecut.
Dan aku membalas dengan senyum terpaksa.
Hmm.. memang harus jalan kaki nih..! Batinku.

Saat aku hendak pamit., ayah nya bersuara.

" kamu minta sendiri gih.!" Ucap beliau santai.
" di pujuk pujuk dikit, luluh nya dia tu..! " tambah beliau.
Aku merasa sungkan, jika harus masuk ke kamar anak gadis orang. Apa lagi, keluarga nya tengah berkumpul disini.
Namun, saat aku melihat kearah bunda nya, beliau tersenyum mengangguk.
Akupun memberanikan diri naik keatas.

" saya naik ya pak.." ucapku.

" silahkan anak muda...!" Balas nya.

Aku pun melangkahkan kaki ku. Menaiki anak tangga, satu persatu.

" di belai dikit, juga ga fafa..!" Kali ini, suara abang iparnya yang terdengar.
Dan di sambung dengan suara kikikan tawa yang tertahan .

Saat aku sampai di lantai atas, langsung berhadapan dengan satu kamar yang pintu nya terbuka.

Sampai di depan pintu, aku melihat bu rosa duduk bersila di atas tempat tidur. Dengan wajah ditekuk, dan muncung memanjang.

" rooss..." panggilku, sambil melangkah kan kaki masuk ke dalam kamar nya.
Seperti kepiting, dia mengkais kaiskan kaki nya. Berbalik memunggungi ku.
Masih dengan posisi duduk bersila, kini dia berhadapan dengan tembok dinding kamar nya.

" aku pulang yaa..." ucapku berpamitan.

" ya udah.. pulang sana..!" Jawabnya dengan ketus.

" kunci kereta mana..!?" Tanya ku.

" itu, di atas meja..!"

Aku menoleh ke arah meja di sudut kiri kamar. Aku melangkah mendekat, dan meraih kunci kereta.

" roooss...." aku memanggilnya lagi.
Namun, dia tak menyahut. Apalagi menoleh.
" aku pulang ya..."
Masih tak menyahut. Kepalanya yang tadi tegak menatap tembok, kini tertunduk.

Melihat gestur tubuhnya itu, hati ku tergerak untuk melakukan atau berbuat sesuatu.
Di atas meja, aku melihat tumpukan kertas minyak berwarna hijau. Juga tisu serbet berwarna merah, dan gunting.
Aku langsung teringat dengan mapel kerajinan tangan sewaktu eS eM Pe.

Sambil duduk, aku mulai melipat., menggunting tisu dan kertas.
Hampir lima menit, aku sudah menyelesaikan kerajinan tangan ku.

Aku membuat bunga. Setangkai bunga mawar.
Saat aku membalikkan badan, aku seperti melihat gerakan kepalanya.

" roos.."
Dia masih tak bergeming.
Secara perlahan, aku merangkak. Naik keatas tempat tidur nya. Mengambil posisi, tepat di sampingnya. Tapi, tidak menghadap ke tembok. Aku menyandarkan punggungku ke tembok dinding kamarnya. Sedikit memiringkan kepala, aku dapat melihat wajahnya yag menunduk.

" maaf..!" Ucapku, seraya menyodorkan bunga yang tadi kubuat, kehadapan nya.

" ehh...!" Dia langsung menatapku. Kemudian, beralih melihat bunga di tanganku.
Cukup lama dia memandanginya. Hingga, senyum dan seringai lebar menghiasi wajahnya.
Bu rosa meraih bunga itu dari tangan ku.

" cantik..." ucapnya pelan.
" berarti, kamu disitu tadi ngerjain ini..!?" Tanya nya.
Aku mengangguk.

" hihihi.. bagus lho..!" Ucapnya riang, sambil memandangku.
Binar matanya terlihat gembira.
" wangi juga..!" Ucapnya lagi, menghirup kelopak bunga .
Kemudian, bu rosa mengganti posisi duduknya. Ikut menyandarkan punggungnya di tembok dinding. Di sampingku.
Setelah itu, kami sama sama diam. Bu rosa masih memandangi dan memperhatikan setangkai bunga mawar itu. Dengan senyuman dan seringai yang belum pudar sedari tadi.

" kamu tau ga..!? " tanya nya.

" engga...!" Jawabku.

"Ckk...!" Melirikku, sambil menyenggolkan bahu nya ke bahu ku.
" hal yang sederhana ini, bisa membuat hati dan perasaan wanita menjadi senang dan gembira..!" Ucapnya yang masih memperhatikan bunga di tangannya
" hal yang sederhana ini, bisa menjadi spesial dan istimewa bagi wanita..!" Lanjutnya, yang kali ini dia mengatakan itu sambil menatapku.
Lalu, dia memiringkan kepalanya. Menyandar di bahuku.
Kami kembali terdiam. Hingga, aku melihat bayangan di anak tangga.

" ada yang datang " ucapku pelan.
Bu rosa langsung menegakkan kepalanya.

Tak lama, kakak nya masuk.
" nih sate nya, buat kalian.." kakak nya memberikan sebungkus sate yang di letakkan diatas piring.

" makassiiihh...!" Ucap bu rosa dengan riang.

" haiss...! Lain ku tengok senyum nya itu..!" Goda kakanya sambil melirik ku.
Bu rosa memeletkan lidahnya. Respon dari godaan kakak nya itu. Lalu, bu rosa kembali menyandarkan kepala nya di bahu ku.
Aku menjadi kikuk, lalu menoleh ke kakaknya. Dengan senyum kaku. Beliau tersenyum mengangguk pada ku.

" minumnya kakak taruh di sini ya.." ucap si kakak, meletakkan minuman di atas meja. Kemudian, beliau keluar meninggalkan kami.

Sepeninggal kakak nya, kami kembali terdiam. Dengan fikiran masing masing.
Bu rosa masih memandangi bunga mawar nya. Dengan senyum mengambang nya.

" ga lapar...!?" Tanya ku.
Bu rosa tak menjawab. Hanya menganggukkan kepalanya.
Aku membuka bungkus sate, dan menggeser ke depan nya. Bu rosa memandangku cemberut.
'Hadeehh..!' Minta di suapin lah itu..!

daripada urusan menjadi panjang. mau tak mau, aku pun menyuapinya.
Saat aku menyodorkan sepotong lontong dan daging sate kemulutnya, bu rosa mengedipkan sebelah mata sambil tersenyum. Melihat tingkahnya itu, aku tertawa geli.
Sambil mengunyah, dia juga ikut tertawa pelan.

Ketika sate tinggal setengah porsi, bu rosa meraih piring sate dari tangan ku.

" kamu juga makan ya...!" Ucapnya, menyuapiku.
Aku mengelak. Mengalihkan wajahku.

" aku makan sendiri aja..!" Ucapku. Meraih piring sate itu dari tangan nya. Namun, bu rosa mengelakkan nya.
" ckk..!" Dengan tampang marah yang di buat buat, bu rosa menepis tangan ku. Di kembali menyodorkan sendok berisi lontong dan bumbu sate ke mulut ku.
Kembali, aku mengalah.
Sambil mengunyah, aku menatapnya. Batinku berkata kata. Apa yang mesti ku perbuat dengan perempuan satu ini. Melihat perlakuan dan tingkah nya ini, aku menangkap sinyal ke arah 'itu'. Padahal, dia mengetahuai perihal hubungan ku dengan rani dan indu.

" jangan gitu ngelihatin nya...!" Ucapnya , seraya mendorong wajahku. Mengalihkan tatapan ku dari nya.
Aku kembali memandangnya. Menaikkan kedua alis mataku.
" malu tauu...!" Ucapnya lagi, menunduk sambil mengulek ulek lontong sate dengan sendok di tangannya.
.................

Selesai makan, aku pamit pulang padanya.

" yuk...!" Ajaknya, yang langsung turun dari tempat tidur.
Aku mengikutinya dari belakang. Menuruni anak tangga.
Sampai di bawah, kulihat ayah., bunda., kakak beserta abang iparnya masih berkumpul.
Aku kembali pamit pada mereka.

" hati hati...!" Ucap mereka bersamaan.

Bu rosa mengantarkan ku sampai ke depan pagar.

" makasih ya abyy...!" Ucapnya.

" iya., sama sama..!" Balasku.

Aku naik, dan menyalakan kereta.

" da daaaah....!" Sambil melambaikan tangannya.

...........................
...........................

"Huufft....!" Aku menjatuhkan tubuhku di atas sofa.
' hari yang melelahkan..!'
Lelah bukan karena banyak nya aktifitas, ataupun pekerjaan. Lelah menghadapi perempuan itu tadi..!

Aku melirik ke jam dinding yang menunjukkan pukul setengah dua belas. Dengan malas, aku bangkit dan melangkah ke kamar. Tak lupa, aku mematikan semua lampu. Terkecuali lampu di luar.

Baru saja aku menelentangkan tubuh di kasur empuk ini, aku mendengar suara kereta berhenti di depan rumah. Lalu, senyap.
Kemudian...

' sreek.. sreeek..!' Suara langkah sendal, berjalan dari depan ke samping. Menuju garasi. Lalu senyap.
Tak lama...

'Sreek.. sreeek..!' Suara langkah itu kembali menuju ke depan.
'Pencuri...!!' Batinku.

Dengan sigap aku bangkit, menuju dapur. Mengambil parang di dalam lemari.
Secara perlahan dan berhati hati, aku melangkah tanpa menimbulkan suara.
Dengan kondisi di dalam rumah yang gelap, aku lebih leluasa melihat keadaan diluar yang terang benderang. Dari kaca depan yang dilapisi gorden, aku melihat sekelebat bayangan. Lalu.,
' cekleek..!' Gagang Pegangan pintu depan berputar.
Masih dengan mengendap ngendap, aku melangkah, rapat ke tembok dinding. Meraba raba saklar lampu. Saat tangan ku menyentuh sesuatu, aku berhenti. Posisi ku berdiri, tak jauh dari pintu masuk. Sekali lompat, aku dapat menjangkau siapa pun yang masuk.
Dan., secara perlahan, daun pintu bergerak kedalam.
' ku tebas kau disini..!' Batinku

Dan, pintu sudah terbuka lebar.
' klikk..!' Aku menghidupkan lampu. Bersamaan dengan aku yang langsung melompat

" HAA...!! MATI KAU.....!!" teriakku, sambil mangacungkan parang ke atas.

"KYAAAAA.....!!" Dia juga menjerit. Terkejut dan takut. Tubuh nya oleng kebelakang. Menubruk daun pintu.

"Brakk....!" Pintu langsung tertutup.
Dia langsung duduk bersimpuh. Menutupi kepala nya.

Dengan keadaan yang terang benderang, aku dapat dengan jelas melihat sosok orang yang tengah meringkuk di depan ku.
Aku terdiam mematung.

" ampuuunn...!! Ampuunn..!!" Rintihan nya membuatku tersadar.
Aku mencampakkan parang ke atas sofa. Lalu mendekati nya.

" adeek...!" Ucapku, sambil merangkul nya.

" kyaa...!! Lepas...! Lepaskaann..!" Dia kembali menjerit Dan meronta ronta. Melepas rangkulan ku.
Saat rangkulan ku terlepas, dia merangkak dengan cepat. Menghindariku.
aku kembali menangkapnya. Mendekap nya dari belakang.

" tolooooong...! Tol..."
Aku langsung menyekap mulut nya.

" adeeek....!! Ini abang deek...! Ini abang sayaaang...! " ucapku meyakinkan dan menenangkan nya.
Aku mendekap nya dengan erat.
" ini abang sayang....! Abang..!" Ucapku lagi.
Saat tenaga nya melemah, aku memutar tubuhnya menghadap ku.
Dia memejamkan mata nya, tubuhnya menggeletar. Kemudian, aku memegang kedua pipi nya.

" sayaaang...! " ucapku, menenangkan nya.
Dia memegang pergelangan tangan ku. Mencoba melepaskan tanganku yang memegang wajahnya.
Telapak tangannya terasa amat dingin di kulitku. Dan basah.
' ya ampun..!' Aku mulai khawatir.

" adeeek....!" Kembali aku memanggilnya. Namun, dia masih memejamkan matanya ketakutan.
' plakk..!" Aku menepuk pipinya, sedikit bertenaga.
Seketika itu juga, dia membuka mata. Menatap ku sebentar. Dan kemudian..

" huuaaaa.....! " dia menangis, dan langsung memeluk ku.
" huuu..uu..! Adek takuut baaang....!! Hhuuu..uu..!" Ucapnya tersedu.

" jangan takut sayang..! Ini abang sayang....!"

" hhuuuu...uuu...! Hhuuu...uuu..!" Dia masih menangis. Sambil memeluk ku.

" shhh..shhh.shhh...!" Aku membalas pelukannya. Membelai dan mengusap kepalanya.
" maafin abang sayang...! Abang ga sengaja..!" Ucapku menyesal. Sudah membuat nya ketakutan.

Setelah agak lama, rani melonggarkan pelukan nya. Dia menatap dan memegang wajah ku.

" hikss...! Adek kira, adek sudah... adek sudah di..."

"Shhhh.....!"
KEmbali aku memeluknya. Mengelus dan membelai kepalanya.
Ketika aku hendak bangkit berdiri, rani menahanku.

" sebentar.. abang mo ambil minum. Buat adek..! " ucapku

" ga mau...! Ga mauu...! Adek takut baaang...!" Rengeknya.

"Hmmm...!"
Dengan sigap, aku merangkul dan menganggkat tubuhnya. Kedua tangannya melingkar di belakang leher ku.
Sampai di dapur, aku menuang air putih. Lalu, mendudukkannya di pangkuan ku.
" adek minum dulu...!" Ucapku.
Rani meneguk habis air minum.

Hampir lima menit, rani sudah mulai agak tenang. Masuh memeluk dan duduk di pangkuan ku.

" adek ngapai tengah malam kemari..!?" Tanyaku sambil membelai rambutnya. Membelai dengan penuh kasih sayang.

" adek mo ambil baju olah raga..! Besok ada mapel penjas." Ucap nya menjelaskan.

" kenapa tengah malam gini..!? Kan bisa besok pagi ngambil nya..!" Ucapku.

" ga kepikiran !" Ucapnya pelan.
Aku masih membelai rambut nya. Hingga , dia tiba tiba menegakkan tubuhnya dan menatapku.

" abang kenapa ada disini...!? Ngapai disini..!? " tanya nya dengan heran.

" haa..? Ooh.. jagain rumah..!" Ucapku.

" jaga rumah..!? Maksudnya..!?" Tanya nya lagi.

" ya ini.. jagain rumah adek.! Kemarin tuh, waktu mami mau pergi, mami nyuruh abang jagain rumah..!" Ucapku menjelaskan.

" jadi., dari kemarin kemarin, abang disini..!? " tanyanya.
Aku mengangguk.
'' sendiri...!?" Tanya lagi.
Aku mengangguk lagi.
Setelah itu, dia terdiam. Memandangku cukup lama. Hingga..

" iiiiihh.....! Abang jahat..! Jahat...! Jahaaat....!" Ucapnya sambil memukuli dan mencubit dadaku.

" lahh... kog jahat...!? Tanyaku, sambil menangkis nangkis pukulannya yang masih berlanjut.

" abang jahat..! Ga kasi tau ke adek, kalau abang jagain rumah...!" Ucapnya cemberut.

" lahh..! Mana abang tau..! Kirain adek tau...! Kirain mami kasih tau...!" Ucapku membela diri.
Rani membuang muka. Pura pura menjauhkan tubuhnya dari ku.

" sama...! Mami juga jahat..! Ga kasi tau adek...!" Ucapnya cemberut dan merajuk.

Aku memeluk nya. Melingkarkan tanganku di perutnya. Rani pura pura menepiskan tanganku.
Dengan menggunakan dagu ku, aku menepis rambutnya yang menutupi lehernya.
' cupp..! Mmuuah...!" Ku kecup lehernya.
Kepalanya meneleng kesamping, respon dari sentuhan bibirku ke kulit lehernya.
' cupp..!' Kecupanku berpindah ke tengkuk nya. Juga ke pundak nya.

'Hhhhhhehh...!' Rani mengambil nafas.
" abaaaang....! Adek lagi merajuk ni..! Jangan di gangguin..!" Ucapnya pelan.

" merajuknya jangan sama abang..! Sama mami tuuh...!" Ucapku, yang kali ini mengecup pipi nya.
" lagian, kalaupun adek tau , emang kenapa..? Kan ga ngaruh.

" ya ngaruh lahh...!" Ucapnya.
" kalau adek tau, kan adek ga perlu nginap di rumah eva..!" Ucapnya, menoleh ku.

" kan adek..... bisa ....disini. Sama abang..! " ucapnya pelan. Lalu menunduk. Melirikku sekilas.. dan menunduk lagi

" hehehehe....!" Aku terkekeh, melihat sikap nya.
" ehh...!" Tiba tiba, aku teringat sesuatu.
" adek dah lama lho pergi nya..! Nanti mereka khawatir..( indu., ecy dan eva).
" yok ahh.. abang antar..!" Ucapku, seraya ingin bangkit dari duduk ku.

" ga mau.. ga mauu....!" Uvapnya sambil menghentak hentakkan tubuhnya. Menahan ku.
" ga mau balik kesana..! Adek mau disini...!" Ucap nya lagi.

" nanti dikirain mereka adek kenapa kenapa. Kalau adek ga balik kesana..!"

" mmm.... sebentar...!" Ucapnya. Lalu turun dari pangkuan ku. Berjalan keruang tengah.
Akupun mengikuti.
Dia berdiri di depan meja telefon.
Angkat gagang telefon....
Tekan tekan nomor telefon...

" hallo..." sapa nya.

"..............."

" ecy....?"

"..........."

" ohh.. indu..! Iya.. kakak dah dirumah..! "

".............."

" mo ngabari... kayaknya kakak ga balik kesana...!"
".............."

" tadi, pas kakak nyampe rumah, kebetulan sepupu kakak datang.!" Rani tersenyum geli padaku.
" iya.. katanya mo nginap disini. Sama orang tuanya juga. Mereka ga tau kalau orang dirumah pada pergi."
" mo kakak suruh pulang, ga enak..! Rumahnya lumayan jauh..!"

"..............."

" iya.. "

" iya sayaang...! Dadaaaah......!"
'Ceklekk..!' Rani menutup telefon. Sambil tersenyum lebar.

" selesai....!" Ucapnya.
Aku hanya geleng kepala.

" mami.....!" Ucapku mengingatkan.

" haaa...? Mami kenapa..!?" Tanya nya.

" telfon mami...! Izin ke mami. Kasih tau adek bobog disini..!"
Kan ga enak., kalau mereka tau kami berdua disini tanpa di beri tau.

" ga usah.. ga fafa koq..!" Ucapnya .

" telfooon..!" Ucapku menyuruhnya.

" iiiihh....! Ga usah di telfon...!" Rengeknya.
" nanti,... mami ga kasih..." ucapnya pelan.

" kalau mami ga kasih, ya udah...! Adek abang antar ke rumah eva..!" Ucap ku.

" iiihhhh... abaaaang....!! Ga maoo...! Adek mo boboq disini..! " ucapnya, dengan nada dan tampang cemberut yang memelas.

" makanya, telfon dulu..! Abang ga mau, kalau nanti mami mikirnya macam macam..!" Ucapku sambil mengangkat gagang telfon. Dan menyerahkan nya ke rani.
Rani meraih gagang telfon dengan wajah cemberut.
' teet..teet, tuut teet..! ' suara tombol telfon di tekan.

" halloo...!"
"........."
" kum salam.. kak ivo..?? "
"............"
" iya.. ini adek..! Mami ada..!?"
"..........."
" hehehehe... kakak pa kabar..!? Sehat kan...!?" Rani memasang senyum terpaksa. Dia menggoyang goyangkan kaki nya. Dan menatapku dengan cemberut.
Aku mengambil kursi, dan duduk di belakang nya. Lalu, aku menariknya duduk di atas paha ku. Sambil memeluknya, aku menyandarkan bahu ku di pundaknya.

" iyaaah.. adek mo ngomong ama mami, bentar.." ucapnya.
Hening.
"Cupp..!' Aku mencium pipinya. Lalu tersenyum.
Rani membalas dengan memanyunkan bibirnya.

" haloo...!" Terdengar sapaan dari telefon.

" mami...!?" Tanya rani.

" ya sayaang..."

"
mami jahat....! Mami jahat...!" Ucapnya merengek.
" adek ga boleh gitu...!" Bisikku di telinga nya.

" hehehehe... kenapa sih..!"
Si mami menggoda nya.

" koq mami ga bilang, kalau si abang yang jagain rumah..!?"

" hihihi... kenapa..?? Ga boleh..!?"

" ga gitu...! Tapi.. tapi kan, adek kaget..! Waktu liat abang disini..!"

" hihihi... iya.. iya.. maaf..! Mami kelupaan ngasi tau nya..!"

"
bohong...!"

" hehehehe......!"

" mami iiihh....! Malah ketawa..!"

" hmmm... iya.. iya....! Adek mau ngomongin itu aja kah..!? "

"
iya... ehh., engga..!"

" terus....!?"

"
mmm.... adek mau... itu... adek..."
Rani menjeda ucapannya. Lalu, dia memandang ku.

" cupp....! " aku mengecup pipi nya pelan, dan tersenyum mengangguk.

" adek mau apa sayang...?" Tanya si mami dari seberang.

" adek.. boboq disini ya.. sama abang.." ucapnya pelan.

" haa...! Berdua ama aby..!?? Ga...! Engga..! Ga boleh...!" Suara si mami agak menguat.

Rani memandangku dengan tatapan sedih yang memelas. Sungguh mimik dan ekpresi yang meng iba kan.
Aku membalas tatapan nya dengan tersenyum kecut. Tanda tak bisa berbuat apa apa.
Bola matanya mulai mengkilat. Tanda tanda akan turun nya hujan.

" mamiii...." suaranya bergetar dan memelas.
" hiks....!"
Rintik hujan mulai menetes.
" boleh ya mi... hiks..!"

" hihihi... cengeng ihh...! Gitu aja pake nangis...!"

" miiii.....!"

" hihihi... iya sayaaang... iya.. boleh..! Tapi, adek jangan ngerepotin aby ya...!"

"
iyyaaaah....."
Bibirnya melengkung tersenyum. Tangisnya berubah tawa.
" cupp...!" Kembali aku mengecup pipi nya.

" panggilin aby...! Mami mau ngomong.!"
Rani memandang ku. Aku pun meraih gagang telefon dan menempelkan nya di telinga ku.

" ya mii..." aku menyapa beliau.
Rani memeluk ku. Menempelkan sebelah pipinya ke dadaku.

" aby sehaaat...!" Tanya beliau.

" sehat mi..!

" rumah kita cemana..? Aman..? "

" aman mii.. aman..!"

" mmm.. kamu lihat kan tadi, si adek manja nya gimana..!"
Rani yang juga mendengar perkataan si mami, memajukan muncungnya.
" sekali lagi, mami minta maaf. Kalau si adek nyusahin kamu"

"
engga mii... si adek ga nyusahin..!" Ucapku, sambil membelai kepalanya.

Rani menegakkan tubuhnya.
" Adek mo bikin minum. Abang mau..!?" Tanya nya, yang sudah turun dari pangkuan ku.
Aku mengangguk, mengiyakan.

" byy...." si mami memanggil ku.

" ya mii..."

" si adek masih disitu..!?"

"
mmm...si adek ke dapur. Bikin minuman.."

Hening..
Tak ada balasan dari si mami.
Hingga..

" abyy...." suara nya memanggil ku.

" ya mii..." sahut ku.

" kangeen...!" Suara nya memelan.

'Haa...!'
" ehh... iya.. si adek juga katanya kangen...! Ucapku asal.

" kangen kamu abyyy...! Aku kangen kamu..!"

' adduh mak jaaaang....! Apa pulak lah lagi ini..!' Batinku
" hehehe... iya...!" Tak tau harus membalas apa.

" hmmm... ya udah.. mami dah ngantuk..! Kalian juga langsung boboq ya...!"

"
iya mii...!"

" jangan kelamaan manja manjaan nya.. sayang sayangan nya..!"

"
hehehe.. ! Iya mii..!"

" da dahh sayaang...!"

"
Da mami.....!"

Tak lama telefon di tutup, rani datang menghampiri ku.

" duduk disitu yoq..!" Ajaknya, yang terus berjalan ke sofa.

Rani membali meletakkan pantatnya di atas paha ku. Lalu, menyuguhkan gelas minuman ke bibir ku.
Sambil memeluknya, kami ngobrol ini itu. Dan, selama kami bercerita, tak sekalipun dia menyinggung perihal kedekatan dan perlakuan mesra indu padaku, ketika kami ngumpul bersama.

" hooaaamm....!" Rani menutup mulutnya yang menganga.

" boboq yoq..!" Ajak ku.
Rani mengangguk. Lalu, turun dari pangkuan ku.

Ketika aku hendak berbelok, menuju kamar ku, rani menangkap lengan ku.
Aku menatapnya, sambil menaikkan kedua alis ku.
Rani tak bersuara. Sambil tersenyum manja, dia melangkah mundur. Menarikku, sampai berhenti di depan pintu kamar nya.
" mmm... abang..boboq sama adek ya... di kamar adek..!" Ucap nya.
Aku menggelengkan kepala.

" abaaaang.....!" Suara manja nya menggelitik hati ku.

" kenapa mau boboq sama abang..!? Kan bisa boboq sendiri sendiri..!" Ucap ku.

" pengen kayak kemaren...!" Ucapnya.
Aku kembali menaikan alis ku.
Rani maju satu langkah. Merapatkan tubuhnya ke aku.
" mau tidur, sambil peluk abang..! Terus, bangun tidur nya juga masih memeluk abang..!" Ucap nya malu malu.
Aku langsung meraih tubuh nya, dan memeluknya.
' ya tuhan... sayang nya aku ke perempuan ini..!' Batinku
.

Di dalam kamar, aku langsung menjatuhkan tubuh ku di atas kasur.

" adek bersih bersih dulu ya.."ucap nya, seraya melangkah danmasuk ke kamar mandi.

Tak lama, rani keluar. Dengan hanya handuk yang melilit tubuh langsing nya. Dia melangkah, sambil melempar senyum gait ke arah ku. Berhenti tepat di depan lemari pakaian.

' kimaaak...!!' Batinku memaki.
Bagaimana tidak. Dengan posisi membelakangiku, Rani dengan santai nya, melepas handuk yang melilit di tubuhnya.
Aku melongo, memandangi tubuh polos nya. Tanpa sadar, aku menaikkan punggung ku. Bersandar pada sandaran kepala tempat tidur.
Entah sengaja atau tidak, rani malah membuat gestur yang sangat menggoda.
Dengan sedikit membungkuk, dia memilih milih baju di dalam lemari.
Melihat itu, si ucok gondrong mengaun dengan kerasnya.

' setaaaan...! Pergi kau setan...! Pergi kau setaaaaan...!'
Aku menepuk nepuk kepalaku, dan kembali berbaring.
Tak lama, rani sudah mengenakan pakaian tidur nya. kemudian naik ke atas tempat tidur di sampingku. Di rentangkan nya tangan kiriku, dan menyelipkan bantal di bawah lenganku.
Dia berbaring, sambil memeluk ku.
Tangannya meraba raba dada dan puting ku.

" geli sayang...!" Ucapku. Dan menangkap tangan nya.
Rani tersenyum gait. Lalu, menaikkan satu paha nya ke atas pahaku.

" abaaang....." suaranya memanggil ku.
Aku menoleh ke arah nya.

' cupp..!' Di kecup nya tipis bibir ku.
" pengen di sayang...!" Ucapnya manja.

Aku memiringkan badan ku kearah nya. Ku belai lembut wajahnya. Binar mata nya yang menatapku, terlihat bahagia.

" boboq ya sayang...! Besok sekolah kan...!?" Ucapku.
Rani mengangguk. Lalu, memejamkan mata nya.
'Cupp..!' Aku mengecup kening nya, penuh kasih sayang.
Aku memejam kan mata. Menghenggam tangan nya yang bertengger di atas dadaku.

' tuuinngggg.....!' Si ucok gondrong tersentak. Lalu, bangkit berdiri. Saat lutut rani menyenggolnya.
Aku menoleh ke rani yang sudah memejamkan mata. Lututnya juga berhenti bergerak.

Aku kembali memejamkan mata. Namun, belum sampai sepuluh detik mataku terpejam, lututnya kembali bergerak. Mengusik ketenangan si ucok gondrong.
Saat aku menoleh, bibir nya menyunggingkan senyuman nakal.

" adeeeeek...!"
Rani membuka mata nya. Lalu, berguling. duduk , menimpa si ucok gondrong yang terlentang.

Tanpa berkata, rani menunduk. Dan langsung mencipok bibirku. Pinggulnya bergoyang, mengurut si ucok maju mundur.
Mendapat serangan tiba tiba seperti itu, tangan ku menangkup sebelah payudara mungil nya. Ku remas pelan, lalu tanganku menyusup ke dalam. Melalui potongan leher baju nya yang sangat rendah. Jari telunjuk dan jempolku memilin putingnya yang masih halus.

"Sshhh.... oohhh...! " rani melepas cipokan nya di bibir ku. Duduk tegak, dengan kedua tangannya bertumpu di dada ku. Matanya menatap ku sayu. Dengan pinggul yang masih bergerak maju mundur.

Karena mendapat gesekan terus menerus, pinggang celana karet ku sedikit melorot. Kepala si ucok, merasakan hembusan angin segar yang keluar dari AC.

" ehh..!" Aku merasakan ( atau lebih tepatnya, si ucok gondrong ) sesuatu yang aneh.
Kepala dan body si ucok, bergesekan secara langsung dengan celah lembah yang mulai lembab berlendir. Tanpa ada kain penghalang.

" ohh shit...!!!" Aku yang tersadar, langsung duduk tegak. Memeluk erat tubuh rani.
Lutut ku menekuk ke atas. Menghentikan gerakan pinggul nya.

Dengan dada yang kembang kempis, rani menatap ku sendu. Lalu...





bersambung dulu lah ya... takut ga muat... :D
Aaik akhirnya update
 
Mantappp jiwa..puasss banget mbacanya..

Akhirnya bu irma mulai membuka maafnya untuk sahabat-sahabatnya..yg bikin penasaran, kalo memang ayah aby orang kaya, kemana semua hartanya? Sampe aby dan mamaknya hidup kesusahan..apakah ayah aby lebih memilih memberikan hartanya pada orang lain daripada ke keluarganya sendiri..

Mantep banget aby, padahal sudah ada rani dan indu, si eva malah diciumnya..
Dan malah ketambahan bu rosa,
Ini malah main ucok gondrong ama rani wkwkwk..tinggal si indu yang belum dicium aby..

Makasih superupdatenya shifu
:ampun: :ampun::ampun:
Terima kasih juga, karena menikmati cerita ini.
:beer:
 
Soor kali awak bacanya sampek bulak-balek...

Menikmati gaya bahasa Sumatera Timur yang khas... Apalagi ujaran 'tol' dan 'pek' nya itu...

Hadeeeeuuuh...
Jadi ingat masa-masa lajang bekarat...
Kenangan kala masih bejat...
Yang selalu bersinggungan dan dikejar-kejar aparat...

====

:jempol: :jempol::jempol::jempol:
 
Mantappp jiwa..puasss banget mbacanya..

Akhirnya bu irma mulai membuka maafnya untuk sahabat-sahabatnya..yg bikin penasaran, kalo memang ayah aby orang kaya, kemana semua hartanya? Sampe aby dan mamaknya hidup kesusahan..apakah ayah aby lebih memilih memberikan hartanya pada orang lain daripada ke keluarganya sendiri..

Mantep banget aby, padahal sudah ada rani dan indu, si eva malah diciumnya..
Dan malah ketambahan bu rosa,
Ini malah main ucok gondrong ama rani wkwkwk..tinggal si indu yang belum dicium aby..

Makasih superupdatenya shifu
:ampun: :ampun::ampun:
Kayaknya udah pernah dijelasin alasan sengaja memilih miskin, biar aby ga jadi manja karena kaya, juga ada clue2 kalau kekayaan sahabat2 irma dari kekayaan ayahnya aby, yg belum dibuka bagaimana kejadiannya bisa miskin
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd