Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Hakim Dan Hukum

Prolog​








Pada sore hari tepat setelah kumandang ashar menggema, ada sebuah kejadian yang tiba-tiba menghebohkan warga RT. 001 RW. 002 Desa Sima.

Kejadian itu bermula dari sebuah rumah yang cukup mewah. Tanpa tanda apa-apa, tiba-tiba sesosok pria berumur 40-an keluar dari rumah itu dengan raut ketakutan setengah mati. Berlari sekuat tenaga di jalanan sembari sesekali menoleh ke belakang, sampai melupakan motor matic hitamnya yang baru seminggu lalu keluar dari dealer motor.

Rupanya, alasan ia berlari ketakutan dan melupakan motornya adalah karena ada orang yang mengejarnya bersenjatakan sebilah parang di tangan kanan saat ini. Pantas saja.

"Mas! Cukup!" teriak sesosok wanita cantik yang tiba-tiba ikut muncul juga dari dalam rumah itu.

Wanita berparas ayu tersebut hanya bisa melihat aksi kejar-kejaran antara dua pria yang salah satunya adalah suaminya itu dari teras rumah dengan deraian air mata. Panik dan takut sangat jelas tergambar di wajahnya, dan itu lebih dari cukup untuk di gunakan sebagai alasan atas penampilannya yang bisa di bilang sangat tidak pantas untuk di lihat orang lain.

Para tetangga si wanita yang sebelumnya beraktifitas di dalam rumah pun satu-persatu mulai keluar karena penasaran atas teriakan yang mereka dengar.

Lalu seperti kokokan ayam jantan di pagi hari, jerit dan teriakan dari para tetangga berjenis wanita pun mulai terdengar saling bersahutan, dan itu di karenakan mereka yang melihat percobaan pembunuhan sedang berlangsung di depan mata. Alhasil, keadaan pun menjadi chaos tak terkendali seketika.

Beberapa warga pria yang semula terdiam karena sedang mencerna keadaan pun sigap berlari tunggang-langgang untuk mengejar dua pria yang sudah lebih dulu berkejar-kejaran. Sehingga, aksi kejar-kejaran pun terjadi di antara tiga kubu itu.

Entah bagaimana menggambarkannya, melihat beberapa orang yang umurnya sudah lebih dari 30 tahun saling berkejar-kejaran adalah hal yang langka sekaligus aneh. Sangat tak lazim untuk di lihat. Sedikit menghibur, namun bikin jantungan juga.

Beberapa saat berjalan, kegiatan aneh yang terjadi kurang lebih hampir 5 menit itu akhirnya berhenti juga, tentu dengan iringan merdu jejeritan kaum hawa yang seolah-olah menyemangati.

Para warga akhirnya bisa mengamankan pria pembawa parang meski dengan susah payah. Sebilah parang yang ada di tangannya secara sigap langsung di amankan oleh seorang warga yang kemudian segera menjauh dari area, mencegah agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

"Lepas!!" pria pembawa parang memberontak sekuat tenaga ingin melepaskan diri, "Lepaskan saya!" dan itu lebih dari cukup untuk membuat warga yang memegangi harus mengeluarkan tenaga ekstra. "Biar ku bunuh mereka berdua!"

Warga di sekitar yang mendengar teriakan penuh amarah itu tentu semakin merasa ketakutan sekaligus bingung.

Hanya ada satu orang yang di kejarnya barusan, lalu kenapa ia bilang ingin membunuh dua orang? Siapa orang kedua itu?

Pria itu terus berontak mencoba lepas, membuat beberapa warga yang memegangi pun semakin di buat kewalahan. Ternyata benar, tenaga orang yang sedang emosi itu memang tidak main-main dan berlipat ganda.

Satu-persatu orang mulai mendekat kearah pria yang mengamuk itu untuk mencoba menenangkan. Tapi bukannya berangsur tenang, justru yang ada si pria malah semakin mengamuk dan terus berteriak agar di lepaskan.

Sampai akhirnya, seorang pria paruh baya berbaju basah dan lusuh yang sepertinya baru saja pulang dari sawah pun mendekat dan membelah kerumunan, lalu berhenti tepat di depan si pria yang terus berontak itu.

"Ada apa Nak? Kenapa kamu mengamuk seperti ini?" tanya pria tua yang sepertinya di hormati oleh warga sekitar itu dengan tenang. Tak ada gurat panik di wajahnya seperti warga lain, hanya ada ketenangan, dan itu mententramkan.

Mendengar suara yang sangat familiar di telinganya, si pria itu kemudian mendongak dan menatap pria tua di depannya.

Lalu ketika mata keduanya bertemu, amarah pria yang di amankan warga itu tiba-tiba hilang begitu saja, lalu di gantikan dengan uraian air mata yang di ikuti suara pilu sesenggukan.

Pria paruh baya itu kemudian mulai berjongkok setelah sebelumnya memberikan instruksi pada yang lain agar melepaskan cekalan yang mereka lakukan.

Warga pun mengikuti dengan patuh instruksi si pria paruh baya itu. Tapi tentu mereka tetap waspada dan bersiaga, takut jika pria yang kini sedang menangis seperti bocah itu hanya mengelabui mereka dan kembali berlari untuk mengejar pria tadi yang entah ada dimana sekarang.

Spekulasi mulai terbentuk diantara para warga. Mereka mulai menebak-nebak apa yang terjadi, apa yang membuat tetangganya yang bahkan baru mereka tahu ada di rumah dan bukannya merantau di Ibu Kota itu murka sejadi-jadinya.

Setelah keadaan cukup bisa di kontrol, pria paruh baya itu kembali berdiri dan menatap warga yang berkerumun di sekitarnya. "Jo, Nan, Wi, bantu aku bawa si Hendra ke rumahnya. Terus yang lainya tidak usah ikut dan bubar saja ya, nanti juga dengar apa yang terjadi."

Meski penasaran setengah mati, para warga yang khususnya emak-emak pun patuh dan mulai membubarkan diri, yah meski hanya pindah lokasi saja, sih. Karena bagaimanapun juga, kejadian ini ibarat emas bagi mereka yang suka bergosip di lapak jualan sayur langganan, jadi mustahil melewatkan informasi apapun sedetail mungkin.

Dan untuk para bapak dan khususnya tiga orang yang di sebut tetua tadi, mereka mulai membantu pria yang masih menangis pilu bernama Hendra itu untuk berdiri, sebelum akhirnya memapah dan menggiringnya untuk di bawa ke rumahnya.

Lalu bagaimana dengan wanita cantik di teras tadi? Ah, rupanya ia telah tiada, sama halnya dengan pria penakut yang kini tak di ketahui keberadaannya.

Di lain sisi, di sebuah rumah yang tak jauh dari tempat kejadian perkara, nampak seorang pria muda duduk di bangku teras rumahnya dengan santai sembari menghisap rokok di tangan.

Ia melihat semua yang terjadi, semuanya. Karena memang ia sudah duduk di tempatnya sekarang sejak beberapa jam sebelumnya. Dan dari sunggingan senyum yang kini terbit di bibirnya, bisa di simpulkan bahwasanya ia sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi, termasuk juga alasan pria bernama Hendra itu mengamuk bak orang gila.

"Udah hancur lingkungan ini." gumamnya geleng-geleng kepala, "harus ada orang yang bertindak kayaknya." lanjutnya lagi sebelum mulai menyesap kopi hitam buatanya sendiri yang rasanya campur aduk.




Kebebasan yang kalian rasa dan miliki saat ini, itu tak ubahnya seperti penjara tanpa rupa. Karena di balik kebebasan yang kalian rasakan, ada kebebasan orang lain yang menjadi batasan.

~J_bOxxx~
Mantab jiwa..
Akhirnya ada juga cerita tentang sosok Hakim 😄

Semoga beneran jadi wakil Tuhan
Lanjutkan Hu
 
WeeOoWee....ijin gelar tika suhu...ech tikar maksud nye...kalo tika masa digelar...digilir baru enak...behahahahah
Dari cerita awal kayanya alur cerita ini akan sangat berisi dan berbobot....lanjutken master



SalamKenal
SalamBehaha
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd