Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Hanya Untuk Dirimu

sepertinya menarik, semoga lancar Jaya.
 
DUA

“Makasih loh, Om. Sudah mau nganter,” kata Yohana sambil menampakkan senyum manisnya.

Elvan hanya menyunggingkan senyumnya saja. Dia sejak dari tadi berusaha melindunginya dari sorotan mata para hidung belang yang melihatnya. Siapa sangka gadis cantik ini punya pesona yang luar biasa. Dia terlihat imut dan menyenangkan, tetapi yang bikin penasaran adalah bagaimana gadis selugu ini bisa memiliki buah dada yang begitu besar?

Mereka membawa tas belanja masing-masing. Yohana membawa tas belanjaan yang berisi pakaian dalam yang dia beli. Sementara itu Elvan membeli kebutuhan untuk seminggu. Ada sayur, daging, ayam, telur dan beberapa bumbu masakan, termasuk beras. Mereka melintasi pos satpam lagi, untuk mengembalikan jaket yang dipinjam Yohana.

“Om, boleh nggak biar Yohan aja yang masakin?” tawarnya kepada Elvan.

Elvan mengangguk. “Boleh, bisa bantu-bantu Om kalau gitu.”

“OK, biar Yohana aja yang masak. Biar juga bisa belajar jadi istri yang baik ntar,” katanya terkekeh.

Elvan kemudian sampai di apartemennya. Yohana tak perlu bertanya kode kunci elektronik yang ada di pintu. Dia sudah tahu kodenya dan langsung membuka pintu apartemen. Elvan hanya geleng-geleng melihat tingkah kekanakannya itu.

Yohana merebut barang belanjaannya Elvan lalu langsung pergi ke dapur dan menaruh barang belanjaannya di meja. Elvan kembali ke tempat ia bekerja untuk meneruskan pekerjannya. Setidaknya setelah ia bekerja beberapa saat Yohana selesai memasak. Dia kembali lagi menggambar sketsa-sketsa pesanan perusahaan sambil sesekali melihat kesibukan Yohana di dapur. Suara minyak digoreng, suara kompor gas, suara spatula dan wajan bertabuh agaknya menjadi penghiburnya di kesunyian apartemen.

Dalam suasana seperti ini betapa Elvan sangat merindukan kehadiran istri tercintanya. Biasanya juga yang memakai dapur itu adalah Hani, tetapi kadang-kadang Yohana juga ikut-ikutan membantu istrinya memasak. Elvan masih ingat bagaimana mereka bekerja sama untuk mempersiapkan makan malam saat Hani masih hidup. Sangat lezat rasa masakan mereka.

Ponsel Elvan berbunyi. Dari layarnya ia melihat nama “Tetangga Nina”. Elvan kemudian mengangkatnya, “Halo?”

“Halo, Van? Bisa minta tolong nggak?” tanya Nina.
“Ya, minta tolong apa?”

“Gini, si Yohana kehabisan bra. Branya udah nggak cukup lagi. Bisa minta tolong anterin dia? Takutnya kalau sendirian dia bisa kenapa-napa,” pinta Nina di telepon.

“Oh, tenang saja. Dia sudah belanja kok. Kebetulan tadi gue sedang ingin belanja juga jadi kami barengan,” tutur Elvan.

“Ah, syukurlah. Gue lupa kalau tadi mau belikan dia bra. Syukurlah kalau begitu. Makasih ya.”

“Lo masih prospek?”

“Hhm, bentar lagi balik. Udah dapet sih. Udah makan belom? Kalau belom gue traktir nih,” ajak Nina.

“Mentang-mentang udah dapet transferan yah. Nggak deh. Di rumah saja,” tolak Elvan. “Lagipula Yohana yang masak.”

“Hah? Dia masak? Dia ada di apartemenmu?”

“Yah, seperti biasa,” ujar Elvan. “Lo ingat kan dia sering main masuk saja, trus bantu-bantu Hani masak, kadang juga curhat.”

Nina menghela napas. “Ya, gue tahu. Gue emang nggak selalu ada di dekatnya. Dan thanks yah, udah mau jagain Yohana selama ini. Dia bagian dari diri gue yang paling berharga.”

“Ya, gue tahu kok. Kalau gue punya anak seperti dia juga, gue akan bersikap sama. Dia sudah gue anggap seperti anak gue sendiri.”

“Thanks, Van. Gue beliin lo Brownies Kukus kesukaan lo deh habis ini.”

“Sinih bungkus. Cemilan gue udah habis.”

“Hahahaha. Oke, sampai nanti.” Nina menutup teleponnya.

Elvan menghela napas, lalu melanjutkan gambarnya. Tak berapa lama kemudian terlihat Yohana membersihkan meja, setelah itu ia menaruh beberapa panci, piring, wadah nasi dan beberapa sayuran lain, serta ayam goreng di meja. Dia memasak itu semua? Elvan sampai takjub dibuatnya.

“Kamu masak ini semua?” tanya Elvan.

Yohana nyengir. “Gimana, Om?”

“Kelihatannya lezat,” puji Elvan.

“Yuk, Om. Makaaan!” ucapnya sambil mengepalkan tangannya ke udara.

Elvan juga tak sabar untuk bisa mencicipi masakan gadis ini. Segera ia beringsut untuk duduk bersama Yohana. Yohana dengan sigap mengambilkan nasi untuk Elvan, setelah itu Elvan memilih ayam goreng, lalu tumisan kacang, wortel dan daging cincang.

Satu suap pertama. Elvan menyesap rasanya sungguh nikmat. Mata Yohana tampak berbinar-binar menunggu komentar Elvan.

“Eh? Enak loh!” puji Elvan.

“Sungguh, Om??”

“Serius!”

Yohana terkekeh. Dia senang dipuji. Akhirnya ia pun ikut makan bersama. Makan siang itu tampak terasa nikmat sekali. Elvan seperti mendapati masakan istrinya sendiri. Dia jadi merindukan istrinya lagi.

***​

Harus diakui bahwa masakan Yohana memang lezat. Entah sudah berapa kali tadi Elvan terpaksa nambah lagi. Akhirnya setelah kenyang terbitlah ngantuk. Yohana dan Elvan sama-sama membereskan meja yang mereka gunakan untuk makan tadi. Setelah itu Yohana menonton tv di ruang tengah, lalu terlelap. Elvan membiarkannya, memang anak itu kebiasaannya seperti itu. Sementara itu Elvan bekerja lagi memperbaiki sketsanya.

Tok! Tok! Tok! terdengar suara ketukan di pintu.

Elvan lalu beranjak dari tempat kerjanya untuk menuju ke pintu. Dia sedikit mengintip di lubang pintu untuk melihat siapa yang datang, ternyata Nina. Segera Elvan membuka pintunya lalu mempersilakan Nina masuk.

“Nih, Brownies Kukus!” ucap Nina sesuai janjinya.

“Wah, makasih banyak. Nanti gue makan, barusan makan soalnya. Kenyang banget,” kata Elvan.

“Ah, santai saja. Mana Yohana?” tanya Nina.

“Tuh, lagi pules,” jawab Elvan sambil menunjuk ke sofa.

Nina tersenyum. “Ah, syukurlah. Gue selalu khawatir ama anak itu. Dia nggak bikin masalah kan?”

“Nggak, santai saja. Dia anak yang baik kok,” ujar Elvan.

“Lo masih sibuk?” tanya Nina sambil melihat-lihat ke arah meja kerjanya.

Elvan mengangguk. “Masih.”

“Ehm, banyak deadline yah?”

Elvan mengangguk lagi. “Biasalah, kerjaan gue ya begini.”

“OK deh, gue nggak mau ganggu. Gue juga mau istirahat sebenarnya. Capek keliling-keliling,” kata Nina.

“Mau aku pijitin?” goda Elvan.

“Maunya. Awas loh ya. Arwah Hani ntar datang nyekek elo tahu rasa!”

Elvan terkekeh. Nina tersenyum manis. Mereka biasa bercanda seperti itu, sudah seperti dua orang sahabat.

“Ya udah, gue balik dulu. Nikmati Browniesnya!” ucap Nina pamit.

“OK, sampai nanti.”

Nina lalu keluar dari apartemen Elvan. Dia menghela napas dalam-dalam. Jantungnya berdebar-debar tak karuan. Pipinya bersemu merah.

Dia mau mijitin aku? ******, kenapa nggak diterima saja? Bodoh kau Nina! Sampai kapan kau menyimpan perasaan ini? Dia sudah duda, lagian juga masih single, kenapa harus ragu?

Nina lagi-lagi mendesah. Ia kesal karena selama ini berusaha untuk bisa mendekati Elvan. Sebenarnya Elvan juga tak ada satupun perempuan yang mendekatinya atau ia berusaha untuk mendekati perempuan lain. Satu-satunya yang membuat ia tak bisa mendekati Elvan adalah laki-laki itu masih teringat dengan istrinya. Padahal, Nina sudah tertarik kepada Elvan sejak lama. Sayang, yang namanya cinta itu tak bisa dinalar. Tinggal bilang suka saja susahnya setengah mati.

Di dalam apartemen Elvan berdiri di depan Yohana. Tubuh anaknya Nina ini sangat sempurna. Siapapun pasti akan tergila-gila kepadanya. Elvan kemudian mengambil selimut untuk menutupi tubuh Yohana.

Elvan mengamati sejenak tubuh Yohana. Posisi kaki gadis itu pahanya terbuka, menampakkan celah di antara selakangannya. Apalagi kaos bagian atas menampakkan buah dada yang membusung, mencetak dua buah mata dadu di ujungnya. Elvan menelan ludah. Ini bukan tubuh anak-anak lagi. Ini tubuh wanita dewasa yang bisa saja merangsang organ kelaki-lakiannya. Dan Elvan adalah lelaki normal. Dia tegang. Kejantanannya yang terbungkus rapi di dalam dua lapis kain pun mulai mengeras melihat pemandangan itu.

Buru-buru Elvan menyingkirkan perasaan itu, tetapi perasaan itu terlalu kuat. Dia mencoba menghirup napas dalam-dalam. Bukankah tujuannya untuk menyelimuti tubuh Yohana? Dia lalu perlahan-lahan menutupi tubuh Yohana, tetapi berhenti saat melintas di bagian kakinya. Elvan melihat sesuatu di celah selakangan gadis ini. Terlihat seperti rembesan air. Apa itu? Apakah dia menstruasi? Penasaran Elvan mencoba menciumnya. Bukan. Kalau itu darah menstruasi pastinya amis. Ini tidak amis, bahkan cenderung bau khas wanita ketika terangsang. Tepat di kemaluan Yohana ada sesuatu yang basah. Apakah itu lendir?

Mustahil. Anak ini mimpi basah?

Elvan buru-buru menyelimuti tubuh Yohana dengan selimut hingga sampai ke leher. Setelah itu Elvan bingung. Libidonya tiba-tiba naik dan harus dituntaskan.

Ingat Elvan, akal sehat!

Elvan lalu pergi ke toilet. Dia lalu mengunci toilet, setelah itu menurunkan celananya. Dia keluarkan keperkasaannya yang sudah mengeras lalu mengocoknya. Lucunya yang jadi bayangannya untuk dilampiaskan adalah Yohana. Di dalam bayangannya, gadis itu sangat seksi, buah dada besar, berayun saat penis kerasnya menembus celah kemaluan gadis itu. Di dalam bayangannya itu pula desahan-desahan dan rintihan Yohana terdengar jelas. Elvan membisikkan nama Yohana berkali-kali, hingga akhirnya ia sudah tak kuasa lagi menahan semburan cairan kental yang terbentuk dari dua buah testisnya.

Semburan itu cukup kencang dan deras. Elvan bahkan tak bisa menghitung berapa kali tembakan. Dia selama ini tak pernah memuntahkannya sembarangan, bahkan untuk coli. Ini pertama kalinya dia mastrubasi dan mendapatkan klimaks seperti ini. Klimaks dalam bayangan menyetubuh anak tetangganya.

Sementara itu di sofa, Yohana mendengar desahan-desahan Elvan. Ia membuka sedikit matanya dan sebenarnya ia sangat terangsang saat Elvan melihatnya. Perasaan aneh ini tak pernah ia sadari. Dia tak tahu sejak kapan dirinya mulai merasakan perasaan seperti ini. Anehnya adalah, dia hanya terangsang ketika Elvan melihat sisi kewanitaannya.

***

(to be continued)

 
enak eh emak or anaknyaa
atawa dua duanya hayooo
 
Tegang kendor...tegang kendor wkwwk
Mantab ceritanya kk, lanjut lagi di page berikutnya biar makin penasaran ;);)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd