Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Happy Family with mBak Yani

Dimasjojo

Semprot Addict
Daftar
25 Mar 2012
Post
485
Like diterima
51
Bimabet
Happy Family with mBak Yani

Sebelumnya maaf kalo repost.....tp ini bener bener karya ane yg baru mulai belajar nulis....mudah mudahan terhibur
Kisah ini berdasar kisah nyata yg ane kasih penyedap, namanya juga cerita panas jadi harus ada bumbunya dikit...
utk nama dan tempat pasti fiktif......;)

Seperti biasa setiap weekend aku pasti ke rumah calon kakak iparku, mBak Yani (kakak dari pacarku). Biasanya aku bertugas menjaga anaknya, seorang laki-laki yang masih berumur 1,5 tahun bernama Luky. Aku sangat dekat dengan Luky bahkan melebihi kedekatan Luky dengan bapaknya (Mas Hend). Ya setiap hari mereka berdua sibuk bekerja dan pada hari Sabtu Minggu ada saja kegiatan yang membuat mas Hend keluar rumah, kalau mBak Yani sih kadang-kadang saja.Aku biasa ke sana tentu saja bersama pacarku Ina, kadang menginap kadang tidak.
Ya..aku melihat mereka keluarga yang sangat bahagia secara materi mereka tidak kekurangan, punya anak yang sehat, dan penampilan...ya betul penampilan Mas Hend dan mBak Yani sangat menarik. Mereka berdua sangat menjaga penampilan, Mas Hend selalu rapi bahkan ketika dirumah dan mBak Yani selalu memakai baju yang menurutju seksi karena dia selalu menjaga tubuhnya tetap kencang. Ah..kenapa aku jadi mikirin mBak Yani?? Memang dibanding Ina pacarku, mBak Yani lebih seksi, dulu sebelum punya anak memang mBak Yani tubuhnya agak kurus sedangkan Ina montok, sekarang tubuh Ina agak kendur (mungkin karena sering kujelajahi he he he) dan mBak Yani makin seksi saja.
Acara kunjungan akhir minggu itupun jadi menyenangkan bagiku karena aku dapat menikmati tubuh mBak Yani yang seksi setiap minggu. Aku selalu berusaha datang jam 14–15 karena pada jam tersebut mereka masih tidur siang dan saat tidur siang biasanya Mbak Yani selalu memakai daster yang tipis (panas katanya ketika kutanya tentang kesukaanya itu dan akupun senang-senang saja he he he) dan yang aku tunggu-tunggu adalah saat habis mandi, Mas Hend biasanya hanya pakai handuk kecil yang cuma nutupin senjatanya yang besar (memang terlihat menonjol ketika habis mandi) aku tidak tahu apakah Ina suka melihatnya, tapi kuperhatikan setiap waktu Mas Hend mandi, Ina pasti pura-pura capek dan tiduran di karpet tengah yang posisinya bisa melihat mas Hend keluar kamar mandi berjalan di lorong menuju kamarnya, dan Ina dapat melihatnya saat mas Hend berbelok kearah kamarnya, aku bisa merasakan kalau Ina menikmati hal tersebut dan aku heran kenapa aku sangat suka ketika melihat Ina mencuri-curi pandang kearah senjata mas Hend. Akupun pasti mengambil posisi agak kedepan duduk sandaran tembok karena setelah Mas Hend berias diri dan pergi atau ke ruang tamu (kalau ada Ina dan aku, mas Hend memang memilih menyendiri keruang tamu) maka mBak Yani akan segera mandi, inilah yang aku suka, setelah masuk kamar mandi dia pasti akan keluar ke dekat dapur mengambil sesuatu entah apa tapi yang pasti dia sudah tidak pakai baju tapi hanya berbalut handuk, kegiatan keluar masuk kamar mandi ke dapur ini ( kayak “catwalk” spesial ) tidak diketahui Ina karena terhalang peti rak yang besar dan ada lorong tapi sangat jelas oleh pandanganku. Tubuh mBak Yani yang putih itu sangat mulus dibalut handuk yang sangat kecil itu.
Suatu hari Ina tidak bisa ikut kerumah mas Hend sehingga aku terpaksa sendiri kesana. Seperti biasa aku langsung mencari Luki untuk kuajak main,
“Luki..Luki...”aku berteriak kencang, tiba- tiba dari dalam terdengar suara
“Sssttt.......jangan teriak-teriak Luki baru saja tidur”mBak Yani mengingatkan.
”Maaf mBak aku ngga tahu”
Wow aku agak kaget juga ketika mBak Yani membuka pintu rumah,dia hanya memakai daster pendek tanpa lengan warna kuning (baju jenis ini adalah baju mBak Yani yang jadi favoritku karena terlihat seksi kalau dipakai mBak Yani) sehingga pahanya terlihat jelas, pundaknya, dan gundukan didadanya itu lho ditambah rambut yang hitam tergerai, jatuh dipundak mulusnya semakin membuatku terpana.
“Hei..koq diem aja, mana Ina?”aku kaget,
“Eh ..uh..ini mBak dia lagi ke Bandung sampai Senin”.
Ups hampir saja aku ketahuan.
”Ya udah kamu masuk saja dulu”, sambil menyuruhku masuk mBak Yani bergeser sedikit memberi ruang agar aku bisa masuk ke dalam karena ada kotak yang ditaruh dekat pintu, aku segera masuk entah sengaja atau tidak sebelum kedua kakiku kedalam mBak Yani segera bergerak untuk menutup pintu sehingga tubuhnya menyentuh tubuhku,
“Aduh”aku mengaduh,
“Sorry Di, sakit ya?”dikiranya kakiku terkena kotak,
“Enggak pa pa mBak cuma kaget aja”
Kataku sambil beringsut kedalam, tak lupa tanganku agak kuangkat kesamping sehingga ketika berputar akan menyentuh pantat mBak Yani yang sintal itu, dan betul tanganku menyentuh pantatnya yang menonjol itu, kulihat dia tidak bereaksi, aman.
Kuperhatikan memang setiap aku datang tanpa Ina, mBak Yani selalu memberi “kesempatan” buatku untuk menyentuhnya, entah benar atau tidak aku tidak tahu karena kalau “kesempatan” itu kutanggapi dia tidak bereaksi kembali, jadi aku bingung, dia sengaja memberi kesempatan itu atau tidak, tapi tidak aku pikir lama-lama karena sengaja atau tidak aku tetap menikmati ritual senggol/sentuh tubuh mBak Yani yang seksi itu.
Akupun segera ketempat favoritku, di karpet dekat tembok pura-pura baca.
”Di nanti tolong jagain Luki ya, mBak mau ke supermarket sebentar”,
“Mas Hend mana mBak?” tanyaku
“Lagi mandi, nanti mas Hend mau kegiatan di Puri Indah”.
Langsung kujawab “Ok-lah kalo gitu mBak” sambil spontan aku melihat kearah kamar mBak Yani, aku kaget karena pintu kamar itu seperti sengaja tidak ditutup rapat sehingga aku bisa melihat sebagian kegiatan dalam kamar itu. Selama menunggu mas Hend mandi (biasanya lama soalnya sambil merokok dan baca koran), mBak Yani biasanya dikamar lepas baju utuk diganti dengan handuk dan sambil berkaca di cermin, aku tahu karena aku sering mencuri pandang jika kamarnya lupa dtutup seperti sekarang. Tapi hari ini lain, pintu itu seperti sengaja dibuat agak terbuka dan mBak Yani langsung lepas baju dan pakai handuk tapi tidak sempurna/tidak dililitkan, hanya ditutup didadanya dengan tangan kiri dan tangan kanan sibuk menata rambutnya. Aku bisa melihat dengan jelas punggungnya yang polos tanpa tali BH dan pantatnya yang menonjol juga tanpa celana ahh... baru aku tahu selama ini ternyata mBak Yani hanya pakai handuk saja tanpa BH dan celana.
Tiba–tiba mBak Yani membungkuk mengambil sesuatu dibawah, aku pura–pura baca koran, karena handuknya belum dililitkan sehingga melorot dan dinaikkan tetapi menaikkannya terlalu tinggi sehingga dadanya kembali tertutup semua tapi bagian pusar kebawah jadi agak terbuka terbuka., dia menggeser posisinya untuk melepas anting sehingga sekarang agak menghadap ke aku.
“Uh ..uh susah banget sih”katanya sambil konsentrasi melepas anting, hal ini membuatku leluasa melihatnya lagi, Ampun... rambut dibawah itu mulai kelihatan karena mBak Yani mendongak-ndongakkan kepalanya sehingga handuk yang tadi agak menutup jadi terangkat naik. Wuiiih lebat banget, kayaknya dia tidak sadar kalau jembutnya kelihatan, tapi aneh.....kadang disudut matanya mengarah ke aku dan aku langsung menunduk malu, cuma sayang barangnya tidak kelihatan hanya bentuknya saja yang menyolok karena begitu menonjol. Aku penasaran akan bentuk surga laki-lakinya mbak Yani, aku berusaha mencuri pandang ke arah mbak Yani tetapi sebelum semuanya jelas, mbak Yani kembali memutar tubuhnya dan acara menikmati “rambut istimewa” itupun berakhir karena terdengar mas Hend keluar kamar mandi.Aku langsung pura-pura baca koran lagi takut ketahuan.
“Eh kamu Di, dah lama ya?” tanya mas Hend ringan sambil masuk kamar,
“Belum Mas”jawabku lega, ah Mas Hend tidak tahu peristiwa tadi, ternyata pintu tadi dengan cepat dirapatkan oleh mBak Yani, dan ketika pintu dibuka oleh mas Hend kulihat sekilas mbak Yani telah melilitkan handuknya hingga tubuhnya tertutup hanya pundak dan pahanya saja yang terlihat, sehingga mas Hend tidak curiga, ah kalau (peristiwa tadi) ini disengaja waahh...pinter juga mBak Yani ini he hehe.
Ketika Mas Hend berias diri, mBak Yani segera kekamar mandi sambil tersenyum penuh arti padaku. Aku cuma hanya bisa diam. Kulihat jalannya mBak Yani ketika melewati lorong ke kamar mandi lain dari biasanya (aku bisa melihat dari belakang), biasanya dia berjalan agak cepat tapi sekarang pinggulnya seperti digoyang-goyang kekiri dan kekanan, ehm.. pasti kegiatan “catwalk” spesial yang kutunggu–tunggu siap “disajikan” he he. Aku bisa leluasa melihat ke lorong kamar mandi karena pintu kamar ditutup rapat oleh mas Hend ( Aku juga heran tentang hal ini, biasanya kalau ada Ina di karpet , pintu itu kayak “sengaja” tidak rapat ) aneh pikirku, tapi aku nggak sempat mikir yang lain-lain karena mBak Yani mulai terlihat keluar masuk kamar mandi. Aku pura-pura baca koran, sengaja koran agak kuangkat keatas agar aku bisa dengan jelas melihat mBak Yani. Mbak Yani masih memakai handuk kecil ketika kulirik dia mencuri pandang kearahku,aku takut wah ketahuan tidak ya...aku kembali menunduk tapi masih bisa meliriknya,dia diam saja kembali masuk kamar mandi, agak lama tapi belum terdengar guyuran air, ah belum mandi juga itu mBak,pikirku,tiba–tiba Mas Hend keluar kamar sudah rapi sambil berkata
“Ma....masih lama ngga?”
“Masih Mas” balas mBak Yani
”Aku berangkat dulu ya,dah ditunggu nih”
“Ya,Jodi masih ada kan? Suruh jagain Luky Mas”
Sebelum mas Hend menjawab langsung kujawab
”Ya mBak”.
Akupun langsung kedalam kamar, Luki memang suka tidur bergulingan jika siangnya kecapekan karena kulihat posisi Luki masih ditengah, aman, aku keluar lagi ke posisi semula. Tidak lama kemudian mBak Yani tiba – tiba keluar menuju dapur, astaga!! dia tidak pakai handuk seperti biasa tapi hanya pakai daster yang sudah dilepas dan hanya ditutup di depan dadanya.
“Eh..”dia kaget melihatku masih disitu akupun juga kaget dan langsung menunduk,mBak Yani cepat menguasai keadaan, dia tidak menghiraukan aku dan terus saja sibuk didapur, aku kembali meliriknya dan cepat menunduk kembali, Ah lama amat biasanya mBak Yani cepat kembali masuk kamar mandi tapi ini lain, koq lama sekali. Aku penasaran, kembali aku meliriknya kali ini agak lama karena kulihat mBak Yani masih sibuk.Wow ternyata tubuh kakakku ini memang benar-benar mulus, aku tak henti-hentinya menelan ludah, mBak Yani melirikku,aku menunduk,kulihat dia tersenyum.Kembali dia sibuk entah apa, aku tidak berani menegurnya takut ketahuan,tapi dia tersenyum, ah aku hanya berani meliriknya makin lama, Ya dia mulai jongkok melihat rak bawah, berdiri lagi, jongkok lagi , berdiri lagi ah aku kembali menelan ludah karena gerakannya sangat indah, kulirik dia sedang bergerak sambil melirikku, kemudian gerakannya seolah-olah sedang menari streaptease, dadanya dibusungkan kedepan, tangannya diselangkangan dan.....tersenyum menantangku membuat penisku makin tegang ahh gilaaa....apakah ini godaan...tawaran...atau...ah aku tidak bisa berpikir, aku hanya bisa melihatnya ya..melihatnya , aku sekarang tidak melirik lagi tapi melihatnya.
“Eh Jodi, bengong aja”tiba - tiba mBak Yani menegurku
”Eh ya iya mBak”aku kaget Mbak Yani sudah didepanku tapi sudah melilitkan handuknya, ah ternyata tadi cuma khayalanku saja,sial,
”Selama mBak mandi tolong jagain Luki ya”
“Iya mBak”,lho dia belum mandi ya,aku bengong lagi karena mBak Yani segera berbalik arah kekamar mandi sambil menarik handuknya sehingga sekilas kulihat tubuh polosnya ,ampun pikirku, kulihat mBak Yani kembali tersenyum penuh arti.
Kemudian akupun langsung kekamar, tiduran disamping Luki yang masih nyenyak. Tidak lama mBak Yani muncul,tidak seperti yang kuharapkan agar dia hanya pakai handuk dan ganti dikamar ini tetapi dia sudah ganti baju dikamar mandi,sial pikirku, tapi lumayan juga sih karena baju yang dipaki mBak Yani sangat–sangat seksi, sepotong daster pendek tanpa lengan dengan kainnya sangat tipis, dia langsung merapikan baju didepan cermin sehingga aku bisa dengan leluasa menjelajahi tubuhnyadengan pandanganku, ehmm.....mulus sekali tapi aku tidak melihat garis–garis celana dalam dan tali BHnya didalam daster itu seperti biasanya, kulihat lagi dengan seksama, apakah daster ini kainnya lebih tebal dari biasanya sehingga tidak terlihat, tapi bayangan tubuh dan pahanya terlihat dengan jelas, ahh...iya mBak Yani tidak memakai pakaian dalam ,ya..ya..ya..dia hanya memakai daster hijau saja,sepotong kain yang sangat–sangat tipis menurutku sehingga seperti telanjang saja,
“Nyenyak ya Luki tidurnya” tiba – tiba mBak Yani memecah kesunyian,
”Iya nih mBak,kecapekan kali”jawabku, Mbak Yani memiringkan badannya sehingga tampak dari samping olehku, Ya ampun walaupun tanpa BH, dada mbak Yani bagus juga, masih tegak membusung, garis samping payudaranya terlihat jelas dan yang lebih gila lagi terlihat bayangan hitam ditengah gundukan itu, ya itu mungkin putingnya, kelihatan menonjol sebesar ibujariku, seperti hendak keluar karena potongan dada dasternya sangat sangat rendah, kedua tangannya merapikan rambutnya yang hitam, panjang dan lebat , tangannya mulai naik kedekat kepala sehingga dadanya terlihat makin membusung dan garis samping payudaranya kelihatan semakin jelas, seorang wanita akan sangat seksi kalau sedang mengangkat kedua tangannya kekepala dan mulutnya setengah terbuka seperti menantang, wuihhh pengen rasanya menyentuhnya.... eistt sabar sabar jawabku sendiri.
”Luki nih sekarang sering kecapekan”, mBak Yani bicara lagi
”Sekarang kelihatan agak kurusan Mbak, sering main ya”, jawabku sekenanya
”Iya sih lagian sekarang susah makannya, maunya susu saja”,
”Pake susu apa dia mBak?”tanyaku,
”Itu maunya hanya susu ....(sensor.....dia menyebut susu impor yang mahal)”,
“Wah susah juga ya,bisa tekor bandar tuh”, aku berusaha berempati dan sedikit bercanda,
”Iya sih”,
“Coba mau susu yang lain kayak bapaknya”jawabku lagi, maksudku karena mas Hend suka sekali dengan susu sapi segar yang harganya pasti lebih murah tapi mBak Yani menanggapinya lain,
”Ih Jodi genit ah”,katanya sambil melihat ke dadanya kemudian melotot manja kearahku,
”Eh maksudku susu sapi mBak”,
“Oo kirain...”,balasnya,langsung kubalas,
”Kirain apa? Hayoo....”,aku mulai berani,mbak Yani tidak menjawab hanya tersenyum sambil melirik ke payudaranya.
”Itu sih bukan cuma papanya, omnya juga nggak...nolak”, kataku
mBak Yani tersenyum manja lagi karena dia tahu aku paling tidak suka minum susu kecuali susu Ina he he he, karena dulu pernah ketahuan oleh mBak Yani aku sedang mengulum susunya Ina tapi Ina tidak tahu hal itu, tentang hal itu mBak Yani tidak marah malah kalau lagi berdua seperti ini sering menggodaku, ”Jodi kan dah punya milik Ina masak masih kurang, bohong ah”,jawab mBak Yani masih berdiri didepan cermin, sekarang posisinya makin menantang karena dadanya makin dibusungkan dan kedua tangannya menarik dasternya kepinggang sehingga gundukan dan putingnya itu makin menonjol kedepan, mBak Yani memang paling suka kalau kupuji keindahan tubuhnya,aku makin berani
”Yang ini beda, pasti lebih legit dan gurih”,kataku sambil menghampirinya,
aku nekat saja hampir kucolek pantatnya tapi aku terlambat, Mbak Yani mengayunkan tangannya ke belakang mau menepuk aku,
”Kurang ajar!!”katanya tetapi nada bicaranya tidak marah malah makin menggemaskan, dan tangannya yang mengayun kebelakang tidak sengaja menyentuh senjataku yang telah berdiri karena obrolan tadi, senjataku memang cukup besar, panjang dan keras,
”Aduh” spontan aku berseru,
mBak Yani kaget juga,mungkin terasa juga olehnya besarnya senjataku ini,
”Eh sorry Di, nggak sengaja, sakit ya?”tanya mBak Yani serius,
”Nggak mBak, nggak sakit koq”, aku keluar kamar karena dari tadi rasanya seperti kepengen kencing.
”Sorry ya Di,aku ngga sengaja”, kembali mBak Yani memohon maaf padaku,
”Iya iya mBak,Nggak pa pa koq, sengaja juga ngga pa pa”,jawabku nyengir sambil berlari kekamar mandi. Ketika sampai dikamar mandi buru-buru aku keluarkan senjataku disaat yang sama Luki terbangun minta minum,uh keras juga senjataku ini dan akhirnya aku bisa kencing dengan lega.Oops aku lupa menutup pintunya,sekelebat kulihat di cermin kamar mandi bayangan bergerak cepat berwarna hijau, Hijau?? Itukan bajunya mBak Yani, sengaja aku berlama-lama dikamar mandi sambil kuperhatikan keadaan dapur lewat cermin. Senjataku belum sempat aku masukkan ke celana malah sekarang membesar lagi,kubuka sedikit pintu kamar mandi. Ah mana nih mBak Yani? Ternyata dia sedang didapur bikin susu buat Luki, Apa dia ya yang tadi didepan pintu melihatku?Ah Aku jadi kepengen menunjukkan kejantananku padanya, Aku cari akal. Oh ya aku pura-pura menjatuhkan sabun ke WC dan aku berteriak,
“mBak–mBak tolong ambilkan sabun dong”,mBak Yani menjawab,
”Lho bukan nya tadi masih ada, emang cepet abis ya? Dasar anak muda sukanya nyabun”, kata mBak Yani mulai menjurus, karena kamar mandinya sempit jadi aku berdiri dibalik pintu,tiba-tiba tangan mBak Yani masuk nyodorin sabun kena senjataku, aku kaget tapi cepat-cepat aku ambil handuk pura-pura menyeka air dimukaku sehingga mukaku tidak kelihatan tapi aku bisa melihat kedepan dengan jelas dari balik handuk. Karena aku diam saja, maka tangannya bergerak-gerak mencari tanganku
“Di..Di..ini sabunnya” aku diam karena masih “sibuk” menyeka muka, tentu saja tangannya kembali menyentuh senjataku, aku bisa merasakan dan melihatnya dari balik lubang kecil di handukku.
“Bentar mBak lagi tanggung nih” jawabku
“Tanggung apa sih?”tiba-tiba dia melongok ke dalam, penasaran juga dia rupanya karena tangannya tadi kena senjataku dan sempat dia tertegun melihat barangku yang besar dan panjang
“Nih sabunnya, tuh dah ditunggu yang pengen disabun”,katanya lagi sambil tersenyum dan melihat senjataku yang tegang,
“Ah mBak Yani bisa aja deh”,jawabku, sengaja aku tidak menutupinya dengan handuk berharap mBak Yani akan memegangnya tetapi mBak Yani malah pergi kekamar, yach gagal deh pikirku. Aku tertegun apa mBak Yani pernah melihatku onani disini ya. Aku memang sering onani dikamar mandi ini sehabis melihat mBak Yani mandi, tentu saja kalau tidak ada mas Hend dan Ina, wooo jadi kepengen onani nih, tanpa sadar kuelus helmku yang makin berkilat dan tiba-tiba mbak Yani berseru
“Jodi, masih lama ngga?”,tanyanya
“Uh...eh masih mbak”, jawabku sekenanya karena baru asyik dengan diriku sendiri jadi kaget,
“Jangan diabisin ya sabunnya, tinggal satu-satunya tuh', katanya memancing suasana
“Iya mBak, tapi gimana nih tanggung”, jawabku karena aku baru menyabuni tubuh bagian bawah sedang atas belum, tapi mBak Yani menanggapinya lain,
“Kan ada mBak, biasanya kan juga melihat doang juga bisa keluar kan?”, kata dia sambil tertawa menggodaku. Gila tanggapannya selalu ke arah gituan melulu, aku tidak menjawab, ingatanku langsung ke beberapa tahun yang lalu saat aku baru jadian dengan Ina, waktu itu aku hanya berdua dengan mBak Yani, dia mondar-mandir dari kamar ke dapur tentu dengan dasternya yang tipis, aku hanya berani meliriknya saja karena belum begitu akrab sehingga karena gerakan tubuh mBak Yani sangat mengundang, tanpa sadar tanganku menekan-nekan penis dalam celanaku dalam posisi duduk sambil baca koran dan ketika akan sampai puncak tiba-tiba mbak Yani mengajakku bicara, dia berdiri didepanku, akupun langsung melepas tanganku dari celana, tapi karena sudah sangat memuncak dan didepanku berdiri wanita yang seksi, dengan senyum menantang aku tidak bisa menahan desakan dari dalam tubuhku sehingga penisku menyemburkan cairan kental dibalik celanaku, mBak Yani mengetahuinya karena aku seperti bergerak mengejan hampir sampai tiga kali dan celanaku seperti basah tepat ditengah dan berbau khas, dia awalnya berkenyit tapi kemudian terseyum dan berkata
“Sana kekamar mandi biar tuntas, jangan lupa ganti celana ya biar tidak bau”, aku tidak menjawab karena malu, langsung aku ke kamar mandi, itulah sekelumit kisah yang hanya diketahui aku dan Mbak Yani.
Ah... langsung kuhentikan dan kembali ke ruang tengah karena aku berpikir bagaimana rasanya bersetubuh dengan mBak Yani pasti sangat nikmat, walaupun sering mesra – mesraan sama Ina tapi aku belum pernah bersetubuh dengannya ya belum pernah dengan seorang wanitapun, aku masih perjaka tulen.Aku berpikir keras bagaimana ya caranya.Aku duduk kembali dikarpet, tiba – tiba telpon berdering, mBak Yani segera keluar kamar sambil berkata
”Tolong Luki”
Aku segera kekamar, tiduran disamping Luki yang mulai terlelap.
“Apa??... Mas nggak bisa pulang?”tanya mBak Yani ditelpon.
“OK-lah biar Bi Iyem dan Jodi yang nemenin aku, ati-ati ya”.
Mbak Yani masuk kamar sambil bicara
“Jodi, kamu malam ini tidur sini ya nemenin mBak karena mas Hend nggak bisa pulang, biar Bi Iyem tidur di atas”.
“Tapi mBak “,aku pura – pura keberatan,
“Ngga papa, Mas Hend koq yang nyuruh lagian kan ada Bi Iyem”, bujuknya lagi,
“Iya deh” ,jawabku (dalam hati aku bersorak kegirangan karena akan semalam bersama mBak Yani)
Mbak Yani langsung tiduran disebelah Luki, karena ngga kuat menahan kantuk ngga lama dia terlelap, aku bangkit keluar melihat situasi, aman, Bi Iyem sudah diatas dan tidak mungkin turun kalau tidak dipanggil. Aku masuk kamar lagi dan menutupnya. Aku tidur disebelah Luki, ah kalau Luki nggak ada bagaimana ya, aku berkhayal tidur dengan si tubul mulus mBak Yani, pikiranku mulai ngaco.Akupun memiringkan badan kearah Luki sambil tanganku merangkul Luki.Aku belum bisa tidur sedangkan mBak Yani sudah terlelap, tiba-tiba dia bergerak miring kearah Luki juga dan tangannya merangkul Luki tapi posisi agak kebawah.Ah ada yang menekan jari tanganku..aku geser sedikit..rasanya empuk..kenyal..kulirik wow ternyata payudara mbak Yani tersentuh jariku.Aku tekan-tekan, diam saja tapi mulai mengeras payudara itu. Aku makin penasaran aku pengen menyentuh putingnya tapi tidak bisa, tertutup badan Luki, ah susah amat, jariku masih menekan–nekan kadang menggeser di gundukan didadanya itu. Tanpa sadar akupun merapat ke Luki dan tangan mBak Yani menyentuh pinggangku, aku melirik ke bawah,astaga celanaku belum tertutup sempurna, senjataku hanya tertutup kain celana dalam saja sehingga sangat menonjol. Aku geser posisiku sehingga jari tangan mBak Yani menyentuh helmku.Dia tidak bereaksi diam saja.Akupun aktif lagi menyentuh payudaranya yang makin kencang, dia masih terpejam tapi nafasnya mulai tidak teratur aku makin berani sekarang tidak kusentuh tapi kujamah dengan telapak tanganku, sedikit kuremas, “Uh” katanya dan pelukanya ke Luki makin erat, tangannya makin kedalam, mimpi kali ya, aku tak peduli makin kejelajahi payudara yang montok itu,kuremas remas dengan pelan dia bergerak ya tangannya bergerak menyentuh helmku. Aku diam, dia juga diam, aku mulai lagi menyentuhnya, nggak lama kemudian dia juga menggerakkan jarinya menekan helmku. Ah ternyata dia belum tidur pikirku, akupun makin berani memasukkan jariku dibajunya hingga mengenai putingnya yang tegang. Dia kembali menekan helmku sekarang bukan satu jari tapi empat jari yang bukan menekan tapi mengelusnya, dia tersenyum, aku tegang luarbiasa , baru kali ini milikku dielus elus wanita yang sangat cantik Tapi koq mBak Yani masih terpejam, apa dia mimpi aku tidak tahu. Ketika tanganku kutarik untuk menyingkap dasternya, mBak Yani menggerakkan kepalanya, aku kaget langsung diam, dia membuka mata,
”Eh Jodi, ketiduran juga ya?”tanya mBak Yani,
”Oh..eh..iya mBak”jawabku gugup, tanganku sudah kutarik dari payudaranya tapi jari mBak Yani masih menyentuh ujung senjataku walaupun sekarang tanpa ditekan tapi rasanya masih geli, berdenyut-denyut.Aku tidak berani bergerak takut ketahuan celanaku masih terbuka. Akhirnya siksaan atau kenikmatan itu berakhir, mBak Yani bangkit dari tidurnya.
“Jam berapa ini ya?”tanya mBak Yani,
“Baru jam sembilan mBak, kenapa?”kataku
“Iyem dah tidur ya, koq sepi?”
“Iya mBak,dari tadi Iyem naik keatas, tidur kali”
“Yach, badan mBak ngga enak nich, masuk angin kali”
mBak Yani memang majikan yang baik, kalau sudah malam jarang dia membangunkan Iyem, pembantunya, Iyem kan butuh istirahat begitu katanya.mBak Yani berdiri dan menggeliat geliat, wow tubuhnya itu lho kayak gadis perawan aja, entah setan apa yang lewat aku nekat bertanya,
”Mau dibantu mBak?”Maksudku setiap kali ngga enak badan dia biasa dikerok sama mas Hend atau Bi Iyem, nah kalo mau dikerok sama aku kan lumayan ada pemandangan gratis he he he.
Mbak Yani diam sejenak, aku menunggu reaksinya,
”Kamu capek ngga?”,
”Nggak, nggak capek”,balasku cepat, wah dapet nih pikirku,
”Tapi aku nggak mau dikerok lho”,
”Lho emang mau diapain kan biasanya minta dikerok”,tangkisku mempertahankan keinginanku he hehe,
”Itu sih yang maksa Bi Iyem ma Mas Hend, karena sekarang ngga ada mereka jadi aku tidak mau dikerok, suka terasa sakit, dipijit aja ya”,
Aku berpikir cepat,”OKlah yang penting mBak Yani cepat segar kembali,kalau sakit siapa yang ngurus Luki”,jawabku pura-pura tidak butuh,
“Ah kamu bisa aja”, katanya sambil nyolek punggungku.
Malam itu akhirnya aku bertugas memijit mBak Yani. Dia tengkurap disamping Luki yang terlelap. Tubuhnya masih tertutup oleh dasternya yang tipis, Aku duduk disampingnya, tanganku mulai memijat ujung kakinya, pelan-pelan
“Enak mBak?” tanyaku
“Hem..”jawab mBak Yani singkat
Kakinya sangat ramping, putih, mulus, aku jadi makin mengeras. Kupijit dia dari bawah ke atas berulang-ulang, sedikit demi sedikit tanganku bergerak keatas, dia masih diam,sampai lutut aku ragu, naik atau tidak, akhirnya aku cuma memijat-mijat lutut belakangnya.
“Pindah Di, yang lain” perintah mBak Yani sambil terpejam
Aku tidak menjawab hanya tanganku mulai bergerak naik, daster itupun mulai tersingkap keatas dan terlihat paha dan pantat mBak Yani, aku tidak tahu dia lupa atau tidak kalau dia tidak pakai celana dan BH, yang penting sekarang pantat itu menantang penisku untuk masuk kedalamnya. Ah pasti sangat enak dijepit dua pantat yang sintal itu. Tanpa sadar tangan kiriku mengelus penisku yang mulai keluar dari celana dalamku.(Penisku kalau tegang memang selalu keluar dari celana dalam karena ukurannya panjang dan besar).
“Koq cuma satu tangan?”tanya mBak Yani tiba-tiba
“Eh iya mBak ,ini dua tangan kan”, aku kaget dan segera tangan kiriku ke pantat sebelah kiri,penisku masih mengacung keluar dengan gagahnya.
“Nah gitu Di, enak”,katanya ketika kuremas-remas dua pantat itu secara bersamaan. Ya sekarang aku tidak memijat tapi meremas kadang mengelusnya.Tubuh mBak Yani menggelinjang ketika ibu jariku agak masuk kedalam lipatan pantatnya.Dia diam saja hingga aku ulangi, sengaja ibujariku agak lama diposisi yang terdalam sambil aku geser-geser sedikit. Dia mendengus mata masih terpejam, badan bergerak-gerak kegelian, pantatnya diangkat sedikit keatas seperti memberi ruang terhadap jariku untuk menjamah lebih dalam lagi, tapi dia sudah tidak bisa bicara lagi.
“Uh..eh” dia bergerak cepat mungkin kegelian
“Sudah Di” katanya,”pindah keatas saja”.
Karena ada Luki yang masih tidur, aku pindah duduk dekat kepala mBak Yani. Tanganku menjulur memijat punggungnya, aku tidak berani menyingkap dasternya.Kupijat kanan dan kiri dari bawah ke atas. Mbak Yani masih diam keenakan, kulihat payudaranya yang sintal kelihatan sebagian disamping. Tanganku mulai gatal ingin menyentuhnya. Akupun punya akal, kugeser pijatanku agak kesamping sehingga jika kutarik keatas pasti akan menyentuh bukit kembar itu. Nah benar juga jariku bisa menyentuhnya, Dia diam hanya nafasnya terlihat mulai memburu
“Eh uh”,dengus mBak Yani sambil agak mengangkat badannya ketika jariku menyentuh payudaranya seakan-akan mempersilakan jariku menjamahnya ditambah suara-suara dari mulutnya yang “Ah eh uH”
Aku semakin berani, kutekan-tekan dan makin lama di daerah itu, mbak Yani masih terpejam.Tiba – tiba dia bergerak dan berkata
“Udah Di, enak banget” katanya. Aku yang merasa belum tuntas mencoba menahannya,
”Dari depan belum Mbak”
mBak Yani melihatku, aku coba menetralisir,”kakinya mBak”
“Baiklah kalau kamu mau”
Wah pasti mau sayang, batinku. Malam makin larut, hujan mulai deras, mBak Yani mulai terlentang. Akupun mulai memijat kaki bagian bawah, sebelumnya aku berpindah posisi lagi. Cepat saja aku didaerah itu langsung menunju ke paha. Karena tadi sudah sedemikian Hot, maka kali ini aku nekat langsung memijat didalam dasternya, dia masih diam. Kutarik tanganku keatas menuju pangkal kaki, dia menggelinjang. Ah aku jadi kelamaan didaerah itu makin lama makin ke dalam hingga kurasakan pangkal paha mBak Yani basah agak lengket. Kulihat dia terus terpejam. Aku geser-geser jariku dibagian basah itu, empuk, kenyal, ada rambutnya, hangat, aku belum bisa melihatnya tapi ketika kaki mBak Yani ditekuk hingga dasternya tersingkap sampai keatas maka terlihatlah memeknya yang ranum kemerahan telah mulai basah. Ketika tersentuh jariku pasti ada suara engahan dan kulihat memek itu bergerak-gerak endut-endutan. Aku berkhayal andai penisku bisa bersarang didalamnya pasti enak sekali kalau penisku tergesek daging yang kemerahan itu, ehmmm enak aku bisa merasakan gesekan itu, ah .... Aku kaget dan tersadar ternyata penisku tidak masuk kememek Mbak Yani tapi sudah dipegang oleh mbak yani sambil dia tiduran. Jadi yang barusan adalah gesekan antara penisku dan tangan mbak Yani. Mbak Yani terlihat sedang memandangi penisku, sedikit terbengong, mungkin dia kagum melihat penisku yang sangat panjang, besar dan berotot dibanding badanku yang standar orang Melayu malah cenderung agak kurusan.
“Di .....”katanya sambil mengelus-elus penisku,sekarang gantian aku terdiam
“Di....”
“Ya mBak....”kataku sambil membiarkan penisku dielusnya, enak banget rasanya
“Kontolmu besar sekali Di”
“Memek Mbak juga ranum”
“Di ...sleb...sleb...sleb..ah..uh”tiba-tiba kontolku ditariknya dan langsung dikulumnya,wuahhh enak sekali, rasanya seperti kepengen pipis. Aku bingung tapi mBak Yani sadar akan hal itu kemudian sambil masih memainkan penisku dengan lidahnya,tanganku dibimbingnya untuk menelusuri bagian sensitif dari seorang wanita. Akupun mulai menggesek-gesekkan jariku di memeknya yang sudah basah, gembung dan memerah. Aku tidak tahu jika ditengahnya ada lipatan daging yang empuk jika kusentuh pasti mBak Yani bilang,”Ya Di disitu Di, terus, terus, makin dalam Di”,
Maka aku langsung konsentrasi didaerah itu, memang sudah sangat basah, jariku kuarahkan lebih kedalam lagi, terasa seperti sebuah biji sebesar kacang mede, jika kusenggol dia pasti menjerit
“Sakit mBak?”,tanyaku
“Nggak Di, malah enak disitu Di” jawabnya
Biji itu sebesar kacang mede, kulihat jika kubuka sedikit lipatan daging yang luar akan terlihat kacang yang memerah, apa itu yang disebut klitoris, aku belum tahu. Bentuknya yang lucu dan basah membuatku gemas, kusentuh lagi, kuelus-elus, pengen aku menjilatinya. Karena rangsangan jariku, kaki mBak Yani yang indah mulai membuka seakan menantang apa saja masuk kedalamnya. Tanpa sadar kepalaku semakin mendekat ke selangkangannya. Rambutku menyentuh pahanya bagian dalam, kaki masih mbak Yani bergerak-gerak menahan geli,aku juga masih asyik mengamati kacang mbak Yani yang membesar (sesuatu yang baru bagiku), kepalaku bergerak maju-mundur, tiba-tiba kaki mbak Yani menjepit kepalaku saat kepalaku mendekat di memeknya. Mulutku yang setengah terbuka menahan nafas terkena memeknya,hemm...asin baunya khas semakin membangkitkan gairahku. Tanpa sadar aku hisap memeknya.
“Ughh..enak Di, makin kenceng Di”
Aku hisap kuat-kuat memeknya hingga kacangnya kelihatan muncul, aku jilati, dia makin menggelinjang akhirnya kacang itu aku mainkan pakai lidahku, kulihat mBak Yani sangat menikmatinya.
Mbak Yani masih menggelinjang-gelinjang mungkin dia sudah sangat terangsang. Kurasakan dari tangannya yang memegang penisku makin kuat, tiba-tiba ditariknya penisku, dijilatinya kontolku, diisap-isap hingga aku hampir keluar.Mbak Yani sangat lihai memainkan penisku, tangan kanannya memegang pangkal batang penisku maju mundur sedikit ditekan, tangan kiri mengelus-elus kedua bijiku, dan lidahnya memainkan helmku kadang dihisap kadang lidahnya diusapkan ke lubang diujung penisku, semuanya diatur olehnya sehingga menimbulkan gairah nafsu yang rasanya sangat luar biasa.
“Sudah mBak.....aku ngga kuat”, kataku memohon karena kurasa ada yang mau keluar dari penisku.
dia menghentikan kulumannya,”Sabar Di permainan kita masih panjang”.
Dipandanginya penisku ,
”Besar sekali kontolmu”
“Masa sih mBak”
“Iya benar padahal badanmu langsing tapi kontolmu ini benar-benar luar biasa”
“Punya mas Hend?”
“Besar juga sih tapi nggak sepanjang kontolmu Di,Kalau ini ....wauww pasti sedap apalagi....ayo Di kita mulai saja petualangan kita Di”
“Ayo mBak”akupun sudah tidak sabar mereguk nikmatnya lubang surga dunia milik mBak Yani
Diusap-usap kembali kontolku ini sehingga makin tegang dan keras, tanganku juga suda dimemeknya kusentuh klitorisnya , semakin basah.
Akhirnya tangannya membimbing kontolku masuk ke memeknya, aku terpejam kurasakan awalnya sangat susah karena besarnya kontolku dan sempitnya lubang memek mbak Yani. Dia tidak berhenti, digesek-gesekannya helmku ke memeknya hingga memeknya makin basah dan mulai membuka.
Helmku sekarang sudah bisa masuk, digoyang-goyang pinggulnya dan dielusnya kontolku, mBak Yani memang pintar memuaskanku hingga akhirnya Bleeesssss.....masuklah semua batang kontolku ke liang vaginanya. Kurasakan memeknya berdenyut-denyut seperti memijat kontolku.
“Ahh...Di..dah masuk enak Di”
“Auu...geli banget mBak..”Mbak Yani menggoyangkan pinggulnya kekiri kekanan, aku tidak mau kalah,aku maju mundur sehingga hal tersebut membuat gesekan antar kontolku dan memeknya menjadi sangat bervariasi, selalu berubah rasa yang ditimbulkannya.
“mBak enak mbak, uh...eh...terus mbak”aku terengah-engah tetapi sangat menikmatinya.
“Iya Di terus..Di..kontolmu enak banget Di, terasa sampai mentok” aku juga merasakannya. Tiba-tiba aku merasakan sensansi luar biasa ditambah jepitan memek mbak Yani makin erat saja. Dia semakin bergerak tidak beraturan badanku dijepitnya
“Mbak enak mBak, ough...aku mau keluarrrrr..”
“Sama Di aku juga mau keluarrrr...”
“Ayoo mBak terus-terus..agh....”
“Terus... Di enak aghhh aku... agh.....aku...kelua.......rrrr”Mbak Yani belum sempat berkata dia sudah mencapai orgasme sedangkan aku sudah tidak bisa berkata lagi hanya seperti ada yang keluar dari kontolku menyembur keluar, menyiram kedalam memek mBak Yani.
“Ughh...enak sekali Mbak”kataku sambil menggerakkan badanku untuk menarik kontolku dari memek mBak Yani.
“Eh...jangan ..jangan ditarik dulu Di..”pintanya
Kontolku memang masih tegang jadi masih sangat besar untuk ukuran memek mbak Yani. Dia tersenyum manis kepadaku membuatku salah tingkah
“Kenapa mBak?” tanyaku takut ada yang salah pada diriku.
“Ngga apa-apa Di, tahan dulu masih enak nih”,katanya sambil menggoyang-goyangkan pantatnya.
“Ugh..eh..ugggh..geli mBak, enak mBak ...ugh...terus...terus”, kataku kegelian, kontolku rasanya seperti dipijat-pijat oleh memek mBak Yani yang masih peret itu. Goyangan pantat mBak yani memang luar biasa, badan dan kepala mBak Yani sih diam saja sambil senyum-senyum melihatku kelojotan, dia sih sesekali meringis kadang terpejam sambil kayak menahan nafas, tapi pinggulnya bergoyang sedemikian rupa sehingga rasanya gerakan itu menimbulkan rasa seperti memeknya memeras kontolku dari segala sisi, tekanan bervariasi dan arah gerakan yang selalu berubah sehingga sensasi rasa nikmat itu selalu ada tidak pernah surut.
Hingga akhirnya frekuensi gerakannya makin cepat dan makin menggila, aku dalam keadaan yang nikmat, walaupun aku diatas tapi goyangan dikendalikan oleh mBak Yani, wow sebuah rasa yang belum pernah kurasakan. Gerakannya semakin cepat hingga dia mengejan cukup lama bersamaan dengan itu aku pun menyemburkan spermaku untuk yang kedua kalinya kedalam memek mBak Yani, rasanya tak terkira nikmatnya, semburanku perasaan masih sangat kuat hingga mBak Yani merasakannya
“Wow uggghh...masih kenceng Di...hebat.”katanya sambil meringis menahan gejolak dalam dadanya, mungkin ini yang namanya orgasme, aku tidak tahu karena aku masih keenakan merasakan jepitan memek mBak Yani.
“Iya Mbak ,...enak banget”.
“Makasih Di uuhh..kontolmu memang sangat ampuh”katanya sambil memegang kontolku
“Iya mbak Yani juga hebat,aku sampai melayang-layang, lebih terasa daripada yang pertama”
“Ahh..kamu juga hebat, ni....lihat sudah keluar dua kali aja masih ngaceng terus”sambil masih mengelus-elus kontolku seakan-akan itu adalah punyanya tidak boleh dibagi-bagi.
Kontolkupun dijilatinya seakan sperma yang tersisa adalah vitamin.
“Ehmm ...sleb..slebbb...”
“Ah ....Mbak Yani masih ada nih didalam mau keluar”,
“Keluarin aja sayang biar kamu puas” katanya masih dengan mengulum kontolku.
Mendengar kata sayang dari mbak Yani buatku, membuat aku semakin greng apalagi melihat mulut mBak Yani yang ranum itu masih mengulum kontolku.
“mBak.....mau keluar nih, entar masuk mulut lho” kataku
“Ngga pa-pa sayang, semburkan aja kedalam mulutku, spermamu enak banget lho apalagi langsung dari kontolmu yang besar ini”katanya sambil masih mengulum dan meremas-remas kontolku.
“Ahhh....mBak.......”Tanganku menjambak rambutnya kuat-kuat. Spermaku masih keluar dengan kencang terlihat ada beberapa yang muncrat keluar dari mulut mBak Yani.
“Uh....makasih mBak, kamu pintar memuaskan lelaki” kataku sambil bernafas lega.
“Ya sama-sama, apalagi lelakinya kamu yang besar” katanya sambil memegangi kontolku.
Permainan ini diakhiri dengan kontolku dipegangnya dan aku berpelukan dengannya tanpa sehelai benangpun. Kamipun akhirnya tertidur sampai pagi.
Sekian
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
wuih jan maknyus boss ceritanya
benar2 alami n yang pasti bikin horny
 
buat semuanya ane ucapkanterima kasih....
terus terang in i hanya fiksi aja....meski beberapa adegan adalah nyata dan beberapa adegan adlah impian ane ;)
dan tentu saja yang lain adalah bumbu biar ceritanya mengalir natural
 
makasih bro.....
kalo pada minat ....ane masih ada beberapa stock cerita panas...
idenya sih dari pengalaman pribadi ditambah bumbu biar sedep....
terus terang belum selesai karena ane keburu :tegang: duluan jd blm kelar kelar....;)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd