Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Himpitan Ekonomi

Lanjutkan

Sabtu pagi yang cerah di daerah sekitar kawasan industri karawang, Tio (22) baru saja tiba di area kontrakan teman kerjanya, tio yang tidak punya rencana di hari libur ini memutuskan untuk main ke kontrakan temannya yang bernama Gani (20) sekalina mengahbiskan waktu sebari maen PS disana. terlihat beberapa penghuni kontrakan berkatifitas di hari libur mulai dari yang mencuci motor, menjemur pakaian, mandiin burung dan banyak hal lagi. Sementara teman tio yang berada di lantai
2 terlihat pintu kontrakannya sedikit terbuka mendandakan penghuni kontrakan sudah bangun. Karena sudah terbiasa main kesana tio langsung saja membuka pintu kontrakan gani dan nyelonong masuk. Gani yang kaget ada orang masuk sontak bergegas menaikan kolor.

"anjir ngapain luh kampret, pagi-pagi udah ngocok aja tegor tio pada gani
"sialan ngagetin aja... ngetok pintu dulu ngab, hampir jantungan aku balas Gani yang kesal karena aktivitas paginya terganggu
"parah luh ya, nyari pacar sana lah, tuh tetangga kontrakan banyak yang cakep juga, dari pada ngocok gitu terus" ujar tio
"gak lah males, mau fokus nabung dulu nih, kalo pacara pasti boros" jawab gani
"ya udah terserah lah, tapi nonton bokep apaan sih, sampe gak tahan pagi pagi, kebaya hijau yang lagi viral itu bukan, share lah" pinta tio
"apaan bokep, beuh gak jaman kamu io, mana ada aku nonton bokep" sanggah Gani
"nah tadi itu nonton apaan?"
"ini bukan bokep, live show ini mah live show"
"live show!? Maksudnya?" tanya tio
"tuh kan gak tau, ini live streaming cewek, biasanya si cewek live streaming sambil colmek, ngobrol, spil susu macem macem lah.... Kadang kalo ada yang nyawer suka mau nurutin permintaan orang yang nyawer nya, tadi aja aku nyawer trus minta dia spil celana dalam langsung di turutin, makanya gak nahan tadi hehe" jelas gani panjang lebar
"hahaha, payah luh gan, bilang nya tadi mau berhemat malah skrang nyawer cewek buat nunjukin celana dalam, mana cuma dari hape lagi, rugi lah skalian aja lu order di aplikasi ijo sana terus suruh telanjang disini” kata tio
"lah gak dong, lagian nyawernya kan bebas kita mau kasih berapa... kadang orang lain yawer terus request ini itu kita bisa ikutan lihat juga... kan untung bela Gani
"ya udah dari pada lu ngocok sendiri sampe kering disini, mending ikut gw lah, gw tunjukin LIVE SHOW yang sesungguhnya” ajak Tio
"hah? Maksudnya gimana? Kita mau kemana emang?"
"udah luh siap siap aja buruan, kelamaan kalo jelasin dulu mah" ajak tio

Setelah mandi dan bersiap Tio dan gani pun langsung otw dengan motor masing masing. gani yang masih bingung cuma ngikut aja mengekor tio dari belakang. Motor mereka bergerak kearah kampung cikere. Gani mulai bingung kemana tio akan mengajaknya, beberapa kampung dan kebun sudah mereka lewati, tidak lama setelah itu tio terlihat berbelok dan masuk ke sebuah gerbang pabrik. Di area parkiran gani langsung menanyakan kenapa dia di ajak kesini, pabrik terlihat sepi karena pegawain libur di hari sabtu minggu.

"io... kita mau ngapain ini kesini!?" tanya gani
"udah ikut aja, hari ini biar gw yang traktir, kalo lu ketagihan lu boleh order sendiri" jawab tio
"traktir apaan? Kamu mau mabok ya? Gak lah maksaih io, balik lagi aja”
"siapa yang mau mabok, inget kata bang oma itu haram, merusak kesehatan" sanggah tio
"lah terus apaan dong?"
"udah mankanya gak usah banyak tanya, ikut dulu aja, nanti juga lu suka, gw jamin dah"
"awas luh kalo ngajak aku mabok io... pertemanan kita end aja" ujar gani kesal yang tak kunjung diberi penjelasan oleh tio
"awas aja kalo ntar suka ya, lu yang gantian mesti traktir gw gan" balas tio


POV Gani

di pagi hari yang cerah lagi asik asiknya nonton live streaming tiba tiba orang ini datang maen nyelonong aja, mana lagi
gosok gosok pusaka kebanggaan terpaksa harus berhenti. Dia adah tio teman yang aku kenal di pabrik tempat kerja ku, memang kami sudah cukup akrab dan tio juga sudah sering main ke kontrakan ku buat numoang maen PS. Namun pagi ini agak beda dia mengajaku pergi ke suatu tempat entah dimana ini, sejak pertama kali datang ke kota ini gak pernah aku maen sampe jauh jauh ke daerah sini.
Aslinya aku ogah ikut sama tio, rugi... lah wong tadi baru aja nyawer 100rb. Belum tuntas malah di ajak pergi. Mana sekarang tidak jelas dia mau ngajak kemana dan ngapain. Ya sudah lah aku ikut dulu aja kawan ku ini. Kami pun tiba disebuah pabrik, dari lingkungannya aku fikir pabrik ini masih aktif beroperasi hanya saja mungkin karena ini hari sabtu pabrik terlihat sepi. Tak kusangka bakal ada pabrik di daerah terpencil macam ini. Tio pun mengajakku berjalan ke sudut pabrik, terlihat ada sebuah pintu masuk disana. Mau kemana sebenernya kita io.

"terapi cermin"

begitulah tulisan yang tertera di pintu masuk tadi, lah terapi apaan nih!?, baru dengar aku. Pengobatan macam apa yang mereka tawarkan disini!? Yang lebih penting ngapain kita kesini, perasaan diantara kami berudua gak ada yang sedang sakit atau punya penyakit, atau mungkin si tio punya penyakit yang aku gak tau ya.

"io, kamu mau berobat? Ini terapi apaan?"
"udah ikut aja" jawab tio singkat

kami pun menghampiri meja resepsionis yang ada dekat pintu, terlihat seorang perempuan muda berjaga disana. Mengenakan setelan gamis dan kerdung dengan warna senada, la pun langsung menyambut kami dengat hangat. Jika di perhatikan senyumannya cukup manis, dan dari logatnya sepertinya dia berasal dari daerah yang sama denganku. Aku cukup lega melihat seroang ukhti berjaga di depan
meja resepsionis sepertinya ini bukan tempat yang aneh aneh. Mungkin semacam terapi bekam atau semacamnya.

la pun lalu menawarkan beberapa pilihan paket yang tersedia, dari yang kudengar ada beberapa pilihan disini, reguler, aksi plus, ekstra duo dan max service, full service. Terlihat tio memilih paket aksi plus, lalu sang resepsionis pun memberikan sebuah buku mirip buku menu menurutku, dan kami pun diminta untuk memilih.

"gan, berhubung sekarang ini sengaja gw ngajak lu kesini, gw kasih kesempatan lu buat milih dah"
"milih apaan?" ujar ku bingung
"udah lihat lihat aja dulu"

aku pun membuka buku tersebut, terlihat disana foto beberapa orang perempuan beragam usia, ada yang muda ada juga yang stw, mereka tampak cantik dengan balutan hijab. Di setiap foto terdapat keteranganm berupa usia, status perkawinan, jumlah anak, aku bingung buat apa kita tau infromasi semacam itu. Berapa anak mereka, apa hubungan nya ngab, bingung aku.

"io, kita mau ngapain sih, ini pijat plus plus ya"
"sembarangan luh, bukan pe'a..."
"lah ini kenapa kita di suruh milih cewek?"
"itu terapisnya.. dah pilih aja"
"lah terapi apaan sih, ngapain informasi anak segala di cantumin disini, buat apa kita tau jumlah anak mereka io"
"bawel lu ah, kalo gak mau milih, udah sini gw yang pilih" ujar tio yang mulai kesal

berhubung aku juga kesal sama dia, biar aku kerjain dia sekalian. Saya yakin ini tempat pijat plus plus. Rasain kamu io, saya pilihin yang modelan gini nih hehehe. Aku tunjuk foto salah seroang wanita paruh baya, usianya 47 tahun, kurang lebih seumuran dengan ibu ku di kampung, sekilas aku melihatnya agak agak sedikit mirip dengan ibu ku, terutama bibir dan matanya. Punya 2 orang anak, suaminya seorang supir yang jarang purang, untuk apa juga informasi kaya gini di tampilih ah, sudah lah.


"io aku pilih yang ini aja, hehehehe"
"hah serius gan, ternyata selera lu gan"
"kenapa!? Dia mirip ibu ku tau io"
"serius!?? dasar sangkuriang"
"sangkuriang??"

tio tidak mejawabku lagi, ia lalu menunjukan foto yang ku pilih pada mbak reserpsionis tadi, ngomong ngomong perasaan tadi aku lihat foto si mbak ini juga di salah satu halaman.

"wah kebetulan sekali untuk pilihanya si mas ini merupakan new comers alias pendatang baru di paket aksi plus ini, mohon maklum jika ada sedikit salah salah. ya udah mas mas ini silahkan masuk ke
ruangan no 3, di tunggu ya" ujar mbak resepsionis
"iya mbak, makasih" jawab tio

aku yang masih dilanda kebingunan lalu di ajak masuk ke ruangan no 3 oleh tio. Hah apaan ini, saat masuk terlihat itu seperti ruangan panjang yang dibagi 2 dengan sebuah sekat kaca besar di tengahnya. Mirip sebuah panel raksasa. Di bagian bawah panel kaca terdapat panel kayu setinggi kurang lebih 60cm dari lantai. Lalu di pojokan panel ada sebuah lubang berbentuk kotak setinggi kurang lebih 1 meter dari lantai, ukuran 50x50 mirip pintu anjing yang suka ada di pintu pintu rumah menurutku, pada bagian sebrang lubang tersebut terdapat tempat seperti panggung kecil, sementara di sisi sebelah kami terdapat meja papan kecil pada mulut lubangnya, mirip sebuah loket. Buat apa sebenarnya ini semua?

"io ini apaan sih"
"udah tunggu aja, bentar lagi emak mu datang haha"
"sialan kamu io..."
"lah yang tadi bilang mirip emak mu siapa coba"

aku tak menjawab lagi ucapan tio, aku masih menebak nebak apa yang akan terjadi disini, pengobatan macam apa yang mau kita jalani?. Selang beberapa menit terlihat di sebrang sana seorang wanita
memasuki ruangan. Ia mengenakan jilbab persegi rok panjang dan kaos lengan panjang. Harus aku akui di usianya yang sudah diatas 40 tahun wajahnya masih terlihat cantik. Dari pada cantik mungkin lebih tepat aku menyebutnya anggun, sisa sisa kecantikan dimasa mudanya masih jelas terlihat Walau tetap tidak bisa menutupi tanda penuaan nya. Seperti dugaan ku sekilas wajahnya mirip ibu ku. Ku perhatikan tubuhnya sedikit berisi namun tidak gemuk. Lekukannya masih cukup jelas. la pun mengambil kursi yang ada di pojok ruangan, lalu meletakanya tepat di tengah panel dan segera duduk disana. Mau ngapain dia duduk disana selidik ku. Tio lalu mengambil kursi yang ada di pojokan di sisi kami, dan mengajak ku duduk disana sehingga kami pun seperti sedang berhadap hdapan, aku sedikit canggung melihatnya, kucoba untuk memberi senyum salam, namun dia tak merespon, dia seperti tidak melihat keberadaan aku dan tio.

"gak usah sungkan gitu, kita bisa lihat jelas dia, sementara dia gak bisa lihat kita disini"
"hah? Semacam cermin yang suka di pake ngintip itu io?"
"ya kurang lebih kaya gitu"
"terus kita ngapain disini?"

tio pun lalu terlihat mengambil mic kecil yang ada di depan kami. Tio mulai berbicara
lewat mic.

"tes halo?"

terlihat wanita tadi mengambil mic yang ada di depannya, dan mulai berbicara.

"iya halo, aa atau mas nih?"
"panggil mas aja" jawab tio
"oh iya mas, selamat datang di terapi cermin"
"iya teh, ini saya berdua sama temen saya teh, oh saya lupa memperkenalkan diri, nama saya tio dan temen saya gani"
"oh iya salam mas tio, mas gani, nama saya asri"

terlihat tio dan wanita yang ku ketahui bernama asri tersebut mulai bercakap
cakap lewat mic. Aku masih bingung mau apa kita sebenernya. Tio lalu menyerahkan mic tadi padaku dan memintaku berbicara dengan wanita tersebut. Awalnya kau menolak dan memilih untuk melihat saja, namun tio terus memaksaku.

"halo, bu eh teh, saya gani bu.. ehh teh"
"iyah mas gani, kalo kagok panggil ibu juga gak papa"
"oh iya teh, eh bu.... Duh gerogi aku"
"hihi santai aja mas, sebelumnya terma kasih udah milih saya mas gani, mas tio" ujar teh asri
"iya bu sama-sama, kebetulan wajah ibu mirip mirip emak saya di kampung" ujarku, terlaihat tio cekikikan aja dari tadi
“wah masa sih mas?” ujar bu asri
“seriusan bu, mata sama bibirnya itu loh... anu... bu asri udah lama kerja disini?” tanyaku
“kalo disini masih baru banget mas, tapi kalo di konveksi, yang ada di sebelah udah lumayan lama”
“konveksi? Oh pabrik yang ada di depan itu pabrik konveksi ya”
“iya mas” jawab bu asri singkat
“maaf nih bu, di usia ibu yang sekarang ko masih kerja aja, emang suaminya gak kerja bu?” tanyaku lagi
“kerja mas, tapi cuma sebatas supir, pulangnya kadang sebulan cuma 2 3 kali... itupun penghasilanya tidak cukup buat sehari hari, makanya saya bantu cari uang juga” jelas dia
“kalo supir jarang pulang memeknya udah jarang di belai doang teh?” tiba tiba tio motong obrolanku dengan bu asri dan ucapannya itu loh. Bahaya nih
“io!!!, apaan tadi, entar dia denger gimana coba!?” ujar ku panik pada tio
“gitu lah mas, sekalinya pulang juga gak pernah di belai belai, udah gak nafsu mungkin sama saya mas” jawab bu asri

eeeehhhhh, dia ko malah ngerespon, aku lirik tio yang ada di sebelah ku, terlihat dia cuma nyengir seperti kasih kode... ah aku tau maksudnya ini.

“Ah masa sih bu udah gak nafsu, kalom aku perhatiin tubuh ibu masih keliahat bagus” ujar ku
“ah si mas bisa aja, udah tua gini, udah kendur”
“bener ko teh, saya setuju sama si gani, teh asri masih kelihatan kenceng, apa lagi susunya tuh, uh bulet banget teh, wajahnya juga masih cantik ah” ujar tio
“duh jadi malu aku mas, udah ah”

obrolan kami pun semakin vulgar, tio meminta bu asri untuk meremas remas kedua payudaranya, dan dia mau ngikutin ternyata. Tio lalu bertanya apa yang biasa bu asri lakukan jika sedang sangek, bu asri menjawab dia hanya bisa membelai memeknya sendiri pake tangan ujarnya.

“ah masa gitu doang, pake timun kali teh, bonteng bonteng... hehe” ledek tio
“eh pake bonteng, gak pernah mas asli” bela bu asri
“masa cuma di belai belai aja pake jari, emangnya bisa puas” ujar tio lagi
“eh anu... di puas puasin aja sih mas hehe”
“duh kalo jarang di colok, terus gak pernah pake timun masih rapet banget dong teh memeknya”
“eh kalo itu saya gak tau mas, gak bisa bedain”
“teh dari tadi aku penasaran sama susunya, di buka dong kaosnya teh” pinta tio

aku kaget denger permintaan tio, emangnya dia mau di suruh sampe sejauh itu, dan ehhhh aku makin kaget pas liat bu asri mulai menggeliat mengangkat ujung kaosnya, terlihat lah perut bu asri yang sedikit berisi khas ibu ibu seusianya, namun kulitnya benar benar putih dan mulus. Kaos itu pun makin terangkat dan terus sampai terlihat payudara bu asri yang masih tertutup bra hitam miliknya. Seperti yang sudah kita perkirakan payudara bu asri benar benar besar dan padat, ah ingin sekali aku meremas nya.

“udah nih mas, gimana?”
"wah benar benar besar teh, bukan cuma besar namun kulit teh asri masih sangat mulus dan putih”
“hihi makasih mas, malu saya di puji terus”
“ngapain malu bu, tuh lihat temen saya aja langsung ngaceng baru lihat teh asri lepas baju aja, gimana kalo sampe lepas semua”
“yo sembarangan kamu, emangnya boleh di lepas semua yo??” tanya ku penasaran
“coba aja kamu tanya sendiri nih”
“bu, maaf apa boleh sekalian lepas beha nya juga? Terus di remes remes lagi kaya tadi, agak miring ke kiri ya hadapnya”
“mmmm boleh sih mas, bentar ya”

terlihat bu asri mulai mencoba meraih kait beha yang ada di belakang tubuhnya, tidak butuh waktu lama kedua payudara besar itu pun terpampang di hadapan ku dan tio, bu asri lalu mulai meremas remas payudaranya kembali, tubuhnya pun mengahdap tepat ke arah ku, selain meremas aku pun memintannya memilin kedua putingnya, ia terus mengikuti intruksi ku, terlihat matanya terpejam dan bibirnya seperti mendesis. Aku pun tak tahan pisang ku yang tadi pagi sempat di ganggu kini mulai berdiri lagi, tanpa sadar aku meremas remasnya dari luar celanaku.

“kalo mau ngocok ngocok aja gan, gak usah sungkan sungkan” ujar tio

anjir... sedari tadi aku fokus sama bu asri, tanpa ku sadari ternyata tio udah menanggalkan celana panjang dan cd yang ia pake. Sebari tangannya asik ngocok

“wah parah kamu io, emangnya boleh disini” tanya ku
“siapa yang larang?.... teh lepas kancutnya dong” pinta tio pada bu asri

bu asri pun lalu berdiri dan mulai menaikan ujung roknya, terlihat tangannya mulai meraih celana dalamnya. Ia turun kan sampai terlepas melewati mata kakinya, saat roknya terangkat penuh ke atas sekilas aku bisa melihat memeknya dan tubuhnya yang hampir bugil tadi, makin ngaceng lah aku. Karena tak tahan aku pun ikut menaggalkan semua celana ku dan mulai melanjutkan aktivitas sabtu pagi ku.
Ujung rok bu asri kembali jatuh kebawah, namun aku masih terus terbayang bagaimana jika ia full bugil, tanpa memperdulikan tio aku mulai fokus ngocok. Bu asri kembali meremas kedua payudaranya sebari matanya terus terpejam, aku yakin ia sendiri pun mulai terangsang.
Saat asik ngocok kulihat tio memasukan uang 20 ribu ke salah satu lubang di panel kayu, aku bisa lihat di bawah lubang itu tertulis “sawer” apa maksunya fikirku

“teh aku pengen di sepong dong”
“duh, aku gak pernah mas”
“gak papa coba dulu aja, itung itung belajar, entar kalo enak aku tambah sawer lagi”
“mmmh ya udah mas, saya coba ya”

terlihat bu asri mulsi berjongkok di depan dan tanganya terlihat menggeser sesutu. Tio yang mungkin sudah paham langsung berlutut dekat panel kayu dan mulai memasukan burungnya ke salah satu lubang yang ada di panel kayu.

“ah besar banget mas kontolnya eh..... anu burungnya”
“haha gak papa teh, panggilnya kontol aja, lebih enak di dengar”
“iya mas, aku baru kali ini liat kontol selain milik suamiku mas”
“wah perdana doang nih, ya udah teh jangan di lihatin aja doang, coba jilat jilat dulu ujung kontol saya”

bu asri dalam posisi menungging mulai menjilati kepala pentolnya si tio, aduh yo.... yo.... gak nahan aku yo. Melihat bu asri dalam posisi seperti itu makin membuatku bernafsu, payudaranya yang besar tergantung bebas, lidahnya terus menjulur menjilati palkonnya tio.

“teh roknya naikin dong aku pengen lihat bokongnya” pinta tio

tanpa menunggu lama bu asri mulai meraih ujung roknya kembali, ia terus menagkat roknya sampe melewati pinggulnya, roknya pun kini tergulung di pinggangnya, bagian bawah bu asri kini benar benar sudah bugil, sayang sekali dia nungging ke arah sana, jadi aku gak bisa lihat memeknya.

“coba masukin kepalanya ke mulut teh.... ah iya gitu, sambil di emut sambil di maju mundurkan kepalanya teh..... ah pinter banget sih, enak teh”
“anjir yo, aku juga pengen dong yo... gantia yo”
“enak aja, nyawer dulu lah..... ssshhh ahh enak banget teh, emut terus teh”

bu asri tidak menjawab dan hanya terus mengulum kontolnya tio, kepalanya maju mundur dengan mulut yang penuh. Aku pun bergegas merogoh kantong celana ku mencari uang yang ku bawa tadi.

“teh sambil jongkok doang nyepong, sama rok nya di lepas aja”

asli aku kaget saat tio meminta bu asti melepas roknya juga, inilah moment yang ku tunggu, bu asri melepaskan seponganya dari kontol tio, ia mulai bangkit berdiri, tanganya terlihat meraih kait rok yang ada di belakang tubuhnya, dan walah..... tubuh polos bu asri pun terpampang jelas di hadapan ku, memeknya terlihat sangat tebal dihiasi bulu bulu tipis. Saat aku melihat wajanya tiba tiba aku kembali teringat emakku di kampung. Membayangkan mungkin seperti ini jika beliau terlihat tanpa busana. Membayangkan itu kontolku makin ngaceng dan keras. Bu asri kini mulai berjongkok tepat di hadapan kontol tio, ia mulai kembali memasukan kontol tio ke mulutnya.

“sshhhh, ohh enak teh, pinter banget si teteh nyepongnya....”
“yo gantian yo, aku mau nyawer juga nih”
“bentar lah, nanggung ini.... teh emut yang kenceng teh”

sialan si tio, dia gak mau gantia parah, kini tio mulai menggerakan pinggulnya ke arah kaca, bu asri terlihat makin kewalahan sebari matanya tertutup. Ah sange banget aku lihatnya. Cepetan yoooo.
Selang 10 menit lebih tubuh tio tampak bergetar.

“aaaarghh teh, emuut yang kenceng teh... arrhhh....ahhh”

tubuh tio tampak menegang, sepertinya dia klimaks di mulut bu asri , kurang ajar si tio, malah cim segala. Kesal ku sebari terus mengocok. Bu asri pun tampak terbatuk batuk, lalu dari sela sela bibirnya terlihat lelehan lendir putih.

“telen aja bu, jangan di lepeh” ujar tio sebari kembali memasukan uang sawer kulihat sekitar 30rb.
“udah gantian yo aku juga mau lah”
“tadi bilang gak mau”
“ah itu kan tadi, udah cepetan cabut”
“bentar napa”

bu asri tampak menelan semua sperma tio di mulutnya, gila sih ini, mau di apaian aja. tio pun mencabut kontolnya daria lubang tadi, aku lalu memasukan uang 2 lembar 10 rb ke loket sawer dan memasukan kontolku ke lubang yang tersedia lalu aku meminta bu asri untuk mengocok kontol ku.

“bu, kocokin dong”
“iyah mas”

bu asri kini terduduk di depan kontolku dengan kaki dilipat ke arah samping belakang, terlihat pahnya terbuka lebar, ingin sekali aku megang susu sama memeknya, Kalo aja bisa. Bu asri pun mulai mengocok kontolku, ah tangannya begitu lembut dan telaten, aku yakin ia sudah seriang melakukanya pada kontol suaminya.

“ahh enak bu kocokanya”
“kontol mas mas nya gede gede banget takut saya”
“aahhh biasa aaja bu gak usah takut, emang punya suami ibu gak sebesar ini”
“gak mas, punya suami saya mah lebih kecil”
“dduuuh terus bu, ah enak banget kocokannya, telaten banget udah biasa ya”
“ah si mas bisa aja, baru kali ini ko mas”

laagi asik asiknya di kocokin bu asri, tio tiba tiba measukan uang 20 rb lagi ke loket sawer, aku pun protes sama dia

“woy yo.... bentar dulu lah, belum selesai ini” ujar ku sewot
“tenang aja mas bro, gak usah sewot gitu... bu lubang tangannya tolong di buka dong”

“iya mas”

lubang tangan!? Apalagi ini, terlihat bu asri kembali menggeser sesuatu, lalu anjir tangan si tio masuk melalui lubang yang di buka bu asri tadi. Tangan si tio lalu meraih payudara besar bu asri dan mermasnya kencang

“ahhh mas pelan mas”

anjir ada fitur kek gini juga rupanya si tio sialan gak ngasih tau. Tio terus meremas dan payudara besar milik bu asri, lubang tangan itu berada tidak jauh dari lubang kontol yang kumasuki sekarang sehingga tio dengan leluasa meremas dan memilin puting bu asri, bergantian kiri dan kanan. Bu asri tampak kembali terpejam dan mendesah manja. Kocokannya pada kontlolku pun makin kenceng.

“aduuuhh yoo.... tau ada fitur kek gitu mah dari tadi aku pengengen yo... sialan”
“siapa suruh gak nanya” ledek tio sebari memainkan payudara bu asri seakan meledekku

puas meremas susu bu asri, tangan tio mulai turun membelai perut bu asri, perlahan namun pasti tangannya kini tepat berada di memek bu asri, tio mulai membelai belai area memek bu asri.

“aahhh mas”

tubuh bu asri tampak tersentak kaget saat tangan tio menyentuh bibir memeknya, menyaksikan itu kontolku yang sedaari tadi di kocok bu asri mulai tidak tahan. Tio mulai memainkan jarinya di memek bu asri, ia terlihat sedang memberi rangsangan getar pada klitorisnya bu asli

“duuuuhh ahhhhh itil saya di apaainn mas... uuuuhhh geliii aahhh”
“duh si teteh udah basah ginin teh, rugi banget suami teteh kalo pulang gak sampe belai apem tembem kaya gini” ujar tio
“ahh udah mas gellll...iii ahhhh”

tangan bu asri reflek meremas sendiri payudaranya. “oooochhh masss ahhhh” sebari terpejam mulut bu asri terus mengeluarkan desahan sensual. Di bawah sana terlihat tangan tio mulai memasukan jari nya ke memek bu asri, ia kocok memeknya dengan cepat.

“mas udah mas shhhhh, udah ahhhh gellli mas..... ahhhh”

tangan bu asri yang tadi meremas payudaranya kini tampak hendak memegang tangan tio tapi tidak berusaha menghentikanya. Sentara tangan yang sedari tadi mengocok kontolku mulai tidak fokus.

“bu tolong kocoknya yang kenceng dikit, mau sampe” pinta ku

bu asri kembali fokus mengocok kontolku semntara mulutnya terus mendesah, tubuhnya mulai terlihat tidak mau diam, pinggulnya mulai bergerakan mengimbangi kocokan tio.

“bu mukanya arahin ke kontol saya bu, duh yoo mantep bangett, ini mah bukan live show lagi, udah live beneran aaarrrgggghhhhsaa” pintaku pada bu asri, kuraskan aku akan segera sampe.

Tangan tio terus mengocok memek bu asri sebari sesekai mengerjai klitorisnya.

“ahhhh enak mas enak...... ahhhh ahhhh ahhhhh... mmmmmasss aahhhhhhhh”

crooooootz.... ssssrrrrrrrrrrr....

aku dan bu asri mendapatkan kenikmatan kami secara bersamaan, kulihat spermaku menyebur tepat kewajahnya, bahkan sebagian masuk kedalam mulutnya yang saat itu terbuka. Sementara di bawah sana memeknya bu asri sebari terus di kocok tio mulai menyemburkan cairan kenikmatanya. Tubuhnya tampak bergetar.

Aku dan tio bergantian terus mengerjai bu asri, aku pun akhirnya bisa merasakan menyentuh langsung memek dan payudara besarnya. Tak terasa aku dan tio masing masing mengahbiskan uang 100rb hanya untuk mengerjai bu asri. Dan aku pun akhinrya tau fungsi panggung kecil dengan lubang kotak mirip pintu anjing tadi. Saat tio meminta bu asri naik ke panggung. Ter lihat bu asri mulai naik, ketas sana dan kini ternyat gantia tubuhnya yang keluar ke arah kami. Bu asri memasukan kaki nya kedalam kotak sampe pinggulnya lewat dan terduduk di meja kecil mirip loket tadi. Tio lalu mengambil posisi tepat di depan selangkangan bu asri, ia mulai menjilati memek bu asri, rakus sekali, tak ku sangka teman ku ini jago sekali mainin memek. Lidaknya tampak masuk kedalam memek bu asri, sementar bu asri tampak mengegliat keenakan, sayang sekai sela sela lubang kotak tersebut di tutupi kain sehingga bu asri tidak bisa menyaksikan langsung siapa orang yang menjilati memeknya. Berselang beberapa menit bu tubuh bu asri tampak menegang dan lagi lagi tersembur cairan kenikmatanya tepat menyembur muka si tio.

Akhirnya aku paham pantes aja lubang itu di buat tinggi mungkin maksudnya agar kita gak bisa sembarangan ngentot. Selesai si tio menjilati memek bu asri, kini aku juga ingin mencobanya. Namun ternyata tiba tiba lampu di ruangan sisi bu asri padam dan bu asri pun bergegas menarik kembali tubuhnya masuk. Hal itu menandakan waktu terapis kami sudah selesai.
Sepulang dari sana aku dan tio pun istirahat sejenak di kontrakan ku.

“gimana asik kan?” tanya tio
“wah mantep banget yo, tau aja kamu tempat begituan”
“haha itu baru ive show gan”
“asli sih, btw yo kalo kita mau ngentot juga bisa gak disana yo?”
“bisa lah, tapi paketnya beda”
“wah kita bisa milih juga yo kaya tadi ceweknya?”
“jelas bisa.... kalo lu beruntung malah bisa dapet perawan juga disana yo”
“ah serius masa sih”
“beneran, dulu pernah kejadian kaya gitu, wah langsung rameh,a lngsung banyak yang make hari itu”
“maksudnya langsung di gilir yo?”
“iya, tiap room kan maksumal 3 orang, bayangin aja baru di perawanin pagi siangnya tiap jam di gilir 3 orang sampe sore. Gw aja ikutan ngegilir hehe”

asli ini pengalama baru, gak sangka ada tempat seperti itu mungkin lain kali aku akan datang kesana sendiri, biar puas maenya, gak di ganggu si tio kaya tadi.




Sekian dulu.... lanjut lagi nanti. Berikutnya akan kembali ke umi pipit yang masih dilema.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd