lanjutan part K
³rd
(Malam hari)
Disatu pemukiman padat penduduk angkot yang di naiki Susan tengah memasuki sebuah gang
Angkot berhenti di depan sebuah rumah paling ujung di gang tersebut
Rumah cukup sederhana terlihat bersih dan rapi dengan lampu teras yang temaram semakin nampak keindahannya
Susan turun dari pintu tengah angkot dan sang supir turun dari pintu kemudi
"Langsung masuk aja San," ucap sang supir
"Abang tidak masuk sekalian" tanya Susan
"Tidak San, aku ingin memastikan keadaan untuk berjaga - jaga agar situasi aman " jawab sang supir
" Iya bang, Susan masuk dulu ya bang " ucap Susan
Sang supir hanya mengangguk dan melangkahkan kakinya untuk menyusuri seluruh gang
Langkah kaki Susan berhenti didepan pintu lalu Susan mengetuk pintu rumah tersebut dengan tangan kanannya
Tak lama berselang pintu terbuka, terlihat seorang laki-laki dewasa berusia 38 tahun membuka pintu rumah tersebut
....... ......... ....... ........ ..... .....
Pov Susan
" Malam bang Adi " sapaku pada laki-laki yang membukakan pintu untukku
"Malam juga Susan, mari masuk" jawabnya
Akupun melangkah masuk kedalam rumah, dan mengikuti bang Adi dari belakang
Bang Adi adalah kakak Tiri dari supir angkot yang mengatarku kerumah ini, istri bang Adi bernama Tini,sedangkan yang mengatarku tadi bernama Tedi
Tedi sendiri adalah pimpinan sebuah kelompok walau tidak besar dan disegani namun sangat kompak, setelah kejadian penyerangan terhadap Mbak Laras Tedi berniat Membantuku
Karena Aku dan Mbak Laras adalah saudara Mbak Tini yang tidak lain adalah iparnya
Tedi beralasan karena baginya aku, Mbak Laras dan Mbak Tini sekarang adalah keluarganya
Semula aku bingung bagaimana caraku akan membalas dendam,namun Bang Tedi meyakinkanku dan untuk membantu maka keberanikan tekadku dan belajar secara otodidak apa saja yang dibutuhkan untuk membalas dendam
Dalam massa pembelajaran dan menyusun rencana aku tetap mencari informasi siapa saja yang terlibat dalam penyerangan Mbak Laras
Bang Adi dan Mbak Tini berumah tangga sudah lima tahun dan mempunyai satu anak laki - laki berusia tiga tahun lebih
Waktu masih kecil Mbak Tini, aku dan Mbak Laras tinggal serumah di pinggiran kota
Pada usia lima tahun kedua orang tua Mbak Tini meninggal dunia dan sejak saat itu Mbak Tini tinggal bersama kami dan menjadi bagain keluarga kami
Bang Adi adalah mantan preman yang sekarang bekerja sebagai buruh pabrik dan mempunyai posisi yang cukup mapan
Sedangkan Mbak Tini berprofesi sebagai dokter umum dan berkat Mbak Tinilah kami bisa memalsukan kematian Mbak Laras yang kebetulan ketika Mbak Laras di rawat sehabis kecelakaan,adalah tempat Mbak Tini bekerja
Ketika bang Adi memasuki sebuah kamar aku terus saja mengikutinya, setelah aku masuk kekamar tersebut, kulihat Mbak Tini sedang berbicara dengan seorang laki-laki yang kukenal
Dengan keadaan penuh luka memar disekujur tubuhnya di atas kasur kamar
Aku langsung menghampiri Mbak Tini dan memeluknya erat untuk beberapa saat, lalu kemudian kusapa laki-laki yang berada dikasur kamar tersebut
"Hai Adam, Bagaimana keadaanmu" tanyaku
"Kam.... kamu kenapa bisa di sini " jawab Adam terkejut tak percaya
" Adikku menemukan dan membawamu kesini ketika kamu dibuang didalam tumpukan sampah yang diperkirakan oleh yang membuangmu sudah mati" potong Bang Adi memberi keterangan pada Adam
"Adikku sengaja mencarimu atas permintaan Susan "lanjut bang Adi
" Bagaimana keadaan Adam Mbak Tini" tanyaku pada mbak Tini
"Badannya memar dan seperti yang kamu lihat wajahnya bonyok karena dipukuli dan sendi kaki kanannya sedikit begeser tapi sudah diobati oleh spesialis tulang dan sekarang dalam tahap penyembuhan, " jawab mbak Tini
" jikalau Tedi terlambat sedikit saja menemukan dan membawanya kerumah sakit serta memberikan donor darah pada Adam, mustahil Adam akan selamat " lanjut mbak Tini
" Maksud Mbak bagaimana " tiba - tiba Adam memotong pembicaraanku dengan Mbak Tini
" Menurut cerita Tedi, ketika dia dan teman-temannya mencarimu, kamu di ketemukan dengan beberapa luka sayatan pada kulit sehingga banyak darahmu yang keluar, " jelas mbak Tini
" Ketika Tedi memeriksa denyut nadimu, ternyata masih ada tanda kehidupan sehingga Tedi dan teman - temannya cepat membawamu kerumah sakit dan setelah sampai dirumah sakit ternyata kamu sudah banyak mengeluarkan darah sehingga kamu perlu donor darah, kebetulan saat itu Tedi dan dua orang temannya memiliki golongan darah yang sama sepetimu, jadi mereka mendonorkan darahnya agar kamu terselematkan " lanjut mbak Tini
" Aku harus mengucapkan banyak terima kasih karena telah menolongku dan berhutang nyawa pada mereka, termasuk juga padamu San " ucap Adam
" Jangan terlalu dipikirkan masalah itu, ada baiknya kalau kamu beristirahat agar cepat pulih " ucapkku
" Tapi ak... "
"Pulihkan keadaanmu terlebih dahulu, aku tahu siapa yang membuat keadaanmu seperti ini, dan pasti kamu ingin membalas dendam, bagaimana mau balas dendam bila keadaanmu sendiri seperti ini " Tegasku memotong ucapaan Adam yang belum selesai
(Adam diam dan nampak sedang berfikir)
" Baiklah " jawab Adam lesu
Adam akhirnya mengikuti saranku, kemudian memejamkan matanya untuk beristirahat , sedangkan aku dan Mbak Tini serta Bang Adi keluar dari kamar
Kami menuju ruang tamu kemudian kami saling bercengkrama, aku menceritakan bagaimana keadaan Mbak Laras pada Mbak Tini dan menyampaikan permintaan maafku kepada Mbak Tini dan Bang Adi serta adik iparnya karena sudah banyak merepotkan mereka
Mereka menjawab yang intinya mereka tidak merasa direpotkan karena mereka tahu keadaannya bagaimana, mereka berniat akan selalu membantuku
Karena mereka merasa sudah menjadi keharusan dan Mbak Tini mengatakan bahwa ia kangen dengan Mbak Laras dan ingin menemuinya.
Aku mengatakan silahkan saja asal tidak mengganggu waktu Mbak Tini sendiri
Setelah cukup lama kami bercengkrama aku akhirnya pamit undur diri kepada Mbak Tini dan Bang Adi.
.......... ...... ...... ..... .... .... .... .... .... ... ... .. .. ..
Sebulan setelah kecelakaan yang menimpa Embun
³rd
Di sebuah pondok kecil tak berdinding namun terawat , dengan penerangan yang remang dan beberapa tanaman yang tumbuh dengan asri
Terlihat seseorang selaku pemimpin pertemuan duduk ditengah pondok didampingi oleh dua orang dikiri dan kanannya serta beberapa orang mengelilingi pondok dengan jarak bervariasi namun tidak kurang dari 5 meter
Mereka yang mengelilingi pondok berada dibalik cahaya sehingga tidak ada satupun yang bisa mengenali mereka selain mereka yang tengah berkumpul di tempat itu
Dengan kewaspadaan tingkat tinggi dan tak segan membunuh bila ada yang datang atau secara tidak sengaja berada di tempat itu selain dari bagian kelompok mereka
Suasana yang hening dan membisu sudah bisa dipastikan situasi saat ini benar - benar genting
Hingga akhirnya sang pemimpin buka suara
"Bagaimana hasil kerjamu Barat," tanya sang pemimpin
"Sudah aku pastikan beberapa kali dan orang tersebut mengaku tidak melihatnya" jawab yang ditanya.
"Bagaimana dengan pekerjaanmu Air " sang ketua bertanya pada orang yang berbeda lainnya
" Seperti yang ditugaskan dan semuanya telah siap " jawab yang ditanya
"Baiklah kalau begitu, pertemuan ini hanya singkat saja dan selanjutnya terus berkomunikasi lewat telpon " sang ketua berkata
" Kita yang mengaku ditakuti dan tak kenal ampun serta mengaku mempunyai kesetian yang tinggi tapi bisa kecolongan, aku secara pribadi benar - benar malu dengan keadaan ini "lanjut sang ketua
(Semua hanya diam mendengarkan sang ketua tak ada satupun yang berani mencela karena meraka tahu saat ini sang ketua benar - benar marah)
Setelah sang ketua memutarkan pandangannya berapa saat untuk melihat respon anggotanya , sang ketua pun melanjutkan perkataannya
" Sekarang kerahkan seluruh kekuatan cari keberadaannya dan lenyapkan siapa saja yang mencoba menghalangi " ucap sang ketua
" Perhatikan baik-baik foto yang akan kalian terima tidak menutup kemungkinan mereka semua berhubungan dengan keberadaannya " lanjut sang ketua
(Seseorang yang dipanggil Air oleh sang ketua seketika berdiri lalu melangkah membagikan sebuah amplop berisi foto yang di maksud ketua mereka)
" Kalian bekerjalah dengan cepat dan selalu laporkan hasil pada Jarum.... mengerti " tegas sang ketua
Tak ada yang menjawab mereka semua hanya mengangguk dan pergi begitu saja kesegala arah dan hanya menyisakan sang ketua serta dua orang tadi yang mendampingi sang ketua
Tak berapa lamapun mereka bertigapun pergi tanpa ada sepatah katapun yang terucap dari bibir mereka
......... .... .... .... .... .. .... ... ... .. ... .
Keesokan harinya, (Malam hari pukul ± 20.00)
.. ... ..
Tante Deswita kedatangan tamu seorang pemuda dan untuk kesekian kalinya tante Deswita terpaksa menemani sang tamu berbicara dirumahnya , selaku tuan rumah yang baik Tante Deswita selalu berbicara dengan lembut dan sopan walaupun risih dengan tatapan nakal sang pemuda
Sebenarnya sang pemuda ingin menemui anak gadisnya akan tetapi setiap kali sang pemuda datang bertemu, anak gadis Tante Deswita menanggapinya dengan jutek serta lebih memilih berdiam diri dan tak mau keluar dari kamarnya
Tante Deswita sendiri tahu maksud sang pemuda karena biar bagaimanapun Tante Deswita pernah muda akan tetapi Tante Deswita tidak bisa berbuat banyak karena dia juga tahu bagaimana sifat anaknya
Karena ingin menghormati tamu yang datang berkunjung jadilah Tante Deswita yang selalu menemani sang pemuda berbicara setiap kali datang untuk bertamu
Pemuda yang bertamu itu bernama Denis Aditya teman sekampus anak tante Deswita yang bernama Silvi Putri Deswita (Silvi)
Obrolan Tante Deswita dan Denis terhenti ketika Denis menerima telpon dari seseorang,
Denis meminta diri untuk menerima telpon diluar , dan sekembalinya Denis dari menerima telpon Denis menemui Tante Deswita untuk pamit pulang
Tante Deswita mengiyakan dan mengatar Denis hingga keluar rumah, dengan mengendarai mobilnya Denis pergi meninggalkan rumah Tante Deswita
........ ...... ..... ..... .... .... ... ..
Pov Deswita
Aku bingung dengan keadaan anakku, entah kenapa akhir-akhir ini sering terlihat murung
Pernah kutanyakan kenapa ia terlihat murung, dia hanya menjawab tidak ada apa - apa
Apalagi kalau pemuda yang bernama Denis main kerumah sikap anakku semakin sewot dan jutek tidak karuan
Dan yang membuatku semakin takut adalah,terkadang anakku terlihat senyum-senyum sendiri, menangis tanpa sebab bahkan beberapa kali terlihat berbicara sendiri
Yang membuatku tak habis pikir hari libur kuliah seharusnya menjadi hari yang ditunggu kebanyakan mahasiswa termasuk anakku tapi saat ini justru anakku tidak menyukai hari libur cenderung membencinya
Aku selalu bertanya - tanya apa yang menyebabkan anakku menjadi seperti itu, apakah anakku tengah dekat dengan seseorang atau di sakiti seseorang
Sempat aku mencari tahu dengan bertanya kepada teman-temannya, dan menurut temannya tidak ada yang dekat dengan anakku dan untuk yang menyakiti pun tidak ada
Aku bingung harus bagaimana menghadapi anakku, ingin rasanya aku cerita dengan sahabatku Tasya, siapa tahu dia bisa membantuku
Akan tetapi Tasya sedang tidak bisa diganggu karena ada pekerjaan yang tidak bisa tinggal dan sebenarnya aku bisa menebak apa yang sedang dikerjakannya
Aku sendiri tidak bisa memaksa dan terlalu menuntut mengingat usahanya untuk mencari cintanya yang aneh menurut kebanyakan orang itu sedikit menemui titik terang
Apa lagi aku pernah memberikan sedikit harapan padanya namun harapan itu tak tahu keberadaannya sehingga untuk memaksa ingin bertemu melepas rindu pun rasanya tidak enak
Sudah satu bulan aku tidak bertemu dengan Tasya, aku rindu ingin bertemu dan di sentuh olehnya.
........ ....... ...... ... .... ... ...
Pov Silvi
Kalau aku tahu begini keadaannya ,takkan kebiarkan langkah kita terpisah saat itu, akan kupeluk erat dirimu saat itu dan kuikuti setiap langkahmu
Dan bila ciumanku saat itu menjadi yang terakhir untukku bertemu denganmu aku benar akan membeci diriku saat ini
Bagaimana tidak setelah saat itu aku tak pernah melihatmu lagi, tidak ditempat biasa dirimu menghabiskan waktu tidak juga ditempat lainnya
Aku bertanya kepada Fikri, yang kudapat hanya jawaban kebingungan Fikri mencari tahu keberadaan dirimu
Dan terlebih lagi yang membuatku semakin kesal akhir-akhir ini adalah, semakin gencarnya Denis PDKT padaku, walau kutanggapi dengan jutek Denis tetap saja berusaha bahkan beberapa kali bertamu kerumahku, namun bagiku usahanya hanya sia-sia saja karena apapun yang dimiliki dan dengan cara apapun Denis mendekatiku, aku tidak akan memberikan respon sedikitpun
Karena hati dan jiwaku telah dimiliki dia, seseorang yang tanpa harus bersusah payah untuk merayu dan menggodaku.
Dia yang telah berhasil membuatku mencintai dan menyayanginya dan menyerahkan segenap jiwa dan ragaku tanpa syarat
Tidak terbilang tahun hanya sebulan saja aku tidak bertemu dirimu, tidak berjuta kata saat kita berbicara tapi sudah cukup membuatku merindu hingga kerelung kalbu, bahkan untuk saling menatappun hanya terjadi beberapa saat tapi sudah lebih dari cukup membuatmu memilikiku , dimana dirimu wahai yang kurindu dengan segenap jiwa dan emosi cintaku
Saat ini mungkin aku hanya bisa menunggumu kehadiranmu, ditempat dirimu selalu menghabiskan waktu dalam kesendirian, takkan kuperdulikan perkataan orang terhadapku bila aku bertemu denganmu nanti
Entah seperti apa keadaannya akan kupeluk erat dirimu dan kukatakan bahwa aku sangat, sangat, dan sangat mencintaimu
Mungkin dirimu tidak mencintaiku atau benar tidak mencintaiku akan tetapi aku mohon setidaknya jangan pernah melarangku untuk mencintaimu EMBUN..........
....... ....... ...... ..... ..... ...... ..... ...... ..... ..... ....
Pov Denis
Saat tiba-tiba telponku berbunyi yang membuatku sedikit kesal karena menggangguku yang tengah asik menikmati pemandangan tubuh dari salah satu targetku yaitu tante Deswita
Setelah kulihat dilayar handphoneku ternyata itu telpon dari papaku
Aku kemudian permisi kepada Tante Deswita untuk menerima telpon diluar, setelah kutekan tanda menerima di handphoneku
"Halo, papa" jawabku
"Halo Denis, cepat temui papa sekarang OM kamu ingin berbicara penting, " ucap papaku
"Iy pa, Denis segera kesana "
Dalam benakku berkata sepertinya sesuatu yang tidak bisa di tunda, aku harus segera menemui papa dan OM
Karena sangat jarang OM mendesak ingin berbicara padaku apalagi melalui papa
Biasanya selalu menghubungiku langsung, karena tidak mau banyak menebak akhirnya aku putuskan untuk pulang menemui papa namun sebelumnya aku harus pamit terlebih dahulu kepada tante Deswita.
.............
....
..
..