Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Hujan, senja, dan bandung.

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Ngiringan kang , mangga lajeng
Kampus na diluhur caket aa ustadz ?
ah teu kedah di perjelas nya suhu eta na mah. tebak2 aja sendiri haha udah ketebak kan
Ijin mangkal dimari
hati2 ada satpol mangkal nya suhu
yap cerita baru lagi, numpang nyempil& selamat berkarya ya gan..
terimakasih suhu
SEMANGKA(semangat kaka) hehe
siyap kaka
Menunggu siapa Mr. X, apakah sekedar lewat ato mo jadi pentolan..
Lanjutkan Suhu...
:beer:
pentolan apa pentilan ? eh
silahkan di pantau john
asik nih dibacanya. mantaap. lanjutkan
terimakasih suhu
Awal yg lumayan, biarpun terkesan terburu buru. Next update mudah2an lbh mantap :D
maafkan saya yg suka terburu2, maaf suka gampang keluar. Eh apaan sih , gimana dokter agar gak gampang crot duh
Cerita bagus nih...

Di tunggu kemunculan karakter - karakter yang lainnya hu...
terimakasih suhu
ijin gelar tenda
bangun rumah juga gpp hu hehe
 
Ikut gabung disini

Produktif bener ente Om, baru kelar 1 setori udah nongol setori baru lagi.
Pliss jangan dimatiin lagi tokoh utama di setori ini ya... :pandapeace:
 
Mantap om nuhun update nya ,woles aja om awal awal emng pngenalan msing2 karakter dlu ,nyantai tpi pasti .kyaknya klo di mulustrasi ini si barista cocokny chiko jeriko wktu gondrong kli ya haha trus intan nya claudya sinta wkwk
 
sip.... ceritanya enak dibaca....

ditunggu kelanjutannya suhuuu
:Peace::semangat::ampun:
 
Keren.. keren...
Si cowok pentolan masih lewat juga ya...
:hore:
Kasih upnya Suhu
 
Seperti apakah warnca cinta ?
Apakah merah muda mewakili rekahannya, ataukah kelabu mewakili pecahannya ?


14 ferbuari 2017.

19.00


"Selamat hari valintine sayang", ucap laki-lai yg sedang duduk di depan aku. Laki-laki yg sudah hampir 2 bulan ini selalu memberikan dukungan kepada ku dalam segala hal yg ku lalui di kota kembang ini.

Sambil memberikan sebuah kotak berwarna pink, tangannya mengulurkan kotak itu.

Cahaya lilin yg mewarnai malam ini di sebuah restoran di daerah ciumbuleuit bandung.

"Ah, aa, kenapa harus repot2 ih", kataku dengan muka mungkin memerah. Aku malu, tapi senang.

"hehe kan harus ngasih yg special buat kamu mah, dibuka dong", katanya lugas.

Aku perlahan buka kotak berwanra pink itu.

Aku melihat sebuah benda berwarna putih panjang.

"aku pakein yah", katanya.

Laki-laki itu langsung berdiri dan mengambil isi kotak itu.

Lalu dia mendekat dengan merekahkan benda itu. Aku pun ikut berdiri.

Tidak ada yg keluar dari mulutku.

Di kalungkan nya benda itu di leherku dengan liontin berbentuk hati.

cupp..

Aku kaget, bibir dia mendarat mulus di keningku.

"eh", kataku sedikit mundur.

Lalu laki-lai itu kembali ke kursi nya. Aku pun duduk kembali.

"Makasih ya a, maaf aku kurang nyaman tadi kaget", kataku lembut.

"iya gapapa sayang", katanya.

Sekitar jam 9, kami keluar dari tempat itu. Aku duduk di bonceng motor sport dia menyusuri jalan cihampelas.

"Mau kemana lagi a ?", tanyaku di jalan.

"Mau langsung pulang aja kamunya kaya gak semangat gitu ?", jawabnya.

"Maaf a, aku tadi cape banget di kampus banyak banget tugas bukannya gak semangat", jawabku yg memang hari ini melelahkan dengan segala kesibukan perkuliahanku.

"Yaudah yuk aa anterin ke kostan ya", katanya.

Sekitar jam 10, kami sampai di depan kostan ku.

Aku pun turun dari motor pacarku itu.

"Makasih ya a", kataku sambil memberikan helm yg dia bawa.

"aku yg makasih de, udah nemenin walau lagi sibuk kuliah nya", katanya tidak turun dari motor.

"Iya a sama-sama, aku masuk dulu ya, aa hati2 di jalannya jangan ngebut2", kataku.

"Iya", katanya sambil menjalankan motornya lagi menjauh dari depan kostan ku.

Aku pun berjalan menuju lantai ke dua.

Saat aku melewati kamar pertama dari dekat tangga, samar-samar kudengar suara dari kamar ini. Kamar yg di huni oleh Teh Fitri.

"aahh.. ahh.. ehhmm.. ahh", terdengar suara desahan yg lumayan keras ku dengar.

"Jangan.. keras2 fit nanti kedengaran", jawab suara laki2 yg bisa ku dengar.

Aku tidak mau terhanyut suara2 yg ku dengar tadi, buru2 menaikan tempo langkahku untuk masuk ke kamarku.

Pintu kamar langsung ku kunci.

Aku merebahkan tubuhku di kasur, ku lepas kaitan peniti di jilbab ku.

Hah rasanya cape banget hari ini, setelah seharian full di kampus, lalu di ajak sama A Kevin nonton di Ciwalk, lalu udah maghrib dia bawa aku ke daerah ciumbuleuit lumayan menguras tenaga ku.

Tanpa kerasa aku langsung terlelap disana.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


15 februari 2017.

06.30.


Aku bangun dengan tergesa-gesa. Hari ini aku kesiangan, bahkan fajar hari ini terlewat begitu saja olehku.

Sebenarnya aku hari ini tidak ada jadwal kelas kuliah, tapi ada tugas kelompok yg harus ku kerjakan.

Tugas untuk membuat sebuah jurnal tentang anak keterbelakangan mental yg membuat orang tua nya menjadi minder untuk memberikan pendidikan yg layak bagi mereka.

Aku di tugaskan berdua dengan Sindi teman satu kelompok untuk mewawancara narasumber yg mempunyai anak berketubuhan khusus itu.

Narasumber nya katanya tetangga dia sendiri. Dan hari ini aku harus pergi sendirian ke daaerah kiaracondong tempat narasumber itu tinggal. Aku sendiri belum tahu daerah kiaracondong itu dimana.

"Sin, aku naik jurusan apa nih biar bisa kesana ? pake ojol sayang euy mahal", ketikku di WA.

Beberapa saat lalu ada balesan dari tasya.

"haha naik damri ke leuwi panjang aja tan, nanti naik angkot yg jurusan antapani aja, nanti turun di depan jl. PSM depan BCA, aku tunggu disana ya", jawabnya dari aplikasi itu.

"Oke deh, bentar lagi aku berangkat sin", jawabku lagi.

Lalu aku memakai jacket, dan membawa tas berisi kan laptop dan beberapa buku.

Hari ini Bandung di selimuti awan mendung, dan rasa dingin khas kota garut pun sedikit menusuk tulangku walau sudah di selimuti jacket.

Sekitar jam 10 aku baru sampai di kiaracondong, tepatnya di depan pasar sebelum stasiun nya.

Baru kali ini aku ke daerah sini. Saat aku menuju Bank BCA, tempat yg sindi janjikan. Dari kejauhan terlihat dia sedang duduk di deoan kap mobilnya.

"Hai, lama amat tan", katanya saat aku sudah sampai di tempatnya.

"iya nih tadi angkot lama banget sin jalannya, jadi kesel sendiri", jawabku.

"Kenapa gak suruh pacar anterin sih tan", katanya lagi.

"Dia lagi ada acara katanya, jadi kepaksa deh sendirian", jawabku.

"Eh iya tan, sebelumnya aku mau minta maaf ih, kayanya aku gak bisa ikut ngewawancara narasumber kita nih, aku mau anter mamah ke RS kontrol, tuh dia udah di mobil, si papah kerja jadi gak bisa nemenin, aku anterin ke rumahnya koq, tadi juga udah bilang dulu kesana, gapapa kan ? Yuk naik tan", katanya panjang lebar.

Aku pun ikut masuk ke dalam mobil itu, disana ada mamahnya sindi. Aku salam sama dia.

"Iya sin gapapa, yg penting anterin dulu aku ke rumahnya, gak tahu nih", kataku kepada nya.

"Oke, kita meluncur kesana tan, maaf banget yah", katanya sambil mengemudikan mobilnya.

"Iya maaf ya intan sindinya gak bisa nemenin kamu", timpal mamahnya.

"iya gapapa bu, kalau boleh tahu ibu sakit apa emangnya ?", tanyaku.

"Ibu punay penyakit jantung, tiap 3 bulan sekali harus kontrol ke RS", katanya.

"Oh iya, semoga di lekaskan penyakitnya bu", kataku.

Kami pun menyusuri jalan yg entah apa namanya. Aku gak tahu.

Yg ku tahu, kami berhenti di depan sebuah SLB C Sukapura.

"Rumahnya itu tan, aku temenin dulu kesana yuk ?", kata intan di dalam mobil sambil menunjuk sebuah rumah sederhana semi permanen.

"Oh gausah sin, sok kamu langsung aja berangkat nanti keburu tambah macet jalanan", jawabku langsung turun dari mobil.

"makasih banget ya tan, nanti aku WA kalau udah beres ya, gak lama koq", katanya.

Aku mengangguk, lalu aku menuju rumah yg di tunjukan sindi tadi.

Di depan nya terparkir sebuah vespa tua. Terlihat dari cat nya yg banyak terkelupas.

"Assala'mualaikum", kataku di depan pintu itu.

"Wa'alikum salam", jawab suara wanita dari dalam rumah itu.

Beberapa saat lalu pintu terbuka.

"Maaf bu, ibu dengan Ibu Eti ? saya dari U*I bu", katakku sesudah salam dengan wanita yg sudah lumayan tua itu.

"Oh temennya neng sindi ya, masuk2 neng, tadi neng sindi udah bilang ke ibu", katanya.

Aku pun ikut masuk ke dalam rumah itu. Aku duduk di kursi tua yg mulai termakan usia di dalam rumah nya.

"Punten neng, teu gaduh nanaon ibu mah", katanya sambil memberikan secangkir teh hangat kepada ku. (maaf neng, gak punya apa2 ibu nya)

"aduh bu wios teu kedah ngarerepot", jawabku. (Aduh bu, gausah ngerepotin)

"Wios neng, sok mempeng haneut teh na", katanya lagi. (gapapa neng, sok mumpung hangat teh nya)

Aku pun meminum teh hangat itu. Sangat pas dengan kondisi bandung saat itu.

"Bu punten sateucan na, abi teh kan nuju aya tugas ti U*I, abi jurusan na PGSD bu atanapi janteun guru SD kitu, bade nyungkeun sakedik informasi ti orang tua anu kaleresan gaduh murangkalih anu punteun benteun sareng murangkalih anu sanes bu", kataku mengawali pembicaraan dengan lembut.
(Bu maaf sebelumnya, saya lagi punya tugas dari U*I, saya dari jurusan PGSD, mau minta sedikit informasi dari orang tua yg maaf mempunyai anak yg berbeda dari anak yg lain bu)

Ibu itu pun setuju dan aku menanyakan beberapa hal dari ibu itu.

Yg sedikit bisa kusimpulkan, dia punya anak umur 10 tahun yg mempunyai gangguan mental dan mengakibatkan dia berbeda dengan anak yg lain, katanya anak nya sangat aktif dan bahkan tidak bisa berkembang sedikitpun dari segi pemikiran.

Si ibu nya sendiri adalah seorang janda yg di tinggalkan suaminya saat suaminya mengetahui bahwa anak yg kecil ini berbeda dengan anak lain. Dan si ibu ini terkadang membantu urusan rumah tangga di rumahnya sindi.

Saat mendengar ceritanya aku sedih sendiri, bisa-bisanya suami dia meninggalkan dia hanya karena mengetahui anaknya tidak normal. Bukankah buah hati itu anugerah, pikirku.

"Punteun neng, ibu mah pami cerita si rifki sok carimasbas nyalira", katanya dengan mata yg menangis.
(Maaf neng, ibu kalau cerita si Rifki suka terharu sendiri)

Aku pun merangkul ibu itu, seolah aku juga merasakan hal yg sama jika aku berada di posisi ibu itu.

"Bu, maaf kalau boleh, bisa ketemu rifki nya bu ?", katany.

"Oh tiasa neng, sakedap", katanya. (Oh bisa neng, sebentar)

Lalu dia bangkit dari kursi itu.

"A.. A.. gugah A", katanya sambil mengetuk pintu yg berada tepat di depan kursi yg ku duduki.

"Aya naon mah ?", jawab dari dalam kamar. (Ada apa mah?)

"Pang miralikeun rifki nuju ameng enggal", kata ibu itu. (Cariin rifki lagi maen)

"Sekedap mah", jawab dari dalam kamar. (sebentar mah)

Lalu pintu itu terbuka. Muncul sosok laki-laki dari dalam kamar dengan muka yg sangat kusam dan rambut yg mengembang ke atas. Bau tembakau langsung menyebar di ruangan ini yg tersebar dari dalam kamar.

"Eh, lagi ngapain disini ? saha mah ?", kata laki-laki itu menunjukku dan bertanya kepada ibu itu.

"Temennya neng sindi tea, kamu kenal? Neng kenal ?", kata ibu itu lalu bertanya kepada ku.

"Tahu mah, kenal mah engga", katanya lalu berlalu keluar rumah. Si barista yg suka nabrak orang lalu pergi dengan seenaknya.

"Neng kenal ? Maaf yah anak ibu yg besar mah agak kacau gitu hidupnya", kata ibu itu duduk lagi di sampingku.

"Oh wios bu", jawabku.

Lalu sekitar 5 menit, laki-laki itu balik lagi ke rumah dengan mengendong seorang anak yg mungkin sudah menuju dewasa.

"A ih, kan keur ulin abi teh", kata anak itu di gendongannya. (A ih, kan aku lagi main)

"Uih heula, ke aa jajanan eskrim ki", kata laki-laki itu.

"beneran nya, saha a ? Kabogoh aa nya ? ih rifki eleh ku aa boga kabogoh ih", katanya menunjuk ku saat dia duduk di kursi di depanku. (Beneran nya, siapa a ? pacar ya ? ih rifki kalah sama aa udah punya pacar ih)

"Diem kamunya ki, malu ah", kata laki2 itu langsung menggendong lagi anak itu.

"Maaf ya, suka seenaknya kalau ngomong dia", kata laki-laki itu kepada ku.

"Oh iya gapapa", kataku singkat.

"mamah kemana ?", tanya laki-laki itu kepada ku.

"Gak tahu barusan keluar", jawabku singkat.

"A turun ih, abi dek ulin deui ih", kata rifki berontak dari gendongan dia. (A turun ih, aku mau main lagi)

"Sebentar, teteh ini mau ketemu kamu, ngomongnya jangan kasar ki", kata laki-laki itu.

"udah gapapa turunin aja biarin dia main", kataku lagi.

Lalu rifki di turunkan dan kembali berlali keluar entah kemana.

"Eh, kalau boleh aku mau nanya sama kamu, ibu kamu keluar belum balik lagi", kataku kepada laki-laki itu.

"Oh, boleh", kata dia lalu duduk kembali di kursi di depanku.

"Jadi, sebagai kakak, perasaan kamu gimana melihat rifki ?", kataku.

"Pertama, aku Hamka, gak enak nanya2 gak tahu nama", katanya sambil mengulurkan tangannya kepada ku.

"Aku Intan", kataku sambil memberikan tanganku juga.

Setelah ke tiga kali bertemu dengan orang aneh ini. Aku tahu nama dia.

"ya, jadi gimana yg tadi aku tanyakan?", kataku.

Sekitar 30 menit aku mengobrol sama dia, dan satu hal yg aku tidak menyangka dari dia. Ternyata di balik penampilannya yg menurutku kumal, dia mempunyai pemikiran yg sangat terbuka dengan masalah yg sedang aku teliti.

Dan, entahlah. Kami mengobrol seperti bukan sama orang yg baru kenal, entah mungkin karena pemikiran dia yg berbeda dengan apa yg ku pikirkan sebelumnya. Katanya dia tidak malu punya adik rifki, justru dia bangga katanya.

Jam sudah hampir menunjukan jam 12 siang. Dan wawancaraku dengan dia pun selesai. Ibunya sempat pulang lagi, namun katanya dia ada pekerjaan ada yg menyuruh dia untuk beres2 rumah tetangga nya.

Aku ngehubungi Sindi, kata dia masih lama antrian dokternya.

"Eh, darisini mau ke setiabudi gimana ? Aku mau pulang gak tahu jalan", kataku bertanya kepada dia.

"Oh itu, paling naik ojeg dulu ke pasar kiara condong, disana banyak angkot ke jurusan mana2", katanya lagi.

"Oh, bisa anter aku nyari ojegnya ? Maaf", kataku sambil beranjak dari kursi.

"Kalau mau, aku anterin aja, sekalian mau berangkat kerja", kata dia.

"Eh gak usah, ngerepotin nanti", kataku menolak lembut.

"Searah ko, sampai cisangkuy aja, lumayan mangkas ongkos", katanya lagi.

"oh yaudah boleh deh", kataku yg entah mengapa malah setuju.

"Oke tunggu dulu sebentar aku mandi dulu", katanya.

Sekitar 15 m3nit. Dia pun siap dan sudah memanaskan motor vespa nya itu.

Suara nya berisik, asap nya jadi polusi, pikirku.

"Yuk, nih helmnya, gak bagus sih tapi yg penting gak di tilang", katanya kepada ku.

Aku sempat diam di dekat nya.

"Kenapa ? Malu pake vespa butut ?", katanya.

"Oh engga, emang masih kuat jalan ini motor ?", tanyaku jujur.

"haha suka ngeledek nih, alhamdulillah kemarin ke pangandaran pake vespa ini bisa balik lagi ke bandung", katanya.

Aku pun langsung naik ke vespa itu. Untungnya jok nya yg dua gitu misah. Jadi aku gak harus dekat2 dia saat di boncengnya.

Kami pun menyurusi jalan yg tadi aku lewati, jalan yg di bawah fly over. Awan mendung menghinggapi bandung saat itu.

Tidak ada percakapan yg keluar dari mulut kami. Mataku berkeliling melihat daerah yg baru ku jejaki.

Lalu motor berbelok ke arah kiri. Melewati Fly over antapani yg baru di buka dan di resmikan ini.

"Ini jalan apa namanya ?", tanyaku sedikit teriak karena suara vespanya kencang.

"Jalan jakarta", katanya singkat.

Gak terlalu jauh dari fly over, rintik hujan jatuh dari langit.
Jatuhnya tidak pelan, bahkan cenderung langsung deras.

"Yah, hujan. Ke pinggir dulu ya, jas nya cuma ada satu", kata hamka di depan.

"Iya", jawabku singkat.

Kami menepi di dekat halte bis disana. Aku dan dia masuk ke halte agar tidak kehujanan.

"Keren yah hujan", katanya membuka percakapan.

"keren apanya ?", tanyaku.

"nanti kamu bakalan tahu kalau hujan udah reda", katanya lagi.

"Tapi kapan redanya coba malah tambah deras", kataku.

"Haha sabar aja, hujan sederas apapun ada reda nya", kata dia.

Aku melihat dia merogoh saku jacketnya. Dia membuka sebuah bungkos kotak.

Dan dia langsung menempelkan satu batang benda yg akan di bakar.

Tanganku dengan reflek menjatuhkan benda itu dari mulutnya. Benda itu jatuh ke lantai halte yg basah.

"Jangan curi udaraku", kataku tegas.

"Oh, oke", kata dia singkat.

Sekitar jam 2, hujan mulai mereda.

"Mau lanjut sekarang ?", tanya dia.

"Masih hujan", jawabku.

"Kecil, kamu pake jas hujan", tambahnya.

"Jangan, nanti kamu basah", kataku.

Lalu dia malah beranjak ke vespa nya, dan membuka bagasi di depannya. Mengeluarkan jas hujan.

"Cepet pake, mau lihat bandung pas udah ujan gak", ajaknya.

"Oh, boleh, tapi gak usah pake jas hujan, kamu pake aja", kataku.

"Oh yaudah, gausah pake jas aja kita", katanya.

Kami pun melanjutkan perjalanan.

"Keren kan bandung pas udah ujan, sejuk gini", katanya.

"Iya sih keren, ini jalan apa namanya ?", tanyaku.

"Wr. supratman, baru di bandung nanya jalan mulu perasaan ?", tanyanya.

"Iya, aku orang garut kuliah di sini", jawabku singkat.

Dan.. kami pun menyusuri kota bandung dengan jalanan basah.

Bersambung.. Maaf baru bisa update, lagi sibuk di RL. Dan maaf belum ada SS nya. Pelan-pelan aja ya. Merawanin pun pelan2. hahaha
 
Terakhir diubah:
Thx updatenya Om

Maaf nih Om, klo mamahnya Rifki sering bantu di rumah Sindi berarti sudah kenal dong dengan Hamka. Kan gak mungkin juga gak pernah ketemu karena kan tetanggaan.
 
Hamka.....
Latar belakang kehidupannya unik dan bakalan menarik untuk disimak corak hidupnya kedepan setelah bertemu Intan...
Lanjutkan Suhu..
:beer:
 
Mendirikan tenda sejenak sambil ngopi-ngopi menunggu update.





:ngeteh::ngeteh::ngeteh:
 
Maaf kang ini mah kalo lancang, tapi coba di kurangi kata - kata singkatan. Semacam 'kpd, pd, atau yg.' Supaya lebih enak bacanya, terus saya baca satu kalimat 'mengodok' kalo ngga salah ada di scene halte. Coba di ganti katanya jadi 'merogoh' atau semacamnya, dan masi ada beberapa typo yang harus di koreksi.... hnnng sama kata 'terfana' saya aga kurang sreg dengan kata itu ghehehe saya jadi mikir itu orang arab yang ngucapin kata 'terpana'

Sekali lagi Maaf kalo lancang yah kang. :ampun:

Apalah saya ini cuma menikmati karya akang dan sedikit ngeluarin pemikiran kritis :)
Di tunggu kelanjutannya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd