Diam, dan rasakan debaran jantungku,
Saat kau ulurkan, tangan untuk menolongku.
Kepakkan sayapmu, bawa aku terbang.
Luka yang tersisa, luruh dalam dekapmu.
16 Februari 2017.
15.00.
"aa kenapa dari tadi diem aja ?", tanyaku kepada kevin.
Kami sedang di perjalanan menuju tempat nongkrongnya di taman musik.
"Kemarin kemana kamu ?", dia malah balik tanya.
"Kemarin ? Aku ngerjain tugas wawancara di kiaracondong a, kenapa emang nya ?", jawabku.
"Pantes gak minta anter sama aa", tambahnya. Aku tidak mengerti dengan apa yang dia pikirkan.
"Maksudnya a ? Bukannya aa lagi ke padalarang kan ?", balasku.
"Terus maksud kamu, kalau aa lagi ada acara di tempat lain, kamu bebas di bonceng sama cowok lain gitu ?", katanya ketus.
"Yaampun a, kemarin aku di anterin pulang aja sama temen, itupun cuma sampai gasibu a", jawabku lagi, sebenarnya aku berbohong.
Kemarin aku di anterin sampai kostan ku. Tapi tidak ada lebih lagi, selain kami bertukar kontak untuk keperluan tugas ku yang berhubungan dengan adiknya Hamka.
"Awas aja kalau bohong, lain kali kamu gak boleh di bonceng sama cowok lain", katanya tegas.
"hah, itu cuma temen a, aku juga tahu aa sering bonceng cewek lain, tapi aku percaya sama aa", jawabku mulai terbawa suasana dengan omongan kami.
"Kata siapa kamu ? So tau", jawabnya.
"Kata Nata, aku suka nanya ke dia kalau aa lagi di kampus aa", jawabku tegas.
"Kamu jangan posesif gitu dong, emang nya aku apaan di intai gitu sama kamu", katanya dengan nada meninggi.
"aa juga jangan posesif kalau gak mau di posesifin, aku tuh baru pacar aa ya, aku gak suka di atur2 sama orang lain, aku bisa jaga diri aku sendiri", jawabku tak mau kalah.
"Bukan itu maksud aku", katanya menyela.
"Turunin aku disini a, aa sendiri aja ke taman musik nya, gak suka juga aku kumpul sama temen2 aa disana", kataku tegas saat motor sedang melintasi jalan banda.
"Eh, bukan gitu de maksud aa, jangan turun disini ya", katanya memelan nadanya.
"Engga, berhenti gak. Atau aku teriak a", kataku yg sudah benar2 malas mendengarkan bicaranya. Selama 2 bulan ini juga dia sebegitu posesif nya kepada ku.
Tiap hari nanya lagi dimana, sama siapa, mau ngapain, jangan lama2 mainnya adalah makanan sehari2 saat aku memulai hubungan sama dia.
Motor berhenti di depan kedai bakso di jalan banda.
"Maafin aa de, jangan turun ya", katanya meminta.
Aku tidak mendengarkan dia, aku turun disana.
"Gih pergi aja sendiri, aku bisa jaga diri sendiri", kataku.
"maafin aa de", katanya masih diam di depan ku.
"Eh intan, lagi ngapain ? mau ngebaso ?", suara dari arah parkiran kedai bakso itu.
"A andri, engga a, ini mau pulang aku", kataku.
"Ke kostan ? Mau bareng aja sama aa atuh ? aa juga mau pulang", ajaknya.
"Iya a boleh", kataku langsung mendekat ke A Andri yang sudah di depan mobilnya.
"Siapa de ?", tanya A kevin.
"Gak perlu tahu, pergi aja. Aku mau pulang sama dia", kataku ketus.
Aku langsung melangkah ke dekat A Andri.
"Aku bareng ya a, gapapa?", tanyaku.
"iya yuk aa juga mau pulang ko", katanya.
Aku langsung masuk ke mobil nya dia, dan meninggalkan A Kevin yang masih berdiam disana.
"Pacarnya ya tan ? kenapa lagi marahan ?", tanyanya.
"iya a hehe ya gitulah", jawabku singkat.
"Oh pantes, udah keliatan dari mukanya orang yang lagi berantem mah", katanya.
"Eh aa gak kerja ? baru jam 3 udah pulang", tanyaku.
"haha hari ini aa gak full kerja nya, lagi males aja tan di kantor mulu", katanya.
"ohh gitu a", jawabku.
"Eh gimana betah nih ngekost di kostan mamah aa ?", tanyanya.
"Betah a, nyaman tempatnya ko", kataku.
"Bagus lah kalau gitu, eh kapan2 aa boleh ya main ke kamar kamu tan", katanya.
"ngapain a ? kan cowok gak boleh masuk", kataku.
"Ya liat2 aja tan, liat kamar kamu, kamu bisa beres2 apa engga haha, yg gak boleh kan cowok yang dari luar tan. Anaknya yg punya kost mah bebas dong", katanya tegas.
"Eh.. i..ya a.. kapan2 aja ya", kataku terbata. Entahlah, pertanyaan dan pernyataan dia sedikit membuatku tidak terlalu nyaman.
Sekitar jam setengah 5 kami sampai di kostan, rumahnya A Andri berdampingan sama kostan aku.
"Sekarang boleh gak tan mainnya ?", tanyanya saat aku melangkah menuju kamarku.
"Eh, lain kali aja ya a, aku mau mandi terus ngerjain tugas", jawabku mulai risih dengan apa yang dia katakan.
"Aa tungguin aja, kali aja bisa bantu kamu kerjain tugas nya juga", katanya masih mencoba merayu.
"Makasih a, lain kali aja ya, aku ke atas dulu", kataku singkat dan langsung melangkah ke kamarku.
Di dalam kamar, aku langsung merebahkan badanku. Ku peluk boneka kesayangan ku. Aku kesel banget hari ini.
Aku curhat sama boneka ku. Beberapa kali telepon ku berdering. Tapi aku acuhkan.
Sampai malam aku hanya di dalam kamar, setelah curhat sama boneka ku. Aku mengerjakan tugas ku lagi, aku menyusun hasil wawancara kemarin di kiaracondong.
Ada beberapa bahasan yang kurang jelas sih sebenarnya.
Aku lihat HP ku, ada puluhan chat dan panggilan tak terjawab dari A kevin. Aku hanya baca chat nya aja, isinya cuma minta maaf, terus gitulah sifat posesif nya masih ada. Masa iya udah minta maaf masih nanya aku dimana, sama siapa, cowok tadi siapa. Males banget mau di balesnya juga.
Aku cek kontak yang ada di HP ku. Dan, aku tertuju sama satu nama disana. Orang yang mungkin bisa membantuku untuk mengerjakan tugas.
I : Hai..
Aku mengawali chat ku itu, sebenarnya agak ragu mau memulai chat sama dia, aku bingung harus mengawali nya apa.
Lalu beberapa saat ada beberapa chat yg masuk.
Ada dari A kevin, Alisha, Zahra, dan terakhir ada nama yg tadi ku chat, Hamka.
H : Ya, kenapa ?
Balasnya singkat, jelas, padat. Dan seolah dia terganggu dengan chat ku.
I : hehe iseng aja, gabut.
balasku bingung.
H : oh, kirain..
I : Kiarin apa ?
balasku lagi.
H : kirain lagi butuh bantuan, makanya chat. Kan aneh.
Aku sedikit tersenyum saat membaca chat dari dia. Aneh juga sih iya aku tiba2 chat dia kan.
I : peka yah kamu.
balasku singkat, aku tidak mau seolah2 aku memang membutuhkan bantuan dia.
H : Bantuan apa ?
I : Kamu nya sibuk gak ? Gak kerja ?
H : engga, lagi males.
I : oh..
Jawabku singkat lagi, dianya juga singkat2 gitu balasnya.
H : butuh bantuan apa ?
I : gak jadi, takut lagi males juga bantuin orang.
H : oh, yaudah.
Balasnya singkat, asli aku kesel dia bales gitu. So jual mahal banget sih jadi orang, padahal aku kan cuma butuh bantuan dia buat kerjain tugas yg berhubungan dengan tugas, bukan apa2.
Aku simpan HP ku, aku tiduran lagi, aku nyalain TV. Putar2 channel TV, gak ada yang rame juga.
Dan sekitar jam setengah 10, ada telepon dari aplikasi WA masuk.
Awalnya aku acuhin aja, tapi setelah 2x berdering. Aku sedikit melihat siapa yg menelonku.
Di layar sana tertulis nama "Hamka", dengan foto profil motor vespa bututnya.
Awalnya aku ragu mau mengangkat telepon dari dia. Tapi, aku takut juga ada hal penting.
"Assalamu'alaikum", kataku mengangkat telepon.
"Wa'alaikum salam, masih butuh bantuan gak ?", tanyanya di sebrang sana.
"Hah ? emangnya kenapa ?", tanyaku kaget.
"Iya masih butuh bantuan aku gak ? soal tugas kamu kan ?", katanya lagi.
"Eh iya, masih, gak males emang ?", jawabku bingung.
"Kamu itu dimana ?", tanyanya.
"Di kostan, kenapa emangnya ?", jawabku.
"Kostan kamu dimana ?", tanyanya lagi.
"Di gerlong, kepo banget sih", kataku.
"Aku di depan kytos, tahu kan ?", katanya.
"Hotel kan ? terus kenapa ?", kataku singkat.
"Kesini lah, katanya butuh bantuan, atau aku jemput ke kostan kamu ?", tanyanya.
"Eh, kan bisa di WA juga, udah malem ini", kataku bingung.
"Masih butuh bantuan gak ?Kalau mau sekarang, aku gak suka cewek santai aja", katanya mendesak.
ih dasar aneh kan. Nyebelin jadi orang, mentang2 aku yang butuhnya, dan bilang gak suka cewek juga. Ngeri juga asli.
"Oh.. yaudah, masuk ke jalan gerlong aja, tunggu di indomart ke dua", kataku.
"Oke kesana sekarang, lebih dari 15 menit gak ada, gak ada bantuan tambahan", katanya lagi.
"Iya tunggu di sweater dulu aku", kataku.
Aku lalu mengambil sweater ku, aku gak pake jilbab. Udah malam juga kan, aku cuma pakai penutup kepala dari sweater ku aja.
lalu aku turun dan mau berjalan ke depan.
Di depan kostan ku ada tukang nasi goreng, disana ada Teh Jelita, penghuni kamar bawah lagi makan.
"Kemana tan ?", tanyanya.
"Ke indomart teh, mau nitip ?", tanyaku.
"Oh engga", katanya singkat.
Aku dengan langkah cepat menuju indomart.
Di depan nya udah ada motor vespa dan laki2 yg sedang duduk di atasnya.
"Lama, tekat dikit aku pergi", katanya saat aku mendekat.
"Pergi aja atuh, ribet amat", kataku.
"Yuk naik", katanya.
"Kemana ? Helmnya ?", tanyaku.
"Di bawah bentaran doang, gak bawa gak ada polisi juga", katanya.
"oh yaudah yuk", kataku langsung naik.
Lalu dia melajukan motor vespanya, tak ada percakapan dari mulut kami, sampai di pertigaan jalan sukawangi.
"Kita kemana ?", tanyaku.
"Itu di depan", katanya.
Lalu motor berhenti di taman sukajadi, sebuah taman yg lumayan indah jika malam hari dengan lampu2 nya. Taman nya baru di renovasi.
"Ngapain ?", tanyaku.
"Katanya butuh bantuan, yuk duduk disana", ajaknya ke kursi di dekat lampu taman.
"Hah, masa disini ?", tanyaku.
"Kenapa ? Takut ? ini pinggir jalan gede kali, lagian aku udah bilang aku gak suka cewek", katanya.
"Oh yaudah", kataku mengikuti dia ke kursi di sana.
"Gak bawa apa2?", tanyanya.
"Engga", jawabku singkat lalu duduk di sebelah nya.
"Hah, niat ngerjain tugas gak sih", katanya.
"hehe lupa", kataku yang juga heran.
"yaudah ketik aja di Hp ya", katanya.
"Iya sok", kataku.
"sok apa ? kan kamu yg butuh nya, aku harus ngapain ?", tanya dia.
"Eh hehe maaf, iya aku mau tanya, kamu kenapa sih kayanya sayang banget sama adik kamu ? Bahkan gak ada rasa kesel gitu liat adik kamu yang mungkin bagi orang lain menyebalkan", tanyaku.
"manusia kan diciptakan gak sempurna, begitupun aku, kamu juga. jadi ngapain harus kesel sama adik aku kan, emang bagi orang lain mungkin menyebalkan, tapi bagi aku sendiri itu anugerah yang harus di jaga. Aku yakin ada suatu hal yg bisa di lakukan adik aku yang orang lain gak bisa lakuin", katanya serius.
Dan, kami lumayan lama mengobrol disana. Dia juga cerita tentang keluarganya, kemarahan dia kepada ayahnya yang dengan seenaknya pergi meninggalkan mereka.
Sekitar jam setengah sebelas, badanku mulai menggigil. Dingin nya bandung menusuk tulangku. Bahkan nafasku mulai mengeluarkan asap putih.
"Dingin ?", katanya sambil membawa sesuatu dari tas slempang yang dia pakai.
Dia membawa suatu benda dari kain, dan dia membuka penutup kepalaku yang dari sweater itu.
"ih ngapain sih", kataku.
Lalu dia memakaikan kupluk kepada kepalaku, aku gak tahu benda tadi adalah kupluk.
"Eh gausah", kataku.
"Dingin gitu, pake aja. Yuk aku anterin pulang, udah cukup kan informasi nya ?", katanya.
Aku hanya mengangguk.
Lalu kami langsung pergi dari taman sukajadi itu, jalanan sudah sangat sepi. Hanya ada beberapa kendaraan yang masih lalu lalang.
"Eh ini kupluk kamu", kataku saat kami sudah sampai di depan kostan. Aku meminta dia anterin aku sampai kostan ku.
"Pake aja", katanya lalu dengan cueknya langsung pergi menjalankan vespanya.
Aku sedikit dibuat heran sama kelakuan dia. Masa iya sih dia gak suka sama cewek.
Bersambung.. update dikit untuk menewani para pembaca yg tidak melaksanakan ritual malam jum'at. Ane sendiri gak melakukan ritual itu sama bini, ane lagi di perjalanan dari ibukota sama salah seorang partner. Semoga suka. Salam hangat.