Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Innocent Seductress

Aihhh updatenya hot bingitsss. Kusuka.
:fgenit: Mang Udin enak nich diservis Cindy & mamanya. hihi
Makaci ea suhu TS
 
Seventh Encounter: Mamamia, here we go (part 2)

—----Di rumah—----

Aku sudah mandi dan berganti pakaian, ku kenakan kaos rumah kebesaran bergambar Jennie Blackpink. Jam dinding sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Aku santai memakan apel dan pir yang mamah kupas barusan. Mamah melihatku dengan pandangan yang aneh.

"Kenapa sih Mah? Gitu amat liat Cindy?" Tanyaku sambil mengunyah apel.

"Harusnya mamah yang nanya kamu, baju sampe sobek gitu gimana ceritanya? Pake nangis lagi tadi. Hape juga ga diangkat. Hhhhahh…" rentetan pertanyaan diakhiri helaan nafas keluar dari mulutnya.

"Hehehehe…"

"Malah cengengesan, ga jelas banget kamu Cin."

"Orang gpp kok Mah. Emang maunya mamah gimana?" Aku balik tanya.

"Mamah tuh sampe minta tolong mang Udin buat cari kamu, saking khawatirnya, eh kamu malah cengengesan ditanya." Ujar mamah senewen.

"Jadi gini Mah, tadi tuh Cindy ngegodain bocah-bocah esempe, terus hujan, nah terus ….bla……bla…….bla……" kuceritakan kronologi kejadian tadi pagi, dengan tambahan bahwa aku menangis bukan karena takut diperkosa, tapi terbawa suasana, biar lebih hidup gitu, sebenarnya aku pasrah saja kalau memang aku harus diperawani oleh tiga bocah itu. Mamahku hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengarkan ceritaku.

"Ya ampun Cindy, kamu ada-ada aja, hahahaha, bakat binal dari siapa sih kamu? Perasaan mamah dulu ga gitu-gitu amat." Mamahku akhirnya tertawa mendengar ceritaku.

"Ya dari mamah cantik bernama Selina dong bakatnya!" Balasku sambil meleletkan lidah.

"Jadi mang Udin tadi ceritanya nyelamatin kamu, tapi kamunya ga butuh diselamatin. Kasian banget mang Udin, pahlawan salah korban. Hahaha.." mamahku tertawa terpingkal-pingkal membayangkan penyelamatan mang Udin sebenarnya tak berguna.

"Ya gapapa juga Mah, apa kata dunia kalo Cindy anak cantik seksi gini menikmati diperkosa bocah-bocah. Ya kan Mah?" Kataku membela diri.

"Iya deh iya, Cindy si paling suci." Mamah mengejekku.

"Hehehehehe, dah ya Mah, Cindy mau bobo ah. Ngantuk bangun kepagian." Kataku sambil beranjak dari kursi ruang makan.

"Yaudah sana, mamah mau nonton TV dulu." Saut mamahku.

Akupun pergi ke kamar untuk tidur.



POV Selina


Kulihat putri bungsuku menaiki tangga. Akupun pergi ke ruang tv untuk menonton acara tv siang itu. "ah acaranya ga ada yang bagus, kalo ga berita, acara gosip." Kumatikan tv lalu bermain hape. Jari tanganku memang bermain hape, tapi tidak dengan pikiranku. Aku membayangkan bila kejadian yang sama dengan Cindy menimpaku, mungkin lain ceritanya, bakal ku perkosa balik para bocah mesum itu. Hahaha. Membayangkan bagaimana bocah-bocah itu memohon ampun saat penis kecilnya yang sudah ejakulasi masih ku kocok membuat mereka kesakitan membuatku menjadi sedikit banyak jadi terbawa suasana. Ku raba vaginaku, lalu kumainkan dengan jari tangan ku. Ku elus-elus belahan vaginaku, lalu kumainkan biji kelentit ku sendiri. Rasanya enak sekali bermasturbasi sambil membayangkan para bocah tengah mengerubutiku, menjamah setiap inci tubuhku, memainkan puting dan vaginaku. Ooohhhh…….Cpkk…ceppp..cepppkk.. ku colok-colok vaginaku dengan jari tengah dan jari manisku, berusaha mendapatkan kepuasan dari jari jemariku sendiri. Tanganku yang lain memainkan kedua payudaraku yang besar sambil memilin-milin puting ku bergantian. Kurasakan vagina ku makin sensitif, rasa gatal namun nikmat mulai menjangkiti vaginaku..

Ting tong Ting tong!!

Suara bel terdengar dari balik pintu depan. Membuyarkan fantasiku. "Ah dikit lagi padahal. Siapa sih?!"

Ting tong..!!! Punten! Non Selina, non!? Ternyata mang Udin yang membunyikan bel pintu.

Kubereskan baju dan celanaku yang tadi acak-acakan sebisanya, lalu aku beranjak dari sofa menuju pintu depan.

"Iya sebentar mang!" Kubuka pintu.

"Eh mang Udin, masuk masuk mang." Kataku mempersilakan mang Udin untuk masuk.

"Iya makasih Non, saya masuk ya. Punten" Ujar mang Udin sambil melangkah masuk. Ku persilahkan dia duduk di sofa ruang tamu. "Silahkan duduk mang, kaya baru sekali aja kesini mang." Kataku sambil mengerlingkan mata.

"Hehehe, non suka ngingetin aja ah." Jawab mang Udin genit.

"Jadi ada perlu apa nih, oh iya sampai lupa, makasih ya tadi udah bantu saya nyariin Cindy ya mang." Ujarku berterima kasih.

"Eh, iya non sama-sama, apa yang ga atuh buat non Lina. Hehehe. Enggak non, mau nanya kabar neng Cindy aja, tadi kan hampir di perkosa itu sama bocah sialan." Ujar mang Udin kesal. Aku yakin bukan kesal karena bocah tadi, tapi hampir saja dia tidak bisa memerawani Cindy dengan kontol besarnya.

"Iya tadi Cindy udah cerita, sekali lagi makasih ya mang udah bantu anak saya."

"Mang Udin mau saya bikinin kopi?" Tawarku.

"Boleh banget non. Hehe." Mang Udin mengiyakan tawaranku. Aku segera masuk ke dapur, membuatkannya kopi. Membayangkan kontol mang Udin membuat aku jadi horni lagi. Ah! Aku ada stok kopi purwaceng, akan ku bikin dia horni sampai ubun-ubun kepala. Hihihi. Kuambil kopi purwaceng dari kulkas, kuseduh kopi penambah stamina pria itu.

"Silahkan mang diminum kopinya."

"Wih pasti enak bikinan non Lina mah!" Segera mang Udin menyeruput kopi purwaceng buatanku. Sambil minum, terlihat matanya curi-curi pandang ke dada besarku.

"Enak non kopinya. Hehe." Ujarnya agak salah tingkah karena ku pergoki memandangi dadaku.

"Iya mang, maaf cuma kopi ya, kebetulan lagi ga nyetok cemilan." Jawabku sambil tersenyum nakal.

"Nyemil non Lina aja gapapa lah mamang mah! Hehehehe." Ujar mang Udin mesum.

“Mang Udin ganjen ah!” ujarku sambil tersenyum malu. Ku ajak mang Udin ngobrol ngalir ngidul tentang kabar Jevelyn yang sedang diluar kota dan sekolah Cindy, kuceritakan juga bahwa suamiku saat ini sedang berada di Labuan Bajo kurang lebih 3 Minggu lagi. Mang Udin seperti terperanjat senang mendengar kabar suamiku. Lalu kuajak dia melihat beberapa sudut rumah yang terindikasi mengalami kebocoran. Kubuat janji dengannya untuk memperbaiki kebocoran itu.

"Jadi gitu mang, bisa kan?" Tanyaku memastikan kesediaan mang Udin untuk memperbaiki kebocoran.

"Siap non, ga usah dibayar juga gapapa Non, hehehe, tapi tau kan mesti gimana gantinya??" Ujar mang Udin mesum. Kucubit pinggangnya dengan keras.

"Idih mang Udin genit banget ih!! Iya iya, kaya waktu itu kan?" Ujarku sambil mengerling nakal.

"Nah tuh tau non. Ehehehehe." Mang Udin terkekeh.

Tak terasa sudah tiga jam kami ngobrol dan mengecek rumah. Kami lalu duduk kembali di ruang tamu, aku duduk berseberangan dengan Mang Udin, sengaja ku duduk agak mengangkang.

"Uhuk..!! Duh non,.."

"Kenapa Mang??"

"Non udah sange ya? Sampe basah gitu." Matanya memandangi tajam celana bagian vaginaku yang sudah basah kuyup, ternyata akibat tadi aku sempat bermasturbasi dan tak selesai, ditambah lagi nafsu ku yang bergejolak membayangkan vaginaku akan diobrak-abrik kontol besar hitam dan panjang milik Mang Udin.

"Eh enggak mang. Ini tadi keringet aja." Kataku mencari alasan seadanya. Aku tetap tak mau terlihat terlalu murahan didepan mang Udin. Tiba-tiba mang Udin bangun dari duduknya lalu berpindah ke sebelahku.

"Yakin keringet doang non?" Tanyanya sambil jarinya meraba dan menggesek-gesek permukaan celanaku yang basah, ia lalu menendus jarinya yang sudah basah terkena cairan cintaku.

"Kok baunya ga kaya keringet ya non? Hehe" mang Udin lalu mendekatkan jarinya ke hidungku. Aku malu-malu membuang muka agar tak mencium aroma cairan cintaku sendiri.

"Eh non, ga boleh gitu, coba cium dulu." Tangannya menangkap pipi ku lalu kembali mengarahkan jarinya yang basah ke hidung ku. Mau tak mau ku endus juga jari itu. Aku lalu mengangguk pelan mengiyakan kalau baunya bukan bau keringat.

"Tuh kan bener kata mamang. Hehe, sekarang coba kasih tau gimana rasanya?" Kata mang Udin. Ia tiba-tiba memasukkan jarinya ke dalam mulutku yang sedikit terbuka, karena tidak siap jarinya meluncur masuk tak tertahan. Dimainkannya jarinya di antara lidahku, mengulas-ulas dan menjepit lidahku dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Angghh….clep…slurpphhh…." Dengan gemas ia memainkan jarinya dalam mulutku.

"Gimana rasanya cairan memek non sendiri? Enak gak? Soalnya kalo mamang pasti doyan non. Nih liat.. mmmmhhhhh" Ujar mang Udin nakal. Ia mencabut jarinya dari mulutku lalu memasukkan jarinya yang kini belepotan liur dan cairan cintaku kedalam mulutnya sendiri.

"Hihi mang Udin nakal ya!" Ujarku genit.

"He.emm…cpok ahh, enak non! Hehe." Ujar Mang Udin menyedot habis jarinya.


Tangannya lalu masuk ke dalam celanaku, lalu menggesek-gesek celana dalam ku lagi, tapi kali ini ia menggeser celana dalamku dan memainkan vaginaku yang sudah basah kuyup. Suara kecipakan jarinya di vaginaku terdengar nyaring dan mesum. Jari tengahnya dengan nakal mengorek-ngorek vaginaku.

"Aauhhhh…..sssshhhhh….mang Udin.." aku mendesah menahan serangan jarinya dalam vaginaku. Ku tahan tangannya agar tidak terlalu liar memainkan jarinya. Apalagi saat kurasakan jempolnya menggesek-gesek klitorisku.

"Addduhhh manghh…aahhh..ahhh…" suara desahanku makin keras seiring permainan jarinya yang makin menggila. Sambil menciumi pipi dan leherku, telingaku juga tidak terlewati, membuat rangsangan-rangsangan pada titik sensitifku membuatku makin menikmati permainannya. Kurasakan vaginaku makin gatal, rasa-rasanya aku akan segera mendapatkan orgasme pertamaku hari ini.

"Mmmaaannggfhhh Udiiiiinnnnn…….aahhhhhh…ahhhhhhh…crrrrtt…….crrrtttttt…crttt…..!!!!!" Tubuhku menggelinjang diterjang oleh gelombang orgasme bertubi-tubi, lecutan orgasme menggeluti seluruh syaraf ditubuhku. Rasanya enak dan nikmat sekali..sementara jari mang Udin masih menggesek ringan bibir vaginaku.

"Gimana neng, enak jari mang Udin?" Bisiknya tepat disamping telingaku. Membuat bulu tengkukku berdiri kegelian.

"Hahhh…hahhhh..haahh….iyaahhh mang, juaraaa…." Kataku lemas, efek orgasme masih melingkupi tubuhku. Badanku sampai merosot.

"Mau yang lebih ga Non?" Tanya mang Udin. Tanpa menunggu jawabanku, Ia lalu mengangkat badanku lalu menggendong dengan lengannya. Ku kalungkan tanganku di lehernya agar tidak jatuh. Gila mang Udin ini, dengan perkasa ia menggendongku di umurnya yang tidak muda lagi. Aku tak bisa membayangkan bagaimana staminanya dimasa prime nya. Ia membawaku ke arah kamarku.

"Mang, katanya mau nengok Cindy? Ke lantai dua aja yuk?!" Kataku sambil mengerling nakal. Dengan gila, Aku mengajak mang Udin ke kamar anak kandung ku sendiri dalam keadaan seperti ini.

"Anjirrrr, siap non, berangkat!!" Dengan bersemangat ia mengubah arah langkahnya, lalu menuju tangga dan menaikinya sambil tetap menggendongku.
 
Wadidawww Cindy hampirrr aje diperkaos abegeh horny. wakaka.
Mamahnya digenjot terus. Mulustrasinya emejing. :genit:
Trims hu updatenya. Semangat hu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd