Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Innocent Seductress

Mantap sekali, ditunggu lanjutannya
Di site story Selina emang g mulustrasinya y?
Ditunggu sepak terjang mang Udin mendapatkan mangsa2nya
Siap mohon ditunggu aja suhu.
Iya, kemarin ga sempet pegang lptop, ngedit di hape susah ternyata. Kalo sudah sempet pasti dikasi mulustrasi menyusul.
Mang Udin punyanya Cindy, ga boleh diganggu gugat!
 
Sangat penuh potensi ini cerita.. Wkwkwk type yang kepengen tapi msih ada ngelawannya. Lanjut brooo
 
Beggh cerita baru dengan karakter amoy. Mantul dan menjanjikan ini mah coi.
:pandabelo::pandabelo::pandabelo:
Ane izin mendirikan rusun disini menunggu updatean.
Trims hu @hidup hakiki
 
Mari kita lanjutkan cerita Cindy. Selamat membaca suhu sekalian!

Cerita sebelumnya …..

“idih.. boro-boro ketagihan.., jijik yang ada Mang.…” ujarku bersikeras menolak. Tapi apa dayaku, tangannya menekan kedua pipiku agar mulutku terbuka.

"Aw…aw….awww…mmmmmmhhhhh cpokk…cpokk…" jarinya masuk ke dalam mulutku, terpaksa ku kulum jarinya yang berlumuran peju. Dirasa bersih, aku mengeluarkan jarinya.


Fourth Encounter: Slick Raw Meat


Cindy Tanktop

Aku cemberut, sedangkan ia terkekeh sambil menarik kaos T-shirt berwarna abu bergambar kucing yang kukenakan hingga dengan pasrah terlolos melalui pergelangan tanganku. Kini yang tersisa hanya tanktop putih bertali tipis menutupi payudaraku. Matanya menatap sayu pada buntalan payudaraku yang sekal padat.

“berapa sih seliternya neng ??" Tanyanya iseng.

“apaan sih mang?? “ aku tidak menangkap maksud pertanyaannya.

“ini nih, susunya “ ia cengengesan menyenggol payudaraku dari bawah ke atas sehingga payudaraku naik turun dibuatnya.

“ihh!!!! emangnya susu sapi…, nihhh rasain!!..” Kucubit dada Mang Udin, untuk menutupi malu sambil memberinya pelajaran.

“aaa-aaaduuh…, yee , nyubit…, tar mamang gigit susunya loh..” katanya sambil menggertakkan giginya.

“aww.., jangann mangg, JANGAN..!! aaa….” Tanganku menahan kepalanya, ia tertawa saat aku menjewer kupingnya.

“mang, jangan main gigit-gigitan atuh, gimana sih…, kan sakit..,mang Udin mah gitu , suka nggak kira-kira…kalo nanti berdarah, kena infeksi, dibawa ke rumah sak….mmmh ”

“ooopppp… oppppp….udah” Ia meletakkan jari telunjuknya dibibirku.

“buset non .., panjang amat ngomelnya kaya kereta api…” Dengan gemas ia memagut bibirku, aku masih diam karena agak kesal, ia kembali memagut bibirku. Aku masih juga diam, aku menepiskan tangannya yang meremas induk payudaraku yang masih tertutup tanktop, bibirnya terlepas dari bibirku, matanya yang mesum bertatapan dengan mataku sebelum akhirnya bibir mang Udin kembali hinggap di bibirku. Aku mulai membalas pagutannya, kudesakkan lidahku kedalam mulutnya, ia menghisapi batang lidahku, menyenangkan sekali rasanya saat ia menghisapi lidahku dengan rakus. Aku menarik lidahku dari emutannya, Mang Udin sudah lupa bahwa barusan mulutku penuh dengan pejunya sendiri sekarang dengan rakus langsung mengejar dan mengulum bibirku, kedua tangannya meremas-remas induk payudaraku yang semakin membuntal, ciumannya merambat menjelajahi rahang, dagu, leher, pundak dan bahuku.

“aahh.ahhh mangg Udhinnnnn.. nnnhhhhhh…” aku merengek saat dengan cekatan ia melepas tanktopku. Aku mendesah keenakan saat ujung lidahnya menjilat puting susuku, ada rasa basah dan rasa hangat yang terasa saat batang lidahnya membilas puncak payudaraku.

Aku melenguh pelan, mulutnya mencucup putingku dan mengenyot dengan lembut, tangan kiriku memegangi belakang kepala mang Udin sementara tangan kananku mengusap-ngusap kepalanya. Bibirku mendesah dan merintih-rintih kecil menikmati hisapan-hisapan mulutnya pada putingku. Lumayan lama ia menyusu bergantian di kedua payudaraku, kubiarkan ia mengenyoti susuku sepuas-puasnya.

Setelah beberapa lama mang Udin menyudahi kegiatan menyusunya.



“nahhh…, sekarang Cindy tiduran di sini ya…” Aku ditidurkannya di atas sofa sedangkan ia berlutut di hadapanku, diantara kakiku. Tangannya berusaha melepas dan meloloskan rok-celana berwarna hitam yang kukenakan. Tinggallah celana dalam berwarna putih yang melekat menutupi bagian terintim dari tubuhku.

“Cindy sayanggg, mang Udin pengen liat memeknya ya….” pintanya manja.

“jangan mang.., nggak boleh…” aku masih berusaha menolak keinginannya, padahal sudah terbakar nafsu.

“ngintip dikit ajaaa.. yaa….” desaknya

“enggak ahh, enggak…” aku bersikeras tidak mau.

“Cuma liatt.., nggak akan diapa-apain kok…, boleh ya…” ia terus gemas mendesakku dengan berbagai cara, akhirnya aku yang sudah kepalang tanggung mengangguk.

“tapi janji ya mang, cuma liat…, nggak boleh pegang-pegang…” aku memastikan lagi janjinya sebelum celana dalamku melorot.

“iyaaa…, mang Udin janji…..” Aku berusaha menahan kegelisahan saat tangan mang Udin merayapi permukaan celana dalamku. Kedua tangannya menarik celana dalamku, kuangkat pantatku untuk memudahkannya melepas celana dalamku, kupejamkan kedua mataku saat celana dalamku ditarik melewati paha, lutut, melewati betis bunting padiku untuk kemudian terjatuh dari ujung kakiku.

“Anjinggg….!!” hanya makian kasar pelan itulah yang keluar dari mulut Mang Udin , matanya membeliak memelototi kemolekan vaginaku.

Kutepiskan tangannya yang merambat naik hendak menjamah permukaan vaginaku, dengan tak sabar kedua tangan mang Udin mencekal pergelangan tanganku yang kiri dan yang kanan diatas perutku sendiri..

“ee-ehh , MANGG, akhhh tadi.. aww kan tadi janjihh.. ouhhhhh…” Aku terpekik, terkejut setengah mati saat ia membenamkan wajahnya pada vaginaku. Kecupan-kecupan liar menjelajahi permukaan vaginaku yang berjembut tipis, aku menarik tanganku dan kutendang bahunya hingga mang Udin terjengkang ke belakang.

“MANG! tadikan mang Udin sudah janji gak akan pegang-pegang…!!” aku sewot karena ia melanggar janjinya.

“lhaaa ?? emang mang Udin megang-megang memeknya Non Cindy..??” tanya mang Udin berkelit.

Aku terdiam sambil manyun, kata-kata mang Udin ada benarnya juga.

“tapi manggg Auhh, j-jangannn.. awwww…” aku terpekik kembali kedua kalinya. Mang Udin menyambar pergelangan kakiku kemudian merenggangkan kakiku.

“sslllcckk ckk muah muahh, udah lama mamang pengen liat dan nyiumin memek Neng Cindy, siapa sangka hari ini impian mang Udin menjadi kenyataan, muahhh.., cupp cupp muahhh memek cina emang beda….gurihhhhhh…!!”

Tanganku berusaha mendorong kepalanya, kucakar wajahnya hingga pipinya luka tergores oleh kuku-ku. Mang Udin tidak marah, dia malah tertawa. Kedua kakiku melejang-lejang kuat berusaha untuk lepas dari cekalan tangannya. Aku semakin panik dan menjerit keras saat mulutnya terbuka lebar dan mencapluk belahan vaginaku.

“MANGGG…!! Auhhhhhhhhhhhh…….!!” aku mengejan merasakan mulutnya akhirnya bisa melumat vaginaku.

Tubuhku tersentak oleh rasa kaget sekaligus rasa nikmat saat ia mengokop vaginaku, rasanya tubuhku seperti melayang oleh rasa nikmat yang selalu kucari-cari dalam fantasi liarku. Hilang sudah tenagaku seperti menguap habis, kedua kakiku berhenti meronta, punggungku jatuh ke belakang, kepalaku berbaring pada lengan kursi dan tubuhku terbujur dengan kedua kaki dikangkangkan olehnya. .

“nnh nhhhh.!! Nnnnhhhh…, ohhh..?? !! manggg… “ erangku.

Aku menatap kearah selangkanganku dengan malu kuhentikan rengekanku, rupanya sambil mengerogoti Vaginaku kedua mata mang Udin tak pernah lepas mengawasiku, ia semakin hebat menggerogoti vaginaku seakan sedang memaksaku untuk kembali merengek. Aku mencoba bertahan dan terus bertahan, ia menggeram dan memagut-magut, mengecupi, menjilat, bahkan menyedot bukit mungil di selangkanganku dengan liar.

“ahhhhhhh… nnhh nhhhh..! nnnhhhh… awww…!!” eranganku makin keras.

Berkali-kali mulut Mang Udin menghisap kuat-kuat vaginaku. Rasa nikmat membuatku terhanyut, tanpa kusadari aku kembali merengek dan mendesah kecil, kupalingkan wajahku ke arah lain. Aku tidak sanggup lagi beradu pandang dengan tatapan matanya yang mesum, bulu kudukku pun berdiri saat mang Udin melepaskan kaki kiriku, tangan kanannya kini berusaha menggapai gundukan payudaraku.

“ohhhhhh.. aaaaa, ennnhh.. nnnnhhh…!!” eranganku berubah menjadi lenguhan nikmat.

Tubuhku menggelepar-gelepar disergap oleh rasa nikmat. Tangannnya mengusap-ngusap puncak payudaraku kemudian mencubit puting susuku yang runcing. Batang lidahnya membasuh jembut tipisku hingga vaginaku terasa hangat dan basah oleh air liurnya. Aku merintih saat mulutnya kembali menangkup belahan vaginaku, ia mengenyot beberapa kali lalu mengunyah belahan vaginaku. Aku semakin tersiksa oleh gairahku yang membara, aku merintih seperti seorang gadis binal yang liar.

“ahhhh..!! crrrutttt.. crutttt…” kurasakan vaginaku berkedut-kedut mengeluarkan cairan cinta.

“srruphhh.., nyemmm srrupphhh he he he…srrupphhhh” Mang Udin menyeruput cairan vaginaku, di sela suara kekehannya aku dapat mendengar suara seruputan mulutnya. Kutarik nafasku dalam-dalam untuk mengatur detak jantungku yang tak beraturan, tubuhku menggelinjang.

“wah Non.., nantangin banget posisinya , wahh ga boleh dianggurib ini mah. Gurih!!…” katanya sambil menirukan tukang karburator yang sedang viral.

“ohhhhh, Mangggggg….” kembali aku melenguh.

Mang Udin menangkap payudaraku kemudian ia meremas-remas induk payudaraku. Kupasrahkan tubuh ranumku untuk digerayangi oleh Mang Udin , lagi asik-asiknya ia mengelusi susu, pahaku dan meremas selangkanganku tiba-tiba kami berdua dikejutkan oleh suara seseorang yang membuka pintu pagar rumahku. Tanpa dikomando aku dan mang Udin memunguti pakaian kami yang berserakan di atas lantai kemudian berlari kearah anak tangga. Tapi sedetik kemudian aku kembali ke sofa, mengeringkan sisa keringatku yang menempel disana lalu kembali berlari ke anak tangga.

“manggg…,cepat keatas mangg…, sembunyi di kamarku..!! aduhh, itu manggg.. itu..bajunya ketinggalan…” ujarku panik kalang kabut.

Dengan cepat ia memungut baju kaosnya yang tertinggal. Aku dan mang Udin semakin panik menaiki anak tangga saat mendengar suara langkah-langkah kaki mendekati pintu rumah dan seseorang mengetuk sambil memanggilku. Cklekk…, aku buru-buru menutupkan pintu kamarku, kami berdua berusaha menenangkan diri, kusuruh mang Udin untuk bersembunyi di dalam lemari pakaian. Setelah mengenakan kaos Tshirt dan rok-celana hitamku kembali, kurapikan rambutku yang acak-acakan dan kemudian aku turun ke bawah. Kubuka pintu, kudapati ciciku berdiri tersenyum didepan pintu.


Jevelyn

"Halo Cindy!! Muach..muach…" kata ciciku lalu mencium kedua pipi ku dengan gemas.

“ehhh…, Ci Velyn….., kok pulang ke Bandung ga bilang-bilang dulu sih? Biasanya kan ngabarin di grup wa dulu?” rentetku menanyai ciciku yang tiba-tiba pulang ke Bandung.

“iya nihhh…, Cici lagi bete di Salatiga, disana tuh ga ada mall tau!! Cici juga kangen sama Papah, jadi Cici pulang ga bilang-bilang biar surprise!?" Jawabnya.

Kamu kenapa sih? Kaya ga suka Cici pulang? Hayo… kamu ngapain????" Lanjutnya menyelidik.

"Eh…gak gitu Ci! Maksud aku tuh, aku kan bisa masak dulu, atau pesenin makanan dulu gitu kalau Cici pulang! Kan pasti Cici capek kan? Laper kan? Hehehe" Aku tertawa grogi berusaha memberikan alasan yang masuk akal.

"Lah emang ga ada makanan banget ini? Yaelah Cyiiinnn…!! Dari malem Cici baru dapet protein cair doang ini..!" Katanya merutuk.

"Eh??? Protein cair Ci? Apaan tuh?" Tanyaku terfokus pada istilah yang sebenarnya tidak asing lagi bagiku sekarang.

"Anak kecil banyak nanya ih! Hihihi
Ya udah deh, seenggaknya makan mie aja dulu deh. Mie ada dong?" Kata Cici ku mengalihkan pertanyaanku. Aku tertawa kemudian mengekorinya ke dapur. Ekor mataku melirik ke arah kursi tempat di mana kemesuman itu baru saja terjadi,

"hahhh?? apa itu?? waduhh gawat.!!" Teriakku dalam hati. Ternyata celana dalam Mang Udin masih tertinggal. Aku lewat, pura – pura untuk membereskan meja dan Tukkkk…, ujung kakiku menyepak celana dalam dekil itu hingga nyungsep masuk ke bawah meja.

“Cindyyyy….” panggil ciciku

“iya Cii…, I’m cuming he he he he” aku menjawab ambigu.

“yaaaah, adanya mie rebus doang, padahal pengennya mie goreng. Bikinin Cici mie ya Cindy cantik cyangnya cici…” keluh ciciku melihat stok mie tinggal mie rebus dan lanjut menyuruhku membuatkan mie.

"Okedeh ciciku yang cantik juga, Cindy bikinin mie paling enak serumah ini." Aku pun mulai membuat mie rebus, ku buat pakai telur dan tambahan sayur. Akhirnya mie pun jadi setelah 10 menit.

“nih Ci, udah jadi mie nya” ucapku sambil menyodorkan mie di meja makan ke ciciku.

“wah ini sih mas-mas burjo kalah enak mienya, lebih enak ini malah., sluuurrppphhh.. sluurrppphhhhh…” puji ciciku sambil menyeruput kuah mie.

“kamu kok keringatan gitu sih Cin??” tiba-tiba ciciku bertanya karena melihatku Bermandi keringat sisa pergumulan ku dengan Mang Udin tadi.

“hemm ?? agak gerah cii…, cuaca hari ini kan panas menyengat… emang gak kerasa Ci?" Jawabku sekenanya.

“loh, di luar hujan gerimis kok…”

“ahh, masaaaa ?? aku ngak tau cii, tadi aku baru bangun tidur…“ jawabku mencari alasan.

“ooo…gitu, sluurrrpphhh.. srluurrppphhhh” ciciku menjawab sambil kembali menyeruput kuah mie.

Entah kenapa suara sruputan yang terdengar membuatku semakin gelisah. Kukulum senyuman nakalku, kutepiskan segala pikiran kotor itu, dengan sabar ku tunggu ciciku habiskan semangkuk mie rebus yang tersaji diatas meja makan. Aku pura-pura menguap, untuk melepaskan beban nafsu yang tiba-tiba menggunung.

“Hoammmm…, Cii…, aku ngantuk.., “ kataku membuka kembali percakapan.

“Hah? nggak salah?? bukannya baru bangun tidur.. ??” jawab ciciku.

“yaaa.., kan ujan ci, paling enak buat tidur..he he he…” jawabku.

“iya juga sihhh.. emmmmhhh hoaammmm.., cici juga jadi ngantuk nih… capek, kekenyangan, hujan pula.." balas ciciku setuju.

“sudah ciii.., sini sama Cindy aja.., cicikan baru pulang , istirahat gih..” ketika ku melihat ciciku akan mencuci mangkuk bekas mie.

“duhhh.., adikku memang paling baikk muahhhh…, cici bobo dulu yach” Ci Velyn mencubit pipiku lalu mencium pipiku kemudian ia masuk kekamarnya. Setelah mencuci mangkuk aku bergerak menuju kamarku, ku sedikit membuka pintu kamar ci Velyn yang terletak di sebrang kamarku, ciciku tertidur pulas dibalik bed cover, dengan berjingjit-jingjit aku masuk ke dalam kamarku.

POV Cici Jevelyn



"Wah akhirnya sampe Bandung juga, bosen banget di Salatiga, gada hiburan. Bioskop aja harus ke Semarang, payah banget." Kutukku dalam hati. Papahku emang kayanya "ngebuang" aku kuliah di Salatiga. Emang salah ya punya banyak temen cowok? Aku main juga ga macem-macem rasanya. Aku kan nyontoh gaya main mamah, dulu juga diajarin mamah, sekarang kok malah kayanya aku salah. Tapi gapapa, toh disana aku udah punya banyak temen kok. Hehe.

Aku baru turun dari kereta malam yang membawaku dari Semarang ke Bandung, ku perhatikan porter yang membawa barangku mencuri-curi pandang melihat kearah pahaku yang tidak tertutup rok mini ku.

"Pak, tolong sampai parkiran ya bawa titik penjemputan ya bawa kopernya. Mobil grab nya udah nunggu disana katanya." Aku meminta tolong bapak-bapak porter yang sedang membawa koperku.

"Siap mba!" Jawabnya singkat bersemangat.

"Nah, itu kayanya mobilnya Pak, warna putih Pak." Kataku menunjuk mobil Avanza putih yang menunggu tidak jauh dari pintu penjemputan. Dengan cekatan bapak porter membawakan koperku melewati sela-sela manusia yang sedang berjalan keluar juga. Sesampainya di samping mobil aku memberi kode pada supir grab untuk membukakan bagasi mobil. Bapak porter kemudian membuka bagasi.

"Pak, udah gpp, biar sy aja yang masukin kopernya ke bagasi." Kataku karena melihat bapak porter sudah kepayahan membawa koperku keluar stasiun.

"Eh ga papa mba, biar saya aja yang angkat." Bapak porter bersikeras mengangkat kopernya. Ku mengambil uang 50ribu dari dompet ku dan memberikannya pada bapak porter sambil menahan agar kopernya tidak diangkat.

"Udah gpp Pak, ini uangnya, cukup kan Pak?" Kataku.

"Eh, aduh makasih mba, ini cukup neng. Makasih ya mba." Katanya sungkan. Bapak porter itu belum beranjak dari belakangku saat aku menunduk mengambil koperku untuk kuangkat ke dalam bagasi, aku yakin dia bisa melihat celana dalam hitam berenda ku dibalik rok mini yang ku gunakan. Selesai memasukkan koper, aku menutup pintu bagasi dan membalikkan badan.

"Pak, halo pak?" Aku mengibaskan tanganku didepan matanya karena bapak porter diam saja.

"Eh.. ehh.. iya mbak kenapa.??" Dengan kaget dia menjawabku.

"Iya udah beres Pak, makasih ya udah ngangkatin koper aku, tip nya cukup kan pak? Ujarku sambil mengerlingkan mataku sambil berlalu masuk ke dalam mobil.

"Hihihi, asik juga ngerjain orang sampai horny gitu, kentang-kentang dah. Hihihi." Aku tertawa dalam hati menikmati keusilanku pada bapak porter tadi.

Perjalanan dari stasiun menuju rumahku cukup menyita waktu, jarak yang cukup jauh dan macet membuat waktu yang dibutuhkan jadi lebih panjang. 15 menit sudah kami terjebak di kemacetan kota Bandung. Aku mulai bosan bermain hape ku, ku lihat jalanan bandung yang macet, lalu mataku tertuju pada spion tengah. Ku lihat mata supir grab yang terus menerus melihat ke arah pahaku yang mulus.

"Pak! Fokus Pak..… Liatin pahanya!" Aku berkata dengan cukup keras menegur supir grab. Sambil membuka lebar pahaku, membiarkan supir melihat dengan jelas isi dalam rok ku.

"Gimana neng?? Waduh anjing siah eta pingping mantap anjing." Pekiknya sambil Matanya terbelalak hampir melompat keluar.

"Kalo nyetir fokus atuh Pak, mau liat jalan atau liat paha aku?" Kataku sambil mengibaskan kedua pahaku, membuat efek buka tutup yang membuat supir grab makin melotot. Kulihat dia kini gelisah sambil mengocok kontolnya dari balik celana pendeknya.

"Kenapa pak? Butuh bantuan?" Godaku.

"Waduh, serius ini?" Katanya sambil tersenyum mesum. Lalu dengan cepat aku merayap dengan agak sulit untuk berpindah dari jok belakang ke jok depan mobil, membuktikan keseriusan ku. Setelah berhasil pindah dan duduk di kursi depan, aku melihat kearah selangkangannya, lalu melihat supir sambil menggigit bibir bawahku.

"Mau dibantu apa emangnya Pak?" Kataku manja sambil tanganku nakal mengelus-elus dan menyenggol-nyenggol penisnya dari balik celananya. Jariku merayapi batang kontolnya.

Ditengah kemacetan kubuka resleting celana supir grab yang kutumpangi, ku keluarkan kontolnya yang tidak begitu besar namun sudah sangat keras, ku kocok batang tersebut dengan lembut.

"enak gak pak kalo dikocok kaya gini kontolnya?" Aku bisikkan pertanyaanku dengan suara yang erotis persis di samping telinganya, sambil menghembuskan nafas.

"Adududuh neng, ga salah ini neng, mimpi apa saya semalem euy.." katanya meracau menikmati hembusan nafasku di telinganya dan kocokan tanganku. Matanya bergantian melihat jalan macet dan wajahku yang cantik.

"Boleh cium ga neng? Sssshhhh…ahhhh, neng cantik banget…Sih.." dia memohon sambil mengerang keenakan. Kuturunkan badanku, kuarahkan kepalaku mendekati kontolnya, lalu kukecup ujung penisnya tepat dilubang kencingnya dengan bibirku yang bergincu tipis.

"Mmuuaachhh…" sengaja ku lebih-lebihkan suara kecupanku, lalu kutengadahkan wajahku.

"Cium kaya gitu kan Pak maksudnya..??"
Tanyaku manja, meminta klarifikasi atas kecupanku di kontolnya.

"Wah…salah neng…tapi gapapa, lebih enak neng!!" Katanya bersemangat.

Kulanjutkan mengocok kontolnya sambil sesekali kudekatkan pada wajahku, menghembuskan nafas dari hidungku ke kepala penisnya, karena jalan jelek terkadang penisnya menyenggol wajahku, meninggalkan jejak precum pada wajahku. Ternyata bapak supir ini cukup kuat menahan kocokan tanganku. Mungkin karena perhatiannya terbagi antara jalan dan kocokan tanganku di kontolnya, membuat dia bisa bertahan lama. Jalanan kosong membuat kami ternyata lebih cepat sampai ke titik tujuan. Diberhentikan mobilnya dengan buru-buru diseberang rumahku. Kurasakan kontolnya berkedut-kedut, tanda segera akan ejakulasi. Kocokan ku pada kontolnya semakin cepat menyambut mani yang akan segera memancur dari batang kontolnya.

"Aaaarrgggghhhhh….neng…..keluar….crot…crott….crott…." Pak supir mengerang, menggeram, pinggulnya kelojotan mengeluarkan semua isi kantong menyannya. Kutahan muncratan spermanya dengan tanganku, akibatnya kini kontolnya, tanganku dan bagian celananya belepotan sperma.

"Enak pak?" Tanyaku. Pak supir sama sekali tidak menjawab. Ia masih mengatur nafasnya setelah ejakulasinya yang dahsyat. Ku urut kontolnya, berusaha mengeluarkan sisa sperma dari batang kontolnya. Setelah tidak ada lagi sperma yang keluar, ku angkat tanganku yang belepotan sperma, lalu ku jilati sampai bersih semua sperma yang ada ditanganku. Ku sapu sperma yang belepotan di pangkal kontolnya, yang menempel di jembutnya dengan jari-jari tanganku, lalu ku jilati lagi sampai bersih. Ku lihat celananya yang belepotan sperma juga, lalu ku jilati sperma yang berceceran.
Pak supir melihatku dengan tatapan tak percaya, seorang gadis muda, cantik, dan sexy, blasteran chinese-italia baru saja selesai membersihkan sisa-sisa sperma dengan lidah dan mulutnya.

Setelah ku lihat sekeliling aman, aku bergegas keluar dari mobil, meninggalkan bapak supir yang masih duduk diam menikmati sisa ejakulasinya. Ku ketuk kaca sisi pengemudi lalu ku beri kode untuk membuka bagasi. Dibukanya kunci bagasi, lalu aku segera mengambil koperku dan meninggalkan segera mobil itu menuju gerbang rumahku. Untungya gerbang tidak kukunci, aku takut kalau-kalau pak supir menyusulku.

Segera ku ketuk pintu rumahku, cukup lama sampai akhirnya pintu rumah terbuka.

"Halo Cindy sayang!!!" Kuciumi pipi mulus adik cantikku dengan gemas. "Kok aku nyium aroma Peju ya?" Pikirku dalam hati.

Dia bertanya-tanya kenapa aku tiba-tiba pulang dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. "Kok kayanya dia nyembunyiin sesuatu ya…bentar-bentar, tadi kalau ga salah didepan ada motor supra yang kayanya ga asing deh" pikirku dalam hati. Ku perhatikan adikku yang sedang merapihkan rambutnya, ku lihat juga dia berkeringat padahal tadi sempat hujan. Mencurigakan sekali. Sepertinya aku tahu adikku lagi apa. Hihihi

"Cin, mie ada kan? Bikinin ya adikku yang cantik." Kataku sambil beranjak ke dapur, saat berjalan ke dapur jelas-jelas aku melihat kolor laki-laki tergeletak dekat kursi ruang tamu. Aku pura-pura tidak tahu aja. Kecurigaanku semakin kuat, pasti dia abis mesum-mesuman diruang tamu tadi sebelum aku datang. Wah adikku berkembang makin pesat menuju dewasa! Setelah aku menghabiskan mie aku pergi ke kamar ku untuk tidur, tapi tentunya ga tidur beneran dong. Aku harus cari tahu, siapa laki-laki yang berhasil bikin adikku beraroma Peju!
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd