Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

COMEDY Intan dan Muti: Tukeran Pacar

Kamu lebih suka sama siapa?

  • Intan

  • Muti


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Masih kurang paham jalan ceritanya, kurang panjang c.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
lahhhh gantuang... lanjuttt juragan
 
ada cerita yg unik nih....imajinasi yg dasyat suhu
 
ada cerita yg unik nih....imajinasi yg dasyat suhu
 
Bimabet
3: Di Motor

“Untung gue pakai celana panjang,” gumam Intan sambil naik ke atas sepeda motor Ricko.

Ia tahu, sepeda motor bergaya sport itu tentu bukan kendaraan murah. Namun karena ia terbiasa diantar-jemput Denish menggunakan mobil sedan, ia menjadi canggung ketika harus duduk nungging di belakang Ricko, berondong pacar adiknya itu.

“Udah, Mbak?” tanya Ricko sambil bersiap menjalankan sepeda motornya.

“Udah,” jawab Intan singkat.

Sebenarnya Intan merasa kurang nyaman. Pertama, helm yang ia kenakan pasti membuat rusak tatanan rambutnya. Kedua, posisi boncengan ini sama sekali tidak nyaman dan membuat punggugnya sakit. Namun ia ingat, sekarang mereka sedang bertukar pacar, jadi saat ini pacarnya adalah Ricko. Ia harus bersikap seperti itu, sesuai perjanjian dengan adiknya.

Perlahan, ia memajukan posisi duduknya dan memeluk pinggang Ricko. Ia ingin tahu, bagaimana Ricko biasanya memboncengi adiknya. Kalau sampai ia ugal-ugalan, awas saja!

Di sisi lain, Ricko deg-degan. Baru kali ini ia dipeluk erat oleh perempuan yang biasa ia panggil “Mbak Intan”. Awkward. Dari segi fisik, sebenarnya tak jauh berbeda. Kaka-beradik itu sama-sama punya postur tubuh yang langsing semampai, meski sang kakak sedikit lebih tinggi dari adiknya. Ia menduga, buah dada Mbak Intan yang sekarang menempel di punggungnya pun ukurannya tidak jauh berbeda dari ukuran buah dada pacarnya: sama-sama mungil. Tapi ia meralat dirinya sendiri, rasanya punya Intan sedikit lebih padat.

“Lo biasa bawa motor pelan begini?” tanya Intan setengah berteriak di kuping Ricko.

“Eh… nggak juga sih, Mbak,” jawab Ricko.

“Biasanya gimana? Nggak usah dibuat-buat, kita kan sekarang pacaran,” ujar Intan.

Ricko agak geli mendengar kata “pacaran”. Ini benar-benar aneh. Aneh, tidak normal, tidak wajar. Tapi ia turuti keinginan Intan. Ia gas motornya lebih kencang, menyalip kendaraan-kendaraan lain yang terlihat lambat seperti keong.

Di belakang, Intan terkejut. Ia langsung memeluk Ricko dengan lebih erat lagi. Belum pernah ia naik motor sekencang ini. Dalam hati, ia mengumpat. Rupanya selama ini keselamatan adiknya berada dalam bahaya. Apa jadinya kalau Ricko tergelincir atau lengah? Bisa-bisa celaka! Setiap kali Ricko menambah kecepatan, jantungnya hampir copot, ia bahkan hampir saja menjerit.

Namun, di antara umpatan itu, adajuga sedikit rasa kagum. Ia menyadari bahwa meski Ricko ngebut, ia selalu menaati rambu lalu lintas dan menghormati pengguna jalan lain. Ia rela berhenti lama demi memberi kesempatan pejalan kaki menyeberang. Di lampu merah, ia selalu berhenti di belakang garis batas.

Intan baru bisa bernapas lega sewaktu Ricko berhenti di lampu merah. Kepalanya bersandar di punggung Ricko. Tangannya terjatuh lemas.

“Gila! Jadi selama ini adik gue lo bawa kebut-kebutan gitu, ya?” tanya Intan dengan napas terengah-engah.

“Segitu sih belum ngebut, Mbak,” jawab Ricko, agak belagu.

“Belagu!” umpat Intan, tapi sambil tertawa.

Perasaan Ricko agak mencair mendengar tawa Intan--yang baru ia sadari ternyata merdu juga. Sebenarnya ia sudah lama mengetahui, bahwa meskipun Mbak Intan lebih dewasa daripada Muti, ia tetaplah cewek yang asyik dan seru.

“Mbak?” ucap Ricko.

“Ya?”

“Ini…”

“Apaan?”

“Tangannya…”

“Hah?”

“Posisi tangan Mbak… nggak enak kalau dilihat orang,”

Intan terkesiap. Ia baru sadar bahwa saat panik tadi, kedua tangannya sudah tidak lagi memeluk pinggang Ricko, tapi memegang selangkangan cowok itu. Takut dilihat orang, ia segera menarik kedua tangannya ke atas.

“Sorry, ga sengaja!” ucap Intan spontan, meski sebenarnya ia merasa tak perlu meminta maaf.

“Iya, Mbak,” jawab Ricko canggung.

“Tapi lo jujur ya…. Selama ini lo boncengin Muti sambil ngebut supaya lo dipeluk dan diraba-raba, kan?” tanya Intan dengan nada menggoda.

“Nggak, Mbak. Sumpah! Muti cuma meluk biasa kok, buat safety aja, nggak lebih!” jawab Ricko.

Intan tertawa lagi. Ricko suka mendengar Intan tertawa di dekat kupingnya.

“Kalo iya juga nggak apa-apa kali. Gue juga paham. Namanya juga orang pacaran. Wajar lah,” ucap Intan sesaat sebelum lampu merah berganti menjadi kuning, kemudian hijau.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd