Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Is This the Love We Created? (PART 22/S1 End)

Status
Please reply by conversation.
ikut nyimak suhu
 
PART 3: With Friends Like This….

“Kak Jer…. Aaaak!” Aya mengalihkan pandangan dari layar laptopnya. Aku sedang menyuapkan nasi uduk ke dia, entah suapan keberapa ini, yang jelas setiap aku menyuapi diriku sendiri Aya sudah kusuapi dua kali.

“Udah fokus aja kerjain, nasi uduknya gak kemana-mana.” Nasi dan lauk di tanganku segera dilahapnya dan ia pun kembali terpaku ke layar.

Terkadang aku heran bagaimana cewek-cewek ABG member idol group ini bisa bertahan dengan jadwal yang sangat padat. Aya misalnya, setelah beberapa hari yang lalu kujemput pulang, dia langsung berangkat lagi untuk Circus di Makassar, pulang sehari kemudian dan sudah ditunggu tugas kuliahan. Aku gak tega kalau dia sampai sakit lagi, apalagi setelah melihat dia sedih karena tak berdaya beberapa bulan lalu. Mungkin yang bisa kulakukan tak seberapa, sebatas antar-jemput, nemenin, dan nyuapin gini. Gimanapun juga dia adikku.

“Break dulu ah, capek.” Aya menghela napas lalu meregangkan tubuhnya sambil menguap, membuat payudaranya tercetak jelas dari balik kaos tipis yang dikenakannya itu.

“Yeee jangan nunda, cepet kelar cepet tidurnya.” Satu suapan kuberikan lagi kepadanya, Aya sangat lahap seperti suapan-suapan sebelumnya.

“Giliran makan aja gak ada capeknya.”

“Kolo mwokon kon gok mwikir.” Katanya dengan mulut penuh nasi.

“Telen dulu baru ngomong!” Aku mengumpulkan sisa-sisa nasi dan lauk yang bertebaran di piring sambil menunggu Aya selesai mengunyah.

“Nih terakhir, gak boleh nambah, kakak mager keluar beli.”

Tanpa berkata apa-apa ia langsung memakan suapan terakhir yang kecil itu dari tanganku. “Eh itu ada yang kelewat kak.” Aya menyambar sisa lauk dan bumbu, lengkap bersama jariku. Aku merasakan hangatnya mulut Aya dan lidahnya yang berusaha mengambil semua sisa-sisa makanan dari jariku. Sontak aku kaget dan merinding, aku menatapnya kosong. Aya melihatku lalu sambil menarik jariku keluar, ia menghisapnya. Deg!

Aku bisa merasakan penisku menegang setelah jariku yang tak berdosa ini dilecehkan mulut adikku sendiri. Aku mengatur posisi dudukku. Tak banyak yang bisa kulakukan sekarang kecuali hanya diam menunggu Aya selesai mengerjakan tugasnya, lalu kami beres-beres.

“Kak, besok anter aku ke teater ya.”

“Jam berapa?”

“Besok langsung aku suruh siap-siap kalo udah deket waktunya, kakak juga gak kemana-mana kan.”

“Yaud-….”

“Oiya kakak juga harus nonton, besok seitansai aku.”

“Eh, tap-….”

“Gak ada tapi-tapian. Ini penebusan dosa kakak yang telat nganter jemput aku dan lupa hari ultahku.” Aya berjalan menenteng laptopnya ke kamar.

Disinilah aku saat ini, duduk di row depan teater JKT48, beberapa jam sebelum show Saka Agari K3 dimulai hari itu. Aku tak tau bagaimana Aya bisa membujuk JOT untuk memperbolehkan aku masuk lebih awal, malah juga bisa menonton GR tim K3. Enak juga, tau gini Aya kusuruh daftar generasi 1 dulu biar bisa masuk awal terus.

Show berjalan lancar seperti biasa, bedanya ya di show kali ini ada perayaan ulang tahun Aya. Fans Aya hari ini sudah bisa dipastikan ada sangat banyak Gak salah banyak yang ngefans sama dia, apalagi mereka yang tau perjuangan Aya untuk bisa seperti sekarang.

Ini pertama kali aku menonton Aya. Tak jarang eyelock-nya mengarah kepadaku, membuat beberapa fansnya yang duduk di row depan untuk menoleh ke arahku berulang kali. Tatapan Aya seolah berkata padaku untuk tidak memalingkan pandanganku darinya, aku sampai hampir lupa kalau oshiku sendiri tidak ada hari ini. Memang aku masih belum sanggup melihat dia, tapi teater hari ini aku seperti berharap untuk bisa bertemu. Ah sudahlah, mungkin memang rindu.

“Mampir sini kak, makanannya enak.”

“Eh jangan! Yang ini aja.”

“Ih apasih main rebut-rebut aja, balikin sini!” Aku terdiam melihat kelakuan bocah-bocah di mobilku ini. Aku sudah memacu mobilku ke arah jalan pulang. Aya memutuskan untuk menambah muatan mobilku dengan mengajak ketiga anak-anak ini. Mereka sedang berebut hape untuk menunjukkan tempat makan pilihan mereka masing-masing padaku di Maps.

“Kalo masih ribut gue langsung pulang nih! Biar pada order lewat ojol aja dari rumah.”

“Ih kak, jahat banget sama temen-temen aku.” Aya mendorong bahuku.

“Lah kamu juga gak bisa sepakat sama mereka.”

Suasana mobil menjadi sepi, teman-teman Aya yang duduk di kursi belakang tampak terdiam. Bukan maksudku memarahi mereka, aku jadi gak enak juga kalo kaya gini.

“Kalian pada nginep kan? Nanti order aja, gue yang bayar kok.”

“YAAAY! MAKASIH KAKAKNYA KAK AYA!” mereka serentak teriak kegirangan.

“Eh namanya siapa sih kak? Kita sering liat di rumah kak Aya tapi gak pernah ngobrol deh kayanya.” Kata salah seorang dari mereka, yang dijawab oleh anggukan dua orang lainnya.

Belum sempat aku menyebutkan namaku, Aya sudah lebih dulu menjawab mereka. “Namanya Jerry. Orangnya baik banget, perhatian, sayang banget sama adiknya….” Aku menoleh ke Aya, kulihat matanya seperti berbinar menatap jauh ke dalam mataku. Lalu nadanya berubah menyindir. “…. tapi gak pernah tepat waktu, sering ngingkarin janji, gak bisa diandelin. Pantes jomblo kak. Wleee!” Entah mengapa aku lebih memikirkan paruh pertama kalimatnya itu, sepertinya Aya tidak bersungguh-sungguh ketika dia menyindirku.

Kami sampai di rumah, dan mereka langsung berbondong-bondong masuk ke kamar Aya, sementara aku memastikan mobil, gerbang, dan pintu terkunci dengan benar.

“Kak! Jadinya ini aja ya.” Salah seorang dari mereka mendatangiku ke kamar dan langsung duduk di pinggiran kasurku, ia sudah berganti baju menjadi daster hitam-merah, atau merah-hitam? Niat banget mau nginep bawa daster.

Aku melihat detail pesanan mereka. “Ini gak salah? 8 porsi buat kalian berempat?”

“Itu kan buat kakak juga. 3 porsi sisanya buat gue, Christy, sama Chika.”

“Yaudah deh, pesen aja.”

“Oke, tinggal nunggu kak.”

Aku berpaling dari buku yang kubaca. Heran, ia tidak beranjak dari kasurku. Kulihat dia sedang asik bermain hapenya.

“Eh, gue boleh disini dulu gak kak? Di kamar kak Aya berisik banget.”

“Yaudah deh, asal gak diberantakin aja.”

Aku kembali membaca buku. Beberapa menit berlalu dengan sunyi. Tiap kali aku menoleh ke arahnya ia langsung memalingkan mukanya, padahal aku tau dia memandangiku daritadi. “Kenapa? Mau ngomong apa?”

“Eh gak ada kok kak, hehehe.”

Aku menutup dan menaruh bukuku, aku mendorong tubuhku untuk tegak setelah daritadi menyender ke tembok. Kupandangi wajahnya tajam-tajam. “Terus ngapain ngeliatin gue daritadi?”

“Eh, anu…. Engga kok, itu tadi….” Matanya kemana-mana, menghindari mataku. Aku menebak-nebak, antara dia sedang mencari alasan atau sedang mencari cara untuk kabur dari kamarku. Aku menatapnya semakin tajam, tubuhku semakin kudekatkan. Ia masih canggung dan salah tingkah, tapi kini matanya menjawab pandangan mataku. Aku tak bermaksud apa-apa, tingkah bocah ini saja yang memang lucu, seru juga buat dikerjain.

“Ehem.” Entah sejak kapan Aya sudah berdiri di depan pintu kamarku. Tangannya melipat di dada, dan tatapannya tajam ke arah Dey. Aku dan Dey terkejut. “Anak orang jangan dipaksa nemenin kakak dong, di kamar pula.” Aya tidak memalingkan pandangannya pada Dey, sepertinya memang Aya tidak bermaksud untuk memarahiku.



*

Aya’s POV

“Ganjen banget sih jadi cewe!” Aku menjatuhkan diriku di kasur.

Dey megikutiku masuk kamar dengan kepala menunduk. Chika dan Christy yang sedang asik menatap layar laptopku terkejut.

“Kamu apain kak Aya?” Dey terdiam, tak menjawab pertanyaan Chika yang kini sudah merangkulku, berusaha menenangkanku. Christy masih duduk di pojokan kasur, berusaha mencerna apa yang terjadi.

“Kak, aku gak maksud apa-apa. Serius.”

Aku sendiri sedikit tak mengerti kenapa reaksiku seperti ini.

Aku mencoba menenangkan diri. Teman-temanku ini pasti juga penasaran apa sebenarnya yang terjadi.

“Maafin aku ya Dey.” Aku memeluk Dey.

“Kakak cemburu? Tapi kan aku gak ngapa-ngapain.”

“Aku juga gatau. Mungkin selama ini cowo yang bener-bener deket sama aku ya cuma kak Jerry. Mungkin aku bisa bertahan sama Golden Rules ya gara-gara dia.”

“Terus kakak kaya gak perlu cari sosok pacar gitu ya?”

Aku terdiam. Seberat apapun aku tak mau mengakuinya, kenyataannya memang aku memperlakukan kak Jerry seperti pacarku sendiri.
 
Terakhir diubah:
Kalo ada mulustrasi lebih oke nih

siap suhu, kedepannya mungkin bakal lebih banyak mulustrasi kalau sesuai dengan cerita

Aahhh gw demen ni kalau ada yupi nya hhee, nice gan.

masih menimbang-nimbang peran dedek loli di cerita ini, yang pasti gak akan mengambil alih dek aya hehehe
Oshinya viny, adeknya Aya. Wah bakal mantengin terus nih gw.

kurang siapa nih hu?
Kentang suhu

sambil menunggu tambahin saos dulu kentangnya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd