Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Istri Solehah

Bimabet
PART 2

Seminggu berlalu, sesuai perjanjian aku dan mila kembali menemui mas Reza untuk melanjutkan terapi kehamilan. aku berdebar teringat kejadian seminggu sebelumnya tiba-tiba saja aku merasa gatal pada bagian vaginaku. Cairan merembes dan mulai menetes membasahi Celana Dalam ku. aku duduk gelisah di depan mas Reza yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik ku dan mila dengan seksama. Seulas senyum di ujung bibirnya tanpa diketahui siapa pun, “Silahkan duduk Mira dan mila…”sapa mas Reza ramah, “bagaimana kabar hari ini…??” aku dan mila serempak menjawab “Alhamdulillah baik mas……” aku menunduk malu ketika tanpa sengaja tatapan kami beradu.

“Baiklah Mira….secara medis hasil kamu bagus dan baik-baik saja…”mas Reza mulai menyampaikan hasil test ku. Aku dan mila tersenyum bahagia artinya tidak ada masalah secara Medis untuk mempunyai keturunan.

”Namun demikian saya perlu melakukan test sekali lagi untuk memastikannya” aku dan mila saling berpandangan, “Maksud mas Reza bagaiamana??” Aku bingung dibuatnya. “Hmmmm..begini, saya perlu memastikan bahwa saluran di dalam rahim dek Mira tidak terhalang kista atau apapun yang menyebabkan tidak bisa tembusnya sperma ke dalam rahim”. “Silahkan dek mira berbaring disana…” mas Reza mengagetkan ku yang sedari tadi sedang mereka-reka kira-kira gerangan apa yang selanjutnya terjadi.

Aku menatap mila dengan keraguan, Mila hanya mengangguk perlahan menenangkan ku, “Gak papa Mbak….ayooo kita periksa sekali lagi…Mungkin ini jalan terbaik..” Mila menggenggam erat jemari ku. Aku gontai melangkah masuk menuju ruang pemeriksaan. Sedangkan mila tetap menunggu diruang tamu. Didalam ruang pemeriksaan aku perlahan kemudian melepaskan celana Panjang, Lapisan gamis beserta celana dalam ku. Ragu-ragu aku membaringkan tubuhnya diatas ranjang yang telah memberikan kenikmatan sekaligus ketakutan.

Tanpa sarung tangan mas Reza mengoleskan Gel ke jari-jarinya kemudian perlahan jari itu meluncur ke arah bibir vagina ku yang begitu rapat tanpa bulu. “Ahhhhhh….shhhh…” aku menutup mulutku rapat-rapat khawatir desahan ku terdengar oleh mila.

Aku perlahan membuka paha ku lebar seakan-akan mengijinkan jari mas Reza semakin dalam masuk menjelajahi dinding Vagina ku yang sedari tadi mengalami kegatalan. Aku lupa diri pantat ku terangkat manja menjemput tangan mas Reza yang sedang keluar masuk kedalam vaginaku.

mas Reza semakin sibuk mengoral vagina ku. aku bisa menyaksikan ganasnya mas Reza mengerjai Vagina ku yang sudah begitu becek dan banjir. Tangan ku tiba-tiba meremas kepala mas Reza yang sedang asyik menikmati klistoris ku, bibirnya sibuk menyedot, menghisap dan mengecup vaginaku.

mas Reza semakin ganas dan lupa daratan. Dihajarnya terus menerus vagina ku dengan mulutnya, Aku menegang, cairan memek ku semakin deras mengucur kemudian…”Ahhhh…ahhhh…..sshhhh…..shhh…serrrrrs….seerrr…serr…criiit..criiit…” aku orgasme hanya dengan mulut mas Reza hal yang tidak pernah suamiku lakukan. “Hmmmm….slruuupppp….ssrrruuppllppp…slluuurrrrrupp” mas Reza dengan rakusnya menelan semua carian yang keluar dari Vaginaku. “Hmmm…harum dan segar cairan mu….Sayang..”mas Reza menyeringai ditatapnya diriku yg tergolek pasrah lemas setelah mengalami puncak kenikmatan.

Diusapnya vagina mungil ku itu perlahan, dielus-elusnya bibir vagina ku itu sambil sesekali jarinya masuk kedalam membelah bibir vagina ku yang mungil itu. “Hmmmm…..Ahhhh…shhh…suu…suudah…mass….ahhhh…sshhh…””plok..plok…pok…” mas Reza menepuk-nepuk bibir vaginaku dengan ganas, “Nakal kamu ya…nakal….hmmm….” Perlahan mas Reza terus mempercepat kocokannya hinga mau tak mau aku mencapai orgasme yang kedua kalinya. aku yang dilanda orgasme dahsyat tertidur.

POV Mila
Hari ini aku mengantar Kembali Mbak mira untuk terapi kehamilan. Minggu kemaren saat menemani Mbak mira terapi aku mengalami sesuatu yang tak terlupakan. Itu pengalaman pertamaku soal seks. Sejak kecil aku sudah masuk pesantren dan sangat polos mengenai seks. Tetapi kemarin aku sedikit merasakannya dan rasanya sungguh tak bisa digambarkan. Tapi hari ini aku sedikit kecewa karena tidak bisa merasakan apa yang terjadi minggu lalu karena yang masuk ruang pemeriksaan hanya Mbak mira. Sedangkan aku disuruh menuggu disini. Beberapa menit setelah mereka berdua masuk ke ruang pemeriksaan kudengar suara jeritan Mbak mira yang semakin lama semakin kencang. Aku bingung apa yang terjadi didalam. Aku khawatir dan ingin masuk kedalam tapi aku takut malah mengganggu.

Sekitar 40 menit kemudian mas Reza keluar sendirian dari ruang pemeriksaan.

"Udah selesai terapinya, Mas" tanyaku pada mas Reza yang baru saja keluar.

"udah dek mila, sekarang mira lagi istirahat didalam mungkin 1 jam lagi baru bangun” jelas Mas Reza padaku dan aku Cuma mengangguk lalu kami terdiam beberapa saat

"kok merengut aja sih, Dek.." katanya memecah keheningan sambil duduk disebelahku. Aku diam saja tak membalasnya. Aku masih sedikit gugup kalo ingat kejadian minggu lalu, mataku kuarahkan ke arah berlawanan dari mas Reza.

Tiba-tiba tanganku dipegang, lalu diarahkan ke celananya. Begitu pandanganku yang reflek kuarahkan juga ke celananya, aku terkejut. Penis Mas Reza sudah keluar dari celananya entah sejak kapan. Aku lalu membuang muka, tapi tanganku diarahkan memegang penis itu. Tanganku hanya kudiamkan di atas penis hitam berurat itu yang masih setengah tegang. Mataku sesekali melirik penisnya, entah kenapa ada rasa penasaran juga. Seminggu yang lalu tidak sampe sejauh ini.

"Ada yang kangen nih sama kamu, Dek.." kata Mas Reza.

Tanganku kemudian digerak-gerakan oleh tangan Mas Reza sehingga sekarang aku mengocok penisnya. Selang beberapa menit kemudian tanpa kusadari tanganku dengan sendirinya bergerak mengocok penisnya. Tangan Mas Reza sudah berpindah ke pahaku. Mas Reza mulai mengelus-elus pahaku dari luar gamis merah mudaku. Pandangannya masih fokus ke arah berlawanan.

"Ini kan kamu lagi berduaan sama aku, Dek. Kamu tau kan harus apa?" tanya Mas Reza retoris.

"Mas, jangan, Mas.. “ kataku mencoba menolak

Entah dihinggapi setan apa, beberapa saat kemudian Tanganku lalu digenggamnya dan kembali diarahkan ke penisnya. Tanpa diminta, aku langsung memulai mengocok penisnya.

"Ughhh.. Alus banget tanganmu, Dek.." kata Mas Reza. "Pakai ludahmu dong, Dek."

Entah kenapa aku menurut apa yang dikatakannya. Aku lalu meludah di tanganku, kemudian kupindahkan tanganku kembali ke penisnya. Tanganku mulai memegang penisnya pelan-pelan, lalu kugerakkan naik turun mengocok penisnya. Aku remas-remas lembut kepala penisnya dengan tangan kananku, dan kukocok-kocok batang penisnya dengan tangan kiriku. Buah zakarnya tak lupa aku main-mainkan. Tanpa sadar aku mepraktekkan video porno yang kutonton minggu lalu.

Kudengar Mas Reza mulai mengerang keenakan. Penisnya yang digenggamanku makin keras menjulang. Aku masih melanjutkan kocokan penisnya di tanganku makin cepat. Sambil sesekali penis ini aku urut ke atas dan ke bawah. Entah mengapa, kurasakan vaginaku mulai membasah. Melihat penisnya kukocok-kocok ini membuatku terangsang.

Aku masih mengocok penisnya. Kuurut-urut naik turun batang penisnya, kupijat-pijat buah zakarnya. Penis berurat Mas Reza makin mengeras, kepala penisnya memerah mengkilap.

"Ughh.. Udah nggak kuat aku, Dek.." sambil berkata seperti itu tangan Mas Reza lalu memegang kepalaku yang berbalut jilbab hitam ini lalu mengarahkan kepalaku ke batang penisnya. Gerakannya yang lumayan cepat itu membuatku tak berdaya langsung menundukkan kepalaku ke arah celananya.

"Mass, jangan…aku..belum pern...." belum selesai kata-kataku, sedetik kemudian mulutku sudah tersumpal penis Mas Reza. Kepalaku dipegangnya, lalu digerakkan naik turun memompa penisnya. Sudah sekian kali mulutku merasakan penisnya, tapi rasanya mulutku yang kecil ini belum juga terbiasa. Otot-otot wajahku dipaksa melebar untuk menerima semua batang penisnya agar masuk ke mulutku. Rongga mulutku serasa penuh sesak dipenuhi batang penisnya

"Ugghh, kangen seponganmu enak, Dek.. Udah seminggu pejuhku nunggu mulutmu ini.. Ughh,.. Seddot yang kenceng, Dek.. Ugghhh…" erang Mas Reza sambil masih memegang kepalaku. Pinggulnya naik turun, membuat penisnya naik turun di dalam mulutku. Aku yang pasif ini hanya bisa pasrah sambil menyedot-nyedot batang penisnya. Gesekan batang penisnya di dalam mulutku terasa makin lancar seiring dengan banyaknya ludah yang membantu.

"Glok.. Glokk.."

"Clop.. Clopp.. Clopp.." suara wajahku yang bertumbukkan dengan pinggulnya memenuhi sisi-sisi ruang tamu ini. Vaginaku kurasakan makin basah karena terangsang. Hisapanku pada penisnya juga makin menguat. Pipiku mengempot sambil terus menyedot-nyedot penisnya.

"Clop.. Cloopp.."

"Ugghh.. Aku keluarr, Dekk… Ughhh.." Mas Reza menekan kepalaku

"Glup.. Glupp.." mau tak mau aku menelan semua semprotan sperma yang keluar. Aku tak ingin ada yang menetes di gamisku, bisa-bisa Mbak Mira curiga nanti. Ada sekitar 5 menit aku menghisap-hisap penisnya dengan kuat. Memastikan isi penis ini terkuras habis. Buah zakar Mas Reza juga aku remas-remas.

"Slurp.. Sluurppp.." Aku melepas kuluman mulutku pada penisnya setelah kupastikan tak ada lagi sisa sperma yang keluar dari ujung lubang kencingnya.

Aku pun merapikan baju gamis dan jilbab hitamku yang agak lecek. Aku pergi ke kamar mandi untuk memuntahkan sperma dimulutku di sana.
Setelah selesai mebersihkan diri, Aku lalu menghampiri Mas Reza. Tanpa berkata apapun Mas Reza lalu menarikku ke pelukannya.

"Aku dah kangen sama badanmu ini, Dek.." katanya yang dibarengi dengan gerak tangannya mengangkat baju gamisku.

“Iiiih, Mass!” Kataku setengah menjerit terkejut saat telapak tangan Mas Reza menelusup kedalam pahaku dan mulai bergerak-gerak pelan disekitar vaginaku. Akupun reflek menutup mulutku agar suara jeritanku tadi tidak terdengar oleh mbak Mira.

"Hsshhh.. Mmmpphh.. Mass…udah.. Hmmpph.." desisku.

"Tadi kan aku yang keluar, sekarang giliranku yang bikin kamu enak.." kata Mas Reza melanjutkan permainan tangannya di vaginaku makin intens.

"Ohh.. Ahhh.. jangaann mass.. nantii dilihat mbak Mira.. oouuugghhh" protesku yang setengah-setengah ini ketika aku juga melenguh menikmati permainan jarinya di daerah sensitifku ini. Aku masih tetap berusaha mendorong tubuh Mas Reza ke belakang, namun harus kuakui kalau usahaku ini hanyalah setengah hati saja.

Tubuhku yang masih berbalut gamis dan jilbab syar'i ini seketika menggeliat-menggeliat ketika kurasakan rasa nikmat di vaginaku. Mas Reza memepetkan badannya ke badanku sehingga badanku tersandar di dinding tempatku berdiri.

Tangan Mas Reza dengan lincahnya memainkan vaginaku. Tubuhku semakin tenggelam dalam kenikmatan seksual saat vaginaku “digeledah” oleh permainan tangan Mas Reza.

Aku hanya bisa memejamkan mata dan menengadah menikmati rangsangan tangannya.

"Shhhh… Hmmmppphhhh… ssshhh.." desisku yang makin nyaring.

"Sssstttt.. jangan beriisikk Dek, nanti mira bisa dengar.." katanya

"Shh Maas.. Udahh Mass, ada mbak Mira.." pintaku tiba-tiba yang teringat bahwa saat ini kami sedang berada di ruang tamu dan ada mbak Mira tidak jauh dari sini.

Tak digubrisnya, tangan Mas Reza masih terus-terusan mengobrak-abrik vaginaku

"Kalau kamu nggak berisik, masih aman kok, Dek.." Ucap Mas Reza yakin.

Aku masih menikmati rangsangan dari tangan Mas Reza, padahal baru beberapa waktu belakangan aku bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan ini, namun sekarang aku kembali jatuh kedalam lubang syahwatku sendiri.

“Mmmphh.. Ahhhhhh…!” desisku sambil setengah menjerit saat tangan Mas Reza mulai menyentuh dan memainkan klitorisku yang tersembunyi di balik vaginaku.

“Awwh... masshhhh... .. geliiihhh.. ahhh... oohh..” Aku semakin meracau kenikmatan karena permainan jari tangan Mas Reza di klitorisku ini. Vaginaku terdengar semakin becek dengan bunyi kecipak cairan cintaku yang beradu dengan permainan tangan Mas Reza. Cairan vaginaku ini bahkan meleleh keluar membasahi pahaku.

"Enak nggak Dek memekmu diginiin?" kata Mas Reza masih terus mempermainkan vagina dan klitorisku.

“Ooohhh… Mashhh.. enakkk…... oohh…mmmpphh…” gumamku dengan mata sayu setengah terpejam.

“Nungging dong, Dek..” ucap Mas Reza sambil membalikkan dan menekuk badanku kedepan lalu menunggingkan pantatku.

Aku yang hanya seperti kerbau dicucuk hidungnya langsung saja menuruti perintah Mas Reza. Tanganku segera mencengkeram sisi meja dekat dinding dan menopang tubuhku saat tangan Mas Reza menarik pinggangku ke belakang. Mas Reza langsung menyibakkan gamisku.

"Cplek.. Cplek..!!" Terdengar suara becek vaginaku saat tangan Mas Reza menepuk-nepuk permukaan vaginaku ini.

"Wiih.. Udah becek banget kamu, Dek.." komentar Mas Reza.

“Awwwwhh.. masshhhh... pelaannhhh…aku masih perawan..” kataku merintih saat merasakan lidah Mas Reza memasuki vaginaku dengan cepat. Setelah memastikan bahwa jilatan lidahnya sudah masuk sepenuhnya kedalam vaginaku, Mas Reza segera menggerakkan lidahnya tersebut maju mundur dengan cepat sehingga membuatku menyerah menjerit-jerit penuh kenikmatan.

"Oohhh... Maasshh.... oouugghh....Hhmmp.." Desahanku tak karuan.

"Jangan kenceng-kenceng desahnya, Dek.." Ucap Mas Reza. rupanya dia masih sadar akan situasi saat ini dimana kami sedang berada di ruang tamu dan mbak Mira juga tak jauh dari sini.

Tubuhku terguncang-guncang akibat jilatan-jilatan lidah Mas Reza di selangkanganku. Aku hanya bisa menikmati permainan lidah Mas Reza dengan terus menerus mendesah meski tertutup oleh tanganku.

Mataku makin tampak sayu. Aku pun merasakan tanda-tanda akan mencapai orgasmeku, badanku mulai menggelinjang kegelian begitu hebat saat Mas Reza terus-terusan mengorek-ngorek bagian sensitifku ini.

"Maashhhh.... aakkkuuu.. udaahhhhh... mauuu" desisku lirih

"Ooooooouuggggghhhhhh.. Keluaarrhhhhhhhhhh…" ucapku melolong dengan mataku membelalak serta seluruh otot tubuhku menegang dan punggungku melengkung ke atas. Vaginaku mengeluarkan air kencing yang cukup banyak mengucur membasahi lamtai ini. Rupanya aku mengalami orgasme disertai dengan squirt yang begitu deras. tentu saja dengan lidah Mas Reza yang masih menancap di vaginaku dan merasakan wajahnya tersiram oleh air seniku.

“Wiihh, hebat ngecrotmu, Dek! sampai kencing berdiri begini kamu..” Ucap Mas Reza, sedangkan badanku masih tertungging lemas di sisi meja ini. Nafasku ngos-ngosan memburu seperti orang yang habis berolahraga. Dadaku naik turun memompa oksigen yang nampak masih kurang.
Sadar akan situasi, Mas Reza tak memberikan waktu lama untukku mengambil nafas.

Beberapa saat setelah mengisi tenaga kembali, Mas Reza lalu bergegas memakai celananya dan memberikan dalamanku yang tadi dia lepas.
Ada rasa lega karena kemesuman ini akhirnya berakhir. Namun ada rasa kehilangan juga di dalam diriku. Aku kini tak lagi menampik bahwa aku menikmati permainan seks yang diberikan Mas Reza, sungguh sangat menikmati.

Aku lalu menuju toilet untuk bersih-bersih. aku pakai lagi dalamanku di balik gamis merah mudaku ini. Kupastikan tak ada sisa-sisa sperma di jilbab dan gamisku. Kupandangi cermin, kubersihkan wajahku yang putih ini. Ada rasa penyesalan yang menghinggapiku ketika aku menatap cermin ini.

Saat aku keluar kamar mandi kulihat mbak mira sudah ada diruang tamu. Tak ingin berlama-lama larut dalam pikiran ini, aku segera beranjak menuju ke ruang tamu menghampiri Mbak mira.

"Eh, mila.. kok kamu keliatan lemes gitu.?" Tanya Mbak Mira.

"Iya, Mbak. Tadi mules – mules terus perutku mbak.."

"Oh. iya, udah minta obat diare sama mas reza?." Kata mbak mira.

“udah kok mbak” jawabku

“udah aku kasih obat kok tadi sama mila, habis minum obat langsung lancar keluarnya” timpal mas reza sambil terkekeh.

"Oke, mas Reza terima kasih ya, kalo gitu sekalian saya pamit dulu ya” kata mbak mira

“iya mira, Nanti saya follow up lagi hasilnya”. Kata mas reza

Aku dan mbak Mira kemudian pulang.​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd