Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Istriku Widya dan Para Preman Yang Menjadikannya Budak Seks

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Part 06

Aku rupanya bangun kesiangan, jam sudah menunjukan pukul 11 siang dan matahari sudah bersinar dengan terang. Aku ketiduran di kursi ruang tamu. Sekilas aku melihat handphone, tapi tidak ada pesan apa-apa yang masuk. Tidak ada kabar sama sekali dari istriku Widya. Entah bagaimana nasib dia sekarang.

Semalam, aku meninggalkannya di sebuah sudut kota yang kumuh. Aku tidak tahu siapa yang akan dia temui. Dan dia juga tidak mau bercerita kepadaku. Kemarin, ia pasang spiral, alat kb yang membuat ia tak bisa hamil. Entah apa yang maksud dari pemasangan spiral itu.

Aku tetap mencoba berfikir positif, tapi jelas semua itu tidak bisa. Bayangan Parjo, Kusni, dan teman-teman premannya terus saja membayangiku. Apakah Widya kembali diperkosa oleh para preman-preman itu? Apa yang terjadi kepada istriku jika mereka terus menerus memerasnya.

Hari berlalu begitu cepat, hingga tak terasa sabtu berganti dengan minggu. Pagi itu, Widya belum juga kembali. Tidak ada kabar juga darinya. Siang harinya, aku membulatkan tekat untuk menjemput Widya di daerah kumuh itu. Tapi tiba-tiba saja, pintu gerbang pagar terbuka. Dan Widya pulang dengan langkah yang cukup gontai.

“Mah, mama, kamu ndak papa?” Tanyaku.

Widya melirik kearahku dengan tatapan mata aneh. Aku tidak paham arti tatapan matanya yang tajam itu. Apakah ia marah dan kecewa kepadaku karena aku sama sekali tak menjemputnya? Atau ada arti lain?

Tiba-tiba, perlahan Widya membuka jaket coat yang ia kenakan. Padahal kita berdua masih berada di teras. Aku jadi ingat perintah Kusni beberapa hari yang lalu. Widya boleh menggenakan pakaian lengkap di luar rumah. Tapi di dalam rumah, ia hanya boleh mengenakan jilbab dan pakaian dalam saja.

Aku kaget bukan kepalang ketika Widya melepas jaketnya. Aku tahu, di balik jaket itu, ia sudah tidak mengenakan apa-apa lagi. Tapi yang membuat aku sangat kaget adalah kondisi tubuh istriku sekarang ini.

“Mah? Apa yang terjadi?” Ucapku dengan nada bicara yang kaget bukan main.

Bagaimana tidak kaget? Aku melihat banyak hal yang berubah dari tubuh istriku. Ada dua buah tindik yang masing-masih menancap di puting susu Widya. Tindik berbentuk anting itu membuat kedua puting susu Widya nampak lebih membusung.

Selain di puting susu, aku melihat satu lagi tindik di daerah kemaluan Widya. Tindik itu nampak sangat kelihatan karena berbentuk cincin. Ukurannya juga lumayan besar, diameternya seperti lingkar jari telunjuk. Tindik cincin itu melubangi klitoris istriku.

Tapi yang paling membuatku bergidik tak percaya adalah apa yang sekarang ada di bagian perut bagian bawah istriku. Di sana, terpampang sebuah tato tribal. Warnanya kombinasi merah, hijau, dan hitam. Bentuknya menyerupai kelopak-kelopak bunga dengan sebuah tulisan di tengahnya. Tulisan itu samar sekali dan agak sulit dibaca. Tapi jika kamu bisa membaca, maka tulisan yang ada di sana adalah “LONTE!”

Ketiga tindik yang ada di puting susu dan kemaluan Widya bisa dilepas sewaktu-waktu. Walaupun mungkin cukup susah. Tapi tato yang ada di bagian bawah perut istriku jelas tidak bisa dihapus begitu saja. Apalagi tulisannya sangat memalukan. Apa jadinya jika ada orang yang sampai bisa membaca isi tulisan itu.

Widya melepas jilbab yang ia kenakan dan kemudian menciumku di teras itu. Ia menciumku dengan begitu ganas, seolah ia sangat nafsu hari ini. Aku sempat keberatan, karena kita masih berada di teras. Takutnya, ada orang yang bisa melihat kita dari luar. Tapi Widya nampak tak peduli.

Widya mengelus-elus selangkanganku. Dan menemukan kalau kemaluanku sudah berdiri dengan tegaknya. Widya tersenyum ke arah wajahku. Senyum yang sudah lama tidak aku lihat dari wajahnya. Tapi seketika itu, ia berhenti. Ia tidak melanjutkan belaian tangannya di selangkanganku.

“Pah, lihat ini!” Kata Widya sambil menyodorkan sebuah flash disk kepadaku. “Aku mau mandi dulu.” Katanya setelah itu.

Widya berlalu begitu saja dari hadapanku. Meninggalkan aku yang sedang dirundung birahi. Bagaimana tidak, istriku yang dulu alim. Kini tubuhnya ditindik dan di tato entah oleh siapa. Di tambah lagi, selama dua hari ini, mungkin saja ia juga berhubungan badan dengan Parjo, Kusni dan teman-teman premannya. Atau bahkan orang lain.

Aku bisa melihat juga, di sekujur tubuh istrikut terdapat bekas-bekas cupang dan sedikit memar. Entah apa yang dilakukan istriku di luar sana? Apa ada hubungannya dengan flash disk ini?

Cepat-cepat aku membuka laptop dan melihat isi flash disk. Ternyata, di dalamnya banyak sekali video. Benar saja, ternyata istriku sudah ditunggu oleh Parjo, Kunto, Kusni, dan Somad di tempat kumuh itu.

Di video pertama, aku bisa melihat istriku memasuki sebuah gudang tua. “Ayo, buka aja!” Kata suara itu. Sepertinya, suara itu adalah suara Somad, salah satu preman yang dulu memperkosa Widya.

Widya tanpa melawan, membuka jaket coat panjang yang ia kenakan. Tubuhnya kini telanjang bulat, hanya jilbab saja yang masih menempel di kepalanya. Parjo mendekati Widya, dia tanpa basa-basi mencelupkan jarinya ke lubang memek istriku.

“Kamu sudah pakai spiral seperti yang aku suruh?” Tanya Parjo.

Widya menganggukan kepala.

“Bagus-bagus, wah dah becek ini memek!” Kata Parjo, “Bau peju lagi!” Tambahnya. “Loe ngentot sama siapa?” Tanya Parjo.

Widya awalnya diam dan ragu untuk menjawab.

“Inget, kamu harus nurutin apa kata kita non. Termasuk juga jawab pertanyaan kita.” Tambah Parjo.

Widya nampak paham, ia lalu jawab, “dengan dokter yang pasang IUD di rumah sakit!”

“Lho, kok bisa, kamu dianter suamimu kan?” Tanya Parjo.

“Suamiku, suamiku pergi bayar dan baliknya lama.” Kata Widya.

Degg! Aku sungguh tak percaya dengan jawaban Widya. Jadi ketika aku bayar rumah sakit dan terjebak di WC kemarin, Widya benar-benar sempat berhubungan badan sama dokter Hardi?

“Hahahaha!” Parjo tertawa terbahak-bahak, diikuti beberapa preman lain. “Emang suami kamu itu pecundang, lemah!” Kata Parjo. “Istri secantik ini kok dibiarin ngentot sama orang lain.”

“Tapi bagus non, berarti kamu memang nurutin apa kata kita. Siapa aja yang mau ngentot sama non, non tidak boleh nolak!” Kata Kusni yang ada tidak jauh dari Parjo.

Para preman itu kembali tertawa terbahak-bahak.

“Ya betul itu, non ndak boleh nolak siapa aja yang mau ngentot sama non. Mau itu preman kayak kita, pemulung, pengamen, atau orang gila juga, non harus layanin sebaik mungkin. Satu-satunya yang boleh non tolak, justru suami non ndiri. Paham kan ini non!” Tanya Parjo.

Widya mengangguk, “Aku paham”

“Jadi gimana tadi kontol si dokter itu? Lebih enak mana dari kontol suami mu non?” Tanya Kusni.

“Dokter Hardi tadi tidak sampai masuk.” Kata Widya. “Ia hanya gesek-gesek aja, sampai keluar.” Jawab istriku.

“Ya udah, sekarang kamu bersihin memek kamu tuh! Kita mau ada urusan nanti sama memekmu, biar bersih dulu pokoknya.” Kata Parjo.

Widya menuruti kata Parjo, ia membersihkan selangkangannya di kamar mandi di dalam gudang itu. Somad terus merekam Widya, bahkan ketika ia membersihkan memeknya yang belepotan dengan sperma dokter Hardi.

Para preman itu tidak langsung menyetubuhi Widya, tapi membawanya ke sebuah lorong sempit di belakang gudang. Mereka membawa Widya keluar gudang dalam keadaan telanjang bulat, hanya jilbab saja yang menutupi kepalanya. Lorong di belakang gudang itu tidak banyak ada orang. Tapi nampak ada dua gelandangan yang tidur di sana. Dan mereka kaget melihat Widya lewat dalam keadaan bugil seperti itu.

Mereka masuk ke bagian belakang sebuah ruko. Ruko itu nampak kumuh dengan banyak sekali kardus-kardus bekas berserakan.

“Oh ini ya ceweknya, canti juga.” Kata orang yang ada di ruko itu.

“Iya, lumayan kan? Bodinya cakep, binor, tapi belum punya anak.” Kata Parjo.

“Mau sekarang?” Kata orang itu lagi.

“Lha, ayo. Jangan ditunda lagi. Non, sekarang non duduk di sana.” Kata Parjo.

Di ruangan itu terdapat sebuah kursi, mirip dengan kursi periksa dokter Hardi. Tapi bedanya, kursi ini digunakan untuk membuat tato.

Widya duduk di kursi dan kedua kakinya mengangkang lebar bersandar pada dua sandaran kursi. Dengan begitu, kemaluannya bisa terlihat dengan jelas sekali.

“Haha, bener-bener lonte banget ini cewek. Mukanya aja ditutup kerudung, tapi memek sama teteknya diumbar habis-habisan.” Kata si tukang tato itu. “Kenapa kerudungnya ndak dicopot sekalian aja neng?” Tambahnya.

“Udah, ndak usah banyak cing cong loe ini. Non Widya ini pengin jaga auratnya. Aurat di kepala tapi. Aurat lain, itu dah jadi punya semua orang yang pengin liat. Ya ndak non?” Kata Parjo sambil terkekeh-kekeh.

Widya tidak menjawab kata-kata Parjo itu. Ia hanya duduk membisu di kursi tato itu dengan tangan menyilang di payudaranya. Aku tidak tahu, Widya merasa malu atau ia merasa kedinginan di malam itu.

“Sesuai WA yang aku kirim non, non bakal di tato di perut bawah. Setelah itu non bakal juga kita tindik.” Kata Parjo. “Sekarang, non pakai penutup mata ini. Nanti biar non surprise bentuk tato yang kita pilih kusus buat non!” Lanjut Bos Preman itu.

Rupanya, Widya tidak diberi tahu, bentuk tato yang akan menempel permanen di perut bagian bawahnya itu. Ia bahkan diberikan penutup mata, supaya ia tak melihat proses pembuatan tato itu.

Setelah matanya ditutup, tubuh Widya mulai di tato. Pertama, si tukang tato menggambar polanya di perut Widya. Dari cara yang ia lakukan, jelas tukang itu bukanlah amatiran.

Ketika jarum tato mulai menusuk, Widya menjerit kesakitan. Wajar saja, karena yang di tato adalah daerah yang cukup sensitif. Widya menjerit-jerit kesakitan di atas kursi itu. Namun tubuhnya dipegang oleh para preman agar tidak bergerak. Tentu saja, para preman itu memegangi tubuh Widya sambil menggerayanginya.

Melihat tubuh Widya diperlakukan seenaknya oleh para preman itu membuatku merasa terangsang. Kemaluanku berdiri dengan tegaknya. Bahkan seperti memberontak ingin keluar dari celana.

Akhirnya, aku lepas saja celana yang aku gunakan. Hingga sekarang aku duduk di depan laptop sambil mengocok kontolku sendiri.

Suami macam apa aku ini. Terangsang melihat video istrinya digerayangi dan di tato preman-preman rendahan seperti itu. Aku seharusnya merasa malu dengan diriku sendiri.

“Gimana, wanita jilbaban tapi di dalem tatoan!” Kata Parjo.

Aku melihat, ada cairan lendir yang mengalir dari dalam vagina Widya. Sebuah tanda jika istriku merasa terangsang juga meskipun ia merasa tersakiti. Jeritan yang keluar dari mulut istriku juga terdengar semakin lemah. Bahkan terdengar semakin seperti desahan di telingaku.

Para preman itu nampak tertawa-tawa. Mereka puas melihat istriku terkulai tak berdaya di kursi tato itu. Perlahan, bentuk tato mulai nampak dengan jelas. Dan huruf Gothic yang bertuliskan Lonte itu juga mulai nampak terbaca.

“Nah sudah selesai!” Kata tukang tato itu.

Penutup mata Widya akhirnya dibuka, dan kini istriku bisa melihat dengan jelas tato yang ada di perut bagian perut bawahnya dari sebuah cermin. Widya jelas terbelalak melihat tato itu. Ia tidak percaya jika di kulit mulusnya, kini terpampang sebuah tato. Ditambah lagi, tulisan di tato itu begitu memalukan. Tulisan gothic yang jika dibaca menjadi “Lonte”.

Aku sempat melihat, mata istriku sedikit berkaca-kaca. Mungkin ia sedih, tato tersebut kemungkinan besar akan terus berada di tubuhnya, seumur hidupnya. Tapi, malam itu masih panjang. Setelah di tato, Parjo meminta tukang tato itu untuk sekalian menindik puting dan itil istriku.

Kedua tangan dan kaki Widya kembali direntangkan di kursi tato itu. Si tukang tato kemudian membawa sebuah penjepit, penjepit itu punya lubang di ujung jepitannya.

“Tidak usah dibius kan?” Kata si tukang tato.

“Tidak usah lah, biar cepat.” Kata si Parjo.

Widya sempat menatap Parjo seperti memohon sesuatu. Tentu ia memohon agar ia dibiarkan pakai bius, setidaknya bius lokal. Tapi Parjo tidak mempedulikan permintaan Widya.

Puting susu Widya kemudian di jepit. Dan si tukang tato membawa jarum ukuran besar untuk melubangi puting susu istriku. Dalam sekejap, jarum itu menembus daging puting susu Widya. Dan istriku seketika menjerit kesakitan dengan kencannya.

“Uggh, sakit, uggghhh!!” Rintih Widya.

Dengan cekatan, tukang tato itu memasangkan anting ke payudara istriku. Ia kemudian beralih ke payudara Widya yang satunya, menancapkan tindik dan kemudian memasangkan anting lagi. Semua itu ia lakukan dengan cukup cepat. Tanda, jika ia memang ahli.

Dalam hitungan tidak lebih dari satu menit, kedua puting payudara istriku sudah terpasang anting. Ada sedikit darah keluar dari puting susu Widya. Tapi darah itu tidak banyak. Kini giliran klitoris di kemaluan istriku yang akan dipasang anting.

Kusni dan Kunto memegangi kedua kaki Widya. Mereka tahu, jika tindik di klitoris itu jauh lebih sakit dari di puting. Mereka juga membantu membuka labia kemaluan istriku. Sehingga klitorisnya nampak dengan jelas terpampang.

“Tarik nafas panjang ya non.” Kata tukang tato itu.

Wajah Widya nampak ketakutan ketika si tukang tato itu menempelkan jepitan besi itu di klitorisnya. Dengan cepat, si tukang tato menusuk daging di balik klitoris istriku hingga tembus.

“Ah, sakitt! Tolonnng!!” Jerit Widya keras sekali.

Mungkin karena rasa sakit yang tiba-tiba, kemaluan Widya mengeluarkan sedikit air kencing. Para preman itu tertawa terbahak-bahak melihat Widya kencing seperti itu.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, si tukang tato itu memasangkan anting cincin ke klitoris istriku yang baru saja dilubangi. Kini lengkap sudah, tubuh Widya sudah memiliki tato dan juga tindik. Persis seperti wanita murahan di video-video porno.

Para preman itu nampak puas dengan hasil karya si tukang tato. Mereka bahkan mengijinkannya untuk menikmati tubuh Widya setelah ini. Tapi si tukang tato itu menolak.

“Aku ada urusan abis ini, lain kali aja.” Katanya.

Para preman itu kemudian mengajak Widya kembali ke gudang tua tempat mereka pertama kali bertemu. “Malam ini kita akan pesta.” Kata Parjo. “Ayo, sekarang bangun non!” perintahnya kepada istriku. Aku sungguh terbelalak dengan cara ia mengajak Widya bangun dari kursi tato itu. Ia menarik anting bentuk cincin yang terpasang di klitoris Widya.

“Ah, sakit, ampun,” rintih Widya.

Para preman itu kembali tertawa-tawa.

Di dalam gudang tua, Widya ditidurkan di sebuah kasur lusuh. Dan para preman itu bersiap untuk menyetubuhi istriku. Parjo sebagai bos mendapatkan giliran pertama. Ia meminta Widya untuk menyepong kemaluannya yang sudah berdiri dengan tegak. Kontol Parjo yang besar itu membuat Widya harus membuka mulutnya lebar-lebar.

“Oh anget banget seponganmu.” Kata Parjo.

Tak berapa lama, Parjo sepertinya sudah tidak tahan lagi. Ia dorong Widya hingga tertengadah, dan kemudian ia tancapkan kemaluannya yang sudah berdiri dengan tegak itu.

Widya nampak meringis ketika penis besar itu masuk ke dalam memeknya. Mungkin ia merasa perih karena klitorisnya habis di tindik. Tapi Parjo tidak peduli, begitu kontolnya amblas di memek Widya, ia langsung sodok-sodoki memek istriku itu.

“Oh, enak, aku kangen sama memek kamu non. Abis ini kita sering-sering ya ngentot kayak gini.” Ucap Parjo.

Widya tidak bicara, ia hanya merintih-rintih entah karena menahan sakit atau karena menahan nikmat dari sodokan Parjo. Bos Preman itu tak lupa untuk meremas dan menjilati payudara Widya yang sekarang sudah ada tindiknya. Ia jilati puting susu istriku yang bertindik dan kadang menggigitinya.

Parjo membelai juga tato yang ada di perut bagian bawah Widya. “Kapan-kapan, kita tambahin tato di tubuh non ya.” Ucap Parjo. Widya mencoba menggelengkan kepala tanda keberatan. Tapi Parjo tertawa-tawa saja, “ndak papa non, non kan kemana-mana pakai baju tertutup. Ndak akan ada yang tahu kok.”

Parjo terus menyetubuhi istriku, memain-mainkan badannya seolah Widya adalah miliknya. Aku terus melihat video-video ini, sambil tanganku mengocok kemaluanku sendiri. Aku sangat sange, melihat rekaman Widya di malam itu. Bagiamana tidak, istriku dalam sehari itu berubah, dari seorang wanita yang alim, kini menjadi budak seks bagi para preman. Tubuhnya sudah ditindik dan di tato. Bahkan ia juga pasang IUD, sehingga seberapa banyak-pun preman itu ejakulasi di dalam memek istriku, tetap saja ia tidak akan hamil.

“Memek kamu itu masih sempit aja sih non, bener-bener suamimu ndak pernah minta ngentot ya? Loyo banget dia.” Ejek Parjo.

Widya tidak berkomentar apa-apa mendengar aku, suaminya, terus-menerus dilecehkan seperti itu. Barangkali ia sudah pasrah, dan tidak mengharapkan apa-apa lagi dariku. Aku hanya laki-laki lemah, yang bahkan tidak bisa membela istriku sendiri.

Parjo terus menggenjot istriku dalam posisi misionaris. Perut gembulnya itu nampak bergesek-gesek dengan perut rata Widya. Ditindih laki-laki gemuk seperti Parjo, Widya nampak kesusahan bernafas. Belum lagi, Parjo sesekali juga menciumi mulut Widya, membuat istriku itu kian susah untuk mengambil udara.

Tak berapa lama kemudian, Parjo mempercepat sodokan-sodokan kontol di memek Widya. Itu adalah tanda jika ia sudah akan ejakulasi. Istriku nampak meringis, entah menahan sakit atau menahan sensasi nikmat di memeknya. Yang jelas, tubuh mungil Widya hanya bisa pasrah menerima sodokan dari preman bertubuh gembul raksasa itu.

“Ah, aku sampai non, aku keluarin di dalam ya!” Kata Parjo.

Tubuh Parjo kemudian berkedut-kedut. Ia telah ejakulasi di dalam kemaluan Widya. Di sisi lain, Widya juga aku lihat berkelenjotan seperti Parjo. Mungkin ia juga mengalami orgasme berbarengan dengan Parjo.

“Makasih ya non.” Kata Parjo sambil mengecup kening Widya. “Aku puas banget sama non.”

Parjo kemudian meninggalkan Widya di kasur itu. Dari memek Widya keluar cairan putih yang sangat kental. Sekarang istriku sudah memasang IUD, jadi mereka bisa sesuka hati menggunakan memek Widya.

“Gimana bos, masih enak kan?” Tanya Kusni.

“Ueenak lah, memek non Widya ini sempit banget.” Jawab Parjo.

“Haha sip lah, aku ijin ya bos, rasain juga tubuh non Widya.” Kata Kusni.

“Silahkan aja, sok lah!”

Kusni mendekati Widya yang terkulai lemah di atas kasur. Nafasnya nampak terengah-engah setelah persetubuhan tadi.

“Ayo non, sekarang nungging.” Perintah Kusni.

Kusni kemudian menyetubuhi Widya dengan posisi doggy. Ia menyodoki istriku sambil meremas-remas payudara-nya yang menggantung. Tak lupa, ia mainkan pula tindik di puting susu Widya. Ia goyang-goyangkan dan sesekali ia tarik. Kusni juga memainkan anting cincin yang ada di klitoris istriku. Ia tarik cincin itu hingga Widya menjerit-jerit kesakitan.

Cairan squirt keluar dari memek istriku ketika cincin itu ditarik. Kusni-pun tertawa-tawa melihat hal itu. Ia bangga bisa membuat Widya sampai squirting.

Dengan sangat bernafsu, Kusni terus menyetubuhi Widya. Ia sodok-sodok memek Widya dengan begitu kencang. Cairan-cairan kewanitaan Widya bercampur dengan sperma Parjo terus menetes-netes meluber.

“Bos, aku ikut juga ya.” Kata Kunto yang bertubuh kurus itu.

Kunto sodorkan kontol panjangnya ke mulut Widya. Dan istriku itu sudah tahu apa yang harus ia lakukan. Ia buka mulutnya selebar mungkin agar kontol itu bisa masuk. Dengan senang hati, Kunto memasukan kontolnya ke mulut Widya.

“Anget, enak!” Kata Kunto.

Widya kini disetubuhi oleh dua orang preman sekaligus. Mulut dan memeknya disodoki oleh dua kontol yang besar. Payudaranya yang menggantung dan bertindik itu tak luput dari remasan dan tarikan tangan kedua preman itu. Mereka meremas-remas payudara istriku hingga warnanya berubah kemerahan.

Widya, seorang wanita yang dahulu merupakan istri yang alim, kini menjadi budak seks bagi para preman. Tubuhnya sudah dinikmati oleh beberapa laki-laki yang sama sekali tidak punya hak. Tubuhnya juga kini sudah bertato dan bertindik. Persis seperti wanita murahan. Dan ia ngentot dengan para preman itu, tanpa melepaskan jilbabnya. Benar-benar seperti wanita binal dan munafik.

Kunto dan Kusni mencapai orgasme hampir dalam waktu bersamaan. Di saat itu pula aku melihat tubuh Widya juga melengking, tanda jika ia mengalami orgasme juga. Cairan peju Kunto memenuhi mulut Widya sedangkan peju Kusni masuk ke dalam rahim istriku.

Tubuh Widya ambruk setelah Kusni dan Kunto melepaskan kontol mereka dari tubuh istriku. Ia ambruk di atas kasur lusuh itu.

Tapi, malam masih panjang bagi Widya. Para preman itu bergantian menyetubuhi Widya. Kadang sendiri, kadang berbarengan. Semua mencicipi tubuh istriku, setidaknya 2 kali. Parjo bahkan sampai empat kali mencicipi tubuh Widya. Entah obat kuat apa yang ia minum hingga ia bisa bersetubuh selama itu. Dari semua preman yang memperkosa Widya beberapa minggu lalu, hanya Tono yang aku tidak lihat keberadaannya.

Aku sendiri bagaiamana?

Selama menonton video itu, aku ejakulasi sampai 3 kali. Ini ejakulasi paling banyak yang pernah aku dapat dalam satu waktu. Video itu berdurasi panjang sekali, tidak semuanya aku tonton. Aku skip beberapa bagian. Tapi secara garis besar, aku menonton hampir seluruh bagian dari video itu. Dan aku sangat menikmatinya!

Aku melihat telapak tanganku, penuh dengan peju. Begitu juga dengan kursi tempat aku duduk. Aku tak percaya dengan diriku sendiri, aku menikmati video tentang istriku yang disetubuhi oleh para preman itu. Bahkan aku sampai bisa ejakulasi 3 kali. Suatu hal yang tidak pernah aku bisa selama ini.

Waktu sudah malam, dan Widya aku lihat tertidur di kamar. Ia tidak memakai pakaian sama sekali ketika tidur. Bahkan ia tidak memakai selimut. Aku bisa melihat dengan jelas, tindik di puting susu dan kemaluannya. Aku juga bisa melihat tato yang ada di perutnya. Tato yang bertuliskan “Lonte!”

Malam ini, aku sudah terlalu banyak ejakulasi. Bahkan hingga kemaluanku terasa nyeri dan sakit. Kontolku sudah lemas, tidak bisa bangkit lagi. Aku biarkan Widya istirahat malam ini. Aku selimuti tubuhnya yang bugil itu. Dan aku memutuskan untuk tidur di sofa.

Flash disk itu hanya berisi adegan Widya dari malam ketika aku tinggal di tempat lusuh itu hingga pagi menjelang. Namun kejadian apa yang menimpa Widya setelah itu hingga hari ini, aku sama sekali tidak tahu. Apakah mereka masih terus meng-gang-bang Widya? Ah, mungkin tidak, mungkin mereka melakukan hal lain. Atau apakah Widya bersetubuh dengan orang lain selain 4 preman itu? Mungkin saja, tapi entahlah. Aku tak mau memikirkan itu. Tubuhku terasa lelah setelah berjam-jam menonton video porno Widya. Aku sekarang mau tidur, mau istirahat. Aku merasa masa bodoh dengan hari esok. Aku tahu, jika aku sudah sakit. Keluargaku sakit. Aku dan Widya sudah tidak waras!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd