Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Jack Dan Mimpi awan kelabu -Babak 2-

JackDaRipper

Semprot Lover
Daftar
10 Jan 2019
Post
205
Like diterima
81
Bimabet
"aku adalah engkau, engaku adalah aku"
"dari turunnya hujan yang kemudian membasahi dedaunan"
"izinkan aku menjadi penjagamu"
"wahai sumber dari segala kerinduan"
universe X4601




Babak Ke-1


Sambil menggigit filter rokok, aku menaiki tangga portable guna memasang kabel dan menghubungkannya dengan camera CCTV. Aku seorang teknisi CCTV yang beroprasi di wilayah ibu kota, sudah banyak client dari berbagai bidang usaha baik kantoran, ruko, tempat ibadah maupun rumah pribadi. Gajinya tidak begitu besar sih tapi cukup untuk hidup sehari-hari.

Ayahku sudah meninggal sejak aku lulus SMA, ia mengalami kecelakaan dan mengalami pendarahan di kepala lalu meninggal setelah terkena stroke sebulan setelahnya. Saat itu aku bersama ibuku kehilangan tempat berpegang, Ibuku nekad mengadu nasip ke negeri orang menjadi TKW. Dan nasib baik masih menyertaiku, aku diperkenankan tinggal bersama paman dan bibiku.

Awalnya aku ditawari untuk kuliah oleh mereka dengan beban biaya 50-50, yang berasal dari kiriman ibuku juga paman dan bibiku. Selama 2 tahun hal itu berjalan lancar sampai pada pertengahan semester 5 usaha paman dan bibiku jatuh, mereka ditipu oleh rekan bisnisnya dan terpaksa menanggung beban hutang yang cukup bernilai besar. Karena tak sanggup membayar beberapa asset dan ruko mereka disita.

Meski begitu mereka tetap menafkahi juga membantuku meringankan biaya kuliah yang terbilang mahal. Jelas saja mengetahui hal tersebut aku memutuskan untuk angkat bicara dan mengutarakan keputusanku untuk berhenti kuliah, sebuah pilihan sulit namun aku harus tahu diri juga lah. Mulanya mereka bersikeras melarangku berhenti, dan menawariku untuk cuti saja.

Namun akhirnya mereka menyerah akan keputusanku dan aku mulai mencari kerja dengan skill dan kemampuanku seadanya. Sampai aku berlabuh di jasa keamanan Instalasi CCTV ini. Oh ya paman dan bibiku memiliki putri angkat yang umurnya dibawahku 2 tahun. Ia menjadi seorang performer atau publik figure yang dikenal sebagai member idola JKT48. Itulah riwat singkatku.


“Bang kayaknya kurang ke kiri dikit tuh kameranya”

Sahut Karman yang berada di bawahku.

“heeemmm… segini?”

“pas mantab! Bang!”

Balasnya sambil mengacungkan ibu jari padaku.

Aku menghisap asap rokokku sambil mengepulkannya perlahan, lalu turun dari tangga.

“sekarang tinggal setting DVRnya bang”

Karman membawa perkakas dan perlengkapan lainnya masuk menuju ruangan bangunan yang merupakan sebuah Kantor.

Ku lempar batang rokok yang sudah separuh ke dalam tong sampah. Lalu melenggang masuk mengikuti karman.

Oh iya Karman adalah asistenku sekaligus sopir yang siap membantu dan mengantarkanku ke tempat client untuk instalasi. Umurnya 1 tahun di atasku namun dia begitu santun dan selalu memanggilku dengan sebutan Abang. Mungkin karena posisiku yang merupakan senior dia.

Aku melihat sekumpulan anak-anak remaja mungkin kisaran SMP-SMA sedang berlatih koreo. Lalu tanpa disangka sangka seorang gadis yang sangat ku kenal memanggilku.

“Abaaang!”

Gadis itu menghampiriku dan membuat orang orang yang sedang santai juga latihan berfokus padaku.

“eh…”

Aku terkejut seakan tak percaya

“abang ngapain kesini?”

Ia terlihat keheranan namun nampak matanya berbinar binary.

“ya kerja lah, masa mau Nyinden?”

Jawabku sekenanya. Kemudian sang koreografer memanggil dia dengan nada yang cukup lantang dan tegas

“Miraa!! FOKUS!”

Tentu saja itu mengundang ledekan dan canda tawa dari teman-temannya.

“yee seenak udel lu ye… maen tinggal tinggal, orang lagi latian”

Jawab temannya yang berwajah oriental

“eh iya sorry-sorry… abis kaget liat abang aku tiba-tiba dateng ke sini”

Tak lama Mira kembali ke barisan dan tentunya ia terkena marah dan ku lihat ia sedang di disiplinkan oleh pelatih atau apapun itulah namanya.

“bang di sini” kembali karman memanggilku ke dalam sebuah ruangan.

“barusan itu adek abang kah?” Tanya karman penasaran.

“hmm bisa dibilang gitu sih, tapi sebenernya doi anak om tante gue sih.” Jawabku sambil mengambil kursi lalu duduk menatap beberapa layar LED yang tersambung ke DVR lalu melakukan penyetingan.

“wuih enak banget punya kerabat artis”

Karman duduk di sampingku sambil menepuk pahaku pelan.

“artis apaan? Masuk tipi juga jarang… man” Aku merogoh saku baju dan mengeluarkan sebungkus rokok yang tinggal sebatang lagi. Tapi karman menepuk bahuku dan menunjuk ke atas tepatnya ke arah AC.

“ditahan dulu bang, ruangan ber AC nih”

“ya elah man… Cuma sebat doank mah bentaran” kilahku namun Karman menggoyang-goyangkan jarinya mengisyaratkan untuk tidak melakukan itu.

“gue beliin sebungkus deh bang, abis ini” tawarnya sambil tersenyum

“oke deal! plus sekaleng coca cola ” ucapku mantap.

“ya elah bang, dikasi hati minta jantung” balas karman.

“Salah… dikasih toked minta memek man… pan sepaket ehehe” candaku, kemudian ia menepuk pundakku agak keras.

“mesum lu bang… makanya cepet cari pacar bang… udah ganteng terus pinter kaya lu mah gampang dapetin cewek hehe”

“gak butuh pacar gue mah man... ribet ngurus lah” jawabku sambil tetap fokus menatap layar dan mengkonfigurasi.

“siap bang jago, eheheh”

Tidak ada kendala maupun masalah dalam proses ini, karena aku sudah terbiasa melakukan hal ini. Sudah makanan sehari hari, kalau pun ada masalah pun ya aku sudah tau celah celahnya.

“btw adeknya abang itu cakep juga ya, heheh pantes jadi artis… eh publik figur maksudnya”

Ctak! Suara tombol enter kutekan dengan keras.

“Ok beres man!” seruku sehingga membuat Karman sedikit terkejut.

“eh barusan lu bilang Mira cakep? Hahah casing doank cakep, tapi kelakuannya parah binti kocak bet dah… yuk kita ketemu sama Pak francis buat setting di hp nya.” Pintaku lalu beranjak dari ruangan tersebut.

“woah point tambahan itu bang, udah cakep humoris!” Karman terlihat exciting

“humoris dari hongkong man, dia itu agak oneng, lu liat aja kelakuannya barusan nyelonong gitu aja manggil gue padahal lagi latihan.” Pungkasku

“hahah iya juga bang tapi tetep aja cakep nomor satu bang”

Aku mendelik pada Karman dan terkekeh kemudian sambil menuju ruangan, di dalamnya ada seorang pria mungkin umurnya 30an. Dan mempersilahkan kami duduk.

“ya silakan duduk bang Jack, bang Karman… gimana udah selesai instalasinya?” ia bertanya perihal pekerjaan kami dan tentu saja aku menjawab mantap.

“kamera sudah dipasang di tiap titik yang bapak harapkan, konfigurasi dengan stelan online juga sudah oke, sekarang tinggal di user atau di bapaknya aja. Barangkali ingin bisa akses dari device bapak, nanti kami bantu setingnya.”

“oke boleh pak, silakan” Pak Francis memberikan ponselnya kemudian aku mendemokan cara instalasi aplikasinya.

3 menit berlalu dan voila cctv bisa diakses dari ponsel pak Francis.

“simple juga ya pak caranya”

“ya kalau misal ada apa-apa tinggal kontek aja, sesuai dengan kesepakatan kami dengan team akan melakukan maintenance setiap 6 bulan, mungkin bapak sebelumnya sudah ada obrolan perihal ini sama team marketing kami?” tanyaku

“oh iya bang, sudah cukup jelas sih” jawabnya sambil tetap fokus melihat ke layar ponselnya.

“ oke kalau begitu, mungkin ada yang bisa kami bantu lagi pak?” tanyaku memastikan agar clientku bisa benar-benar puas oleh servis yang kami berikan.

“sepertinya udah cukup deh bang.” Pak Francis tersenyum dan dari airmukanya nampak dia cukup senang dengan apa yang kami kerjakan.

“kalau begitu kami pamit dulu pak”

“iya pak saya juga undur diri” karman menambahkan.

Akhirnya pekerjaan kami memasang CCTV di salah satu kantor JOT atau JKT48 operation team, telah selesai.

Saat menuruni tangga ternyata para gadis remaja sedang bersenda gurau, sepertinya mereka telah selesai dengan latihan koreo mereka.

Dan tentu saja Mira yang melihat ke arahku beranjak dari tempatnya dan di susul oleh beberapa temannya.

“Abang udah mau pulang aja?” Tanya mira sambil memainkan rambutnya

“ya nggak lah, abis ini ada kerjaan laen nunggu, lu gak ada kuliah apa?” tanyaku basa basi.

“eh kenalin saya patnernya Bang jack! Karman Maulana…” dengan pedenya dia mengulurkan tangannya. Tapi kemudian kutepis.

“enak aja, kalo mau salaman ada waktunya khusus, dan satu lagi mesti bayar tiket!” balasku dengan nada yang agak tinggi.

Tentu saja itu mengundang gelak tawa dari teman sejawatnya.

Salah satu diantaranya malah berkata

“gapapa kali bang, orang ini bukan formal juga, kenalin gue Viona.. panggil aja…” kemudian salah seorang temanya memotong

“Badrun… hahahaha” tawa mereka menggema, aku juga karman ikut terkikik mendengar candaan itu.

“ih apaan sih, vivi bang” segera tangan vivi disrobot Karman untuk berjabat tangan. Lalu aku memukul bahunya.

“yak waktu habis” candaku.

“kayaknya abangnya mira wota juga ye?” jawab si cewek berwajah oriental yang sebelumnya menyapa kami

“kenalin aye dhea…”

Ia melambaikan tangannya dan saat Karman hendak mengambil kesempatan aku segera menarik bahunya dan kemudian memilih berpamitan, karena takut mengganggu kegiatan dan aktifitas mereka.

"daah abaaang, hati hati di jalan yee!" sahut mira lalu diikuti tawa dan ucapan perpisahan dari kawan-kawannya.

Sesampainya di parkiran aku segera masuk mobil yang dikemudikan oleh Karman, dan meninggalkan pemukiman tengah kota tersebut.

“Man man… lu malu maluin dah… nyesel gue ngajak lu ke sini” aku menyalakan sebatang rokok terakhirku lalu menghisapnya dalam dalam sehingga memenuhi relung paru-paruku.

“ya sorry bang… namanya juga usaha hehe…”

“fuuuuuh…” kuhembuskan asap rokok keluar jendela. Sambil mengecek ponsel melihat agenda instalasi selanjutnya dan iseng aku membuka aplikasi cctv lalu memilih salah satu tempat yang sudah aku pasang yaitu kantor tempat mira bekerja.

Semua camera nampak berjalan dengan lancar, lalu aku menutup kembali. Dan membuat laporan terkait pekerjaanku tadi sambil menuju ke kantor.

“man, lu ga lupa yang lu janjiin tadi kan?” tanyaku memastikan

“iye sabar bang… indomarch deket kantor kita berenti oke…” ia memalingkan wajah ke arahku sambil kembali mengacungkan jempol.

“sip mannn!”

-0o0-

“bang masih lama?” Tanya karman yang sedang merapihkan tasnya karena kulihat waktu sudah menunjukan pukul 17.15 sudah masuk jamnya bubaran.

“lu duluan aja man, gua lagi tanggung…” balasku sambil mengutak atik ponselku yang tiba-tiba mendadak mati.

“ya udah, duluan ya bang…”

“iya ati-ati lu man, gosah kebat kebut…”

Tapi karman hanya tersenyum dan melambaikan tangannya, lalu kemudian sosoknya hilang perlahan-lahan.

Sekarang hanya tinggal aku sendiri diruangan teknisi. Tak lama dari itu ada seseorang berjalan melintas di depan pintuku lalu ia berhenti dan berdiri menghadap kepadaku.

“gimana keadaan lapangan akhir-akhir ini jack?”

“ehh Bu nia, aman terkendali bu…”

Wanita yang baru berumur pertengahan 20an tapi sudah menjadi manager di tempatku bekerja ini sepertinya memiliki ketertarikan khusus kepadaku.
Parasnya cantik rambutnya tergerai dengan tahi lalat di dagunya membuatnya nampak semakin manis, tingginya semampai cocok dengan pakaian yang sedang ia gunakan sekarang, Blazer, rok span juga sepatu berhak cukup tinggi.

Ia masuk ke dalam ruanganku dan duduk di atas meja karman yang tepat berada di sampingku, aku mencuri-curi pandang pada kakinya yang jenjang juga paha dan betis halus itu terlihat mulus. Aku yang sedang fokus membongkar ponselku langsung teralihkan. Tapi aku berusaha berpura-pura tidak menyadarinya dan kembali berkonsentrasi dengan berkutat pada ponsel.

“Jack!” Bu nia memanggilku perlahan

Aku yang merasa bahwa ini adalah sebuah serangan jebakan, berusaha menahan sekuat tenaga agar tidak terpancing dan tergoda olehnya.

“jack…” kembali bu nia memanggilku namun sekarang terdengar lebih dekat ditambah udara yang ia hembuskan dari mulutnya langsung ke kupingku dan itu membuatku merinding.

“ehhh iya bu… maaf-maaf… saya kira ibu udah balik…” aku agak gelagapan dibuatnya.

Wajahnya cemberut bibirnya terlihat bersungut lalu melipat kedua tangannya di depan dada.

“hmmm Jack.. malam ini kamu gak ada acara kan?” Tanya nya dengan wajah agak sendu.

“anu… jemput Mira perform bu…” jawabku singkat.

“berati sampai jam 10 kamu kosong kan?” iya memastikan karena ia sudah hafal jadwal manggung atau theater adik sepupuku. Karena ia merupakan salah satu ex member JKT48.

“itu… itu…. Karman nungguin saya di angkringan burjo langganan bu! Hehe ia saya baru inget” buru-buru aku mengambil ponselku yang spare partnya berserakan, tanpa membereskannya terlebih dahulu, dengan memasukannya kedalam kotak perkakasku.

Blag!

Shania Juniananta sang manager tempat ku bekerja menggebrak meja, dan tentu saja itu membuatku terkejut sambil mematung.

“lu jadi cowok sok jual mahal banget sih!” kemudian Shania turun dari meja dan pergi meninggalkanku, tapi saat di depan pintu, ia malah menutupnya lalu mengunci dari dalam.

Mengunci dari dalam, ya sepertinya hal yang tidak diinginkan akan terjadi sebentar lagi.

“lu masih butuh kerja di sini kan Jack!” ancamnya sambil melangkah mendekatiku.

Aku menelan ludah dan jantungku terasa berdebar dengan kencang.

Saat Shania sudah ada di depanku, ia mengusap bahuku perlahan, wajahnya menampakan ekspresi yang sensual. Ntah aku harus takut atau merasa senang. Karena ketegangan ini memacu hormon adrenalin dan endorpineku. Satu sisi aku belum siap, dan di sisi lain aku penasaran bagaimana rasanya. Jari jemari Shania meraba dadaku perlahan dari atas hingga ke bawah.

Tanpa sadar aku di dudukannya, lalu dia naik diatas pangkuanku. Kini wajah kami saling berhadap-hadapan, tanpa babibu Shania melumat bibir dan mulutku, lidahnya menyeruak masuk ke dalam, lalu mencoba membelit lidahku. Ia memejamkan matanya nampak menikmati pergumulan ini, sedangkan aku masih cukup shock dengan mata yang terbelalak.

Namun adik kecilku sudah bangkit sedari tadi dan nampaknya meronta-ronta. Sensasi seperti kesetrum dan kecipak bibir kami berpagutan membuat libidoku naik. Pertahanan egoku runtuh. Shania berhasil menjebol egoku. Ia merangkul tubuhku dan mengusap usap belakang rambutku.

Ciumannya sangat liar seperti seorang wanita yang sudah lama tidak merasakan kenikmatan berciuman.

Perlahan kesadaranku melayang, aku pelan pelan menikmatinya. Mataku terpejam dan dengan sendirinya tanganku bergerak menuju balik blazernya, mencari gundukan indah miliknya. Ia yang menyadari hal itu menghentikan sesaat pagutan kami. Lalu membuka kancing blazer dan hanya memakai tanktopnya saja.

Dengan serampangan dan penuh rasa nafsu aku meremas dada miliknya, empuk kenyal dan ini sangat adiktif. Sambil kemudian sebelah tangan Shania mulai menyasar kepada selangkanganku dan mencari adik kecil yang dari tadi sudah dalam posisi on fire.

Clup..

Shania melepas ciuman dan benang saliva kami menjulur kebawah.

“bajingan kamu Jack… sok jual mahal tapi taunya lu nyembunyiin ini” Shania tiba tiba menggenggam penisku yang ngaceng maksimal.

Perlahan celana serta sabukku dibuka, lalu Shania berlutut di hadapanku. Sambil menciumi penisku dari balik celana dalamku.

“shit! Baru begini saja sudah nikmat!” aku berpegangan pada ujung meja.

Dan dengan sekali Tarik celana dalamku terbuka lalu munculah Penis berotot milikku.

“woow udah gue duga, punya lu panjang dan gede gini” melihat ekspresi Shania yang terpukau dan terlihat sexy membuatku ingin segera menghunus penisku pada wajahnya.

Ia kemudian membuka mulutnya lebar-lebar lalu memasukan penisku hingga setengahnya, namun itu sudah memenuhi mulut dan hampir menyentuh tenggorokannya.

Slurppp, hook.. cluk gluk..

“ahhh shannniaa…” tanpa sadar aku memanggil namanya tanpa embel-embel ibu.

Kemudian semakin cepat ia mengulum penisku sambil menstimulasi buah pelirku dengan pijat pijatan jemari yang lentik itu.

Sepertinya Shania sudah terbiasa bahkan pro soal memuaskan pasangan.

Matanya mendelik tajam kearahku yang sedari tadi terbuai oleh servis hisap mulutnya yang hangat, dan nikmat.

“arghhh shaaan mau keluaar ahhh”

Haak… haak… gluuk gluukk clep…

Semakin cepat dan terus semakin cepat ia menghisap dan mengulum penisku. Rasanya sulit kuungkapkan yang pasti, ini lebih nikmat daripada aku mengocok penisku dengan tangan baik itu olehku sendiri atau pun oleh mantanku.

Ya paling jauh mantanku dulu hanya memberikan servis handjob. Sex dan blowjob ia sama sekali tidak menginginkannya dengan alasan butuh waktu yang tepat, dan waktu yang tepatnya itu adalah saat kami sudah resmi menikah. Tapi ujung-ujungnya dia malah meninggalkan ku dan memberikan keperawanannya pada orang lain.

Sangat ironis perjalan cintaku, namun sekarang aku sudah mendapatkan apa yang ku ingingkan dahulu, meski ya memang harus melewati proses seperti ini dahulu.

“shaan… ahhh….”

Aku menyemburkan semua sperma milikku, kupikir Shania akan melepas kulumannya tapi dugaanku salah. Ia melahapnya habis, menelannya sampai semburan terakhir.

“haahh… haaah… haaah…. Gila lu shan… ehh bu nia ganas banget, sorry gue gak sengaja sampe bikin ibu nelen sperma gue”
Shania kemudian tersenyum lalu menjilati sisa-sisa sperma yang keluar bagaikan menjilati sebuah eskrim.

“santai aja Jack, kali ini lu jangan manggil gue Bu nia kalo kita lagi berdua, panggil gue Shania aja oke!”

Aku mengangguk saja, karena perasaan nikmat dan tubuhku sudah terkuras energinya. Tapi Shania nampak melepas rok span miliknya. Celana dalam merah dengan renda dilepasnya perlahan di depanku.

“lu pikir semua berakhir saat lu klimaks jack?!” seringai Shania membuatku ngeri sekaligus menaikan hasratku. Ntah kenapa Penisku yang tadi sudah melemah sekarang pelan pelan menegang kembali.

“bener-bener lu ya Jack! Cowok sangean tapi jaim, liat tuh kontol lu langsung ngaceng lagi ngeliat memek gue yang mulus ini kan?”

Vagina tanpa bulu pubik, nampaknya ia mencukurnya dan rajin merawatnya. Lagi-lagi aku berdecak kagum dan rasa yang menggebu gebu itu datang kembali.

Shania duduk di atas meja sambil membuka lebar kedua kakinya, sepertinya bibir vaginanya sudah basah dan licin akibat keluaran cairan miliknya. Aku yang masih awam, dan berbekal pengalaman yang hanya kutonton dalam video porno akan segera menorehkan catatan pertama berhubungan seksualku.

Dengan atasanku, mantan member idola nasional. Wanita yang berparas cantik dengan tubuh yang aduhai.
Tanpa banyak mikir aku mengarahkan batangku kearah lubang vaginanya.


-BERSAMBUNG DULU!



Sebagai cacatan, ini saiya bikin berdasarkan pengalaman spiritual dan masukan dari para suha suhu author yang sudah punya nama khususnya Tuan @alshawn.
Satu universe sama cerita si bucin @PandaEyes yang ngilang gak ada update. Yang kangen Shanju selamat menikmati, yang nungguin Mira harap bersabar, nanti ada waktunya.
Satu lagi ini cerita pendek bakalan berakhir di babak ke 4 atau gak babak ke 3 gimana mood saiya aja ya tuan-tuan, soalnya tadinya mau bikin one shot tapi kepanjangan. jadi displit 3 atau 4 bagian.
Terimakasih yang udah baca.
 
Hmm menarik nih
sabar adegan yang menariknya bentar lagi keluar

bang jack, mpris bang.
ampun tuan, plis jangan diingetin lagi :norose:
Anu tungguin vivi nya hu!!
vivi masi sakit maaf ya tuan

Aku suka ini... Ijin mantengin tanju di mari oom.
jangan lupa donasi pejunya juga tuan :o
Jejaaaakkkk
silakan tuan

Wow nia.. Si goyang hey hey hey...
mantep ga tuh tuan?

Ikut mantengin hu..
silahken tuan

nitip sandal nich :beer:
bukan penitipan senal tuan, penitipan peju eni mah

Numpang goyang
pengennya digoyang biar asyik tuan

Bu Niaaaaaa
hey hey hey
 
BABAK 2


Sret

Kepala penisku bersentuhan dengan mulut vaginanya. Pelan pelan namun pasti, aku berhasil melewati nya. Seluruh kepala penisku berhasil masuk. Dan ini sungguh benar-benar nikmat, daging sempit menjepit kepala penisku.

Lebih nikmat daripada blowjob tadi.

Kulesakan perlahan hingga setengah penisku masuk dan disusul oleh desahan Shania.

“ahhhh... mmm….”

“shit sempit banget shaan…” aku yang sudah mulai terbiasa kemudian menggenjotnya perlahan.

“aahhh… aaahhhh mmm… aaahhkk”

Shania terus meracau, gesekan dan tiap tusukan penisku begitu nikmat.

Ia menahan beban tubuhnya dengan kedua tangan di atas meja

Aku merangkul kedua pahanya dan terus menggenjot vagina sempit miliknya.

“uuoooh… punyaaa lo…ehhh aahhhh gedeehhh… ahhhh ahhh memhhh meekkuuu penuuuuhhh”

Shani meracau tak karuan saat aku menyodok nyodok vaginanya, rasanya ingin memasukan penisku sampai amblas, tapi saat kutekan lebih dalam, kurasa aku sudah menyentuh dinding rahimnya.

“aahhhkkk jaaackk… jaaackkk… jaaaackkk”

Aku semakin bernafsu menggenjot Shania yang terus terusan mendesah dan meracau, hal itu membuatku semakin lupa diri dan semakin mempercepat tempo permainanku.

Hingga akhirnya aku merasakan vaginanya semakin keras mencengkram, kemudian disusul oleh cairan yang mengaliri batang penisku.

“uuoohhh jaaackk… guweeeh… keluaaaa aaahhhhh jaaackk”

Aku yang masih bernafsu di ubun ubun malah terus menggenjotnya tanpa mengurangi ritme.

Kedua tangan Shania kini meremas dan bertumpu pada kedua lenganku. Bola matanya berputar keatas sehingga hanya terlihat yang putihnya saja.

Apakah Shania ejakulasi pikirku, aku kemudian memperlambat laju penisku, lalu kemudian terdiam. Setelah beberapa saat, Shania tersadar lalu napasnya gelagapan.

“hoooshh… hooossh… gilaa hahhh enak banget jack… gue keluar banyak haahh haahh”

“jadi udahan?” tanyaku polos

“lu belom dapet kan? Bebas deh lu mau ngapain, gue kan cewek gampang buat lanjut lagi gak kayak cowok yang ada cooldownnya” seloroh Shania

Lalu terbesit ide di benakku. Aku melepaskan penisku sehingga ada bunyi plop.

Cairan cintanya mengalir sedikit demi sedikit.

“shan gue mau coba doggy elu donk, heheh”

Pintaku sambil tersenyum kegirangan.

“tadi aja gak mau sekarang sok ngatur ngatur hemmm” Shania bangkit lalu turun dari meja dan menghadap ke arah meja, setengah tubuhnya direbahkan di atas meja, kedua kakinya agak dibuka lebar membelakangiku.

“oke sip Shan… gue masukin ya”

“heem…” jawabnya pelan.

Keadaan vaginanya yang sudah becek membuatku mudah memasukan penisku kedalam lubang kenikmatanya. Baru juga kepala penisku masuk ia sudah mendesis nikmat.

“shhhaaah… jaaackkk”

“enak ya Shan? Hehe” candaku

“cepetan sodok memekhh gue aahh”

Aku Tarik nafas dalam-dalam dan menghebuskannya perlahan, kemudian aku hajar vagina sempitnya dengan sekali tusukan dalam, disertai desahannya.

“aahhhnggg!! Jaaaaackk!! Aahhhhh”

Aku langsung menghajar dengan RPM tinggi, karena jujur berhubungan sex dengan Shania merupakan pengalaman pertamaku dan kurasa ini lah hal yang paling menyenangkan selama hidupku.

“ahhhh… aahh… ahhh… jaaaakhhh”

Suara selangkanganku yang beradu dikalahkan oleh racauan kenikmatan Shania.

“uuhhhh aahhh meeemmekhh gueeehh aahhhhh enaaaakkk aaahhh”

Aku semakin jumawa karena ternyata penisku dapat membuat atasanku bertekuk lutut seperti ini.

Hingga akhirnya terasa kembali penisku diperas dan sesudahnya cairan mengalir, tandanya Shani sudah orgasme kembali, namun saat itu aku yang sudah kalap dengan tubuh Shania terus memacu tubuhnya tanpa membiarkannya beristirahat terlebih dahulu meski dia sudah memanggiil manggilku

“jaaackkk ahhh… stoooppaaahh.. jaaakk”

Masa bodoh! Aku sedang mengejar kenikmatanku, selang beberapa menit, yang kudengar hanyala suara desahan Shania tanpa memanggil namaku bahkan memintaku berhenti.

“aahhh… ahhh… uaaahhh….”

Multi orgasme, ternyata tubuhnya mengejang dan cairan cintanya kembali mengaliri penisku. Moment disaat ia hendak orgasme adalah kondisi paling nikmat, vaginanya serasa menyedot lebih dalam dan dindingnya lebih menekan dan menggesek penisku, sensasi itu membuatku menjadi gila.

“jaaaaaackkk” suaranya makin lirih.

Sampai tanganya meraih tanganku, mengisyaratkan sesuatu.

“udaahh… jaaaackk… capehhhh”

Aku sama sekali tidak membiarkan hal itu, penisku masih kuat bertahan untuk mengaduk ngaduk vaginanya. Dan Aku begitu menikmati hal ini.

Kupacu kembali lebih kencang, dan kugenggam kedua tangannya dari belakang menariknya agak naik lalu kusilangkan di pergelangan tangan dan menguncinya dengan tangan kiriku.

“udaaahhh jaackkkk!” pekik Shania

Kenapa semakin terasa nikmat saat Shani memintaku berhenti, tubuhnya melemas dan ia hanya bisa pasrah saat ku genjot terus menerus.

“hikss…” lalu kudengar suara isakan tangis yang ternyata itu berasal dari Shania.

Dan saat itu pula penisku terasa gatal sambil terus ku sodok akhirnya aku menembakan benih benih kehidupan di dalam vagina Shania.

“jack… hikss”

Nikmat yang luar biasa, aku merasakan surga dunia, ya surga dunia itu ternyata memang nyata dan bukan bualan saja.

Kulepas perlahan penisku dan lelehan cairan sperma yang sudah bercampur dengan cairan vaginanya mengalir perlahan.

Perlahan kesadaranku terkumpul, dan perasaan kasihan itu muncul.

Shania sudah terpejam, aku agak belingsatan dan panik. Aku sentuh denyut nadi dan nafasnya masih ada. Sepertinya ia pingsan.

Aku segera memakai celana, dan membiarkan Shania terlelap di ruanganku. Aku memilih lari, lari sebagai pengecut dan pecundang. Meski perusahaan tempatku bekerja bergerak dalam bidang keamanan khususnya CCTV.

Tapi di kantorku tepatnya di tiap ruangan staff tidak dipasang cctv. Hanya tempat-tempat yang sepertinya krusiall saja, seperti ruangan direksi, lobby, tempat parkir dan area gudang.

Jadi aku berpikir aman lah apa yang dilakukan kami tadi. Saat itu aku sudah tidak berpikir tentang moral.



Setelahnya aku tenggelam dalam kekalutan dan selama 3 hari berturut-turut aku tidak masuk kerja.

Beberapa pesan juga telepon tidak berani aku baca maupun aku angkat. Aku memilih tinggal di rumah nenekku. Aku mengurung diri selama 3 hari itu.

Dan hanya neneklah yang tahu kebiasaanku saat aku sedang dalam posisi seperti itu.

Aku terus menerus mengutuk perbuatanku, kebodohanku, juga rasa penyesalan ini.

Sampai akhirnya Mira bersama Karman datang ke sini.


“bang… sorry… lu kemana aja? Bu Nia nyariin lu!”

Jantungku rasanya mau copot mendengar kalimat yang dilontarkan Karman.

“Bu nia bilang apa man?”

Tanyaku agak penasaran namun was was dengan hal yang akan terjadi.

“ ya dia nyariin lu, lu kan katanya ada utang janji betulin CCTV di rumah nya bener?”

“apa dia nanya sambil marah marah?” Tanyaku kembali

“malah dia khawatir sama lu, dan ini juga gue dateng kesini atas rekomendasi dari Bu nia, sampe ngasih tau nomor mira buat cari lu kesini… gue liat-liat bu nia sering ngelamun… hayooo lu apain bu nia sampe gitu bang!”

Mira keheranan terlihat dari ekspresi yang berlawanan dengan Karman yang tersenyum penuh arti.

Ntah harus bernafas lega atau malah lebih khawatir, pasalnya Shania sepertinya tidak seperti yang aku bayangkan.

“iihh abaang ada apa nih? Kok gak bilang mira sih?”

“gak mir.. urusan kerjaan aja dan gue emang lagi sumpek, pengen nenangin pikiran aja”

“oh iya ini ada surat dari Personalia buat lu bang”

Sepertinya keberuntunganku Cuma sampai di sini, yang kupikirkan ternyata akan menjadi kenyataan.

“apaan ini?” Tanyaku

“ SP 1 bang, lu udah gak masuk tanpa kabar 3 hari berturut-turut, ya asal lu nggak ulangi lagi 3 bulan ke depan ya lu gak bakalan di kasih SP 2”

Hanya itu saja. Berati Shania benar-benar tidak melaporkan kejadian yang tempo hari terjadi, tapi buat apa juga sih membuka aib seperti itu.

“bang pulang yuk… mira di rumah gak ada temen nih” pinta mira dengan wajah memelasnya.

“gimana kalo bang karman aja yang temenin dek mira, mantap kan heheh” matanya yang agak mesum itu membuatku melepaskan sentilan maut yang mendarat tepat di jidatnya.

“sembarangan kalo ngomong! Hadepin dulu abangnya, lagian si Nita di bogor gimana nasipnya!? Lu gantungin? terus mau coba deketin adek gue heh!”

Emosiku agak memuncak.

“hehe canda bang… namanya juga usaha, sekalian sebenernya gue mau ngasih ini juga ke elu bang…”

Ia menyodorkan sebuah kertas dengan cover bunga, sebuah undangan.

Aku tersenyum lebar.

“ANJIRRRRRR KARMAN lu serius?! Kok tiba-tiba gini sih? Lu mau kawin maaan?” aku yang begitu terkejut mengetahui kabar sahabatku yang akan mendayung bahtera hidup ikut bahagia.

“iya bang, hehehe doain lancar ya… inget lu harus dateng, biar jadi pager betis gitu bang!”

“pager bagus karmaan! Bukan pager betis!” sewotku sambil menguyel uyel kepala karman.

Dan tanpa sadar aku dan karman berpelukan, meskipun kami baru kenal 2 tahun kurang tapi rasanya aku dan karman sudah kenal lebih lama dari itu.

“selamat man… gue terharu…”

“tapi…” karman menghentikan kalimatnya.

“tapi apa man?!” tanyaku penasaran

Mira malah melongo tidak mengerti.

“ tapi gue juga mau bilang kalo bulan ini bulan gue terakhir kerja di perusahaan”

Karman menunduk raut wajahnya menahan kesedihan yang ia pendam.

Aku memegang kedua bahunya.

“lu mau pindah kerja man?”

Tanyaku memastikannya

Ia mengangguk

“gue ikut Nita yang kerja di Surabaya... takdir berkata bahwa gue juga harus kesana juga, well gue keterima jadi pegawai PJKA cabang Surabaya… maaf kalau ini kerasa tiba-tiba bang, gue ngekeep ini sampe gue siap bilang ini ke lu bang”

“astaga KARMAN!!! Hoki banget lu! Selamat lu man selamat”

Antara senang dan sedih bercampur, senang karena bisa ngeliat temen seperjuanganku mencapai sebagian kecil mimpi-mimpinya.

“kenapa lu harus sedih man? Kita kan masih bisa kontek-kontekan dongo!!” aku tiba-tiba menitikan air mata haru.

Bagitu juga karman.

“thanks bang, gue udah anggap lu sebagai abang gue, padahal gue lebih tua setahun dari lu bang… lu ajarin gue banyak keilmuan dari awal masuk gue kerja di perusahaan. Lu ajarin gue banyak hal” Karman menyeka air matanya dan memelukku kembali.

“bentar-bentar, gue sama sekali gak ngerti apa yang diomongin abang-abang berdua dari tadi, ketawa, nangis, pelukan udah kayak pasangan aja nih eheheh” dengan polosnya Mira berkata seperti itu dan mengubah bromance kami menjadi hal yang absurd.

Segera kudekap tubuhnya dan kuacak-acak rambut mira.

“aduuhh abaang… ihhh nyebelin banget”

Raut wajanya yang seperti itu membuat kami tertawa melihatnya.

-0o0-​


2 bulan kemudian.

“cie yang lagi halimunan ke pulau dewata nih” sahutku saat bervideo call dengan Karman juga Nita istrinya.

“honeymoon bukan halimun bang, ah elah katrok bener ye sayang” balas Karman sambil memegang erat telapak tangan istrinya, kemesraan mereka membuatku agak sebal sebagai seorang pemikul gelar jomblo selama 4 tahun terakhir.

“bu nia gimana kabar bu nia bang? Progresnya? Hahaha” ledek Karman

“ah gile aja bu nia, gak ada hubungan apa-apa gue mah man, biasa aje atasan ama bawahan” jelasku sambil menghisap rokok filter favoritku.

“wuiih, atasan bawahan? Lu yang diatas apa bu nia yang dibawah bang? Mantep betul” kembali candaan ala bapak-bapaknya keluar

“ajegile man! Atasan sendiri diembat, apa kata orang kantor ntar dah?” balasku denial, tentu saja hubunganku dengan Shania sudah membaik malahan kami sekarang menjadi TTM atau FWB atau apalah itu partner sex lah intinya.

“ah elah ngeles aje lu bang bajaj!” ejeknya

“eh lagian gue dah ada partner yang lebih oke daripada lu man!” balasku

“wah posisi gue direbut nih, sapa bang? Bu nia? Ye!” lagi lagi aku terkena skak mat dari mantan partnerku ini.

“sembarangan lu kalo ngomong, udah dulu ah, gue mau ke wc mules” sahutku yang sudah agak risih dengan arah pembicaraan.

“ bilang aja mau nganu sama partner baru mu itu bang, bu nia hahahah” gelak tawanya terdengar benar-benar straight on the point.

Kumatikan vc ini dan memang aku bergegas menuju Shania.



Setiap kali ada kesempatan yang memungkinkan aku selalu meminta jatah pada Shania, baik itu di tempat kerja, atau bahkan saat libur pun.

Berbagai tempat sudah menjadi saksi bisu kami. Dari mulai kantor, Apartemennya, toilet umum bahkan theater, ya saat itu kami sedang menonton pertunjukan theater JKT48 namun libido dan hasrat kami yang sedang tak terbendung memaksa kami melakukannya setelah theater agak sepi.

Sampai akhirnya Shania berkesempatan menjadi staf JOT dan menjadi manager all team. Kami menjadi jarang berkabar, ia terlampau sibuk mengurusi kerjaannya, begitu pula aku, sehingga kami jarang bertemu, aku seakan canggung untuk memintanya bertemu.

Terakhir kali saat kami bertemu dan melakukannya di pelataran parkir. Sebelum semuanya benar benar berakhir.

Aku menurunkan seat agak kebawah sehingga Shania dapat dengan leluasa merebahkan tubuhnya, dengan kedua kaki yang mengangkang bebas tanpa halangan aku melesakan penisku kedalam vaginanya, ku angkat bajunya sampai atas, kubiarkan tanganya terangkat keatas dan kulepas pengait bra yang berada di depan sehinga buah dadanya bisa bebas bergoyang saat aku genjot bagaikan pudding yang bergoyang.

Kuremas sebelah buah dadanya sambil mempertahankan tempo yang semakin cepat.

“ahhnn ahhh aaaahh…. Akkhh akuuu kanghh heeenn khontooool lu jaaaakk” racaunya saat kugagahi dengan tempo yang cepat.

“gue juga shan.. aahh…” kemudian aku menyusu di sebelah dadanya yang bergoyang-goyang dan membuat Shania makin belingsatan.

“uhhh iyaaahhh gituuuu teruuss ahhhh”

Lalu lidahku berputar di sekitaran aerola dan putingnya ku gigit pelan

“aahhh.. jaaack aaahhh”

Kuremas kupilin putingnya membuat vaginanya semakin erat mencengkram, dengan adanya hal itu membuat penisku semakin termanjakan dan aku tentu saja makin mempercepat tusukan penisku.

“jaaakk jaaaakk aahhh jaaaakkkkkkk”

Shania mengelinjang sambil mencengkram bahuku ia mengalami orgasme yang cukup hebat getarannya.

Namun seperti biasa aku tidak membiarkannya begitu saja, aku malah semakin terus menancap gas goyanganku.

“jaaakk ahhhh aaawwhh aahhh”

Masih saja meracau meski ia sedang mengalami orgasme.

Saat badai orgasmenya selesai aku meminta Shania berbalik badan, sehingga ia dalam posisi telungkup memeluk sandaran jok. Kausnya kulepas sehingga hanya branya saja yang tersisa, aku kembali menggarapnya dari belakang dengan mencengkram kedua tangannya sehingga ia terkunci, posisi seperti ini lah yang membuatku bisa merasakan nikmatnya berhubungan secara maksimal.

Seakan aku memperkosa Shania, ya awalnya aku berfikir ini berlebihan, tapi Shania tidak pernah komplen atau pun marah, ia juga cukup menikmati ini. Aku jadi berfikir apakah fetishku ini sebenarnya memaksa atau memperkosa?

Sebelah tangan mengunci kedua lenganya dan sebelah tanganku menutup mulutnya.

“hmm… heepphh hmmm heppphh”

Ia terus mendesah dan desahan nya saat itu benar benar memicu hasratku semakin tinggi.

“heekkk… heeekkkk” sepertinya ia akan segera orgasme lagi karena saat itu dinding vaginanya mulai menyempit dan mencengkram batangku. Ini lah saat saat dimana aku melancarkan genjotan tercepatku hingga pada taraf yang paling cepat.

Sepertinya kalau ada yang melihat dari luar kearah mobil kami, sudah kentara apa yang sebenarnya terjadi dengan mobil goyang ini.

Aku yang sudah tidak kuat menahan gatalnya penisku berbarengan dengan Shania yang kemudian kami berejakulasi bersama.

“ahhhh nikmat banget shaann ahhh”

“heekk hmmmmmmhhh” sementara aku membekap mulut shania semakin kuat.

Kemudian kulepaskan dan keringat juga peluh membanjiri tubuhku dan tubuh Shania.

Shania bila sudah dalam posisi seperti itu biasanya tidak sadarkan diri selama 3 menit. Sambil menunggunya siuman, aku membereskan pakaianku juga pakaiannya.

Memperhatikan sekitar, yang mungkin saja ada orang iseng melihat kami. Tapi masa bodoh. Nafsu telah membutakan kami yang penting aku dan Shania puas. Sebatang rokok setelah bercinta itu sungguh terasa sempurna. Sampai Shania memanggilku dari dalam mobil.

“Jaaack! Cd gue mana?!” Shania ternyata sudah sadar, kondisinya yang suka tiba-tiba hilang kesadaran itu awalnya membuatku panik awalnya. Tapi setelah terbiasa aku malah sering menjahilinya seperti yang baru saja aku lakukan ini, menyembunyikan celana dalamnya.

“coba di sekitaran situ emang ga ada apa? Cari lagi yang bener” aku menahan tawaku sambil memasukan kepala kedalam jendela yang terbuka.

“ihh sebel deh jack… abis main selalu aja ada yang ilang, dulu bra gue, sekarang cd gue udah ada 3 kalinya, bantu cari laah…” Shania merengek sambil mengendus kesal.

“udah gapapa kali lu pake rok ini, gak akan keliatan juga kali…”

Jawabku sekenanya, namun dengan refleksnya ia memukul kepalaku dengan tas tangannya.

“aw… oke shan! Ntar gue beliin dah celana yang 50rb 3 heheh”

“sembarangan! Cd gue mahal! Victoria secret punya! Hih!’ matanya menatapku tajam namun kemudian tertawa setelahnya dan kami tertawa terbahak.

Aku masuk kedalam mobil lalu melemparkan cd Shania ke belakang tepat Shania sedang merunduk dan mengenai wajahnya.

“Ya ampun! JAAAAAAAAKK!! Sialan lu! Jadi selama ini? Lu yang ngumpeyin ya” Shania menerjangku dengan pukulan pukulan ringan sambil tertawa.

“iyaaa aduuuuduuhhh abis, nya lu suka tiba-tiba pingsan gitu aja abis maen… hahah”

“ya mana gue tau jack dah ah… yuk cabut dah laper!” Shania pindah ke kursi depan disampingku.

Hingga sampailah di sebuah restoran jepang bertemakan Ramen dan yakiniku.

Setelah memilih tempat duduk yang pas dan nyaman akhirnya kami menentukan menu.

“Mau makan apa?” Tanyaku pada Shania

“asyiikk ditraktir nih!” iya nampak kegirangan dan matanya juga telunjuknya menelusuri menu makan yang ada.

“et dah elu yang boss, masa gue yang nraktir aneh lu shan” aku mencubit hidungnya dan ia kemudian menangkap tanganku dan hendak menggigitnya, namun aku melepaskannya dengan cepat.

“em em aja dah…” tawarku sambil mengusap pelan kepalanya.

“dih… jadi cowok mau enaknya aja! Ya udah gue mau ramen miso special aja! Lu jak?”

“kare…” jawabku singkat

“gak bosen lu tiap kesini kare mulu kare mulu hahah” Tanya Shania sambil kemudian dia memanggil waitress agar mencatat pesanan kami.

“mm… Jack… sebenernya mau ada yang gue omongin juga nih…” mimik wajah Shania berubah drastic menjadi agak serius namun sinar matanya agak menampakan kesenduan.

“Wah kayaknya serius nih…” sambil mematikan layar ponsel aku memandang wajahnya bersiap menyimak apa yang akan dia utarakan.

“santai aja gak mesti serius gitu juga…” Shania tersenyum manis saat itu sambil menggerak gerakan tangan di depan wajahnya.

“oke… sebenernya ini udah dari minggu lalu gue mau sampein ke lu, tapi lu nya sibuk mulu, kemaren lusa ketemu malah ngajak mantap-mantap mulu, seperti biasa guenya ditinggal di apartemen sendirian… hadeh”

“ehh… kenapa lu gak… oke sorry lanjutin dulu shan”

“Besok gue udah nggak ngantor lagi jack…” lirihnya

“ooh lu resign! Hmmm” aku menganggukan wajahku sambil tersenyum

“lu kok gak nanya kenapa? Pindah kemana? Gitu?” wajah galaknya kembali ditampakan kepadaku lalu dia tersenyum dan tertawa cekikikan.

“apaan sih ngarep apa gue yah…” kemudian dia mengetuk kepalanya dengan tas tangannya.

Aku jujur tidak begitu kaget, karena itu bukan hal yang mengejutkan bagiku, toh mungkin dia dapat kerjaan yang lebih bonafit atau lebih kearah pasionnya.

“ya gue seneng aja sih shan, kalo lu dapet kerjaan yang sesuai dengan keinginan lu”

“gue kerja di JKT48 Jack!” tandasnya

“waw lu balik ngidol!??”

“ya nggak, gue disana jadi Manager Team lah, masa iya udah umur segini jadi member lagi!” dengan ekspresi agak kesal lalu ia menopang dagunya.

Setelah itu sampai pesanan datang tidak ada obrolan apapun masing-masing dari kami memilih sibuk dengan ponselnya.

Sampai akhirnya ia menghabiskan suapan terakhirnya.

Sambil mengaduk aduk sedotan pada gelas aku mendengarnya bergumam ketika aku asyik memainkan game gacha di ponselku dan aku mengalihkan pandanganku padanya.

“lu gak peka ya jadi cowok! Pantesan aja susah dapet cewek!”

Tiba tiba Shania berkata seperti itu, ada apakah gerangan? Aku yang sedang asyik bermain game jadi malah penasaran dan mencoba menggali lebih dalam.

“maksud lu shan?!”

“ahh nggak kok jack, salah denger lu kali… eh cabut yu… abis ini gue ada janji sama saktia” ia kemudian merapihkan barangnya.

“Shania…” panggilku yang belum beranjak dari tempat duduk namun Shania sudah berdiri dan hendak pergi.

“udahh ayo donk gue udah capek badan pegel-pegel nih, oke gue yang bayar aja dah jack bentar gue ke toilet dulu ya” Shania meninggalkanku sampai akhirnya waitress membawa bill.

“Shania kenapa yak? Ga biasanya dia kayak gitu?” aku keheranan melihat tingkahnya. Lalu aku kembali bermain game mobile di ponselku.

Mungkin 10 menit kemudian dia berdiri di depanku dan tersenyum.

“Jack ayuuk…”

“oke bu nia!” aku mengambil bil dan menuju cashier bersama Shania. Shania mengeluarkan kartu debitnya dan memandangku sebentar lalu tersenyum. Tersenyum yang serasa dipaksakan.



Sampai di parkiran Shania memilih duduk di kursi kemudi dan tentu saja itu membuatku keheranan.

“gue aja yang nyetirr jack, lu duduk aja nikmati perjalanan okay” lagi lagi ia tersenyum dengan agak dipaksakan.

Audio player melantunkan lagu-lagu menemani perjalanan sore ini. Aku bingung dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah seperti itu, namun aku takut bila aku bertanya membuat moodnya semakin buruk. Mungkin menunggunya sampai ia benar-benar tenang dan seperti biasa lagi adalah pilihan yang tepat.

Karena ini Mobil Shania, jadi Shania mengantarkanku terlebih dahulu, dan kebetulan jarak dari tempat sebelumnya ke rumah pamanku itu lebih dekat.

“Jack… makasih banyak ya…” Shania tersenyum namun kali ini sepertinya dari lubuk hatinya, mata kami saling memandang satu sama lain. Ia memejamkan matanya dan mendekatkan wajahnya kepadaku.

Aku yang paham dengan maksud tersebut lalu mengikuti sampai bibir kami berpagutan satu sama lain.

Perasaan ini terasa berbeda, aku lebih merasakan perasahan hangatnya kasih sayang daripada hasrat untuk bercinta.

Shania melepaskan ciuman kami kemudian memanggilku pelan.

“jack… baek baek lu ya”

Kenapa kalimatnya itu membuat dada ini terasa sakit.

“oke! Lu juga Shan, semoga tempat baru lu ntar ngebuat lu makin sukses ya”

Shania tersenyum lalu tertawa terkekeh.

“kerja yang bener lu jack! Jangan kebanyakan ngelamun!” tambah Shania.

“oke kalo ada apa-apa kabari gue aja Shan, gue siap kapan pun lu butuh heheh”

Aku keluar dari mobil Shania dan ia melambaikan tangannya dari dalam mobil lalu tak lama meninggalkanku.

Itulah terakhir kali perjumpaanku dengan Shania, meski aku suka mengantar mira ke Theater belum pernah sekali pun aku bertemu atau berpapasan dengannya. Dan terakhir kali aku melihatnya, saat aku menjemput Mira pulang, aku mendapatinya saat sedang dijemput oleh seorang pria, pria yang tentunya sudah banyak dikenali orang banyak, dan kurasa gossip yang beredar sebelumnya di dunia maya kalau ia memiliki hubungan dengan orang itu mungkins ebuah kebenaran.


Bersambung lagi-




Maaf kalo ceritanya serasa cepat, transisi antar tempat dan scene dibuat cepet karena ini semi flashback. belum bener-bener current timenya.
 
Bimabet
Lah ama shania dah pinis...huft...padahal klop banget..
Makasih suhu apdetnya bikin nyesek...
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd