Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Jalan nan terjal

Status
Please reply by conversation.
SALUTE!!! Berani menyebrang ke quadrant penulis.

"Suhu besar penulis permesuman dimulai dari satu intipan di atas pohon"

Sekali lagi selamat berkarya disini :ampun:
Jurus nekat om, ilmu boleh nyomot mangkanya hasilnya begitu, mohon maaf masih berantakan, matursuwun udah mampir om.
 
ijin pasang patok suhu meskipun telat :)
 
Part2


TERNYATA DIA


Alangkah kagetnya mbak Mar saat mengetahui keberadaanku, reaksinya spontan. Dia melebarkan mata dan sedikit gugup dan clingak clinguk lalu dia tersenyum, seolah memastikan keadaan.
Aku heran, dia begitu cepat menguasai keadaan.

"Eh, kk...kamu An? Ngapain di situ?!"
Akupun hanya bisa cengar-cengir dan turun dari atas pohon. Kini giliranku yang gugup dan diam terpaku. Kurasakan tubuhku gemetar, sebisa mungkin kututupi kegugupanku.

Baru sekali ini kulihat tubuh polos wanita dewasa, terlihat lelehan cairan bekas pakde Jono masih mengalir di sela-sela pahanya yang lumayan putih mulus itu.

Memang mbak Mar ini salah satu perempuan di kampungku yang bisa dibilang jarang ke kebun, paling dia mau ke kebun kalau sedang musim tanam jagung saja.
Itupun tak sampai selesai.

Jadi kulitnya jarang terkena terik matahari, wajar kalau kulitnya putih mulus.
Usahanya berdagang sembako yang lumayan besar untuk ukuran kampung yang jauh dari perkotaan.

Tak lama setelah itu, aku turun dengan santainya. Dia malah jalan mendekatiku,
Entah disengaja atau tidak, aku nggak tau.
Yang jelas, tubuhnya polos belum tertutup pakaian sama sekali.
"Mbak, mbokya dipake dulu kolormu itu! Kayak anak kecil aja."
"Hihihi... Kenapa An? Lumayan kan buat bahan ngocok kamu. Apa mau praktek sekalian? Kamu lihat yang tadi 'kan? Ayo sini kalo kamu mau, mumpung ngga ada orang!"

Eladalah bukannya pake penutup malah mancing si mbaknya.
"Eling, Mbak! Cepet pake kaos sama celanamu, nanti ada yang lihat malah repot kita mbak!"

Dasarnya mbak Mar genit, dibilanging bukannya dipake penutup tubuhnya malah semakin mepet, hadeeeh.

"Emangnya kamu nggak pengen An? gratis kok mumpung sepi lho? "
"Ogaaah! Pejunya dilap dulu kenapa mbak, "
"Ah Ian mah sok sok an doang! Kontol ngaceng gini masih aja pura pura nggak mau hi hi."

Tau tau tangan mungil mbak Mar sudah sukses meremas batang andalan ku.
Bener bener nih binor bisa jebol pertahananku,
Dapet enak sih. Tapi masa iya perjakaku harus berakhir disini,
" Iya ya mbak, kapan kapan aja ya? Masa aku harus dapet sisaan pakde Jono si mbak! Ogah ah. "
" Tapi aku tanggung Ian sayaaang, tau sendirikan tadi aku belum dapet. "
" Laaah pakde Jono yang berbuat masa aku yang tanggung jawab si mbak. Nggak ah pokoknya kapan kapan aja, mending sekarang pulang, kalo masih sange minta sama suamimu aja yah. "
" Ya sudah! Tapi bener lho ya janji lho ya? "
" Hadeeeh opo neh to mbak! "
"Itu yang kapan kapan itu lho ah, awas pokoknya"
" Iya? nanti di atur ya, lepasin dong tangannya kalo lecet ngga bisa dipake lo mbak, he he "

"Hi hi abis nggemesin kenceng bener ni kontol "
" Udah ah lepasin aku mau pulang, duluan ya mbak"
Iseng sambil ku towel sekalian tu toket, lumayan batinku,
" Iih awas ya! "
Sambil tertawa kutinggalkan mbak Mar seorang diri, biarlah kalo terus terusan kuladenin bisa khilaf beneran ntar.

Sekilas tentang mbak Mar, tubuhnya yang tak terlalu tinggi sekitar 165cm,
umurnya yang baru 27tahun,
belum punya momongan,
Body lumayan semok kulit putih, tak seperti kebanyakan perempuan pelosok, dengan rambut sepinggang sedikit bergelombang diujungnya.
Murah senyum, tidak mudah tersinggung kalau di ajakin ngomong jorok, membuat kesan binalnya semakin kentara.
Bahkan pernah pas duduk ngangkang tanpa celana dalam aku tegur malah tambah dibuka lebar kakinya.

Pas dengan predikat dia, yang katanya jebolan cewek Gunung Kemukus.





Keesokan harinya

IANTONO
Sore hari,
fiuuuh... selesai juga kerjaan hari ini, tinggal tunggu musim penghujan lahanku udah siap tanam.
di usia 18 tahun aku sudah memiliki lahan garapan sendiri.
Walaupun cuma satu petak cukuplah buatku, hitung hitung belajar mandiri dikampung.

Lagi pula nggak mungkin aku selalu mengandalkan kakekku.
Sejak lulus sekolah menengah pertama aku langsung terjun keladang membantu kakek,
Beliaulah yang merawat dan mendidik ku selama ini.
Orang tua kandungku sendiri seolah tak menginginkan ku ada didunia ini.
Mereka pergi merantau,
sejak umurku belum genap setahun.


Syukurlah aku masih memiliki kakek dan nenek,
Hidup bersama mereka di Desa yang terbagi dalam empat Dusun, dua dusun terpisahkan oleh hutan disebelah barat, bahkan sebagian sudah masuk wilayah Semarang.

Sedangkan dua dusun lagi hanya terpisahkan oleh kantor kelurahan, yang salah satunya adalah tanah kelahiranku.
yah dua dusun yang bersebelahan namun berbeda tabiat warganya, yang satu, baik yang muda maupun yang tua cenderung bersifat arogan, sedangkan warga didusunku lebih memilih diam,

Sama sama dikelilingi hutan dan tanah garapan perhutani, lumayan pelosok memang.
dari Desa menuju kecamatan berjarak 5km,
sedangkan jalanan menuju jalan raya kecamatan hanya bebatuan yang disusun selebar satu setengah meter saja,
Bahkan aliran listrik pun baru masuk dua tahun yang lalu.

Mayoritas warga adalah petani jagung dan juga perambah hutan,
Bahkan anak muda sepertiku, Heru dan yang lain pun ikut ikutan merambah hutan,
Miris memang, hutan yang seharusnya dijaga malah ditebang tanpa ijin, sudah pasti melanggar hukum, efeknya bila musim penghujan datang banjir melanda perkampungan, entahlah warga menyadari atau tidak efek dari tindakannya itu.


Dan sore ini entah mengapa malas sekali pulang kerumah, aku lebih memilih duduk melepas lelahku dijalan setapak dekat perkampungan, lokasinya agak berbukit, disini jika malam hari bisa melihat cahaya lampu yang berjejer di daerah semarang,

Duduk santai melepas lelah begitu tenang begitu indahnya, semburat senja seolah turut menemaniku, dengan warnanya dengan lukisan indah alaminya,
Tuhan sedang menunjukkan sebagian kecil keindahan ciptaannya, aku menyadari aku menikmati,

" Maas? mau sampai kapan disininya, "
Suara itu, suara itu aku kenal, suara yang menenangkan saat suasana hatiku tak tenang,
Aku pun menoleh dan tersenyum memandang kekasihku,
" dek kok kesini? Udah sore lho dek, "
Dia ikut duduk disampingku melingkarkan tangan kanannya di pinggangku,

" Mas Ian capek ya mas, jangan terlalu memaksakan tho mas, nanti kalo sakit gimana? "
Ku usap rambut kekasihku yang rapi dan harum itu, menandakan kalau gadis pujaanku ini sudah mandi.

" Adeek mas kotor lo ini masih bau juga kaan, mas ngga capek kok cuma lagi males pulang aja, "
" Hu um bau asem hi hi emang kenapa to mas kok males pulang, simbah udah nanyain lho tadi, "

" Bau asem tapi masih dipeluk aja piye toh, "
"Biarin weeek... kangen kok hi hi "
"Lhoo kok adek tau simbah nyariin, adek dari sana ya? "

Dia tersenyum,
Masih kumainkan helai rambutnya sesekali kucium keningnya, lengkap sudah, lelahku seketika hilang, bahagia sungguh bahagia.

" He he iya, ketempat asti sih, tapi asti ngajakin main kerumah mas Ian, yo wis adek ikut. "
" Heeem gitu too, "
"Masih mau disini mas, adek temenin ya?.. "
" Masih si dek, emang ibu ngga nyariin nanti dek"
"Udah ijin lo mas, aman kok "

Kembali senyumnya mengembang, ada bahagia disana,

" Dek "
"Heeem "
" Langit sorenya indah ya, kayak yang lagi nyender he he"
" Iiih sejak kapan mas bisa ngegombal siih... "
" Adaaaauuu kok dicubit siih deeek?""
" Abisnya tumben ngomong gitu, "
" Coba lihat dulu, pasti kamu suka kok "
" Iyah aku lihat kok, pantesan mas Ian betah disini, ternyata ini tooh "
" Senja ngga lama kok dek, sebentar lagi juga hilang, besok ada lagi dan berganti corak alaminya, begitu aja seterusnya"
" He eem "


Sejenak aku terdiam begitu juga kekasihku,
Menikmati suasana pedesaan yang asri, menikmati sajian indah sang kuasa, kukecup kening kekasihku, yang sedari tadi tak pernah mau melepaskan pelukannya,
Hingga suara adzan mulai mengalun indah dari mushola,
" Dek pulang yuk, udah adzan magrib lho, "
" ayuk, mas nanti kerumah ya,
adek masih kangen tau, masnya sibuk mulu sekarang, "
"Iya? Mas juga kangen kok, maaf ya deek kan buat masa depan juga to, "
" He em mas ayuk ah"
Sambil berdiri lepaslah pelukan kekasihku, berjalan turun menyusuri jalan setapak bergandengan tangan sampai perkanpungan,
barulah kulepaskan genggaman tanganku,
"Mau dianterin sampai rumah ngga dek, "
" Ngga usah mas, mas langsung pulang aja ya, nanti jangan lupa lho yaa, "
" Iya, ya udah jalan gih mas liatin nyampe rumah, "
" Iih perhatian banget sih masku, makasih ya mas, "
" Iya gih jangan lupa sholat lho.. "

Dengan senyum manisnya dia berjalan menuju rumahnya, dari atas tempatku duduk bersamanya tadi memang tak begitu jauh sampai pertigaan jalan menuju rumahnya,
bahkan rumahnya pun terlihat dari pertigaan tempatku berada saat ini, tinggal berbelok ke arah timur
Sampailah dirumahnya, sementara rumahku masih berada di ujung barat dusun,
biasanya aku pulang dari ladang juga tidak melewati jalan perkampungan,
aku lebih memilih jalan pinggiran hutan sebelah selatan,

Tak seperti saat ini berpapasan dengan warga sekitar, kurang begitu nyaman aja sih sebenernya,
Harus menjawab atau pun menyapa beberapa orang saat pulang kerja,
Berbeda kalau posisiku sedang santai atau bepergian,
Lebih rilex pastinya.
Sesampainya dirumah sudah tersedia kopi hitam dimeja,
" Dari mana to lee, pulangnya kok tumben sampai magrib to, "
" Ngrampungin ladang yang sebelah timur itu mbah, nanggung tinggal dikit biar nanti waktu tanam udah siap semua mbah, "
" Ooh jangan dipaksa tenaganya kamu masih muda jangan ngoyo kerjanya ya, "
" Njih mbah "
" Tadi asti sama temennya kesini nyariin kamu lho le, malah mbantuin masak segala, "
" Lho lama to mbah disini, "
" Lumayan le, anaknya baik cantik lagi le.. "
Sambil mesam mesem mbahku ini.
"He he bisaan mbah ini "
Sambil garuk garuk kepala ku sruput kopiku,
" Yo wes sana mandi, udah ditunggu mbah kakungmu didepan itu, "
" Njih mbah"

Itulah nenek ku, tak pernah membentak apalagi memukulku walaupun aku melakukan kesalahan,
Begitu juga kakekku, selalu memberi teguran halus dan wejangan jika aku melakukan kesalahan, Umur mereka juga belum terlalu tua sih sekitar 65 tahunan.

Di ruang depan tampak mbah kakung begitu fokus nonton tivi, hanya itulah hiburan dirumah ini, itupun setelah listrik masuk ke Desa.

" Serius banget to mbah, acara nopo to, "
" Berita le, sini ayo makan dulu simbah udah laper, "
"Njih mbah"
Kulirik hidangan dimeja, sederhana khas kampung.. Sayur bayam sambal mentah dan lauk tempe goreng, cukup menggoda nafsu makanku.
Sambil menikmati hidangan simbah kakung mulai membahas kerjaanku.
" Gimana le ladangmu udah selesai belum, "
"Sudah mbah "
" Pupuknya gimana udah ada dananya belum, "
" Ada mbah mudah mudahan cukup he he"
"Ya sudah kalo kurang nanti simbah yang nambahin "
" Nggih mbah"
Itulah kakekku, sengaja ngetes kemandiriian ku dengan melepasku untuk berladang sendiri,
Ladang yang luas milik perhutani memudahkan warga untuk menggarap lahan tanpa harus membayar ke pihak perhutani, sangat membantu tentunya.

" Gimana enak nggak masakannya, "
Nenekku pun ikut nimbrung, ah ngomongin masakan perasaan jadi ngga enak ini,
bakalan kena candaan orang tua ni kayaknya.

"Enak mbokne kenapa to kok tiba tiba nanyain masakan,"
" Lha iya yang masak bukan aku kok pakne, "
"Uhuuk uhuuk "
Segera kuraih gelas yang berisi air putih itu, asem aku tersedak gegara omongan nenekku.
" Lho siapa yang masak "
" Calon bojone cucumu itu hi hi"
Sambil nunjuk kearah ku.

Lah dengan cueknya merasa tak bersalah ngomongnya,
Pasti kena candaan ini mah pasrah ajalah.
Lalu kakekku menoleh kearahku sambil tersenyum.

" Lho udah berani sama anak gadis orang to ternyata, pantesan semangat banget kerjanya, "

Lagi aku cuma senyum sambil garuk kepalaku yang nggak gatal.
" Anaknya siapa to mbok,"
" Itu pakne anak siapa ya lupa aku pakne,
si man siapa gitu lupa aku pakne, yang rumahnya di ujung timur itu lo"
" Karman Mbah, eehhh"
Reflek ku sebut nama bapak kekasihku, membuat kedua orang tua itu menoleh ke arahku,
"Naah calon mantunya ya mesti tau namanya to pakne, "
" Iyo no mbokne, udah ah kasian tu anaknya cuma Mesam mesem aja,
terus kapan mau beli pupuknya le, harus capet cepat beli pupuknya lho, biasanya kalo beli pupuk mepet suka kehabisan barang di tokonya le, "
" Njih mbah ini habis isya mau ke tokonya mbak Mar kok, "
" Yo wis baguslah, simbah juga mau beli tapi besok aja lah"
"lho sekalian aja mbah "
"Besok aja sekalian mbahmu mau belanja keperluan dapur katanya, "
" Oo ya sudah kalo begitu mbah "
Setelah selesai makan dan pembahasan pun selesai,ku sruput kopiku yang mulai dingin,
dan kusulut sebatang rokok.
Memang kakek mau pun nenek tidak pernah melarangku
Merokok, terserah akulah pokoknya, selama ngga merugikan diri sendiri dan orang lain terserah katanya.

Sebatang rokok pun habis kuhisap, lalu aku ijin ke kakek untuk keluar.
" Keluar dulu ya mbah, "
"Yo le, jangan malem malem pulangnya"
"Njih mbah"
Kuambil dompet dan bergegas aku keluar rumah,
Mampir kerumah asti sebentar ah, pikirku. pas banget didepan rumah dianya,

" Hoyy.... Nunggu siapa Mbuul "
" Ha hoy ha hoy! nunggu yang lagi di kangenin Indriani lah! "
" Eehm eehm .... galak bener mbak, agi dapet ya? "

Buugh, secepat kilat boneka adeknya si Mbul mendarat dikepalaku,
" Wuiis keren euy tepat sasaran, kenapa to kamu Mbul,"
" Ehe he ngga kok mas, udah ngopi belum tak bikinin ya? "
" Udah Mbul baru aja habis, langsung ngibrit kesini, "
" Lah biasanya juga gitu, sik ya tak bikinin,
jangan takut tuanya jelek kalo kebanyakan ngopi, sik awas kabur"
" Hadoooooh, terserah kamu lah Mbul, "
Huuh kebiasaan ini anak pemaksaan, bisa kemaleman ini,
Mau beli pupuk mau ngapel juga, ah biarin lah,
" Ni kopinya masku "
" Bedeeh secepat itukah bikin kopinya mbak yu, takut banget aku kabur, he he "
" Halah emang mau kabur kan "
"Woo sok tau kamu Mbul, "
" He he, ya kali mau cepet cepet ngapel, "
" Heeem mulai deh, eh tadi kerumah ya, "
" Siapa to "
" Kamu to Mbul "
" Halah maksudnya Indriani kaan, pake ngeles ke aku lagi, iya bantuin masak simbah, puaaas, "
" Ehe he "
Garuk garuk kepala lagi deh,
" Gara gara kalian tuh aku diledekin mbahku, "
" Kapooook hi hi hi, "
" Kopinya kok manis ya Mbul, "
" Hiiiiii mau minggat mesti niih, "
" Wadaaaaw kenapa main cubit si Mbul "
" Awas aja main kabur! Takkan ada kopi diantara kita, hi hi hi "
" Iya kalem to ah "
Dari kejauhan kulihat ada seseorang berjalan mendekat kearah rumah Asti mau apa dia, jangan jangan itu tadi yang Asti tunggu, masih samar sih,
semakin dekat semakin jelas, kayak pemuda dari dusun sebelah,
Ah sudahlah mending tanya langsung ke Asti aja,
" Mbul ada yang datang tuh, "
Sambil kusenggol lengannya.
"Mana? "
" Tuh agi jalan kesini, kayak anak kulon ya Mbul, "
"Eh iya, mau ngapain dia ya, ah cuekin aja mas, "
Kok gugup ni si Mbul, sesampainya itu bocah di tempat
Asti,
Bedeeeh aura songongnya langsung terasa.
"As boleh ngobrol berdua sama kamu ngga, "
"Ada apa ya mas" jawab asti, datar.
Ni bocah bertamu ngga ada sopan santun sama Sekali,
" Serius As ayo!, "
"Kok situ maksa! nggak aku ada perlu sama mas Ian, kalo mau ngomong sekarang, disini aja. "
Bedeeeeh galak juga si Mbul ini,
aku masih diam sambil nyruput kopi buatan Asti tadi,
kusulut sebatang rokok sukun kesukaanku, kutawari pemuda songong itu, aku nggak kenal sih sama dia.
" Rokok mas "
Masih sambil tersenyum, walaupun yang kutawari rokok pasang muka asem,
aku malah senyum senyum.
" Heem rokok murahan ya ha ha.. Nggak doyan cuk, mending kamu bakar aja sebungkus bungkusnya, "
Beuuuh pengen banget nampol tu mulut pake sendal, tapi masih bisa ku tahan, masih bisa sok sok an tersenyum aku nya. Sebelum kujawab lagi Asti udah nyaut duluan.
" udah udah ngga usah ngomonglah mas! baru juga kenal ngomongnya gitu amat, mending situ pulang aja sana aku mau pergi sama mas Ian,
ayo mas Ian abisin kopinya kita pergi aja!. sumpek aku liat manusia kaya gitu. "
Lah beneran marah ni si Mbul, mana pake narik narik lagi udah gitu meluk lagi,
Masalah ini mah, ah kampret lah.
Tampak si pemuda mukanya merah padam, sepertinya darah nya mulai mendidih, lalu dia pergi dengan gaya songongnya, dengan umpatan dan ancaman pastinya,
" Dancuk awas kamu cuk "
Aku hanya tersenyum, cenderung mengejek sih.
" Silahkan mas hati hati dijalan"
Dia menoleh dan tangannya di kepalkan kearah ku.
Lagi lagi aku hanya tersenyum ke dia.

Sedangkan si Mbul mukanya masih ditekuk.
" Udah Mbul, jagoannya udah pulang kok, he he "
" Kesel aku mas, kamu lagi malah nawarin rokok! "
" Ehe he aku kan anak baik baik Mbul? "
"Heleh, mas orangnya marah lho hati hati ya"
" Wes santai aja to Mbul, masih sama sama makan nasi kok"
"Tapikan mas, ah pokoknya hati hati deh ya, "
"Iya? Aku tau kok"

Bapaknya Asti pun keluar rumah penasaran dia,
" Ada apa An"
" Ngga ada apa apa kok paklik, biasa anak muda he he"
"Oh kirain ada masalah sama orang kulon"
" He he nggak paklik aman kok"
" Yo wis take masuk lagi, tanggung nonton tivi, Ayo masuk sekalian ada tembakau baru tuh, mantab itu "
" Njih ini mau ketoko beli pupuk, takut kemaleman paklik ehe he "
" Yo wis tak masuk dulu kalo gitu"
" Njih monggo"
Memang biasanya aku kalo main kesini langsung masuk kerumah, ngrokok tembakau lintingan khasnya para orang tua,
berhubung tadi kena hadang sama anak perempuannya jadi mandek didepan rumah deh..
Dan kini kekesalan si Mbul sudah mereda, sukur dah.
" Mas tadi mau pergi toh, tapi kok aku ngga percaya kalo mau beli pupuk ya? Hi hi hi"
" Yee... Emang iya mau beli pupuk kok, kan searah kesananya he he "
" Heeeem yo wis sana nanti kemaleman kasihan tuh yayangnya hi hi, "
" Iya yah. Ya sudah aku langsung jalan ajalah ya Mbul, "
" Ya wiis hati hati loh, salamin ke Indriani yah. Inget sama anak yang tadi jangan diladenin kalo bisa "
" Siiiip, Jalan ya, "
Saat dijalan dekat toko mbak Mar tiba tiba aku teringat kejadian di hutan itu, waduh repot nih kalo mbak Mar nagih janji, ah menghindar dulu ah. Tiba depan toko ternyata ramai bapak bapak pada ngopi,
jleeb pakde jono ada disitu, cuma pake sarung mencurigakan ini,
Sudah biasa sih sebenernya kalo bapak bapak ngumpul gitu cuma pakai sarung. Tapi ini pakde jono, yang ketahuan ada scandal sama mbak Mar, pikiranku jadi lain deh,
tapi ya sudahlah mending bablas aja langsung ke rumah Indriani, kasihan takut kelamaan nungguin,

Sampai di gang dekat rumah kekasihku terlihat dia duduk sendiri di bale depan rumah,
Kasihan kekasihku sendirian disitu kupercepat langkahku biar cepat sampai, kedatanganku disambut senyum manis olehnya,
" Deeek kok sendirian siih, ngga takut to, "
" Iih masku, baru aja kok adek disini, kok ngos ngosan si mas kenapa? "
" He he ngebut dek udah kangen senyum mu "
" ngegombal lagi ah mas ini "
Pipi kekasihku pun merona.

" He he bumbu to deek "
" Emang sayur mas? "
"Tak bikin minum dulu ya mas"
"ngga usah deek sini aja jangan jauh jauh, beneran mas kangen banget lo? "
" ngga mau ngopi emang nya? "
" udah dua kali ngopi dek, dirumah sama ditempat Asti tadi, makanya lamakan he he, "
" Oh ya sudah, air putih aja ya mas lebih sehat kok "
" Idiih yang perhatian, melayang deh nih masnya he he "
Tak lama setelas kekasihku masuk kini gantian ibunya yang keluar.
udah sepi sih rumahnya, mungkin bapaknya juga sudah capek diladang tadi.
" Eh ada nak Ian, baru dateng apa udah dari tadi nak, " Aku pun langsung berdiri dan cium tangan, "
" Baru aja kok bu, kok sepi to bu, bapak ngga kemana bu, "
" Bapaknya kecapean kali nak tumben udah tidur "
" Ooh"
Hanya ooh doang jawaban ku, sambil manggut manggut,
" Ya sudah, ini mau pada jalan apa disini aja nak, "
" Disini aja bu udah malem juga kok bu"
" Ya sudah tak tinggal dulu adeknya indri juga udah pada ngantuk kayaknya "
" njih bu"
Ah calon ibu mertua yang pengertian pikirku,
kekasihku pun datang membawa minuman air putih sama teh manis anget, pantesan lama.
" Lho lho, kok dua macem tho deek, "
" Biar lama masnya disini, salah sendiri lama ngga kesini sini"
Perasaan baru dua hari ngga dateng, ah alesan doang ini mah,
" He he maaf deh deek, "
Tak terasa posisi duduk pun semakin merapat dan merapat,
" Maas"
"Njiih kenapa dek, "
" Hawanya dingin ya mas"
Nah lo kode nih, merasa dianggurin dia,
langsung kupeluk kekasihku
" He he kok ngasih kode sih deek, tadi sore aja langsung maen peluk to. "
" Abis masnya ngga peka siih, "
Aku clingak clinguk lihat sekeliling terakhir kedalam rumah, kebetulan pintu masih buka separo jadi masih terlihat dari luar.
" Ini udah dipeluk, ngga enak to kalo ibu lihat kita pelukan, "
" Udah masuk kamar kok mas"
"Deek"
"Iyaah"
Saat kekasihku menoleh langsung kucium keningnya, posisi sih tadinya berjejer, saat kucium posisi kekasihku berubah menghadap ke arah ku, kulepas ciumanku, pahaku menjadi tempat duduk yang empuk buatnya,
sama sama menghadap kedepan disandarkan tubuhnya kedadaku, diam sesaat.

"Maas"
Tak kujawab panggilannya,
Kepalanya mendongak memberiku izin untuk menciumnya lagi, kuelus rambutnya yang indah lurus terurai itu, Ku kecup mesra bibirnya yang ranum, dan semakin lama semakin panas ciuman Bibir beradu bibir lidah pun saling membelit semakin panas, jari jemariku sudah mulai tak sabar ingin mencari sesuatu yang kenyal di balik kaos itu,
" Deek boleh ya, "
Anggukannya menandakan kalau kekasihku sudah pasrah, saat jari jemariku mulai menyusup didadanya dia mulai melenguh,
" eegh mas g geli maas, eegh "
Kulumat lagi bibirnya yang basah lidahku semakin dalam membelit lidahnya bersamaan dengan Dua bukit kembar yang ranum itu aku raba dan Ku pilin putingnya,

lenguhan pun semakin sering keluar dari mulut kekasihku, sesaat kuhentikan kegiatanku,

" Dek kesamping yuuk "
tatapan matanya begitu sayu, dan tak menjawabku, tapi langsung berdiri dan menarik tangan ku kesamping
timur rumahnya dan artinya sudah tak ada lagi rumah disebelahnya,
Kini gantian kekasihku yang agresif, dengan posisi berdiri bersandar ke dinding,
Bibirnya langsung mencari bibir ku adu bibir kembali terjadi, aku pun melakukan hal yang sama,
" Mas lagiii"
Tak menunggu jawaban dariku tangan ku di ambil dan di arahkan ke bukit kembarnya,
" Uuum aaah mas enaak mas geli... Iiiih.. Maas.. aaaagh... "
Terlepaslah adu bibir, lenguhan dan ceracau dibuat sepelan mungkin oleh kekasihku,
Tanpa ijin lagi tangan kiriku mulai turun kebawah mencari celah di antara paha kekasihku,
seolah memberi izin dilebarkan pahanya,
dan tangan Ku berhasil menyusup dibalik cd nya uh apem yang sudah basah kuyup itu dalam genggamanku,
"Aaach mas enaak maaas, eeeehm eeehm..."
Kembali kulumat bibirnya semakin basah belahan memeknya,
tangan kekasihku mulai mencari sesuatu dibawah sana dan berhasil tanpa aling aling, tangan mungilnya langsung menyusup dibalik cd ku, kini giliranku yang melenguh,
" uuuugh deek aaagh "
" Eeehm maas adeek ngga kuat maaas aàaaugh adeek mau pipiiis aaaaachhh.." Seeer seer...

Tangan kirinya menggelayut kencang di pundak ku sementara yang kanan masih memegang tongkatku. Belum sempat di elus belum sempat dikocok, sang empunya tangan sudah lemes duluan,
"Uuuuh adek lemes mas "
" Ya udah masih mau disini apa mau pindah dibale lagi,"
" Ntar mas ini mamas junior masih bediri maas, gimana dong"
" Ngga apa apa kok deek, adek kan capek udahan ngga apa apa kok, "
" Iih di sayang dulu yah"
Cup dicium ujung tombakku, di cium lagi, kupejamkan mata geli geli enak ternyata, dicium lagi loh kok anget basah, kubuka mata, "uuuuh deeek aaagh... aaagh... Udaah deek ntar aaagh mas keluaar looh.. "
Kekasihku mendongak menatapku dan tersenyum,
"mas yakin udahan? " Kembali tersenyum kini rambutnya telah acak acakan.
" Iya sini peluk mas aja, "
Diapun berdiri memelukku melumat bibir ku lagi, dan akhirnya terlepas pagutannya,
" Ayuk ke bale lagi aja dek, mas takut nanti kebablasan"
" Kalau mas mau adek rela kok mas, adek percaya sama mas Ian kok "
Akhirnya kugandeng tangan kekasihku ku tarik menuju ke bale dan kupangku kekasihku,
" Belum saatnya sayangku ya?.. "
Dia tersenyum dikecup keningku,
"Ih makin sayang deh sama mas, tapi masih tegang lo mas yang di bawah, nganjel hi hi, "
" Eh nakal ya adek ya he he biarin aja toh dek nanti juga kendor sendiri, "
" Hi hi anget mas "
Hadooooh malah dikerjain si otong kasihan bener dah, akhirnya setelah bermesraan ria aku pun pamit pulang,
" Dek mas pulang dulu yah besok mas kayaknya santai kok, mas yang kesini apa ade yang kesana, "
" Adek aja yang kesana mas sekalian mau bikin perhitungan sama Asti enak aja main cegat mamasku hi hi"
" Waduuuh jangan jambak jambakan lo ya, "
" Hi hi liat aja besok mas"
"Huu " Sambil ku acak acak rambutnya,
" Ya udah mas pulang yah udah malem ngga enak sama bapak ibu, "
" Yaaah ya sudah tapiii "
"Apa deek, "
" Sayang dulu ah mas"
Cup ku cium keningnya lalu bibirnya, aku pun berjalan meninggalkan rumah kekasihku, sampai di jembatan dekat arah rumah Asti seperti ada dua orang duduk di pinggir jalan, ah biarinlah aku cuek aja, semakin dekat posisiku dan di jembatan itu belum ada penerangan, baru aku mau permisi, dan buuugh... Aargh...


BERSAMBUNG
 
Selamat malam menjelang pagi, Mohon maaf atas keterlambatan part duanya ya, terimakasih banyak om @Serpanth reaksi cepat koreksinya, terimakasih juga om @Cinthunks bimbingannya, yang di group ijo ijo sana terimakasih banyak, dan kawan semproters terimakasih support nya ya,
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd