Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Jalan nan terjal

Status
Please reply by conversation.
Jalan nan terjal







Salam sejahtera sedulur semuanya.
Bagi yang sakit semoga lekas membaik dan yang sehat jagalah sehat kalian, terus semangat.
Ayo selalu taat pro kes agar wabah segera berlalu.




Part 19




MdocukY.jpg







aMFfz4S.jpg

Marni









Selesai sudah ajang pembuktian diri dan bukan Ian yang mencarinya, tapi kedua orang yang sempat adu fisik dengannya sekaligus membantu Ian menghadapi gerombolan si sakit hati, kini mereka mendapatkan apa yang mereka cari, lalu bagaimana dengan Ian?
Yah Ian tau semuanya saat itu juga tapi tak ada masalah buatnya, yang jelas Ian harus segera menentukan sikap, lanjutkan api permusuhan atau menghindarinya.
Dua hari sudah kejadian itu berlalu tak ada rasa khawatir seperti dulu aku melukai Iwan, malah saat ini aku menunggu reaksi dari keluarganya, tujuanku hanya satu. Aku tak ingin anggota keluargaku terkena dampak dari perkelahian hari itu, cukup sudah aku bertindak bodoh lari dari masalah yang mengakibatkan kekasihku berhasil di nikahi olehnya, aku heran sampai sekarang tak ada yang datang ke rumahku, yah dua hari ini kuanggap aman, tapi aku tak puas sebelum masalah ini benar-benar selesai, dan aku yakin hanya aku yang bisa mengakhiri semuanya, entah dengan cara frontal atau dengan cara yang lainnya aku belum bisa memutuskan.
Sekarang Hari-hari kulalui bersama Asti persis seperti dulu di masa kecil, tak ada Indriani dan tak ada teman-temanku, yah mereka asik dengan pergaulan baru mereka di tempat Panji, aku tak tau persis apa yang mereka lakukan tapi ada sesuatu yang membuatku curiga, mereka begitu antusias dengan kedatangan Yanti kala itu. Mungkinkah mereka berlomba ingin mendapatkan gadis itu? Ah... Sudahlah, toh bukan urusan ku juga.


Semburat senja nan indah menjadi saksi setiap jengkal perjalanan cintaku, yah! Sering kali aku berduaan dengan Iin di kala sang surya mulai terbenam, dan saat ini pun aku berada di tempat yang sama namun tanpa kekasihku, yah aku menyendiri merenungkan apa yang terjadi dan apa yang ku cari selama ini, keributan kah? Tentu tidak. Aku ingin hidup tenteram tanpa memiliki musuh. Seandainya saja status mereka tanpa paksaan aku tak kan seperti ini, seandainya saja aku tak melakukan kesalahan tentu saat ini aku masih menjalani hari dengannya.

hah!
Aku kecewa dan merasa gagal menjaga belahan hatiku, walaupun sekarang ada Asti tetap saja aku tak kan bisa menyingkirkan posisinya, dia tetap ada dan mungkin juga selamanya.



Suara kumandang adzan terdengar membuyarkan kepenatan pikiranku dan aku pun segera beranjak, sebatang rokok yang tinggal semata wayang pun kusulut sebagai penghantar perjalananku, hem... Mesti mampir ke toko mbak Mar dulu ini...
Santai ku melangkahkan kaki tak tau berapa menit waktu yang kuhabiskan untuk sampai ke tujuan yang jelas saat ini aku sudah berada di toko mbak Mar, aih.... Setiap melihat si empunya warung selalu saja aku ingat kejadian itu.

Hem... Asu lah...
“Mas... Oey... Mas Ian?... “


Aku tergagap, entah panggilan yang ke berapa kalinya aku tak tau, yang pasti kalau suaranya seperti itu sudah beberapa kali memanggilnya.

ah... Dancuk!
Gara-gara mikirin jembut mbak Mar aku jadi kelamaan bengong.
“ Eh njih mbak, maaf he he he... “
Jawabku.


“ Ngelamunin opo toh mas e... “


“Eem ndak oq mbak, Cuma itu bingung mau beli rokok apa he he.. “


“ Heleh bingung sama bengong itu beda lo mas, sampean iku kok, wes mau rokok apa? “


“Yang biasanya ae lah mbak, “

“ Lah itu kok bilang bingung to mas Hi hi hi... “


Lalu mbak Mar pun mengambilkan rokok yang ku pinta, aku pun segera membayarnya, saat aku hendak meninggalkan toko mbak Mar memanggilku.



“Mas Ian bisa nyetir ndak, dengar-dengar mas Ian kan kerja ikut mobil juga to? “


“Njih mbak bisa, kenapa to mbak. “


“ Besok bisa anterin aku belanja ndak mas, sopir yang biasanya aku ajak belanja libur je mas? “


“ Eladalah... Belanjanya di mana to mbak, “


“ Dekat kok mas, sekitar Solo aja kok, ya ya bisa ya? Hi hi hi.. “


“ Ooo ya wis mbak, besok tak anterin deh”


Setelah itu aku pun pulang dan sesampainya di rumah keluargaku sudah berkumpul di ruang makan, kebenaran lebaran ini paklik bambang cukup lama berada kampung, ia datang sehari setelah keributan itu terjadi.


“ Wiiih.... Jagoane mbah Prawiro datang.... Sini langsung gabung aja. “


“ Mandi dulu ah paklik, lengket ini... “


“Yo wis cepetan yo... “



Aku hanya mengangguk menanggapi ucapan paklik ku,
Kehangatan keluarga seperti ini memang sangat di nanti oleh kedua orang yang selama ini merawatku, yah aku tau saat ini mereka kesepian, di usianya yang senja seharusnya anak-anak berkumpul menemani hari tua mereka, ibuku entah dimana Sedangkan aku sendiri cukup sibuk dengan rutinitas yang jauh dari kampung dan mengharuskan untuk tinggal di sekitar tempat kerja. Paklik pun sama denganku, ah sudahlah.
Pagi harinya aku bangun lebih awal, yah, aku harus mengantarkan mbak Mar ke pasar, biar pun semalam mendapat banyak wejangan dari paklik maupun simbah, aku tetap datang ke toko mbak Mar, walaupun sebenarnya aku dilarang pergi karna alasannya aku belum terlalu lihai berkendara.


“ Kulonuwun... “



Tak ada jawaban


“ Kulonuwun... “


Degh!...
Setelah beberapa kali aku panggil akhirnya mbak Mar muncul juga, ia berjalan dari samping rumah hanya berbalutkan sehelai handuk saja, senyumnya pun tersungging indah.

Aiih....

Entah expresi mukaku seperti apa, yang jelas mbak Mar sudah berdiri di depanku dan mengibaskan tangannya tepat di depan mukaku


“ Mas Ian mau? Masih ada waktu kok. “


“Em em... Anu mbak, “
“Haish... “
Ucap mbak Mar.

Matanya melihat sekeliling, dengan cepat tangannya menyambar lenganku dan menarik tubuh bingungku hingga ke dalam rumah, pintu pun di tutup dengan segera.

Entah sial atau beruntung, di hari yang masih sepagi ini aku di serang seorang wanita dewasa dengan tubuh polosnya, dengan aroma wangi tubuh sehabis mandi dan belum sempat mengenakan pakaiannya. Dengan kondisi mbak Marni yang seperti itu aku rasa sudah sangat wajar jika naluri seorang lelaki akan bekerja dengan cepat.
“Eeegh... Mas Ian ini aku kasih bonusnya dulu sebelum kerja lo ya? “


Ucap mbak Mar di sela-sela lenguhannya, masa bodo aku malas menjawab ucapannya, aku juga sibuk dengan dua buah gunung kembarnya yang menjulang bebas, apalagi jembut lebat yang dulu hanya kulihat dari atas pohon kini ada di depan mataku, dan aku tak sepolos dulu yang masih takut menghadapi wanita.
Puas memainkan pentil susu mbak Mar tanganku pun bergerilya ke bawah, tepatnya di gundukan yang di penuhi bulu jembut.
Tapi sayang mbak Mar tak ingin aku berlama-lama memainkan area itu, mata sayunya menatapku. Perlahan mbak Mar mencondongkan badannya, lalu ia pun berjongkok.
Entah kapan dia membuka resleting celana jeans yang kukenakan, yang jelas saat ini mulutnya sudah sibuk mengulum kepala penisku, sialnya saat aku menikmati perlakuannya mbak Mar menatap ke arahku dan menghentikan kegiatannya, Lalu ia berdiri dan menyambar bibirku, gayung bersambut. Ku balas setiap pagutannya, nafsuku sudah tak bisa di bendung lagi, ku angkat satu kakinya dan penetrasi pun berjalan sempurna, namun baru beberapa tusukan aku tersadar kalau aku dan Mbak Mar masih berada di ruang tamu.

Plop!

Dengan sangat terpaksa ku cabut batang kejantananku dari sarang barunya.



“ ih... Mas kok di cabut sih? “


“ Ruang tamu iki mbak? “


“Hi hi hi... Takut yo mas, payah ah. Padahal sensasinya enak lo mas? “


“Haish... Embuh ah mbak, “



Mbak Mar malah mengedipkan matanya



“ dasar mbak-mbak nakal “


Ucapku pelan, sialnya mbak Mar mendengar umpatan pelanku.


“em... Ayo tak nakalin lagi “


Ucap mbak Mar sambil menarik tanganku menuju kamarnya, setelah pintu tertutup mbak Mar langsung menyerangku tanpa memberi sedikit pun celah, mbak Mar menindih tubuhku dan pinggulnya meliuk liuk, tentu dia juga yang menuntun kejantananku menuju gua garbanya, untung aku sudah pernah melakukannya, coba kalau masih perjaka sudah kujamin aku langsung tumbang di perlakuan seperti itu oleh mbak Mar.
Lenguhan demi lenguhan dan dua kali mbak Mar mencapai puncak kenikmatan akhirnya pergulatan pun berakhir dengan cairan sperma yang membasahi perutnya.



“ Iih... Kok ngga di dalam tempikku to mas? Awas yo kamu masih hutang sama aku lo ya? “


“utang opo tho mbak? Wes ah ayo berangkat, kesiangan ini mbak? “


“ Salah sendiri tempikku ngga di siram pejuh Hi hi hi... Nanti malam kesini ya? “


“ Hem... Ayo berangkat. “



Heeuh...
Beneran gatel ini si mbak, soal main mbak Mar sebelas dua belas sama Herni, Herni? Waduh... Dah lah, yang terjadi biarlah terjadi.


Terik mentari begitu hangat menyinari perjalananku pagi ini, cerah secerah raut bahagia wanita di sampingku ini, sepanjang jalan dia banyak tersenyum, bahkan sampai tujuan pun dia menyeretku agar tetap berada di sebelahnya.
Yang pasti biar ga repot bawa barang belanjaannya ke mobil he he...
Kan hari ini aku jadi karyawan sewaan si mbak Mar, entahlah di gaji berapa atau jangan-jangan di gaji tempiknya aja lagi he he, embuh lah.

Dan acara belanja pun selesai jam satu siang, lelah mondar-mandir setengah hari terbayar dengan segelas es teh manis dan se porsi makanan tenaga pun pulih kembali, setelah itu berangkat pulang.
Sepanjang jalan kota mbak Mar tertidur pulas, dia terbangun saat mobil melintas di jalanan menuju kampung tepatnya di tempat terjadi baku hantam.



“Hoaheem... Eladalah udah sampai sini to mas? “


“iyo mbak... Njenengan Pules banget tidurnya kok, jadi yo berasa cepat lah, padahal udah satu jam ini mbak he he... “


“Hi hi hi... Iyo yo... Kamu sih capek kan aku jadinya? “


“Lah? “


“ tapi enak ding, aku mau lagi kok, sekarang yuk mas “


“ eh eh opo to mbak sekarang iku opo?.. “

“Enak-enak bikin dedek bayi hi hi... “


“ Wong edan, emoh! siang-siang panas begini mau begituan, di jalan lagi hadeeh... “


“tinggal masukin mobilnya ke dalam hutan kok mas he he, “


“emoh! “


“Yo wes, ntar malam ya? Mumpung ada waktu lo iki? Nanti kalau calon suamiku udah sembuh kamu susah lo dapet tempikku lagi hi hi hi “


“ Lo lo lo.... Udah mau nikah lagi to mbak? Waduh.... “

“iya to? Yang biasa bawa mobil ini kan calon suamiku mas Ian sayang... Habis aku ndak ada harapan kok kalau nungguin mas Ian, pacarnya banyak mesti kamu nih he he... “


“ Heleh mbak... Malah ngode to mbak, wes ah je he he... “


“mas, bener yo ntar malam ke rumah, nginep sekalian juga boleh kok, asal jangan ada yang tau mas Ian bebas deh, “


“Iyo mbak? Eh bebas opo ki... “


“bebas nyodok tempikku lo? Hi hi hi “


“Hadeeh... Mbak.... Mbak, yo wes Iyo lah, he he he, “


Tak terasa sampai juga di depan toko mbak Mar, segera ku turunkan barang belanjaannya, lumayan banyak juga ternyata hadeeh... Setelah selesai aku pun duduk di balai samping toko dan tak lama secangkir kopi tersaji dengan aromanya yang khas.


“dah mas Ian istirahat dulu aja apa mau minum bir biar anget “


“ weladalah, Ono bir to mbak? Perasaan tadi ngga belanja itu he he “


“ ada to mas, mau ngga? “


“Moh ah, ntar malam aja sama anak-anak, AP ada ndak mbak. “


“opo itu AP mas, “


“ya mbuh, aku pernah dengar ae kok mbak nama itu, “



“Oalah.... Anggur putih itu mas, lho... Sampean ndak pernah minum to kok ndak tau namanya”


“Ndak mbak, tapi pengen nyobain sih he he “


“ mending ndak usah lah mas, ntar mendem lo mas? “



Heeuh... Iya juga sih kata mbak Mar, ah sudah lah mending pulang aja, aku pun pamit dan lagi-lagi mbak Mar mengingatkan aku, entah kenapa dia seperti itu, ada rasa kasihan sebenarnya tapi ibarat kucing di kasih ikan masa iya ngga mau sih, sayang kalau selalu ku tolak.



Sekitar jam tujuh malam suasana hutan sangat lah sepi, namun berbeda dengan hutan sebelah selatan, tepatnya di dekat jalan yang menuju dukuh langen, lokasi yang hampir saja menjadi tempat Ian meregang nyawa, empat orang terdiri dari satu wanita muda dan tiga orang pemuda, wanita muda itu tak lain adalah Yanti.

Yanti seorang gadis yang memang menyukai lelaki yang lebih muda darinya, ia tampak sibuk memanjakan tiga pemudanya kedua tangannya sibuk mengocok batang kejantanan dua pemuda di sampingnya sedangkan mulutnya tersumpal batang kejantanan pemuda yang satunya, tangan si pemuda menahan kepala Yanti agar tak melepas kuluman nya. Yanti sendiri sudah tanpa busana kedua buah dada sekalnya menjadi sasaran empuk untuk ketiga pemuda itu, menit demi menit berlalu aktivitas pun sudah berubah kini Yanti menjadi piala bergilir, mereka bergantian menjejali tempik Yanti dengan batang kejantanannya.

Lenguhan demi lenguhan yang mengalun syahdu membuat gelora syahwat ketiga pemuda itu tak pernah turun, lagi dan lagi mereka bergantian menyetubuhi Yanti, sepertinya tak ada kata lelah untuk Yanti, ia selalu meladeni kemauan pemuda-pemuda itu.
Apalagi setiap pejuh yang keluar tak ada yang terbuang sia-sia semuanya masuk ke dalam tempiknya, gairah yang berkobar dan suara kecipak hasil dari beradunya tempik yang basah kuyup dan batang kejantanan menjadi irama tersendiri malam ini, pesta sex berlanjut entah sampai kapan.


Berbeda dengan Iantono, setelah dari tempat Asti pemuda itu kelimpungan mencari ketiga temannya, di rumah dan di tempat biasa pun tak ia temui batang hidungnya.

Yah Ian berencana ingin mengajak ketiga temannya itu minum di tempat mbak Mar, tak dapat di pungkiri otak pemuda itu sedang kusut.
Ia sudah mulai muak dengan keadaan, tentang ia dan semua masalahnya tentang hatinya yang masih saja tak bisa beranjak meninggalkan kekasihnya yang sudah jelas-jelas sudah bersuami, untung masih ada Asti yang sedikit banyak bisa memberikan ketenangan untuknya, tapi hal itu juga menambah kegundahan hatinya, pengkhianatan terhadap gadis yang benar-benar menyayangi dirinya membuat Ian kusut. Tambah lagi Herni yang mungkin selalu menantinya di kota S sana, dan kini Marni lah yang menjadi pelampiasan kegundahan Ian.

Ian duduk sendiri di jembatan malam ini, menunggu waktu agak malam agar bisa menemui Marni tanpa ada orang yang tau, menunggu teman-teman yang tak kunjung datang, waktu terus berlalu sebuah motor melaju kencang melewati jembatan di mana Ian berada dan pengendara itu pasti tak mengetahui keberadaannya, berbeda dengan Ian ia tau persis pengendara itu, pemuda yang pernah duel dengannya di lokasinya saat ini.
Waktu sudah mulai agak malam Ian segera beranjak menuju rumah Marni, memang jalanan sudah sepi tak terlihat ada orang yang berlalu lalang di sepanjang jalan yang ia lewati dan memang itulah yang Ian inginkan.
Di toko tampak Marni sudah mulai menyusun papan penutup tokonya, ia tersenyum sumringah melihat orang yang ia tunggu datang.



“ehem... Kirain ngga jadi datang mas, dari tadi tak tungguin kok he he “



“ jadi lah mbak? Lagian rokokku juga habis kok he he “
Jawab Ian


“ yo wis, nanti tak bawa in, mas Ian langsung ke rumah aja yo? Ini sudah selesai kok. “


Ian tak menjawabnya ia langsung saja menuju rumah Marni dan segera masuk, tak lama Marni pun menyusul membawa sebungkus rokok untuk Ian.


“ kok lama? “


“ Katanya agak malam? “
Marni tersenyum simpul, ia pun mendekat dan berbisik


“ bikin aku hamil sebelum aku menikah Hi hi “


Tak lama kedua insan itu memasuki kamar dan berpagut mesra, tak seperti tadi pagi, Ian tampak tak canggung lagi memperlakukan Marni dan sekarang ia yang lebih aktif.
Bahkan setiap helai kain di tubuh Marni Ian lah yang menanggalkan,



“Eehm.. Semangat bener mas? “


“ pengen cepat-cepat lihat jembutnya aku mbak he he “


“ Nih “


Ucapnya lalu tangan Marni meraih tangan Ian dan menuntunnya ke area selangkangan, dengan cepat pula Ian mengelus bagian itu, bahkan lubang tempiknya tak luput dari serangan Ian,


“Aach... Gitu dong... Kocokin nonokku mas biar cepat basah, “


Pinta Marni kepada Ian, Ian menurut saja.
Kini tubuh polos Marni sudah tidur telentang di atas kasur, kakinya mengangkang lebar agar pejantan mudanya lebih leluasa mengerjai area sensitif miliknya. Benar saja nafsu syahwat Ian naik 180 derajat, dengan tubuh yang sama-sama polos sebelum batang kejantanan memasuki nonoknya Marni sempat memperhatikan tingkah Ian,


“heem... Masih muda dan bentuknya beda dari yang lain Hi hi hi “


Ian pun sedikit mengernyit, namun ia tak mau membahas hal itu, ia lebih fokus pada nafsunya yang sudah berada di ubun-ubun, apalagi lubang tempik yang basah kuyup di depannya sudah menanti untuk di masuki, tampaknya Marni paham kalau Ian sudah siap untuk penetrasi, dengan kedua jari ia membuka lubang tempiknya dan itil yang tersembunyi di balik rerimbunan jembut pun terlihat menyembul, satu tangannya menarik pinggang Ian agar segera melakukan penetrasi, Akhirnya pertarungan sengit pun terjadi, erangan dan rintihan silih berganti dan berbagai gaya pun sudah di lakukan, setengah jam lebih adu syahwat namun satu babak pun belum juga berakhir, Marni sendiri sudah beberapa kali orgasme tapi itu semua tergantung Ian, ia masih gencar memompa kemaluan Marni.
Hingga akhirnya dengan posisi berdiri berhadapan dengan gerakan maju mundur berlawanan keduanya berhasil meraih orgasme bersamaan.
Sementara itu di hutan sebelah selatan aktivitas sex belum juga usai.


Aaah.... Iyah.... yang kenceng Jod...


Dengan posisi nungging dan tangan bertumpu pada balai kayu Yanti terus saja meracau menerima gempuran dari Jodi, posisi doggy membuat genjotan Jodi lebih maksimal, apa lagi ketiga rekannya sedang duduk bersandar di balai yang sama, hanya sesekali saja tangan salah satu dari mereka meremas buah dada Yanti.


Yah!

Mereka sedang beristirahat sekaligus menunggu antrean, hal itu membuat Yanti dan Jodi bebas melakukan persenggamaan, lokasi yang jauh dari pemukiman dan sangat jarang ada warga yang melintas di malam hari membuat erangan Yanti dan kata-kata vulgar begitu bebasnya tanpa takut terdengar orang lain, entah sampai kapan pesta sex itu berakhir, mereka selalu saja bergantian menyetubuhi Yanti, mereka tak membiarkan tempik wanitanya menganggur.






Bersambung...
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd