Jam 1 siang saat itu terasa panas sekali. Aku dan teman-temanku turun dari tangga sekolah dengan lunglay, menuju jalan didepan sekolah. Lalu ku berjalan diteras depan ruang guru paket. Tiba-tiba ada yang memanggil.
"Cebe." Teriaknya.
Dengan malas aku menoleh kekaca besar yang menjadi pengganti tembok untuk memisahkan ruangan.
Ternyata Pa Krisna yang memanggil, guru paling killer disekolahku. Beliau sudah tua, mungkin umurnya sudah 50-55tahun. Dengan jenggot putih yang panjang dan wajah agak sangar.
Aku masuk keruang guru piket yang terletak persis depan pagar sekolah. "Haus paaaa.." Kataku sambil berjalan ke arah sofa diruangan itu. Ternyata hari itu kebetulan bagian piket Pa Krisna.
"Lesu amat. Badan bongsor gitu masa ga nyimpen cadangan air sih?" Katanya sambil tertawa.
Aku duduk disofa panjang depan meja pa Krisna. Lalu menatapnya.
"Bapa kira aku onta apa? Yang bisa nyimpan cadangan air dipunduknya." Jawabku, lalu cemberut.
Pa Krisna ketawa lagi.
"Langsung pulang?" Tanyanya.
"Ia atuh pa, emang mu kemana lagi?" Jawabku.
"Siapa tau kamu mau kelayaban dulu." Katanya sambil tersenyum.
Aku menggaruk-garuk kepala meski ga gatal.
"Bisa jadi pa. Kalo ada yang ngajak main mungkin capcus aja main." Jawabku.
"Main mulu, belajarnya kapan?" Tanyanya kembali.
Aku nyengir. "Belajarnya ya disekolah pa." Jawabku.
Pa Krisna mengelus dada nya. "Euhh..." Katanya.
Aku tertawa.
Diluar ruangan, sudah banyak sekali yang hilir mudik untuk pulang sekolah. Berhubung ruang guru paket terletak didepan gerbang sekolah, dan ruangan itu dikelilingi kaca tanpa tembok, maka dari luar atau dari dalam pasti akan bisa saling melihat.
Ku lihat adik-adik kelas dan teman-teman setingkatku melirik padaku yang sedang tertawa-tawa dengan pa Krisna.
"Cebe." Teriaknya.
Dengan malas aku menoleh kekaca besar yang menjadi pengganti tembok untuk memisahkan ruangan.
Ternyata Pa Krisna yang memanggil, guru paling killer disekolahku. Beliau sudah tua, mungkin umurnya sudah 50-55tahun. Dengan jenggot putih yang panjang dan wajah agak sangar.
Aku masuk keruang guru piket yang terletak persis depan pagar sekolah. "Haus paaaa.." Kataku sambil berjalan ke arah sofa diruangan itu. Ternyata hari itu kebetulan bagian piket Pa Krisna.
"Lesu amat. Badan bongsor gitu masa ga nyimpen cadangan air sih?" Katanya sambil tertawa.
Aku duduk disofa panjang depan meja pa Krisna. Lalu menatapnya.
"Bapa kira aku onta apa? Yang bisa nyimpan cadangan air dipunduknya." Jawabku, lalu cemberut.
Pa Krisna ketawa lagi.
"Langsung pulang?" Tanyanya.
"Ia atuh pa, emang mu kemana lagi?" Jawabku.
"Siapa tau kamu mau kelayaban dulu." Katanya sambil tersenyum.
Aku menggaruk-garuk kepala meski ga gatal.
"Bisa jadi pa. Kalo ada yang ngajak main mungkin capcus aja main." Jawabku.
"Main mulu, belajarnya kapan?" Tanyanya kembali.
Aku nyengir. "Belajarnya ya disekolah pa." Jawabku.
Pa Krisna mengelus dada nya. "Euhh..." Katanya.
Aku tertawa.
Diluar ruangan, sudah banyak sekali yang hilir mudik untuk pulang sekolah. Berhubung ruang guru paket terletak didepan gerbang sekolah, dan ruangan itu dikelilingi kaca tanpa tembok, maka dari luar atau dari dalam pasti akan bisa saling melihat.
Ku lihat adik-adik kelas dan teman-teman setingkatku melirik padaku yang sedang tertawa-tawa dengan pa Krisna.