PENGANTAR
Saya termasuk orang yg percaya akan adanya 'free will' atau pilihan yg bebas kita tentukan dan bahwasannya untuk beberapa hal, takdir adalah sesuatu yg relatif. Saya analogikan takdir untuk anak sekolah. Dalam suatu ujian matematika, saya ditakdirkan untuk mendapatkan nilai relatif antara 4 s/d 8; saat saya memutuskan untuk tidak belajar, maka saya akan mendapatkan nilai 4. Se-serius-serius-nya saya belajar, maksimal saya akan mendapatkan nilai 8. Hal semacam inilah yg saya percayai.
Pun begitu pula mengenai jodoh. Saya percaya apabila serius memilih dan memilah, maka saya akan mendapatkan jodoh yang 'nilainya' 8. Jika saya tidak serius maka saya hanya akan mendapatkan istri 'bernilai' 4.
PERMASALAHAN
Permasalahan yg saya hadapi saat ini adalah saya merasa menghadapi pilihan jodoh yg nilainya sama. Jika saya nilai, keduanya sama nilainya. Sama-sama bernilai 8. Namun nilai 8 tersebut dalam masing-masing mata pelajaran yg berbeda. Seorang nilai 8 di matematika, dan seorang nilai 8 di bahasa inggris.
Saya rasa cukup bagian analoginya dan mulai masuk ke intinya. Namun sebelumnya saya beberkan latar belakang saya.
Saya seorang duda beranak 1. Anak ikut ibunya setelah menginjak SD, sebelumnya ikut saya sejak playgroup sampai TK.
Saya berpacaran dengan wanita berumur 2th lebih muda. Kami sudah berpacaran selama 2th. Dia termasuk wanita yang saya pacari setelah melalui proses berfikir. Jadi saya pada awalnya berfikir 'saya ingin istri seperti dia' maka kemudian saya berusaha memacari dia, dan setelah berusaha selama 6bln dia mau menjadi pacar saya. Dan rasa cinta kami tumbuh seiring berjalannya waktu. Karena dia juga menerima saya sebagai pacarnya setelah melalui proses berfikir, maka tak heran hubungan kami termasuk hubungan yg 'logic'. Yg mana kami semua mendasari hubungan kami dengan logika dan KEPERCAYAAN. Hubungan kami terbilang cukup baik. Kami tak pernah bertengkar hebat, kami tidak pernah terlalu lama marah-marahan. Ya kami sering beradu argumen. Tp ya sekedar beradu argumen saja. Nothing emotional. Jika dirata-rata kami bertengkar sekitar 5bulan sekali. Itupun hanya sehari saja. Setelah itu normal kembali. Bertengkar pun hanya untuk permasalahan kecil saja semisal saling suruh beli makan malam, rebutan remote, ditinggal tidur siang saat pacaran dll. Masing-masing dari kami tinggal di kos. Dekat saja sebenarnya tapi kami pacaran seminggu 2x, di hari sabtu dan minggu. Itupun jika memungkinkan. Kami tidak pernah texting mau pun telpun-telpunan. Texting kami lakukan sehari 1x. Hanya 'selamat pagi sayang, selamat bekerja'. Itu saja. Teman-teman menganggap hubungan kami ini 'aneh'. Namun kami enjoy dgn hubungan semacam ini.
Yg menjadi minusnya hubungan ini adalah saya yg tidak pernah diberikan kejelasan ujung hubungan ini. Saya sudah mengenalkan dia ke orangtua dan saudara-saudara saya. Tapi dia tidak pernah melakukan hal tsb ke saya. Bahkan rumah orangtuanya pun saya tidak tahu. Dia terkesan menutup-nutupi perihal mengenai keluarganya. Selain itu dia juga terlalu sering ogah-ogahan saat saya ajak berkumpul dengan keluarga saya. Lebih suka di kos, nonton tipi atau pergi jalan-jalan sendiri. Sedangkan orangtua saya selalu menanyakan 'pacarmu mana kok ga diajak' dan saya selalu harus berbohong kepada mereka 'lagi ada piket minggu dikantor' atau 'lagi mudik'. Padahal di text yg saya terima saat dia saya ajak berkumpul adalah 'malas ah sayang'.
Beberapa bulan yang lalu, ada pegawai baru di kantor. Ya, seorang wanita. Oleh bos dia disuruh ikut saya. Ikut disini adalah ditraining oleh saya, memperhatikan bagaimana saya bekerja sebelum akhirnya nantinya jalan sendiri. Sekitar sebulan lebih dia harus ikut saya. Oh, dia sudah tau saya duda beranak 1 dan sudah berpacaran. Dari sebulan inilah hubungan senior-yunior kami mulai tidak sehat. Singkat cerita, akhirnya kami berhubungan intim pada suatu malam. Dan di malam itu juga dia menyatakan rasa ketertarikannya kepada saya. Dia mengajak saya untuk berpacaran serius. Dia juga punya pacar sebenarnya, tapi pacarnya dia nilai kurang bertanggung jawab kepada hubungan mereka. Dia bilang dia akan meninggalkan pacarnya untuk bersama saya. Saya hanya tersenyum saja saat itu. Dan rupanya hal itu benar-benar dia lakukan, setelah putus dari pacarnya, dia bertanya 'kamu kapan mutusin pacarmu?'. Spechless.... Dia berkali-kali mengatakan bahwa dia serius ingin menjalin hubungan dengan saya. Bahkan dia sudah memindahkan beberapa barang dia ke kos saya untuk tinggal bersama. Di kantor pun dia tidak segan-segan menunjukkan kasih sayangnya ke saya. Yang mana hal tsb membuat saya mati kutu dikerjain rekan-rekan sekantor. Termasuk bos saya. Wanita ini umurnya terpaut 6th dari saya. Secara fisik dia termasuk kategori istimewa. Semacam spg rokok mahal. Tidak ada satu cowok pun di kantor yg tidak tertarik kepadanya.
Jika dibandingkan, pacar saya adalah wanita yang membuat saya bekata 'Kurang apa sih aku? Kok kamu gamau ngenalin aku ke ortumu?' Sedangkan jika sama wanita baru ini saya berkata 'Punya apa sih aku? kok kamu mau ngenalin aku ke ortumu?'
Ya saya setuju bahwa memilih pasangan adalah memilih masalah yang akan kita hadapi nantinya. Namun dengan 'nilai' yang benar-benar sama, saya benar-benar pusing dibuatnya.
Mohon masukan dari suhu-suhu sekalian. Termasuk mbak-mbak Female Member yang kadangkala jauh lebih bijaksana... Saya disini minta bantuan untuk sedikit pencerahan, bukan jawaban semacam 'sikat aja semua gan' atau 'pm anak barunya gan'.
Terimakasih banyak dan maaf jika terlalu membingungkan suhu-suhu semua...
Saya termasuk orang yg percaya akan adanya 'free will' atau pilihan yg bebas kita tentukan dan bahwasannya untuk beberapa hal, takdir adalah sesuatu yg relatif. Saya analogikan takdir untuk anak sekolah. Dalam suatu ujian matematika, saya ditakdirkan untuk mendapatkan nilai relatif antara 4 s/d 8; saat saya memutuskan untuk tidak belajar, maka saya akan mendapatkan nilai 4. Se-serius-serius-nya saya belajar, maksimal saya akan mendapatkan nilai 8. Hal semacam inilah yg saya percayai.
Pun begitu pula mengenai jodoh. Saya percaya apabila serius memilih dan memilah, maka saya akan mendapatkan jodoh yang 'nilainya' 8. Jika saya tidak serius maka saya hanya akan mendapatkan istri 'bernilai' 4.
PERMASALAHAN
Permasalahan yg saya hadapi saat ini adalah saya merasa menghadapi pilihan jodoh yg nilainya sama. Jika saya nilai, keduanya sama nilainya. Sama-sama bernilai 8. Namun nilai 8 tersebut dalam masing-masing mata pelajaran yg berbeda. Seorang nilai 8 di matematika, dan seorang nilai 8 di bahasa inggris.
Saya rasa cukup bagian analoginya dan mulai masuk ke intinya. Namun sebelumnya saya beberkan latar belakang saya.
Saya seorang duda beranak 1. Anak ikut ibunya setelah menginjak SD, sebelumnya ikut saya sejak playgroup sampai TK.
Saya berpacaran dengan wanita berumur 2th lebih muda. Kami sudah berpacaran selama 2th. Dia termasuk wanita yang saya pacari setelah melalui proses berfikir. Jadi saya pada awalnya berfikir 'saya ingin istri seperti dia' maka kemudian saya berusaha memacari dia, dan setelah berusaha selama 6bln dia mau menjadi pacar saya. Dan rasa cinta kami tumbuh seiring berjalannya waktu. Karena dia juga menerima saya sebagai pacarnya setelah melalui proses berfikir, maka tak heran hubungan kami termasuk hubungan yg 'logic'. Yg mana kami semua mendasari hubungan kami dengan logika dan KEPERCAYAAN. Hubungan kami terbilang cukup baik. Kami tak pernah bertengkar hebat, kami tidak pernah terlalu lama marah-marahan. Ya kami sering beradu argumen. Tp ya sekedar beradu argumen saja. Nothing emotional. Jika dirata-rata kami bertengkar sekitar 5bulan sekali. Itupun hanya sehari saja. Setelah itu normal kembali. Bertengkar pun hanya untuk permasalahan kecil saja semisal saling suruh beli makan malam, rebutan remote, ditinggal tidur siang saat pacaran dll. Masing-masing dari kami tinggal di kos. Dekat saja sebenarnya tapi kami pacaran seminggu 2x, di hari sabtu dan minggu. Itupun jika memungkinkan. Kami tidak pernah texting mau pun telpun-telpunan. Texting kami lakukan sehari 1x. Hanya 'selamat pagi sayang, selamat bekerja'. Itu saja. Teman-teman menganggap hubungan kami ini 'aneh'. Namun kami enjoy dgn hubungan semacam ini.
Yg menjadi minusnya hubungan ini adalah saya yg tidak pernah diberikan kejelasan ujung hubungan ini. Saya sudah mengenalkan dia ke orangtua dan saudara-saudara saya. Tapi dia tidak pernah melakukan hal tsb ke saya. Bahkan rumah orangtuanya pun saya tidak tahu. Dia terkesan menutup-nutupi perihal mengenai keluarganya. Selain itu dia juga terlalu sering ogah-ogahan saat saya ajak berkumpul dengan keluarga saya. Lebih suka di kos, nonton tipi atau pergi jalan-jalan sendiri. Sedangkan orangtua saya selalu menanyakan 'pacarmu mana kok ga diajak' dan saya selalu harus berbohong kepada mereka 'lagi ada piket minggu dikantor' atau 'lagi mudik'. Padahal di text yg saya terima saat dia saya ajak berkumpul adalah 'malas ah sayang'.
Beberapa bulan yang lalu, ada pegawai baru di kantor. Ya, seorang wanita. Oleh bos dia disuruh ikut saya. Ikut disini adalah ditraining oleh saya, memperhatikan bagaimana saya bekerja sebelum akhirnya nantinya jalan sendiri. Sekitar sebulan lebih dia harus ikut saya. Oh, dia sudah tau saya duda beranak 1 dan sudah berpacaran. Dari sebulan inilah hubungan senior-yunior kami mulai tidak sehat. Singkat cerita, akhirnya kami berhubungan intim pada suatu malam. Dan di malam itu juga dia menyatakan rasa ketertarikannya kepada saya. Dia mengajak saya untuk berpacaran serius. Dia juga punya pacar sebenarnya, tapi pacarnya dia nilai kurang bertanggung jawab kepada hubungan mereka. Dia bilang dia akan meninggalkan pacarnya untuk bersama saya. Saya hanya tersenyum saja saat itu. Dan rupanya hal itu benar-benar dia lakukan, setelah putus dari pacarnya, dia bertanya 'kamu kapan mutusin pacarmu?'. Spechless.... Dia berkali-kali mengatakan bahwa dia serius ingin menjalin hubungan dengan saya. Bahkan dia sudah memindahkan beberapa barang dia ke kos saya untuk tinggal bersama. Di kantor pun dia tidak segan-segan menunjukkan kasih sayangnya ke saya. Yang mana hal tsb membuat saya mati kutu dikerjain rekan-rekan sekantor. Termasuk bos saya. Wanita ini umurnya terpaut 6th dari saya. Secara fisik dia termasuk kategori istimewa. Semacam spg rokok mahal. Tidak ada satu cowok pun di kantor yg tidak tertarik kepadanya.
Jika dibandingkan, pacar saya adalah wanita yang membuat saya bekata 'Kurang apa sih aku? Kok kamu gamau ngenalin aku ke ortumu?' Sedangkan jika sama wanita baru ini saya berkata 'Punya apa sih aku? kok kamu mau ngenalin aku ke ortumu?'
Ya saya setuju bahwa memilih pasangan adalah memilih masalah yang akan kita hadapi nantinya. Namun dengan 'nilai' yang benar-benar sama, saya benar-benar pusing dibuatnya.
Mohon masukan dari suhu-suhu sekalian. Termasuk mbak-mbak Female Member yang kadangkala jauh lebih bijaksana... Saya disini minta bantuan untuk sedikit pencerahan, bukan jawaban semacam 'sikat aja semua gan' atau 'pm anak barunya gan'.
Terimakasih banyak dan maaf jika terlalu membingungkan suhu-suhu semua...