Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kampung Kolor (KK)

Status
Please reply by conversation.
Cuaca pagi ini memang terlihat cerah, tampak burung-burung berterbangan, bersiul bernyanyi gembira, bercengkrama dengan pasangannya, berterbangan kesana kemari, kemudian hinggap disalah satu dahan pohon, saling meloloh, sepasang burung tersebut terlihat begitu bergembira menyambut hari ini dengan suka cita.

Sementara itu masyarakat kampung Kolor tampak mulai beraktifitas seperti biasanya, ada yang ke kebun, bajak sawah dan ke kantor.

Diantara mereka, tampak seorang gadis perawan, berjalan sendirian dengan ekspresi wajah yang di tekuk, raut wajahnya tidak menggambarkan cuaca pagi ini.

Wanita itu adalah Aya, dan seperti biasanya ia selalu menyempatkan diri datang ke toko bunga miliknya, walaupun di sana sudah ada Pak Bejo yang menjaga koleksi bunga-bunga miliknya.

Saat ia sedang berjalan menuju tokoh bunga miliknya, di tengah jalan ia sempat bertemu azam, dan seperti biasanya, Azam selalu berhasil membuatnya kesal. Aya sendiri tidak mengerti kenapa ia semudah itu di buat kesal oleh Azam.

"Pagi Non!" Sapa seorang pemuda.

Aya mengangkat wajahnya lalu ia tersenyum "Pagi..." Jawab Aya, lalu ia kembali menundukkan wajahnya.

Tapi sedetik kemudian ia tersadar kalau ada yang berbeda hari ini. Aya kembali melihat kearah pemuda yang tadi menegurnya. Dan ternyata di sana ada tiga orang pemuda yang tidak ia kenal sedang sibuk mengurusi tanamannya.

"Kalian siapa ya?" Tegur Aya bingung.

Soleh, Kribo dan Abdel saling berpandangan, mereka saling menyikut meminta salah satu dari mereka menjelaskan siapa mereka.

Aya menghela nafas sembari melipat kedua tangannya di atas dada.

"Assalamualaikum Non Aya!" Sapa Pak Bejo.

Aya menoleh kearah Pak Bejo yang tiba-tiba muncul di samping nya. "Waalaikumsalam Pak." Jawab Aya sesopan mungkin. "Mereka siapa Pak?" Tanya Aya, ia kembali melihat kearah ketiga pemuda tersebut yang tengah berdiri tak jauh dari Aya.

"Oooo... Mereka bertiga." Ujar Pak Bejo gugup.

Aya menghela nafas. "Iya Pak, mereka siapa?" Tanya Aya lagi.

"Mereka.... Teman-teman saya ketika masih di penjara dulu Non!" Aku Pak Bejo membuat Aya kaget mendengarnya. "Tapi tenang aja Non, mereka semua sudah bertaubat, dan saya akan bertanggung jawab soal mereka." Jelas Pak Bejo, ia menatap Aya penuh keyakinan.

"Jadi mereka..."

"Pak Bejo menganggukkan kepalanya. "Tapi Non Aya tidak perlu khawatir, karena saya yang menjamin mereka di sini!" Jelas Aya.

"Kenapa harus di sini Bang?" Tanya Aya.

Pak Bejo menghela nafas, mencari alasan tepat membela mereka bertiga. "Mereka sudah tidak punya tempat tinggal Non, saya takut, kalau mereka kembali kejalanan mereka akan kembali seperti dulu, melakukan kriminal." Jelas Pak Bejo.

Aya diam sejenak, ia mengerti sangat rawan bagi seorang residivis untuk kembali melakukan kejahatan. Tapi membiarkan mereka di sini sedikit membuat Aya khawatir.

Kekhawatiran Aya pada dasarnya memang benar, mereka bertiga bukanlah residivis, melainkan seorang tahanan yang baru saja kabur dari penjara. Sangat berbahaya bagi wanita seperti Aya, kalau di kelilingi oleh mereka. Yang notabennya seorang kriminal.

Tapi di sisi lain Aya merasa kasihan kalau mereka di biarkan berkeliaran di jalan.

"Mereka boleh tinggal di sini sementara waktu, tapi Aya tidak menjamin bisa menggaji mereka semua Pak." Ujar Aya.

"Tidak masalah Non!" Celetuk Kribo.

"Tidak di gaji juga gak apa-apa Non, kami ihklas." Timpah Soleh.

"Yang penting kami punya tempat tinggal Non, kami sudah sangat senang sekali, soalnya... Orang seperti kami sulit untuk bisa kembali diterima oleh masyarakat." Jelas Abdel.

"Jangan begitu, setiap manusia pasti pernah salah, dan saya sangat bangga kalau ada orang yang mau berubah menjadi lebih baik." Jawab Aya seraya tersenyum, sebuah senyuman yang terlihat sangat manis sekali.

"Terimakasih Non." Jawab mereka serempak.

Kemudian mereka bertiga memperkenalkan diri kepada Aya, dan Aya sangat senang dengan sikap mereka yang begitu baik.

Setelah perkenalan singkat tersebut, mereka kembali beraktivitas dengan kegiatan mereka masing-masing.

-------KK-------

Sedari tadi Rayhan tampak gelisah, ia mondar-mandir di dalam kamarnya sembari melihat jam dinding di kamarnya. Ia merasa sangat tidak tenang dengan kejadian kemarin, di mana Mbak Dwi mengetahui kebiasaannya yang suka mencuri celana dalam pembantunya itu.

Hari ini dengan alasan sakit, Rayhan memutuskan untuk bolos sekolah, agar bisa tinggal berdua saja dengan pembantunya.

Setelah mendengar suara mobil orang tuanya meninggalkan halaman rumahnya, Rayhan bergegas hendak menemui Mbak Dwi, ia berencana ingin meminta maaf kepada Mbak Dwi, dan berharap Mbak Dwi mau memaafkan dirinya.

Ia segera menuju kamar Mbak Dwi yang ternyata dalam keadaan sedikit terbuka.

Ketika ia hendak masuk kedalam kamar Mbak Dwi, tanpa di sengaja ia melihat Mbak Dwi yang sedang berdiri di depan cermin, masih mengenakan handuk berwarna putih.

Tentu saja keadaan tersebut membuat Rayhan sempat mematung sejenak, hingga akhirnya ia tersadar dan ia memiliki dua opsi saat ini.

Yang pertama, ia segera berbalik dan meninggalkan kamar Mbak Dwi, atau opsi kedua dia tetap bertahan sembari menikmati tontonan gratis yang ada di hadapannya saat ini.

"Tidak... Tidak... Tidak..." Gumam Rayhan, ia hendak berbalik meninggalkan kamar Mbak Dwi.

Tapi tiba-tiba ia mendengar bisikan syaitan. "Ayolah Ray, kamu yakin ingin melewatkan rejeki berharga yang ada di hadapanmu saat ini? Jarang loh Ray, ada pemandangan gratis seperti ini." Bujuk sang Syaitan.

"Jangan Rayhan... Ingat tujuan kamu menemuinya untuk meminta maaf, bukan malah menambah dosa." Tiba-tiba Malaikat datang menasehatinya.

"Bodoh... Ini kesempatan Mas Ray."

"Jangan Rayhan, jangan kamu kotori niat sucimu dengan pemandangan yang tidak seberapa ini." Nasehat Malaikat.

Cukup lama Rayhan mempertimbangkan antara ingin mengintip pembantunya, atau malah pergi meninggalkan pembantunya yang sedang hendak berganti pakaian.

Tapi di saat Rayhan dalam keadaan bimbang, tiba-tiba saja Mbak Dwi mengambil branya, ia mengaitkan tali branya, kemudian dari pantulan kaca lemari, Rayhan dapat melihat bagaimana Mbak Dwi kesulitan memasukan payudaranya yang besar kedalam cup branya.

Glek...
Rayhan menelan air liurnya ketika melihat proses Mbak Dwi mengenakan branya, yang terlihat begitu sangat seksi dan menggoda.

Niat awalnya yang ingin segera pergi mendadak hilang, kakinya seakan tertancap di lantai, yang membuatnya begitu sulit bergerak. Sungguh apa yang telah di lakukan Dwi, telah berhasil menghipnotis majikan mudanya.

Dalam diam, Dwi tersenyum senang melihat wajah majikannya di balik pantulan cermin, yang terlihat tampak tidak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap lekuk tubuh indahnya.

Tapi bukan Dwi namanya kalau tidak bisa membuat anak majikan makin tergila-gila kepadanya.

Dwi sangat mengerti apa yang benar-benar diinginkan seorang anak laki-laki tanggung seperti Rayhan. Tapi Dwi tidak akan langsung memberikannya, melainkan ia ingin membuat rasa penasaran Rayhan terhadapnya makin menggebu-gebu.

Karena ia percaya, anak remaja seperti Rayhan memiliki rasa penasaran yang sangat besar, semakin ia membuat Rayhan penasaran, maka semakin besar Rayhan menginginkan dirinya.

Setelah memasang branya, Dwi melepas handuk kecil yang membalut tubuhnya. Ia biarkan sedikit demi sedikit handuk itu turun menanggalkan tubuhnya, memperlihatkan punggung telanjangnya, dan terus turun hingga sebagian pantatnya yang semok terlihat oleh majikannya.

Sementara itu Rayhan semakin belingsatan, nafasnya memburu, dan pakaiannya telah basah karena keringat. Ia sungguh sangat tegang.

Matanya tak berhenti memandangi setiap inci kulit mulus pembantunya, hingga tatapannya berakhir di belahan pantat Mbak Dwi yang masih terdapat sisa-sisa air yang belum mengering.

Saat ia berharap handuk itu makin turun, tiba-tiba Mbak Dwi mengikat sampul handuknya, membuat Rayhan urung melihat pantat Mbak Dwi secara utuh, hal tersebut jelas membuat Rayhan sangat kesal, tapi rasa kesalnya tak bisa ia luapkan.

Rayhan hanya bisa mendesah penuh kekecewaan karena harapannya tidak menjadi kenyataan.

Kemudian tiba-tiba mbak Dwi berbalik, selama beberapa detik keduanya saling pandang dan kemudian dengan perlahan, ia berjalan kearahnya seraya tersenyum, sebuah senyuman yang menurut Rayhan artinya neraka bagi dirinya. Bukannya segera pergi Rayhan malah tetap diam mematung dengan wajah tertunduk penuh rasa bersalah.

Rayhan seperti seorang pesakitan yang mau tidak mau, harus mengikuti sidang pengadilan, yang memutuskan nasibnya selanjutnya.

"Mati aku." Lirih Rayhan.

-------KK-------

Sementara itu di tempat yang lainnya, di pinggiran kebun yang jauh dari pemukiman warga lainnya. Tampak sepasang manusia sedang memadu kasih di balik bilik kamar mandi yang di buat seadanya.

Sang wanita tampak menarik turunkan pinggulnya diatas tubuh seorang pria yang lebih layak menjadi Bapaknya ketimbang kekasihnya.

Tapi perbedaan umur yang cukup jauh, tak menyurutkan niat mereka untuk saling berbagi kenikmatan satu sama lain. Bagi sang pria yang sudah lama menduda, tentu ini adalah berkah baginya, sementara untuk sang wanita ini adalah perakah untuknya.

"Mang... Mira sampe lagi!" Pekik Mira, tubuh indahnya tersentak-sentak seiring dengan badai orgasme yang menghantam dirinya.

"Enak ya Mir? Hehehe..." Ujar Mang Ju Eng senang.

Kemudian Mang Ju Eng meminta Mira berdiri, sembari berpegangan dengan sisi mulut sumur. Sementara Mang Ju Eng berdiri di belakangnya, bersiap menghujami kembali liang senggama Mira dengan terpedo miliknya.

Dengan perlahan tapi pasti, penis tuanya menembus liang senggama Mira. "Bless..." Tubuh Mira tersentak dengan rasa sedikit ngilu di vaginanya.

"Ooohkkk... Sempit sekali memekmu Mira." Racau Mang Ju Eng senang.

"Pelan-pelan Mang." Pinta Mira.

Sembari memegangi pinggul Mira, Mang Ju Eng dengan perlahan mulai memompa vagina Mira, ia sangat menikmati jepitan vagina Mira yang sangat erat menjepit penisnya, seakan vagina Mira tak menginginkan penis Mang Ju Eng pergi jauh darinya.

Sementara Mira menikmati sensasi perselingkuhannya yang selalu berlanjut setiap kali Mang Ju Eng datang ke rumahnya untuk menagih hutang.

Seeeeerrrr... Seeeeerrrr.... Seeeeeeeeeerrrr....

Pantat indah Mira tersentak-sentak ketika badai orgasme itu tiba. Lalu tak lama kemudian di susul oleh Mang Ju Eng.

"Saya keluar Mira... Aaahkk..."

Croooootss... Croooootss... Croooootss...

Beberapa tembakan spermanya mendarat dengan sukses di dalam rahim Mira.

Mereka berdua tampak kelelahan, dan sedang mengatur nafas. "Besok Mamang datang lagi ya Dek Mira!" Ujar Mang Ju Eng.

"Perjanjiannya tidak seperti itu Mang!" Protes Mira.

Tapi Mang Ju Eng mengabaikannya, ia segera mengenakan kembali pakaiannya, lalu ia segera pamit meninggalkan Mira yang masih dalam keadaan telanjang bulat.

Sementara itu tak jauh dari tempat mereka berzina, tampak seorang gadis belia yang melihat adegan panas mereka berdua.

-------KK-------

Dari kejauhan tampak sebuah mobil sedan BMW berhenti di depan rumah Ustad Ferry. Pemilik mobil mewah tersebut segera turun dari dalam mobilnya, sembari membuka kaca mata hitamnya. Kemudian ia segera mendatangi rumah Ustad Ferry.

Di halaman depan rumah tampak Ustadza Aisya sedang menyapu halaman rumahnya.

"Assalamualaikum..." Salam Azam dengan senyum khasnya.

"Waalaikumsalam." Ustadza Aisya tersenyum saat melihat Azam. "Azam... Ayo masuk Zam!" Ajak Ustadza Aisya.

"Ustad Ferry nya ada Mbak?"

"Ustad Ferry lagi sama Bang Bahar ke kebun Zam." Jelas Ustadza Aisya

"Kalau begitu saya di luar aja." Tolak Azam halus.

Aisya merenyitkan dahinya. "Kenapa?" Tanya Aisya bingung.

"Takut jadi fitnah Mbak."

Aisya kembali tersenyum. "Tenang saja, kan kita gak ngapa-ngapain!" Ujar Ustadza Aisya. "Kalau ngobrol kayak gini gak enak Zam, nanti di kira kamu mau bagi hutang." Guyon Ustadza Aisya.

Azam tampak berpikir sejenak. "Begini saja Mbak, biar tidak jadi fitnah, apa boleh saya masuk saja kedalam rumah Mbak." Usul Azam.

"Maksudnya?" Aisya tampak bingung.

"Kalau saya masuk kedalam rumah, maka tidak ada yang melihat kita, sehingga terhindar dari fitnah!" Jelas Azam.

"Tapi Tuhan melihat kita Zam." Aisya melipat kedua tangannya di dada.

Azam tersenyum kecil. "Kitakan tidak ngapa-ngapain Mbak." Ujar Azam membalikkan kembali ucapan Ustadza Aisya.

Aisya tertawa renyah mendengarnya, kemudian tanpa berkata lagi Aisya segera membukakan pagar rumahnya dan mengizinkan Azam, seorang pria yang bukan muhrimnya masuk kedalam rumahnya, di saat Suaminya sedang tidak berada di rumah.

-------KK-------
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd