Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kampung Kolor (KK)

Status
Please reply by conversation.
Sudah update rupanya ..... :nyerah::panik:
:baris: :mantap:
Terimakasih Gan updatenya :ampun:
Di tunggu kelanjutannya :klove: :pandajahat:
Tetep semangat & sehat selalu Gan :semangat: :beer: :cendol: :beer: :pandapeace:
 
mohon sekiranya sampai tamat demi menjaga alur kisahnya suhu....
kalau hilang jadi kentang....
:ampun:
 
Sebuah mobil sedan, dengan merk terkenal berhenti di sebuah rumah sederhana bercat hijau yang di kombinasikan dengan cat berwarna putih. Sementara itu tampak seorang pria berusia tiga puluhan sedang menggunting tanaman dihalaman depan rumah yang terbilang minimalis.

Pemilik mobil mewah itu keluar dengan gaya angkuhnya, sembari melihat-lihat keadaan rumah yang baginya terlalu kecil.

"Jadi ini rumahnya, sangat kecil." Ujar Azam pelan.

Ucapan Azam tentu saja di dengar oleh Bahar yang sedang bekerja di rumah Ustad Ferry, tapi ia tidak memperdulikannya.

Azam mendekati pagar tersebut. "Bang... Kesini sebentar?" Panggil Azam.

Karena tidak senang dengan ucapannya barusan dan caranya yang memanggil dirinya dengan cara yang sangat tidak sopan, membuat Bahar pura-pura tidak mendengarnya.

Azam menggelengkan kepalanya sembari berkacak pinggang. "Bang..." Panggilnya lagi tapi kali ini dengan suara agak keras.

Tapi Bahar tetap tidak memperdulikannya, ia terus saja melakukan pekerjaannya sembari bersiul-siul.

"Bang... Gak mungkin Abang gak dengar suara saya." Ujar Azam. "Atau Abang sengaja pura-pura tidak mendengar? Bang... Tuhan menciptakan kedua telinga untuk mendengar." Nasehat Azam, membuat Bahar mau tidak mau menoleh kearah Azam.

"Ada apa kau panggil Awak?" Bentak Bahar.

Azam tersenyum mengejek. "Saya mau tanya, apa ini benar rumah Ustad Ferry?" Tanya Azam.

"Iya benar, kenapa?" Tanya balik Bahar.

"Tolong panggilkan Ustad Ferry!" Suruh Azam cuek dengan amarah Bahar.

Bahar berkacak pinggang, sembari mendengus marah. "Siapa kau berani suruh-suruh Awak, hah?" Kesal Bahar.

"Apa susahnya memanggil Ustad Ferry!"

"Kurang ajar kali kau sama Awak, tak biasanya kau ngomong sedikit sopan?" Emosi Bahar makin tak terkendali.

Sementara itu di dalam rumah Aisya yang sedang menonton tv sedikit terganggu dengan suara berisik yang ada di depan rumahnya. Ia segera beranjak dan berjalan menuju pintu depan rumahnya.

Setibanya di depan, ia tampak terkejut ketika melihat Azam yang sedang berdiri di depan rumahnya.

"Azam!" Panggil Aisya.

Bahar yang mendengar suara Ustadza Aisya, membuatnya sedikit menurunkan tensi emosinya, ia tidak ingin Aisya berpikiran yang tidak tidak tentang dirinya. Seandainya saja Ustadza tidak keluar, mungkin ia akan mengusir pemuda sombong yang ada dihadapannya saat ini.

Sementara Azam dengan senyum kecilnya, ia menatap Ustadza Aisya. Azam harus mengakui kalau calon Kakak iparnya memang sangat cantik sekali.

"Assalamualaikum Mbak!" Ujar Azam sopan.

"Bisa juga kau sopan ternyata?" Sindir Bahar, ia masih merasa kesal.

"Bang Bahar tolong pintu pagarnya di buka." Suruh Aisya kepada Bahar.

Tak bisa lagi membantah, Bahar segera membukakan pagar rumah Aisya, dan mempersilahkan Azam untuk masuk.

"Terimakasih Bang!"

"Ayo Zam masuk dulu." Suruh Aisya.

Azam segera masuk bersama Aisya, meninggalkan Bahar yang tampak masih sangat kesal dengan kelakuan Azam barusan.

-------KK-------

Tampak tiga orang pria sedang berjalan menelusuri trotoar jalan raya. Diantara mereka tidak ada satupun yang saling berbicara, mereka bertiga tampak sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Kita mau kemana?" Tanya Kribo.

Pemuda yang ada di sampingnya bernama Soleh tampak menarik nafas panjang. "Gak tau mau kemana!" Jawab Soleh.

"Mau pulang, tapi udah di usir sama Abang gue!" Lirih Abdel.

"Sama gue juga di usir sama Ibu tiri gue." Timpal Kribo.

"Gak ada yang nanya." Tembak Abdel, membuat kribo tampak kesal.

"Hahahaha... Bisa aja Lo Del!" Soleh menepuk pundak Abdel cukup keras, membuat Abdel meringis kesakitan.

"Anjing sakit bego." Umpat Abdel.

"Berisik kalian semua, mikir dong... Mau kemana ini kita." Protes Kribo.

Mereka kembali terdiam, dan terus saja melangkah mengikuti arah kaki mereka, tanpa tujuan dan tanpa arah. Mereka hanya berharap bisa mendapatkan tempat berteduh malam ini.

Kribo, Soleh dan Abdel, mereka bertiga adalah mantan residivis yang baru saja kabur dari penjara. Saat ini mereka sedang mencari tempat untuk bersembunyi.

-------KK-------

Ustad Ferry baru saja pulang dari kebunnya, saat melihat mobil mewah terparkir di depan rumahnya, ia bergegas bertanya kepada Bahar siapa yang datang, setelah Bahar menjelaskan kalau yang datang adalah seorang pemuda, hati Ustad Ferry langsung terbakar api cemburu.

Buru-buru Ustad Ferry masuk kedalam rumah, ia takut kalau yang datang adalah selingkuhan Istrinya. Pemikiran yang terlalu jauh dan tidak mendasar.

"Assalamualaikum." Sapa Ustad Ferry.

Mereka berdua menoleh kearah Ustad Ferry yang baru saja masuk. "Waalaikumsalam." Jawab mereka serempak.

"Pa... Sini duduk." Suruh Istrinya.

Ustad Ferry duduk di samping Istrinya. "Siapa Ma?" Tanya Ustad Ferry.

"Ini Azam Pa... Cowok yang mau di jodohkan dengan Aya." Jawab Aisya. "Ganteng ya Pa." Puji Aisya membuat Ustad Ferry makin terbakar oleh api cemburu.

"Masih gantengan Papa." Celetuk Ustad Ferry.

"Pede..." Ledek Istrinya, Ustad Ferry hanya mesu-mesu mendengarnya.

"Terimakasih Mbak, Mbak juga cantik, secantik Aisya." Puji balik Azam, membuat wajah Aisya merah padam mendengarnya.

"Ehem..." Tegur Ustad Ferry. "Suaminya di sini loh." Ujar Ustad Ferry sembari melihat sekitaran rumahnya.

"Apaan sih Pa." Ujar Aisya dengan wajah cemberut.

"Maaf... Bukan maksud saya menggoda Mbak Aisya, hanya saja... Mbak Aisya memang sangat cantik." Lagi-lagi pujian tersebut membuat hati Aisya melayang mendengarnya.

"Langsung aja deh, ada apa kemari?" Tanya Ustad Ferry mulai jengkel.

"Begini, saya kemari ingin mengejar cinta saya Bang." Jawab Azam.

"So sweet banget ya Pa."

"Biasa aja." Jawab Ustad Ferry, membuat Aisya merenyitkan dahinya. Ia tau kalau suaminya cemburu, tapi melihat reaksi wajah suaminya yang sedang cemburu, membuat Aisya ingin tertawa.

"Tapi Aya nya belum pulang, paling sore baru pulang." Jawab Aisya. "Kamu mau menunggu." Tawar Aisya.

"Sebentar lagi saya dan Istri saya mau pergi." Celetuk Ustad Ferry lagi.

Azam tersenyum mendengarnya. "Tidak usah, nanti kapan-kapan saya akan ke sini lagi." Jawab Azam kalem, seraya tersenyum, sebuah senyuman yang menghipnotis Aisya.

"Hmm..." Gumam Ustad Ferry.

"Kalau begitu saya permisi dulu." Ujar Azam.

Tapi baru saja Azam ingin pergi, tiba-tiba terdengar suara lembut Aya yang baru saja pulang.

Ketika Aya masuk kedalam rumah Kakaknya, ia sempat kaget melihat Azam yang sudah berada di rumah Kakaknya. Buru-buru Aya melewatinya, dan segera masuk ke dapur.

"Sebentar ya." Ujar Aisya.

Ia segera menyusul Aya yang sedang berdiri di dapur sembari melipat kedua tangannya. Ia mengembungkan pipinya, bertanda kalau ia sedang sebal dengan seseorang yang akhir-akhir ini mengganggu kehidupannya.

Saat melihat Kakaknya menyusul dirinya, ia memperlihatkan tatapan protesnya.

"Kamu kenapa Ay?" Tanya Aisya.

Aya membuang mukanya kelantai. "Aya gak suka ada Azam di rumah ini." Protes Aya, walaupun ia sadar kalau dia tidak berhak melarang Azam bertamu di rumah Kakaknya.

"Gak boleh gitu Ay."

"Tapi Aya gak suka Kak, Aya benci Azam..." Lanjut Aya.

Kemudian tiba-tiba terdengar celetukan dari ruang tamu Ustad Ferry. "Mungkin Aya malu Mbak, nanti besok-besok saya akan datang lagi." Ujar Azam, membuat Aya makin kesal.

"Tuhkan Kak, ngeselin!" Aya memanyunkan bibirnya.

Aisya tersenyum melihatnya. "Nyebelin tapi ngangeninkan?" Goda Aisya.

"Kakak apa-apaan sih, kalau Kakak suka, Azamnya buat Kakak aja." Ujar Aya, walaupun sebenarnya apa yang dikatakan Kakaknya tidak benar-benar salah.

"Ay... Aku pulang ya?" Teriak Azam.

"Pulang sana, gak usah ke sini lagi." Jawab Aya dari dapur rumah Kakaknya.

"Aya... Kok ngomongnya kasar gitu." Tegur Aisya.

Segera Aisya kembali ke ruang tamu, di sana Azam sudah bersiap-siap untuk pamit pergi.

"Hati-hati di jalan ya Zam!" Ujar Aisya.

Azam hanya tersenyum lalu ia pergi meninggalkan rumah Ustad Ferry. Bukan hanya Aya yang lega setelah Azam pergi, Ustad Ferry juga merasakan hal yang sama.

"Lembut banget ngomongnya Ma." Sindir Ustad Ferry.

"Papa cemburu ya." Goda Aisya.

"Gak." Jawab singkat Ustad Ferry.

Lalu dia segera masuk kedalam kamarnya, Aisya jelas tau apa yang harus dia lakukan, sehingga Aisya segera menyusul suaminya.

-------KK-------

Ketika mereka bertiga sedang berjalan memasuki sebuah desa, tanpa disengaja mereka melihat Pak Bejo yang tengah bersantai di kursi panjang sembari bersandar di pohon besar, sehingga dedaunan pohon tersebut melindunginya dari terik panasnya matahari.

Salah satu dari mereka mengenali Pak Bejo, sehingga ia mengajak yang lainnya untuk menghampiri Pak Bejo.

"Bang... Bang..." Panggil Kribo.

Bejo membuka matanya sedikit. "Eehmm... Elu siapa?" Tanya Pak Bejo, ia merasa tidak asing dengan mereka bertiga.

"Yaelah Bang, masak lupa sama kami." Ujar Soleh yang selalu mengenakan kaos bola tim pavoritnya.

"Kalian? Kok bisa ada di sini? Bukannya kalian pada masih di penjara?" Tanya Pak Bejo kepada mereka bertiga.

"Kita kabur Bang." Jawab Abdel.

"Gila kalian, berani juga kabur dari penjara." Ujar Pak Bejo, sembari merubah posisinya menjadi duduk di kursi panjang.

"Kan Abang yang ngajarin, hehehe..." Ujar Saleh.

"Tapi Bang, sekarang kami bertiga sedang kebingungan Bang." Ujar Kribo.

"Bingung kenapa?"

"Gini Bang, kami sekarang sudah gak ada tempat tinggal, kami bingung harus tinggal di mana?" Jelas Soleh kepada Pak Bejo.

"Kira-kira boleh gak kami tinggal sama Abang?" Pinta Abdel.

Mendengar permintaan Abdel, pupil mata Pak Bejo sampai melebar. "Gak... Gak... Gak... Gue di sini sudah aman, tenang, tentram dan damai." Jawab Pak Bejo kepada mereka.

"Ayolah Bang, demi persaudaraan kita sesama mantan residivis." Timpal Soleh.

"Tolong kami Bang!" Mohon Kribo.

"Hidup gue udah tenang, kalian malah nongol di sini. Bikin gue susah aja kalian!" Omel Pak Bejo, ia tampak kebingungan. "Begini saja sementara kalian boleh tinggal di sini, tapi ingat jangan minta lebih, dan jangan berbuat onar yang bisa membuat kita ketahuan kalau kita kabur dari penjara. Gue gak mau masuk penjara lagi." Jelas Pak Bejo, membuat mereka bertiga tampak sangat senang.

"Terimakasih Bang, terimakasih banyak." Ujar mereka bertiga senang.

"Kacau kalian." Gumam Pak Bejo.

-------KK-------
 
Thx updatenya hu
Kalo kabur dari penjara bukan residivis dong, masih napi mereka termasuk pak bejo juga. Semoga tiga sekawan itu gak bikin kacau di kampung kolor
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd