Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kau jual, Aku beli. TAMAT [No Quote]

Status
Please reply by conversation.
Episode 2




Tiga puluh menit berlalu rupanya aku tertidur di kamarku, aku masih telanjang, baju dan celanaku masih tertinggal di kamar Nur, biarlah dia yang membereskan. Sayup terdengar suara dari kamar mandi kamar belakang, aku yakin itu Nur. Sengaja aku keluar kamar untuk mengintipnya, benar saja itu Nur terlihat dia baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya berbalut handuk hijau yang tak bisa menyembunyikan tubuhnya, rambut yang masih basah tergerai menambah efek memikat padanya. Kurus sekali kamu Nur, dikasih makan apa si sama Iwan, agak berisi sedikit pasti jauh lebih enak.

Hanya kamarku dan kamar anakku saja yang memiliki kamar mandi didalam kamar sehingga Nur kalau mandi harus menggunakan kamar mandi belakang, samping tempat cuci baju. Terlihat Nur keluar agak pincang, sedikit dikangkangkannya kakinya, sepertinya efek aku perkosa tadi benar benar membekas di vaginanya. Nur pun berlalu kedalam kamar dan menutupnya. membuat lamunanku jauh kembali kemasa lalu, entah tiga atau empat tahun lalu ketika aku baru saja memperawani risa, dia sama seperti nur, keluar kamar mandi dengan pincang dan ngangkang.

===

Mungkin tiga atau empat tahun yang lalu, aku memiliki anak buah baru, seorang pns muda, namanya risa, sebenarnya namanya riska, namun entah kenapa dia dipanggil risa, seorang pegawai muda, cantik, manis, energik, dan cepat menyerap ilmu dan pekerjaan. Dulunya dia adalah pegawai di kantor lurah di pedalaman daerahku, lumayan dalam namun tidak terlalu tertinggal. Dia dapat pindah ke kantorku karena pacarnya.

Pacarnya seorang pekerja serabutan namun aku lebih memilih dia disebut sebagai pengangguran, hanya saja dia anak dari seorang anggota DPRD yang telah menjabat 2 kali periode. Dengan kekuatan bapaknya itulah Risa bisa dipindahkan, dengan harapan ketika setelah menikah keduanya dapat tinggal di satu tempat. Pacar Risa yang seorang pengangguran memang memiliki badan dan tampang yang lumayan, lebih bila dibanding aku. Namun dia selain pengangguran juga tidak memiliki kemampuan, ditambah malasnya bukan kepalang. Tak ada tempat kerja yang bisa tahan menerimanya lebih dari setahun. Akhirnya dengan kekuatan bapaknya dia dikaderkan untuk menjadi anggota dewan menggantikannya kelak. Itulah salah satu sebab bobroknya negeri ini.

Dari sering ikut bapaknya safari dan dari situlah dia kenal risa, kemudian menjalin hati hingga sekarang. Dikantor risa sering cerita betapa baiknya pacarnya itu, perhatian dan romantis. Dan yang penting tidak memaksakan nafsu, sehingga badan dan kehormatan risa masih terjaga. Itulah penuturannya.

Namun hal lain terjadi. Pacar risa tertangkap basah selingkuh, tak tanggung tanggung, dia digrebek warga satu RT saat sedang menggali lubang kewanitaan seorang janda di kecamatan sebelah.

Hancur hati risa, sejak saat itu dia tak masuk kerja, frustasi, hancur, jatuh dalam kegelapan. Padahal kalo menurut aku, wanita itu tak ada apa-apanya bila dibanding risa, jauh banget, janda lagi, mungkin karena mau dan gratis aja si menurut aku.

Kekalutan risa membuatku susah. Pekerjaan dia terbengkalai, memang ada yang bisa menggantikan, namun tak akan sama dengan yang biasa mengerjakannya. Seminggu sudah dia tidak masuk. Orang Kepegawaian pun sudah mencium ke alphaannya, namun dapat aku cegah keluarnya SP1. Untung namaku masih laku kujual.

Aku ceritakan masalahku yang sebenarnya karena risa ini ke istriku, dia cepat tanggap, disuruhnya aku aku menemui Risa yang entah dimana rumahnya. Namun aku dilarang menemuinya sendirian karena menemani hati yang luka hanya akan menumbuhkan rasa. disitulah awal perselingkuhan.

Akupun akhirnya menemui risa dirumahnya yang cukup jauh. Aku pergi bersama Jaka, supir di kantorku dan fitri, pacar jaka yang juga anak buahku, fitri seorang honorer sama seperti jaka. kisah fitri dan jaka ini lumayan unik, semoga bisa aku ceritakan dilain kesempatan. Jaka menyupir mobil, mobil dinas warna merah dan berplat merah pula yang aku pinjam dari kantor. Karena saat itu aku masih menduduki jabatan eselon 4, jadi fasilitas kendaraan yang aku dapat hanya motor dinas. Fitri lah yang tahu rumah risa, dia jadi pemandu jalan. Aku hanya duduk dibelakang, di kursi tengah tepatnya. Dari dulu aku kurang suka duduk didepan samping sopir, sampai sekarangpun.

Fitri seorang gadis yang tidak terlalu cantik, tapi cukup menarik, lucu dan menggemaskan, genitnya membuat siapapun ingin menggodanya, tapi hanya jaka yang mampu menaklukkannya. Walaupun begitu, aku kerap sekali menikmatinya, sekedar meremas susunya, mencolet pantatnya, atau mengelus gundukan memeknya dari luar rok nya sering aku lakukan, dan fitri tidak marah, asal jaka tidak tahu, karena aku segan juga, jaka lumayan baik sama aku.

Dua setengah jam perjalanan kami lalui, sebenarnya tidak sejauh itu, hanya medan yang membuat mobil tidak bisa melaju maksimal. Singgah makan pun cukup lama.

Sesampai di rumah risa, rumah yang sederhana, terbuat dari kayu dan bambu, beratapkan seng putih, cukup kecil tapi bersih dan terkesan nyaman siapapun yang menghuninya. Rumah yang sangat sederhana, diapit sawah dibelakang dan kanan kirinya, hanya jalan desa didepan rumah yang bukan sawah, sebrang jalan ada rumah lain. Jarak antar rumah cukup jauh. Walaupun rumah ini kecil namun halamannya luas banget, mau main bola juga bisa.

Kami disambut oleh ibunya, beliau sangat ramah. Seorang ibu yang belum terlalu tua, mungkin dia menikah muda, dan risa adalah anak pertamanya. Seorang ibu yang terlihat cukup cemas dengan kondisi anaknya.

Risa pun keluar sambil membawa nampan berisi air minum, teh manis panas aku rasa, terlihat dari warna dan kepulan asap diatasnya. Wajah risa begitu kusut, kantung matanya sangat bengkak, seolah kantung matanya memiliki kantung mata lagi. Begitu nampan dilerakkan, fitri langsung menyambut risa, dipeluknya cukup lama, tangis pecah diantara keduanya. Jaka membantu membagi gelas minuman, sedang ibu risa masuk sambil mengelap matanya yang mulai berair.

Fitri dan risa walau baru kenal sebentar namun mereka cukup dekat, karena hanya mereka berdua gadis di bidang kami. mereka sering saling curhat mulai dari hal sepele sampai masalah asmara. Dan parahnya fitri sering menceritakan curhatan mereka padaku sambil aku pangku dan ku remas susunya.
Dan fitri hanya cerita padaku, juga setahuku selain jaka cuma aku yang fitri bolehkan mengerjai tubuhnya, asal masih dari luar baju. Pernah sekali aku digamparnya karena nekat memasukkan tanganku ke dalam bajunya untuk mengambil susunya.

Susu fitri cukup besar, karena dia juga lumayan besar, pendek, tidak terlalu gendut, cuma agak menonjol saja.

Selesai menangis keduanya saling merangkul, fitri mengusap rambut risa yang dibawah bahu, sekitar tali bh yang kesamping, rambutnya lurus, sedikit ikal di tengah. Kalo diingat ingat ini pertama kali aku melihat risa tanpa jilbab. Risa hanya memakai kaos putih lengan pendek bertuliskan love jakarta, bajunya cukup ketat membuat badan risa tercetak dengan jelas. Dada yang bulat, cukup besar bila dibanding badannya yang kecil, perutnya rata, kulitnya putih terlihat dari lengan dan lehernya.
Risa memakai celana kolor pendek, nampaklah paha hingga betisnya yang putih bersih tanpa cacat maupun bekas koreng. Memang bodoh pacarnya tu. Kalo aku, disuruh pilih risa sama 4 janda seperti selingkuhan cowoknya, tetap milih risa.

Muka risa terlihat sangat kucal, sepertinya tidur menjadi hal langka baginya.

“Yang tabah ya ris” hibur Fitri
“Makasih” jawab risa

“Tenang aja ris, Tuhan masih menyayangimu, nanti juga bakalan dapat yang lebih baik, lebih segalanya” imbuh ku

“Iya tu ris, masih ada pak anto” tamah fitri

Kami pun tertawa bersama, risa terlihat sedikit tersenyum. Banyak yang kami bicarakan, hal-hal lucu, konyol dan ringan. Hingga aku menceritakan kekacauan dikantor akibat liburnya risa. Risa yang merasa tidak enak meminta maaf kepadaku dan fitri. Dia berjanji besok atau lusa paling lama sudah masuk.

Sejam kami ngobrol, hingga risa kembali masuk kedalam untuk menyiapkan makan siang, makan siang yang kami beli dari rumah makan dipinggir jalan sebagai oleh-oleh. Kami makan berlima, ibu risa duduk bersanding anak gadisnya, fitri dengan setia mendampingi jaka, aku duduk sendiri menyuap nasi beserta lauknya.

“Makan yang banyak ris” minta ibu risa, risa pun hanya diam saja, rasa tak nafsu makan terpancar dari raut mukanya. Sesekali fitri menyuapi risa sedikit lauk, risa menerimanya dengan manja. Acara makan siang pun diwarnai dengan acara diam, tak banyak pembicaraan. Ibu risa meminta maaf bapak risa tidak bisa menemani, beliau bekerja sebagai pekerja kebun, hanya pulang seminggu sekali, kadang sebulan sekali karena kebunnya jauh dipedalaman, kendaraan beroda tidak dapat menjangkaunya. Kamipun memaklumi, dan berterimakasih telah menerima kami dengan hangat.

Selesai makan aku duduk di teras, jaka melihat-lihat sekeliling hingga lumayan jauh dan tak terlihat lagi, sedang fitri membantu ibu dan risa beres-beres dan cuci piring. Tak lama kemudian risa keluar menemuiku, dia duduk disampingku, begitu dekat hingga kulit lengan kami bersentuhan. Hangat. Itu yang aku rasakan. Aku lirik risa, rupanya dia baru mandi, rambutnya basah, bajunya sudah diganti namun masih sejenis, malah lobang lehernya lebih lebar dan kebawah. Aroma wangi sampo tercium sangat kuat.

“Kamu cantik ris, memang bodoh cowokmu tu” pujiku
“Makasih pak”
“Panggil mas aja”
“Iya mas”
Tak ada kata lanjutan lagi setelahnya.

“Mas” panggil risa
“Iya ris”
“Kok bisa ya dia begitu ? apa semua laki-laki memang sangat butuh itu” tanyanya pasrah
“itu? “ tanyaku meyakinkan yang dimaksud itu
“Yg dilakukan dia sama janda itu”

“Semua cowok yang pernah tau rasanya itu, pasti ketagihan dan mau lagi” jawabku
“Tinggal orangnya bisa menahan atau mau menyalurkan” imbuhku
“Mas anto gimana?” tanyanya
“Tak tau ris, aku belum pernah tidak mendapat penyaluran dari pertama merasakannya” jawabku
“Memang baru sama istri aja merasakannya?”
“Iya” jawabku bohong

“Mungkin aku juga salah mas” kata risa lirih
“Ko bisa?”
“Dia sering minta begituan sama aku, tapi aku tak pernah mau, dan dia tak pernah maksa. Padahal kalo dia mau sedikit memaksa, mungkin aku akan berikan, walau terpaksa tapi aku bisa memberikan. Aku cinta dia mas” jawabnya. Akupun kaget mendengarnya.
“Untung kamu gak kasih. Kalo kasih, belum tentu juga dia tidak main sama janda itu” pujiku
“Mungkin iya, mungkin tidak" jawabnya snbil menerawang jauh keangkasa.

“Memang pacaran kalian gimana ris” tanyaku penasaran
“Ya begitu, kayak anak muda biasa” jawabnya
“Emang biasanya gimana”
“Ih mas anto ni, mosok nanya gitu, malu lah” jawabnya tersipu sambil tersenyum
“Kalo senyum makin manis kamu” pujiku
“Ah mas ni” makin lebar senyumnya. sejenak kami terdiam kembali.

“Aku sama dia cuma sebatas pegang aja mas, pernah sekali, hadiah ulang tahun dariku untuknya aku ijinkan dia menikmatiku seutuhnya, semua baju dan celana dan semuanya dilepas, dia senang sekali, aku biarkan dia melakukan apapun asal tidak memerawaniku, dia pun setuju dan menepati janjinya. Satu jam dia melakukannya, bahagia banget mukanya, akupun senang, bisa bikin dia bahagia tanpa harus kehilangan mahkotaku. Dia susu aku, jilati memek aku, semua dia pegang, dia elus, dia cium. Aku benar-benar menikmati cumbuan dia, diapun juga. Sebagai ganti janji tidak memerawaniku aku diminta mengoralnya, aku layani dia seperti suami istri. Sampai keluar mani dia dimukaku.
Aku bahagia bisa bikin dia sampai puas, akupun sempat sampai dibuatnya” cerita riska yang membuat aku tegang.
“Selebihnya dia cuma aku kasih dada saja, dia juga cuma minta nyusu sambil dikocok, kadang minta di oral, tak lebih. Mencoba telanjagi aku lagi juga tak pernah, maksa megang vaginaku juga tak pernah. Beberapa kali dia minta perawanku, aku tolak, diapun tak minta lagi hari itu.” imbuhnya

“Sudahlah ris, itu masalalumu, jadi pelajaran bagimu, tatap masa depanmu, masih banyak yg mau sama kamu. Kamu cantik, manis, apalagi kalo habis mandi” candaku
“Ih mas ni” jawab manja risa sambil mencubit pinggangku.

Aku tatap matanya, risa pun begitu, tak kusangka, tiba-tiba dia mencium pipi kananku,
“Makasih mas, semoga aku dapat yang sebaik kamu ya mas”

“Ah, sayang aku dah punya anak ris” candaku dengan muka serius
“Ih, siapa juga yang mau sama mas anto, weee” ejek risa sambil melet, disambut senyum lebar yang sangat manis

Cuup, risa tiba-tiba mengecup bibirku, sebuah tindakan yang membuat aku terkejut.
“Tapi kalo mas, mungkin aku mau” bisiknya didepan bibirku, terasa hembusan nafasnya dibibirku
“Ris” desahku
Risa hanya mengedipkan mata kanannya, kemudian beranjak, dia berdiri didepanku, mengelus kedua pipiku dengan kedua tangannya. Diusapnya naik turun, maju mundur. Kedua jempolnya menyapu bibirku, sedikit dibukanya. Risa pun mengecupnya kembali, hanya sebuah kecupan, tak lebih, namun cukup lama.
“Tapi jangan bikin istrimu sedih mas, pasti istrimu jauh lebih sedih daripada aku”
Akupun tersenyum dan mengangguk.
Risa memeluk kepalaku, terasa empuk dan hangat dadanya menekan kepalaku, aroma sabun dan sampo bercampur didalam hidungku, membuat birahiku semakin memuncak, aku dekap pinggang risa, semakin dekat, semakin menempel, semakin menekan.

Tubuhku dan tubuh risa telah melekat dibatasi pakaian kami, namun kuatnya himpitan membuat kekenyalan tubuh risa terasa dengan nikmat, dadanya yang cukup besar dan kenyal, pinggangnya yang ramping tanpa adanya lemak berlebihan. Kuhirup aroma dada risa, hidungku menempel di kulit belahan susunya, harum, nikmat, makin lama makin aku tekan, semakin dalam hingga menyentuh bra, makin dalam makin kuat aku sedot aroma dada mulus itu.
"ahhhh...mas….ehmmmm" desah risa

Kini jam tanganku menunjukkan waktu pukul empat sore, saatnya kami pamit dan pulang. Risa terlihat lebih cerah dan berseri kembali. Ibunya sangat berterimakasih kepada kami, kami pun berterima kasih telah disambut dengan baik. Risa berjanji akan masuk kalau tidak besok ya lusa, tergantung gimana jadinya malam ini, apa hujan, atau ada hambatan lain.
Diperjalanan fitri selalu memandangku lewat spion tengah, aku agak khawatir dengan maksudnya.

“Ibunya risa cantik ya mas anto” tegurnya memecah keheningan dalam mobil
“Iya,” jawabku seadanya
“Kalo anaknya gimana mas?” tanya fitri sambil senyum lebar
“Cantik juga”
“Cantik juga apa lebih cantik maaaaas ?” kejar fitri, jaka cuma senyum bingung, begitupula aku
“Lebih cantik” jawabku
“Awas mas, nanti yg ditakutkan embak dirumah terjadi” ledek fitri
“Hee, kok, bentar-bentar” kataku kaget
“Tenang aja mas, rahasiamu aman dimulutku” ledek fitri
Aku hanya bisa menghela nafas panjang, diikuti ketawa fitri.

Kalo masalah rahasia, fitri dan jaka memang bisa dipercaya, banyak rahasia permainanku ditangannya, dan sampai saat ini selalu aman, menjurus keceplosan pun tidak. Bahkan fitri bisa menjaga rahasia dari jaka, pacarnya. Padahal sering sekali aku lecehkan susu dan pantat fitri, tapi tetap tutup mulut, terutama sama jaka.

Beberapa saat kemudian, belum terlalu jauh dari rumah risa, mungkin baru setengah jam. Terlihat ada anak gadis dipinggir jalan melambaikan tangan kemobil kami. Akupun menyuruh jaka berhenti dan menghampiri. Jiwa plat merah dalam mobil ini memanggilku.

“Kenapa dek? “ tanyaku ke gadis itu
“Boleh numpang gak om, mau ke kota, motor rusak, tu dibengkel” jawabnya sambil menunjuk sebuah bengkel motor didekat situ
“Yakin dek?” tanya fitri, setelah menurunkan kaca cendela
“Yakin lah kak, besok aku ada ujian, takut gak sempat, kalo malam kekota takut begal” jawabnya

Akupun membukakan pintu samping, dia pun langsung naik dan menutup kembali.

“Makasih ya kak, om” kata anak itu sambil sedikit membungkuk ke fitri dan aku. Sedikit terlihat susunya dari lubang kerah baju saat menunduk tadi, cukup besar untuk seusianya batinku.

“namaku ari, aku sekolah di SMA 1 Kota, kelas tiga, besok ujian, try out si, malah motor mogok tadi, untung ada om lewat, kalo bukan plat merah aku gak berani juga si" sebut ari memperkenalkan diri.
"tenang kok, kami orang baik" canda fitri
"yang duduk disampingmu tu bosnya" tambah fitri

"makasih bos" senyum ari kepadaku
"sama sama ari, kok bisa mogok motornya dek? " tanyaku basa basi
"motor tua om, peninggalan bapak, cuma itu yang ada" jawab ari

Kamipun melanjutkan perjalanan dengan beberapa pertanyaan dasar untuk ari, begitu sebaliknya.

Pukul enam lewat, setelah orang orang keluar dari masjid, kami sempatkan makan di rumah makan, ari terlihat canggung waktu kami ajak, dengan sedikit paksaan dan tarikan dari fitri akhirnya ari mau turun juga. Kami makan bersama dirumah makan padang tepi jalan. Ari nampak sungkan mengambil lauk, cuma telur dadar yang dia ambil, sontak fitri mengambil selembar dendeng khas rumah makan ini, juga sepotong ayam yang cukup besar, diletakkannya dipiring ari.

"jangan kak, aku ini aja"
"kamu kan masih masa pertumbuhan, makan yang banyak" ajar fitri
"tapi kak"
"gak pake tapi, tinggal makan dan habiskan, semua om itu yg bayar, tenang aja" ucap fitri sambil mengambil udang goreng jumbo, menu paling mahal di rumah makan padang. Sedang jaka cuma senyum senyum melihat tingkah pacarnya itu.

"makanlah yang banyak ri, kalo mau bungkus pun tinggal bilang" rambahku sambil senyum manis
"tidak om, makasih, jadi ngerepotin banget"
"yang repot ma tu, pak sopirnya kan bukan aku" ejekku ke jaka
"makan aja ri, jarang jarang juga bisa begini, bos ni jarang ajak kita kita" tambah jaka sambil ambil dendeng

"semua ada masanya ja, nanti kalo aku jadi kepala, kamu juga yang aku bawa kemana mana" imbuhku, disambut tawa semuanya

Sehabis makan kami melanjutkan perjalanan
Perjalanan malam lebih lancar karena jalan sepi, cuma lubang jadi susah terlihat. Pukul tujuh lebih kami sudah masuk ke kota, ari minta diturunkan dekat jembatan saja, nanti kawan sekos dia yang jemput.

"kawan apa pacar ri" tanya fitri
"kawan ka, kalo gak ada baru pacar disuruh jemput"
"kok gitu" tanya aku penasaran
"klo kawan gak ada berarti kosan sepi, kalo ajak pacar bahaya, sering minta lebih dia, kan rugi saya" jawab ari
"kok rugi ri"
"iya kak, pacar ma maunya enak aja, tak ada kontribusinya buat saya, habis itu belum tentu dia tanggung jawab" kan rugi saya
"tu dengerin pak supir" tunjuk fitri ke pacarnya
"kalo gak mau rugi ajak aja om tu, dijamin sama sama untung" imbuh fitri
"hus, ngajarin yang tak betul" bentakku
"maaf bos" senyum fitri
"tapi betul lho dek tu bos" bisik fitri ke ari
"pak supir, jangan turunkan anak gadis di jempatan ya, biar diantar sama om om ke kosnya" imbuhnya
Ari pun cuma cengar cengir. aku cuma geleng geleng.

Sesampai di kota, jaka antar fitri dulu, karena rumahnya paling dekat, kemudian kerumah jaka.
setelahnya aku yang menyupir mobil bersama ari, karena mobil memang aku yang bawa, besok harus ditukar sama motor aku yg ditinggal di kantor.

"om" panggil ari lirih
"iya ri"
"bener ya kata kakak tadi"
"tak perlu dipikirkan ri"
"kalo bener aku mau om"
"hah, mau apa ri"
"aku dari keluarga miskin om, aku mau kalo sama om, biar aku bisa bayar spp, beli hp kayak teman taman, beli buku modul yang banyak, biar siap ujian akhir bulan depan" jawabnya
akupun tau maksudnya, dia mau tukar dirinya dengan kebutuhannya.

"aku gak mungkin minta ibuk, dia cuma buruh cuci, cukup untuk makan saja. aku sama sekali belum pernah lho om, pacaran cuma sebatas peluk sama cium saja" tawar ari
"itu gak baik lho ri" ajak ku
"dari pada aku gak bisa ujian, bisa ikutpun susah lulus gak punya buku sama sekali. daripada direbut pacar cuma ngasih geratis om, aku juga mau lulus, mau kerja pake ijasah smu" kata ari

SMU 1 Kota terkenal isinya anak tajir, kalo memang ari keadaannya seperti itu aku akui dia hebat, pasti tekanan cukup berat dari kawan kawannya.

"memang mau dilepas beneran ri, itu cuma punya satu lho, nanti menyesal"
"sudah lama aku pikirkan om, aku pingin lulus, tinggal selangkah lagi."
"memang yang kamu pikirkan berapa dilepas"
"tak tau juga om, asal dapat orang baik, tidak kasar, terus dapat duit untuk bayar sekolah sampe lulus, beli hape baru, sama beli buku buku buat belajar ujian"
"berapa ari?" tanyaku serius

Ari menggeser duduknya, menghadapku.
"aku tak tau harganya om,"
"itu yang bahaya ri, nanti kamu ditipu orang" jawabku
"aku yakin om orang baik, bak bakal nipu aku, gak akan kasari aku"
"jangan terlalu percaya, kita baru ketemu tiga jam belum ada lho"
"entah om, tapi nyaman om dekat om ni, seperti dekat ayah dulu" jawabnya

Aku diam sejenak, belum pernah aku menikmati anak SMA semenjak lulus SMA, bayangan badan mantan mantan dulu menghiasi pikiranku, ingin kembali menikmatinya. Kekenyalannya, kehalusannya, kesuciannya dan kepolosannya, anak SMA memang terbaik.
"maaf ya ri," bisikku lirih
"kenapa om? aku tidak menarik ya, tidak layak ya" ari penasaran
"tidak ri, kamu cantik, manis. Biasanya disini perawan anak SMA pasarannya 5juta sampai 20juta, tergantung orangnya juga, sama servisnya, kalau anak kuliahan bisa sampai 30juta. Kalau anak SMP bisa lebih dari 50juta, tapi susah cari pembelinya." infoku
"kalo aku berapa om?" tanya ari
"mungkin 7 sampai 10, tergantung servis mu ri" jawabku.
"gak papa om, om bisa beli aku?" tanyanya lirih sambil menggenggam tangannya, menunduk penuh keraguan.
"nanti malam pikirkan kembali, jangan ada penyesalan setelahnya. Aku tak sebaik yang kamu pikirkan." tawarku
"iya om"

Mobil pun sampai di kosan ari, di kosan itu ari sekamar dengan dua gadis lain yang seangkatan dia, namun beda sekolah hanya dulu mereka teman satu kelas waktu SMP, tujuannya tak lain menghemat biaya kos. Aku menghentikan mobilku, tidak mematikan mesinnya, tidak juga membukakan kunci pintu ari. Tampak ari hanya diam saja memandang kedepan, pikirannya beradu antara biaya yang dibutuhkan dan kesuciannya.
"sampai kapan kamu tray out?" tanyaku memecah diam ari
"dua hari, besok dan lusa, lusa tengah hari sudah selesai, terus libur sampai minggu depan." jawab ari
"kebetulan, kalo kamu beneran mau, lusa sore aku jemput kamu, kita kejakarta, aku ada acara dinas, kamu bisa ikut, nanti aku ajak jalan jalan juga sebentar. kalo kamu mau aku beli kamu 10juta, biaya perjalanan, penginapan, aku tanggung. Tapi kamu harus memberikanmu padaku selama dijakarta sampai kamu sampai dikosa lagi, 3malam, 3hari." tawarku pelan mencoba membeli ari

Disini harga perawan memang murah, karena pembeli sedikit, penjual banyak. Hanya yang benar benar penikmat sensasi perawan dan berkantong dalam saja pembelinya. Om om hidung belang sini lebih suka beli barang second, lebih murah dan lebih banyak pilihan. Kalo transaksi ini berhasil, ari akan menjadi wanita pertama yang aku pakai selain istriku setelah menikah. Kalo sebelum menikah tak perlu dihitung, itu sudah cukup menjadi kenangan saja.

"iya om" jawab ari
"pikirkan lagi ri, aku tak mau kamu menyesal"
"iya om"
"tulis nomor hp mu disini, besok lusa aku telpon buat mastiin jadi apa enggak" kataku sambil memberi secarik kertas dan ballpoint, ari pun menuliskan beberapa angka yang cukup panjang.
"ini om" kasih ari
"pikirkan matang matang, setelah kejadian tidak bisa dikembalikan lagi" imbuhku sambil menerima kertas ari
"iya om" jawab ari lirih, penuh keraguan
"pulanglah, mandi, tidur, besok harus fokus tryout nya, jawaban salah tak mengapa, tapi pelajari alur soalnya, biasanya di ujian sebenarnya tidak terlalu jauh dari soal tryout. Jadi kamu tau apa yang harus dipelajari.
"makasih om" jawab ari sambil senyum manis kepadaku
"sama sama" balas senyum sambil membukakan kunci pintu mobil

"om, boleh minta sesuatu?"
"apa ari?"
Ari mengambil tanganku, hanya tangan kiriku yang diambilnya, ditariknya tanganku, dimasukkannya kedalam bajunya, didekapkannya telapak tanganku ke dadanya, dada kananya, masih tertutup bra, diremaskannya tanganku di susunya, cukup besar, tak cukup satu tangan untuk menutupinya. kekenyalan yang sempurna, menandakan belum banyak tekanan dan remasan yang mengenainya.
Ari beranjak menghampiriku, dikecupnya bibirku, dilumatnya, aku balas dengan lumatan juga. Kini tanganku meremas sendiri susunya, kedua tangan ari merangkul pundakku.
Tak lama kami berciuman, setelah terlepas, ari mengatur nafas yang tersengal, begitu pula aku.

"om orang pertama yang pegang bh aku waktu aku pakai. makasih ya om, ini hadiah buat om" kata ari manja
aku hanya tersenyum senang, tanganku belum aku lepas, tapi juga sudah tidak meremas. Ari kemudian turun dari mobil, terlapaslah tanganku karena badannya menjauh.
"makasih om, akan aku pikirkan masak masak, jangan lupa telpon aku ya" teriak ari sambil berlari kedalam halaman kos, tangannya membenahi bajunya yang agak tersingkap keatas.

Akupun kembali kerumah, sesampai dirumah, aku ceritakan semua tantang risa, termasuk perjalanannya. Tentu kecupan risa tidak disebut. Juga tentang ari yang menumpang juga tidak aku ceritakan.

Namun birahiku masih tinggi, perlakuan risa, dan kenekatan ari terus menghantui penisku, ingin rasa menikmati keduanya, semoga lusa ari jadi menjual dirinya, tak kebayang tubuh anak SMA yang nikmat itu akan tergolek pasrah besok lusa. Setelah selesai cerita, kumulai seranganku pada istriku, dimulai dari ciuman ringan, remasan kecil pada dasarnya yang cukup besar, dan tindihan diatas tubuh kecilnya.

Istriku memiliki tubuh yang kecil, sedikit lebih tebal dari risa, namun dadanya sangat mengagumkan, bulat, putih hampir transparan, terlihat urat biru menghiasi. Dia paling suka ditindih ketika dipanaskan, sensasi tertindih seperti diperkosa katanya.

"mas… kamu habis ngapain...kok jadi pengen" desahnya
"habis capek, mau lebih capek" jawabku sekenanya, senyum manis kudapat.

Kuturunkan bajunya hingga keperut, terlihat organ kesukaanku, dadanya adalah primadonaku, sebuah masterpieces ciptaan Tuhan. Tak butuh lama, aku sedot aku cupang keduanya tepat di bekas cupang yang aku buat kemarin lusa.

"ahh…. mas….terus mas…. susu aku mas…." rayaunya,
aku susu dada kanannya, aku remas dada kirinya, aku elusin memeknya dari luar. Tak tahan dia, dinaikkannya baju tidur yang sepanjang paha itu hingga bertemu di perut, nampak kaki putih bersih tanpa cacat itu, dipangkalnya ada sedikit gundukan tanpa ditumbuhi rambut sehelaipun. Konon katanya waktu masih kanak kanak dilumuri ramuan rahasia racikan ibunya, membuat rambut tak akan pernah tumbuh. itu yang menyebabkan tak ada satupun rambut di ketiak, memek, kaki. bersih mulus.

Aku turunkan cumbuanku, kedua tangan masih ditempatnya, aku susuri bagian tengah tubuhnya, dari belahan dada, turun ke perutnya, menari di pusarnya, turun lagi, ke gundukan kandung kemih.
kuturunkan lagi menuju vaginanya. vagina yang masih sempit walau telah beranak satu.
Aku lumat memeknya, dari belahan bawahnya hingga atas, ketika diatas klitoris sengaja aku tekan lidahku.

"ahh...mas….kok kamu tahu si… enaaaaakk.. ahhh...terussss" desahnya
Dia mulai menjambakku, ditegangkannya kakinya, tanda aku harus lebih intens lagi. Kini sedotanku tepat dikacangnya, aku putar putar lidahku, aku sedot dan gigit kecil
"massss….teruss….. ahhhhhhhhhh...aku sampai……." erang istiku sambil menegangkan semua bagian tubuhnya.
Istriku tipe wanita yang kalo orgasme tidak mengeluarkan cairan, tidak ada yang muncrat dari lubang senggamanya. Tapi ketika mulai dirangsang, cairannya cepat merembes keluar terus, cepat basah cenderung becek ketika sudah bernafsu.

Nafasnya memburu, susunya naik turun cepat, matanya tertutup. Aku buka semua pakaianku hingga telanjang bulat. setelah mulai tenang aku bangunkan dia hingga terduduk, aku acungkan kontolku ke mukanya, dia senyum tanda tahu apa yang harus dilakukannya. Secepat kilat mulutnya dimajukan, diraihnya kontolku, satu satunya kontol yang pernah dia sentuh, satu satunya kontol yang pernah dia lihat, satu satunya kontol yang pernah menyentuhnya. Dikocoknya kontolku, pelan tapi pasti, dia tau gerakan kesukaanku, sebagai wanita polos dia cepat belajar. Dimasukkannya kontol ke mulut mungilnya, dimaju mundurkannya memberiku kenikmatan yang tak terkira. Disedotnya kontol kesukaannya sambil diputar putarkannya lidah hangat itu di kepala kontol, membuat sensasi yang tak terlupakan. Apalagi kalau dimasukkan sampai habis dimulutnya, pengen ngecrot jadinya.

Setelah puas mengoral, dilepaskannya kontolku, nampak basah kuyup, banyak tertinggal liur dibatangnya. Istriku tidak kuat lama mengoral, selain mulutnya yang kecil, gerakan maju mundur membuatnya cepat capek.

Aku dorong tubuhnya hingga terjatuh terlentang dikasur, senyum manisnya menggodaku, dinaikkannya kedua tangan ingin merangkul leherku, kuturunkan tubuhku diatas tubuhnya, rangkulan mesra dia berikan sambil dikangkangkannya kakinya, dinaikkannya ke pinggangku, dia tau apa yang akan terjadi.
Aku cium buas bibirnya, diapun membalas dengan buas pula, kuarahkan penisku mencari lubang rumahnya. Penis tentunya sudah hafal koordinat lubang senggama alias rumah utamanya itu.

"ohhhh….masssssss" desahnya ketika lubang wanitanya kemasukan penis, lubang yang masih sempit, cukup rajin istriku merawat lubang kebanggannya itu.
Mulai kugoyang pantatku, naik turun, keluar masuk, genjotan dari pelan hingga cepat, kembali pelan, kemudian cepat kembali.

"susu aku masssssss" pintanya sambil mendesah
Kukabulkan permintaanya, aku sedot kedua susunya bergantian, sedotanku seirama dengan tusukan penis dibawah sana. Itulah kelemahan istriku, paling tidak tahan memeknya digenjot sambil di susu. Tak butuh lama dia mulai mengejang kembali, dikejangkannya seluruh badannya, dibusungkannya dadanya.

"ahhhhhhh…...masssssssss…..enakkkk" teriaknya sambil membenamkan kepalaku ke dadanya semakin dalam.

Aku tak mau menunggu lama lagi, kubalik badannya, setelah tengkurap, kunaikkan pantatnya, kulipat kakinya, dia menungging, kepalanya masih tergolek lemas di kasur. Kubuka lipatan pantatnya, nampak lubang anus yang manis, masih perawan sampai sekarang. Kuarahkan penis basahku ke lubah dibawah anusnya, lubang keenakan setiap pria. Blessssss masuk sekali dorong.
"ahhhh...nakal ya….. enak…."
Ku genjot lagi memeknya, tanganku tak tinggal diam, ku elus pantat mulus montok didepanku, betul betul mulus, putih merona merata disetiap senti kulit tubuhnya. Elusan mulai berpindah ke punggungnya, dan turin ke susunya. Susunya ku remas gemes, memang susu kesukaanku, besarnya, bulatnya, kenyalnya, pas sekali.

"mas cepetin mas, aku mau keluar lagi…" pintanya
"bareng dek… mas juga hampir "

"massssss………." Istriku sampai lagi, orgasme ketiganya
Orgasmenya tak mengeluarkan air sama sekali, tapi kedutannya kuat, membuat penis manapun akan hancur pertahanannya.
"mas juga sampai…….." kukeluarkan semua pejuh ku di memek istriku, banyak, tapi kurang kental. Baru kemarin lusa aku keluarin di memek yang sama.

Capek akan rasa enak, kami tertidur bersama, masih sama sama telanjang, berpelukan.

==

Paginya, aku masuk kantor seperti biasa, menjumpai semua isi kantor beserta seluruh kegiatannya. Risa belum masuk.

"berhasil gak selamam bos? " goda fitri sambil menghampiriku
"berhasil apanya fit ?" tanyaku
"itu, sama anak sma tu" goda fitri sambil mengelus memeknya dari luar kaosnya. Dia berani mengelus karena sudah berdiri di sampingku, pinggang kebawahnya tertutup meja kerjaku.
"masih bocah fit, gak tega" bohong ku
"bocah si, tapi perabotnya sudah matang bos" tiba tiba fitri mengelus memek sambil meremas susunya. Rupanya dikantor tidak ada orang lain, hanya aku dan fitri.

Aku tarik tangan fitri yang mengelus memek, sedikit diputar membuat fitri terjatuh di pangkuanku. Aku duduk dibangku kerja, fitri terduduk diatas pangkuanku.

"kalo yang ini sudah siap dipetik fit" bisikku sambil meremas kedua susunya
"ah, ini buah milik mas jaka bos, jangan dipetik sembarangan" desah fitri
"sering dipetik joko ya"
"sering dicek saja, belum dipetik"
"di cek gimana" tanyaku sambil menekan puting fitri yang mulai mengeras, terasa di bajunya.
"kayak.. bos... ni lah, tapi langsung…., gak pake penutup lagi… ah… bossss" desahnya
"kok aku gak boleh kayak jaka fit"
"jaka kan spesial bos, cuma dia yang boleh metik aku, cuma aku yang boleh metik dia…. ohhhh….bosssss"
"kalo yang ini fit?" tanyaku sambil berganti mengelus gundukan vagina dibalik rok panjangnya
"ahhhhh….. bos…. kalo itu jaka cuma boleh kayak bos saja….. masih belum tersentuh…. bossssss… ahhhh…" racau nya

Fitri memang mengijinkanku mengerjai susu sama memeknya sebatas itu, tak boleh lebih, dikecup pun tak mau dia.

Suara orang mau masuk terdengar, fitri langsung bangun, berlari, memposisikan dirinya berdiri didepan mejaku, dia berikan map merah yang tadi dibawanya. Berkas perjalan dinas yang harus kujalani besok, sebuah acara bintek, acara formalitas yang pasti akan membosankan. Disana hanya ada namaku, jadi aku bebas membawa ari.

Orang orang pun masuk, mereka baru datang dari sarapan dikantin, dibelakang kantor kami.

"aku basah mas, mau nyari jaka dulu, biar dia yang bertanggungjawab, bayyyy" Fitri pun berlalu setelah urusannya selesai.
Hari ini pun berlalu seperti hari biasanya.

==
Keesokan harinya, aku hanya seharian dirumah bersama anak dan istri, sempat aku ngecrotin istriku lagi sebelum mandi siang.
Isrtiku kalo dirumah pakaiannya cukup terbuka, kerah lehernya bisa dipake untuk melihat setengah dadanya, celananya lebih pendek dari celanaku. Sengaja dia begitu untuk memancingku agar bisa selalu menikmatinya.

Setelah azan duhur selesai, aku kekantor untuk siap siap berangkat, diperjalanan aku telpon ari. aku yakin dia sudah selesia ujian.

"halo ari"
"iya mas"
"bagaimana ri"
"sudah kupikirkan mas, sudah kuputuskan juga" jawabannya membuatku harap harap cemas.
"jadinya?" tanyaku
"jadi mas, aku ikut, aku siap"
"ya sudah, kirimkan nama lengkapmu, buat beli tiket pesawat, nanti jam 3 aku jemput"
"iya mas, dikos saja jemputnya"

Sesampai dikantor aku hanya sedikit menyelesaikan pekerjaan administrasi, tandatangan sana sini, maklum pejabat walau masih jabatan paling rendah. Risa belum terlihat masuk kerja, sesikit kawatir aku dibuatnya. Selesai urusan dikantor aku jemput ari dikosannya. Ari memakai pakaian cukup sederhana, tapi menarik. Baju kaos dan celana jins panjang, khas sekali anak muda.
Kami langsung ke bandara, makan sore dibandara sambil menunggu pesawat. Sesampainya di Jakarta, kami langsung menuju hotel. Hotel langgananku didaerah mabes alias mangga besar. Disana ada hotel bernama dua angka kembar, langgananku karena bebas, tak ada pengecekan suami istri, juga tak pernah ada cerita sweeping pak-pol-pp.

Sesampai di hotel langsung cek in. Kamar single bed ukuran paling besar aku pesan, kamar paling epic, aku ingin memberi kesan ke ari sewaktu ingat kapan perawannya hilang. Sesampainya dikamar, ari nampak canggung, grogi, dia tau perawannya akan hilang sebentar lagi.

"ri, mandilah dulu, aku pesankan makan"
"iya om"
"jangan kaku gitu, aku gak akan perkosa kamu kok"
"iya om, aku mandi dulu" jawab ari sambil mengeluarkan handuk dari tasnya.
"pake handuk di dalam kamar mandi aja, ada dua disana, nanti setelah mandi pake ini, jangan pake apapun lagi, gak usah pake dalaman juga" pintaku sambil memberikan piyama tidur dari lemari.

Ari mengambil piyama yang aku berikan, mengembalikan handuk kedalam tas dan masuk kamar mandi.
"cuci yang bersih ya, biar wangi semuanya"
"iya" teriak ari dari dalam kamar mandi.

Sewaktu ari mandi pesanan makanan datang, cukup cepat, aku hidangkan makanan di meja.
ari keluar dengan malu, piyamanya kebesaran. aroma sabun semerbak memenuhi ruangan kamar.
"sini makan dulu"
"iya om"
"jangan grogi ri, biasa aja, santai aja, biarkan semua mengalir, kita nikmati dulu kebersamaan ini"
"iya om, makasih ya, om baik banget"
"kalo aku baik gak akan bawa kamu kesini"
"iya juga ya" ari tersenyum

"yuk makan"
"yuk"

Kamipun makan berdua, makin lama piyama ari mulai longgar, tak bisa makainya mungkin, kelamaan kerah dadanya mankin lebar, hingga belahannya terlihat dengan jelas.
"lihatin apa om"
"susu kamu ri"
"ah, om ni, suka ya" goda ari sambil membetulkan piamanya,
"ah kok ditutup ri"
*biarin, biar penasaran" ejek ari, mulai cair suasananya.

Setelah selesai makan, aku berikan segepok uang tunai, 10juta pas, tak kurang tak lebih.
"ini ri, gunakan dengan baik, gunakan dengan bijak, karena ini ditebus dengan hal yang berharga darimu.
"iya om" jawab ari sambil menerima uang itu dengan gemetar
"aku belum pernah pegang uang sebanyak ini, lihat pun belum pernah." kata ari bergetar
"hitunglah"
"iya"
Ari menghitung tiap lembarnya, diciumnya uang itu, maklum uang baru, baunya masih enak. Akupun mandi, membersihkan diri, dan memakai piyama yang satunya.

Selesai mandi, ari sudah selesai menghitung, 10juta memang tidak banyak, tapi cukup untuk membuat mata ari berkilau. Aku memiliki 3 sumber pendapatan, pendapatan jelas seperti gaji dan honor aku masukkan ke satu rekening yang aku serahkan ke istriku. Pendapatan kedua yang berasal dari ucapan terima kasih, honor gak jelas, aku masukkan ke rekening yang lain, istriku tahu, dan tidak kupakai untuk makan maupun membeli kebutuhan pokok. Yang ketiga dari hasil gratifikasi, korupsi, dan yang hancur hancur lainnya, itu aku sembunyikan direkening atas nama orang lain yang aku beli waktu masih suka ngopi di warkop, entah orangnya masih hidup atau tidak, dan isinya cukup lumayan banyak untuk dihabiskan, ari dan nur aku beli dari uang ini.

Aku duduk disamping ari, dia senyum senyum saja. Mulai kurangkul dia, ari menyandarkan tubuhnya padaku, menyandarkan kepalanya di pundakku.
"sekarang aku milikmu om, jangan kasar ya, pelan pelan saja, aku sudah siap."
"iya ri"
"sudah berapa perawan yang kamu jebol om" tanya ari sambil senyum
"kamu bakalan yang kedua" jawabku bohong
"bohong" sergak ari
"yeeee. tau dari mana"
"entah, tak apa, pelan ya nanti om, kata temanku bakalan sakit, bisa berdarah"
"iya, nanti om pelan pelan"
"kamu bakalan dapat yang pertama semuanya om, kecuali bibirku"

aku senyum menanggapinya, aku kecup kening ari, ari menutup matanya pelan, kukecup matanya, pelipisnya, pipinya, hidungnya, kemudian dagunya, berakhir di bibirnya, semua dilakukan dengan sangat pelan.

"ommm" desah ari
aku kecup lagi bibirnya, mulai kulumat pelan, ari membalas lumatanku, sedikit berpengalaman rupanya, bibirnya mulai basah, hangat terasa dibibirku. Ari mulai mendekatkan badannya, dipeluknya aku, akupun memeluknya, hangat tubuhnya, wangi, empuk, sangat bikin bernafsu.
Ketika seorang pemuda dan seorang anak sma didalam kamar hotel, maka birahi yang akan bertindak.

Tanganku kugunakan untuk memeluk ari, satunya kugunakan untuk mengelus dada ari, masih dari luar piaya, besar juga punyamu, gumamku, walau tak sebesar milik istriku, tapi aku yakin ini masih akan berkembang. Elusan berganti remasan, desahan berubah menjadi erangan, hingga akhirnya tanganku menelusup kedalam piyama, menemulan gundukan tak bertulang bernama payudara. hangat, halus, benar benar halus.

"ahh… omm….. " desah ari sewaktu aku menemukan putingnya
aku membaringkan ari, memandang wajah polosnya, perawan yang sebentar lagi hilang. wajah teduh ari membuatku ingin memilikinya selamanya, tapi itu tidak mungkin, ari hanya milikku tiga hari ini, selebihnya dia punya kehidupan sendiri.

"kamu yang pertama menyentuhnya lho om" kata ari membuyarkan lamunanku, kusambut dengan senyum. Kulumat lagi bibirnya, dibalasnya dengan lumatan yang tak kalah buas. Remasan bergantian kanan dan kiri, aku pilin puting kecil ari, kecil namun keras. Ari menggeliat seperti cacing, namun tanpa melepas lumatan di bibir. Ku akhiri permainan permulaan ini, ari ngos-ngosan, kehabisan nafas, aku juga sama.

"boleh aku buka sayang" kumulai memanggilnya sayang, agar terasa seperti pasangan kekasih
"boleh sayang" jawab ari.
Mulai kubuka piyamanya, aku sibakkan bagian atasnya pelan, nampaklah dadanya yang bulat, mulus, putih bersih, dihiasi puting kecil berwarna coklat kemerahan, hanya sebesar setengah kuku jari kelingking, dipinggirnya area coklat muda yang juga tak kalah kecil, hanya beberapa milimeter dari puting, nampak seperti garis border saja.

"aku malu sayang" ari menutup matanya dan membuangnya kearah berlawanan denganku.
"tak apa apa, pelan pelan aja"
"iya sayang"

Aku mulai mengelus dadanya, memutari kedua susunya yang menggunung, ada mungkin sebesar tempurung kelapa, bulat dan menggunung. elusanku aku pusatkan di susu kirinya, dan dengan pelan aku jilat puting kanan ari.

"ohhhh...sayang…. aku dipaain" desah ari
Aku tak menjawab ari, namun mulai kukulum puting mungil itu, aku sedot pelan, tak lupa aku mainkan lidahku di putingnya memutar mutar.

"sayang… oh….geli….enak…….ahhhhh"
"nikmati sayang" sambil berpindah melumat susu kirinya
"kok bisa seenak ini sayang"
tangankupun mulai mengelus perut ari, mengusap memutar di pinggiran udel ari. Sedikit demi sedikit mulai kuturunkan tanganku, hingga aku mulai menyentuh rambut kewanitaannya, cukup lebat pikirku. Ari diam saja, hanya desahan yang keluar dari mulutnya. Hingga tangan aku turunkan lagi, dan untuk pertama kalinya aku menyapu vaginanya, ari terkaget, tangan kanannya penjambakku, tangan kirinya menahan tangan di vaginanya.

"ahhhh….sayanngggggg….." ari melotot kelangit langit, reaksi wajar dari perawan yang belum tersentuh. Aku diamkan aktifitasku.

"maaf om, aku kaget" melasnya
"gak papa, aku maklum," ari mulai melepas kedua tangannya,
"cium aku sayang" pinta ari
akupun menciumnya, mulai liar kembali permainan anak gadis ini, aku mulai gerakkan kembali tanganku dibawah sana, ari mulai terbiasa, hanya sering terkaget kalo klitorisnya aku sentuh. vaginanya banjir, lebih banyak dari liur di bibirnya.

aku sudahi permainan ini, ari diam tak bergerak. Aku mulai membuka penuh piyama ari, dia memejamkan mata, tapi aku tak peduli lagi, aku hanya memandang vaginanya, gundukan yang cukup tinggi diatasnya, ditumbuhi rambut yang rimbun, diujungnya ada sebuah garis yang terlihat mengkilap, basah akan cairan kenikmatan.

"aku malu sayang, jangan dilihat terus"
"jangan kaget ya, aku mau memberimu kenikmatan sebelum kamu kesakitan waktu diperawani"
ari mengangguk seperti tahu apa yang akan terjadi.

Aku buka pahanya, ari nampak melawan dengan mengeraskan pahanya. namun itu sia sia, vaginanya kini terpampang nyata didepanku, vagina perawan, garisnya bersatu, berwarna cerah, dan baunya harum, harum sabun.

"ommmmm…. aku diapain…." teriak ari ketika aku mulai oral vaginanya, aku hisap klitorisnya, kugigit kecil dan aku mainkan dengan lidah.

"ommm...sayang…. enak…. ahhhhh…..om….."
"nikmati sayang" seruku sambil mengambil nafas
ari menggelinjang kekanan kekiri tak beraturan, pantatnya naik turun seirama kedutan di vaginanya.
"ahhh…..enak banget…….aku mau pipis……"
ari mendorong kepalaku, tapi juga menjepitnya dengan pahanya, dan crot...crot…. ari menegang, ditengadahkan kepalanya, dilengkungkannya badannya, matanya melotot keatas, ari orgasme, mungkin ini orgasme pertama dalam hidupnya.

"ahhhhhhhhh……." lengguhan panjang keluar dari mulutnya, cukup keras, untung hotelnya kedap suara.
cukup lama ari menegang, hingga dia lemas lunglai dikasur, nafasnya lama sekali tak beraturan.

"enak banget ya sayang"
"iya sayang, enak banget" jawab ari sambil tersenyum, nafas ari mulai teratur.

"ahkkkk" pekik ari ketika belahan vaginanya aku elus,
"om nakal" manja ari,
"om sayang…." panggil ari manja
"iya sayang"

"sebelum mulai boleh minta sesuatu?"
"apa sayang?"
"aku mau main sama punya om, biar kenal sebelum masuk"
"boleh"
"om berbaring aja, tapi jangan dibuka dulu" pinta ari sambil bangun dan terduduk dari berbaringnya,
akupun berbaring pasrah, tak tau ari mau main seperti apa.

"perut om keras, kotak kotak, kayak punya ayah dulu" kata ari sambil mengelus perutku, aku hanya diam. Kemudian ari menurunkan tangannya, diusapnya kontolku dari luar piyama.
"keras om, besar banget, kalah jauh punya pacarku" kata ari sambil menggenggam kontolku
"udah kamu apain kontol pacamu ri?" tanyaku kepo
"baru diginiin om sayang" jawab ari sambil mengelus naik turun dari luar.

"buka aja ri" pintaku
"takut om"
"enggak gigit kok" jawabku disambut senyum ari.

Tangan ari kembali keperutku, diusapnya memutar, kemudian turun menuju penis, perjalanan tangan cukup lambat, terasa ditekan, sepertinya ari masih tegang, seperti belum siap.
"om, rambutnya banyak"
"ahh...kok basah om ujungnya"
"keras banget, hangat, emang bisa masuk ya, lubangku kan kecil om?" tanya ari
"bisa, kan memang itu tempatnya, cuma kalo kecil lubangnya nanti lebih sakit, tapi kalo kecil penisnya, nanti kamu gak puas" jawabku sok bijak
"aku siap sakit kok sayang, om pasti akan pelan dan tidak kasar"
akupun tersenyum, ari mulai menyibakkan piyamaku, terpampanglah penis kebanggaanku, ari terbelalak melihatnya, dututupnya mulut sengan satu tangan, satunya lagi menggenggam kontol dengan erat, agak sakit namun aku biarkan saja.

"aku baru ini lihat, kok gini ya?"
"gini gimana"
"gagah"
Instinga ari mulai bermain, dikocoknya kontolku pelan, naik turun.

"enak sayang"
"enak, tapi jangan terlalu kencang megangnya"
"iya sayang"

”om, boleh aku masukin ke mulut enggak, aku mau coba"
"boleh, cobalah"
ari langsung merundukkan kepalanya, dimasukkannya kepala kontolku kemulutnya, hampir tak muat, hanya kepalanya yang masuk. Setelah masuk ari cuma diam saja, semenit kemudian dikeluarkannya kepala kontol itu, basah terlihat.

"asin om, agak gimana gitu, enak gak?"
"belum enak ri, kalo sudah masuk kamu keluarkan terus masukkan lagi, kayak ngocok tadi tapi pake mulut, jangan kena gigi ya. Kalo berhenti, kamu usap ujungnya pake lidah, muter muter aja" ajarku
"iya om, aku coba lagi"

ari pun mencoba lagi, dimasukkannya kepala kontol untuk kedua kalinya, dikocoknya didalam mulut, hanya sebatas kepala saja, dan diusapnya pake lidah kalo ari berhenti karena capek.

"ahh….ari….sayang….enak….kamu pintar…."
"yang bener sayang, ini baru belajar lho"
"gimana kalo sudah terbiasa nanti, pasti luar biasa"
ari tersipu, tidak menjawab, cuma melanjutkan oral nya.

"ah...enak banget ri….terus sayang….."
"masukin lebih dalem lagi sayang"
"ahhhh...betul…..terus….."
ari cukup cepat belajar, hanya diawal saja kena gigi, kini sudah ahli dia, sudah tahu cara dan triknya.

ari keluarkan penisnya, dikecupnya semuanya, kepalanya, semua jengkal batangnya, tapi tidak bijinya.
"aku sudah siap sayang" bisik ari sambil berbaring kembali, dikangkangkannya pahanya, seperti mempersilahkan aku memulai memperawaninya.
"iya sayang, tahan ya, mungkin akan sakit"
"iya sayang, pelan aja, jangan kasar"
"iya sayang" jawabku sambil memposisikan diri diantara paha ari.

"ahhhhhh……" ari kaget ketika bibir vaginya aku tempeli kepala kontol.
"lanjutkan sayang"ari terpejam,
aku usap belahan memek ari pake kepala kontol, ketika di lubang senggamanya aku sedikit tekan, ari nampak tegang, mukanya dikerutkan, tangannya meremas seprei kasur, tapi biarlah, siapa yang tak tegang perawannya direnggut orang asing. Aku ambil handuk kecil dikamar mandi, aku selipkan dibawah pantat ari, ari bantu dengan mengangkat pantat mulusnya.

Setelah agak lama, cairan wanita ari mulai membanjiri vaginanya lagi, aku posisikan penisku diujung lubang ari, memang kecil lubangnya, butuh kesabaran lebih batinku.

"akkkkhhh… ommm" teriak ari ketika aku mulai mendorong penisku, sempit sekali,
"tahan sayang"pintaku
"iya sayang, aku siap"
aku dorong lagi pelan, keluarkan lagi, masukkan lagi. 10menit berlalu, hanya bisa memasukkan kepalanya saja, ari sudah mulai mau menangis, kedua matanya basah namun masih terpejam.
aku mulai menindih ari, aku lumat binirnya, aku jilati lejernya, aku susu lagi kedua payudaya ari yang mulus tanpa lecet itu.

"ammmm….sayang…." ari mulai mendesah lagi
"ahkkk…..tak papa sayang, lanjutkan" pinta ari ketika aku mulai mengeluarkan dan memasukkan penis lagi.
Kini setelah kepala penis masuk, agak lebih mudah, sedikit lama namun pasti batang penisku mulai masuk, hingga aku merasakan selaput ari, selaput itu tersondol kepala penisku, sama seperti milik istriku, selaput itu terasa tebal, mungkin akan banyak darah yang keluar.
"ari, aku sudah sampai didepan selaput daramu, sekali tekan kamu akan resmi tidak perawan lagi."
"lakukan om sayang"
"tapi ini bagian yang paling sakit, karena harus dihentak"
ari mengambil napas dalam, dibuangnya dalam dalam, mengambil lagi, dan lagi.
"lakukan sekarang om, aku siap"
Akupun menarik penisku sampai setengah lobang, dan memasukkannya sampai menyentuh selaput, lalu menariknya lagi, dan memasukkannya dengan cepat, aku hentakkan penisku sampai mentok, pangkal pahaku bertemu pangkal paha ari, penisku masuk semua. aku rasakan robeknya selaput ari, terasa sampai hati. Aku diamkan didalam sana penisku, agar vagina ari terbiasa dan dapat menerima penisku dengan suka cita.

"ahhhhhhhhh….sakit sekali….." teriak ari kuat,
mukanya mengkerut, matanya melotot keatas, airmatanya berlinangan, namun tidak terdengar tangisan ari.
Diusapnya mukaku, pipi, bibir, kening, seakan dia sedang merekam wajahku. ditariknya kepalaku, dikecupnya keningku, kemudian bibirku, ari tersenyum sambil beruraian air mata.

"selamat ya sayang, kamulah yang terpilih mendapatkan perawanku" kata ari sambil menahan tangis,
"terima kasih sayang" balasku sambil mengecup keningnya juga bibirnya.

ari tak tahan lagi menampung isaknya, dia menangis sejadi jadinya, aku usap rambutnya, pipinya. Airmatanya nakin banyak yang keluar. Penisku masih keras didalam memek hangat ari. Tangisannya membuat memeknya bergetar, ohhh, enak sekali"

"maaf ya om, aku bukannya menyesal, cuma gak tau kenapa" ucap ari sambil terisak, tangisnya mulai mereda.
"tidak apa apa, wajar aja seorang gadis semuda kamu nangis seperti itu setelah diperawani. apalagi punyamu sempit banget" hiburku
"punya om tu yang kebesaran"
"mosok si, kamu kan baru kenal punya pacar kamu yang seumuran kamu, diluar sana masih banyak kok penis yang lebih gede dan lebih panjang dari punyaku."
"ih serem ah, ini aja sakit banget"
kamipun tertawa bersama

"lanjutkanlah om"
"iya"

Aku mulai mencabut panisku, memasukkan lagi, pelan sekali,

"ahhh. perih om…"
"tahan, kalo sudah basah nanti enak kok"
" iya om"
tak butuh lama untuk ari basah lagi, penis keluar masuk ditambah ciuman di bibirnya, dilanjut disusunya payudara indah ari, mambuat ari mulai mendesah.

"ahh… mulai enak ….tapi pelan aja"
aku tak menjawab, tapi aku turuti permintaannya,

"ohhhh...terus sayang,....."
"ommmm….sayanggggg...enak………"
tangan dan kaki ari mulain menegang, didaatinya puncak kenikmatan,
"ahhhh….terussa…..aom….ennnn…..naaakkkkkk…."
"ommmmsayang….hebaaaatttt…..***kkk sakkkiiitt laaa….giiiii…...ahhhhhh"

ari pun mendapat orgasme kedua.
cukup lama ari menegang, dijambaknya rambutku dengan kedua tangannya. Aku merasakan ada yang mengalir agak kuat mengeni penisku, ada yang muncrat rupanya, lain sekali sama istriku.

"ahhh...ahhh...ahhh" nafas ari memburu.

Aku cabut penisku, ari nampak kecawa, tapi biarlah, aku masih sanggup membuatnya keluar sekali lagi. aku elap penisku di handuk kecil dipantat ari, aku kaget, banyak darah berceceran di handuk putih itu, belum lagi yang di pinggiran vagina ari, aku lap batangku, bekas merah tertinggal di handuk, lalu aku lap vagina ari, lebih merah lagi bekas yang tertinggal. Aku belum pernah dapat perawan dengan darah sebanyak ini.
Aku coba tenang dan tidak memberitahu ari. nanti saja batinku.

"ari mau coba diatas, atau mau nungging saja?" tanyaku,
"aku lemes om, kayak gini aja boleh enggak" pintanya memelas.
"boleh"
"makasih"


aku beranjak turun ranjang, kuambil sebotol air mineral, aku minum sebagian, dan aku kasih ke ari sisanya, ari meminumnya sampai habis.

"makasih om"
aku tinggalkan ari yang berbaring kembali, kuambil tas kerjaku, kukeluarkan plastik berwarna putih bergambar tawon besar. ada kondom yang kubeli di perjalanan tadi. kubuka bungkusnya, kuambil satu dan memasangnya, sengaja aku tidak perlihatkan ke ari, nanti dia cari lagi warung buat hadiah cowoknya.

"apa itu om yang di penis om" tanya ari yang melihat kondom ketika aku kembali naik ranjang,
"kondom ri, jangan pernah beli ya sebelum kamu menikah, kalo ada cowok bawa ini ketika lagi berdua sama kamu, baiknya kamu kabur aja" lagi lagi aku sok bijak. Tapi, walaupun daerahku bukan daerah agamis seperti aceh, siapapun tidak akan bisa beli kondom di apotik atau market tanpa menunjukkan ktp berstatus menikah.
"iya om, itu biar tidak hamil ya waktu keluar mani om didalam" tanya ari polos
"iya" jawabku
"makasih om sayang, perhatian banget si, kalo aku jadi cinta gimana"
"ya kita ML lagi aja kalo cinta"
"yeeeee, yuk ML lagi" goda ari yang sedang mengangkangkan pahanya

Aku posisikan kembali penisku, dengan pelan, penisku masuk kelubang mantan perawan ari, sempit terasa, seperti kulit vaginanya ikut terbawa masuk.

"ahhhh…..kok perih lagi" tanyanya sambil menahan sakit
"tahan, kayak tadi ri,"
"iya sayang"
untung kondom yang aku beli berpelumas banyak, jadi lebih cepat membantu ari mencapai rasa enak.
"ahh..mulai enak sayang….terus sayang...pelan dulu aja…." pinta ari.
aku keluar masukkan pelan, enak sekali memek ari, sempit, berkedut, dan menyedot penis sangat kuat.
"enak memekmu sayang" rancuku
"kontolmu enak juga sayang" jawabnya
"mulai nakal ya"
"kan sayang yg bikin aku na….kal"
"ehhhh….minta dihukum ni"
"mau ding sayang….ahhhh..emmm"

"ahhhh...ahhhhh.ahhhh" teriak ari ketika aku percepat genjotanku, rancau ari memenuhi ruangan hotel yang cukup luas,
"ommm...sa...yaaaaa...ngg….ena…..akkkkk.."
"ommmm...aku...maaa...uuuuu...keluar….lagi…" teriak ari.
orgasme ketiga ari, membuat memeknya mencengkram kontolku sangat kuat, jebol pertahananku.
"aku juga keluar sayang,......ahhhh…." crot crot crot, pejuku keluar didalam memek ari, untung ada kondom super tipis namun super kuat.

"enak sayang, makasih ya" kukecup kening ari
"iya sayang, aku juga enak banget, makasih ya sudah perhatian, tidak kasar, aku bahagia perawanku om yang dapat" senyum ari.

Kamipun berbaring bersebelahan, masih telanjang, nampaknya ari sudah tidak malu lagi.

"sayang, coba kamu tengok handuk dibawah pantat kamu,"
"kenapa" jawab ari sambil bangun,
"udah gak malu lagi sayang?" tanyaku sambil meremas susu ari yang mulai tergantung karena ari bangun dengan membungkuk.
"kamu sudah nikmati semua sayang, untuk apa malu, malu si tapi biarlah"

"astaga, ini darah perawanku? kok banyak banget"
"iya, kalo mau buat kenang kenangan bawa pulang aja, kalo enggak masukan plastik, nanti dibuang.
"buang aja, serem, darah"
aripun kembali berbaring, dipeluknya aku, dia berbaring miring berbantal dadaku.
"nyaman sayang, aku bahagia"bisik ari,
"nikmatilah sayang"

tak lama hp ari berdering, kamipun terkaget, ari dengan cepat mengambil hp nya, dia melihatku agak cemas.

"kawan sekosan aku om"
"angkat aja, bilang aja kamu pulang"
"iya"
"di speaker ya"

"halo"
"halo, risa dimana"
"aku pulang, masf gak ngabari"
"oh, yasudah, aku kira diculik atau nyebur laut karena gagal tray out"
"aman kok"
"ya udah ya, salam buat ibunya risa"
"iya makasih ya" telepon dimatikan

"risa? " tanyaku penasaran.
"namaku kan risa sayang, arisa nugraheni, kan tadi siang aku sms"
astaga, belum dapat perawan risa yang riska malah dapat yang ari bernama risa.
"dari kecil aku dipanggil risa, karena kalo ari mirip tetangga aku yang namanya ari juga" jelas risa.

"Ya sudah, aku panggil ari saja"
"sayang aja" pinta ari manja
"iya sayang"
"mandi gih, habis itu kita makan diluar"
"pesan lagi aja ya, sepertinya aku susah jalan"
"iya sayang"
Aripun menuju kekamar mandi dengan ngangkang, dia mandi cukup lama, terdengar tangis didalamnya, aku biarkan saja emosinya tumpah disana. Kasihan dia Gadis muda yang harus menjual perawannya demi sekolah, dia jual masa depannya demi masa depan yang lain.

Ari keluar kamar mandi dengan telanjang, terpincang dan ngangkang, matanya agak sembab.
"masih sakit sayang"
"iya sayang, perih"

Aku peluk ari, pelukan kasih sayang, dibalasnya pelukanku, ari kembali menangis sejadi jadinya, dadaku basah oleh air mata ari, aku biarkan, ini memang berat sayang. Kita pelukan cukup lama, sama sama telanjang.

"bangun lagi om?, masih mau lagi ya?"
"makan dulu aja"
"iya, perih banget punyaku om, tapi senang"
akupun mandi setelahnya.

Selepas makan, kami tertidur berdua tidak ada pengewean kembali hingga pagi. Kami tidur telanjang bulat dibawah selimut tebal, ari memelukku, dijadikannya dadaku sebagai bantal, nyaman katanya. Kejadian ini persis seperti aku habis perawani istriku dimalam pertama kami. Persis seperti suami istri dimabuk cinta dimalam pertama.

Paginya aku harus menghadiri kegiatan di sebuah kementrian didekat lapangan banteng, ari aku tinggal beserta beberapa uang tunai kalo dia mau jajan diluar. Tapi sebelum berangkat, ari meminta izin untuk meberiku service, dioralnya penisku hingga keluar dimulutnya, ari muntah karenanya, ini pengalaman pertamanya, pengalaman yang tak akan terlupakan.

Selama dijakarta ari aku garap hanya dimalam hari, dua kali hingga tiga kali setiap malam, banyak gaya dan tempat kami praktekkan. Dihotel, ditempat karaoke, dibioskop aku disepongnya. paginya aku tinggal kerja, siang hari aku bolos, kuajak ari jalan jalan, banyak destinasi wisata di sekitar sini, tak lupa aku belikan ari baju, aksesoris, dan apapun yang dia minta. Ari nampak bahagia sekali, beberapa kali dia senangkan aku ditempat umum, seperti ngocokin, oralin, pernah sekali aku ewe di wc umum.

Dihari ketiga aku antar ari pulang, ari alias risa seperti tak mau terpisah dariku.

"Ari sayang, risa sayang, sayang sayang"
"iya om sayang"
"ini ada sedikit untuk kamu, om harap ini pertama dan terakhir ari seperti ini, kalo mau lagi nikah saja. Pasti lebih nikmat." sambil memberikan sebuah amplop tebal ke ari.
"iya om, semoga saja, makasih ya om sayang, om baik banget, perhatian, dan lembut, moga aja aku dapat suami kayak om, bisa sayangi aku juga puasi aku.
"ini isinya memang tak banyak, tapi semoga bisa membantu kamu, bisa kamu simpan, nanti setelah lulus bisa kamu pake modal usaha.
"makasih om"

Ari menangis kecil, ari matanya mengalir, tak mau pisah dengan yang telah mengambil perawannya.

"Om masih ingat pertama kali kita ketemu?"
"kenapa sayang"
Ari langsung menaikkan bajunya sekaligus bh nya, terpampang susu besar ari, masih bulat, namun kini penuh cupang merah dariku. Ari mengambil kedua tenganku, diletakkannya di kedua dadanya, ari memagutku, kami berciuman cukup lama dan sangat buas.

"om, aku minta yang terakhir"
"boleh"

Ari membuka kait celanaku, dikeluarkannya penisku, dioralnya dengan penuh kasih sayang.
"aku titip perawanku disini, mungkin kita bisa menyatukannya kembali" kata ari sambil tersenyum
Dilanjutkannya pekerjaan oral nya, sesekali kocokan membantu dikala ari pegal.
Maniku keluar tak banyak, cukup untuk membuat ari tersedak, ini kali kedua peju keluar dimulut ari. Ditelannya semua pejuku. Ari tersenyum manis, sambil menahan muntah.

Diambilnya hp nya, diperlihatkannya apa yang dia lakukan, dia mencari kontakku, namanya om mobil merah, dihapusnya kontak itu, dihapus juga riwayat telpon dan sms. Kini ari tak punya nomorku lagi.
Diambilnya secarik kertas di mobilku, kertas bekas dia tulis nomor hp nya. digulungnya dan dimasukkannya ke saku.

"hapus juga nomorku di hp mu sayang, biar kita jadi kenangan saja, kalo jodoh bakal ketemu kembali, aku pasti mau kalo diajak bercinta lagi sama om sayang, lain kali aku akan memberikan kepuasan untuk om tanpa ada yang kujual, jadi janjiku tak akan teringkari. Habis ini aku mau putusin pacarku saja, fokus ujian, apalagi dia selalu minta ml, minta perawanku, padahal aku kan dah gak perawan sekarang." minta ari sambil menangis.

Ari pun keluar dari mobil, dia berjalan menuju halaman kosnya, dilambaikannya tangannya padaku, masih terlihat tangisnya. Aku balas melambaikan tangan, ari pun hilang didalam bangunan kosnya.

Aku pacu mobilku, aku pulang menuju peraduan yang sebenarnya.

Semoga istriku tak curiga, karena pejuku sudah habis.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd