Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kau jual, Aku beli. TAMAT [No Quote]

Status
Please reply by conversation.
Episode 19


apakah aku sudah mati?
ataukah aku hidup kembali menjadi seonggok slime?
ataukah aku hidup kembali untuk berpetualang bersama dewi sableng?
ataukah aku mengulang kembali kehidupanku ketika aku mati?

ah, aku rasa itu tidak mungkin.

hanya langit-langit putih yang terlihat, lengkap dengan lampu putih terang berbentuk bulat melingkar tepat diatasku.

aku dimana?
apakah suaraku terdengar oleh siapapun kalian? tanyaku

dua sosok berbaju putih datang menghampiriku, samar terlihat senyum dikeduanya, satu berjalan ke sisi kananku, satu ke sisi kiriku, inikah perjalanan ke akhirat, inikah kedua malaikat legendaris dengan pertanyaan legendarisnya, pertanyaan yang sudah diketahui banyak orang, namun tak semua bisa menjawabnya walaupun punya contekan jawabannya.

semakin jelas keduanya terlihat, sosok manusia setengah baya, berbaju putih, berdada besar. tunggu, keduanya wanita? aku tak pernah dengar risalah malaikat berwujud wanita, kalau kakek tua, remaja ganteng, itu sering kudengar.

kupejamkan mataku, berharap penglihatanku bisa semakin fokus. kubuka kembali mataku, semakin banyak orang yang datang menghampiriku, kini berbaju biasa, seperti batik, juga kaos.

"aku dimana?" tanyaku lagi, kali ini aku mendengar sendiri ucapanku yang terengah dan terbata

seorang wanita langsung berlari memegang tanganku. hangat ini, sensasi ini, aku hafal sangat. ini ibuku.

"ibu…..?"
"iya mas… ibu disini?"

kedua wanita berbaju putih meninggalkan kami, seorang sempat tersenyum padaku. kini aku tau keduanya adalah suster perawat. rasanya aku dirumah sakit.

aku lemas, rasa nyeri di tengkukku semakin terasa, juga nyeri di pelipis kiri, juga di dada, juga di tangan kiriku. ku lirik diriku, kakiku masih ada dua, tanganku juga dua, namun yang kiri terbalut perban tebal. jariku masih utuh dan dapat kugerakkan.

kusentuh pelipisku, sebuah kain kasa menutupinya. sedang aku tidak dapat menyentuh tengkukku, karena ada penyangga leher terpasang.

lama aku mengingat apa yang terjadi, aku langsung teringat nur yang diseret, risa dan fitri yang terbaring bersimbah darah.

semakin banyak orang yang datang menghampiriku, semua tersenyum penuh haru, semua menyelamatiku. tapi tak ada satupun yang menjawab pertanyaanku. apa yang sudah terjadi?
banyak mereka bercerita ini-itu, namun semua hanya basa-basi, ada sesuatu yang mereka tutupi. aku hanya bertanya apa yang terjadi? dan tak ada yang menjawabnya.

hingga semua terdiam, semua saling menatap. mata ibuku mulai mengucurkan air mata. kenyataan pahit mulai beliau tuturkan.

aku pingsan dua hari dua malam.

rumahku kemasukan rampok, nur dan caca tidak tau dimana sampai sekarang, perampok itu menusuk risa dan fitri sekaligus. menusuk perut risa hingga tembus menusuk fitri dibelakangnya. risa meninggal ditempat, sedang fitri masih kritis dirumah sakit ini juga.

risa sudah dimakamkan siang harinya setelah kejadian itu.

ya Tuhan. ucapku. semua seperti mimpi, semua menjadi putih kembali, aku terjatuh, pingsan kembali untuk kedua kalinya. namun tidak lama, hanya beberapa jam.

=

pagi hari, pagi yang kelam, badanku masih lemas, namun sudah lebih bertenaga. pagi ini ada seseorang yang menjengukku secara spesial. Pak Sugeng, polisi tetanggaku, seorang polisi yang baik hati dan merakyat. dengan raut muka serius, banyak yang ia ceritakan mengenai kejadian diruhamku. kasus perampokan dengan pembunuhan. pelaku belum diketahui, beberapa barang dirumah hilang, termasuk ponsel milikku. pelaku tidak banyak mengambil barang karena keburu ketahuan warga yang datang setelah rombonganku pulang dari masjid berteriak meminta tolong. pelaku menyabitkan parang untuk menghindari warga dan kabur.

"saya turut berduka mas, namun semua harus dilanjutkan"
"iya, harus dilanjutkan pak"
"mas ada petunjuk?"
"sedikit. nur dan caca menghilang"
"ada cctv dirumah mas, kami tidak bisa akses karena terkunci" ujar pak sugeng
"iya, nanti aku berikan copyannya, asal bisa dipercara memegangnya"
"aku jaminannya mas" tegas pak sugeng
"aku percaya pak" jawabku

sore harinya, aku diijinkan pulang. sebelum pulang aku menjenguk fitri. jaka dengan setia menemaninya disana. kita berpelukan, kuutarakan maafku ke jaka dan fitri, jaka sama sekali tidak menyalahkanku sedikitpun, apalagi jaka tau aku kehilangan risa.
jaka bercerita, kandungan fitri rusak parah, sehingga harus diangkat. fitri kehilangan anak pertamanya, sekaligus anak terakhirnya. jaka berjanji tidak akan meninggalkan fitri hanya karena itu.

sesampai dirumah, ada keluargaku yang menunggu. pak sugeng dan seorang polwan dan dua orang polisi berpangkat cukup tinggi namun masih dibawah pak sugeng mengawalnya.

setelah basa basi. aku antar pak sugeng dan seorang polwan menuju ruangan kerjaku. kita akan membuka rekaman memilukan malam itu.

aku kuatkan hatiku. kupotong dan kuambil sebuah rekaman berawal dari jam enam sore hingga tengah malam dihari itu. setelahnya aku putar disaksikan kedua polisi dibelakangku.

miris kulihat rekaman itu. rekaman dimulai ketika kami bersantap buka puasa, semua nampak mengalir tak ada yang mencurigakan, selain nur yang selalu mondar-mandir dan melihat jam di dinding.

berikutnya semua bergegas ke masjid untuk sholat isya dan tarawih. hanya ada nur, risa dan fitri yang masih sibuk mencuci piring dan menyiapkan hidangan untuk makan malam setelah tarawih. selesai menyiapkan semuanya, risa dan fitri menuju ruang depan, ruang tamu, sedang nur kembali ke kamar caca, sesekali ia mondar mandir di dapur.

jam delapan malam lebih, seharusnya tarawih hampir selesai, nur berlari kearah pintu, dengan hp masih menempel di kuping kirinya. nur membuka pintu, terlihat lima orang berpakaian preman masuk dengan cepat. seorang diantaranya seperti sedang beradu mulut dengan nur. sesekali nur didorong dan ditampar.

semua yg masuk langsung menelusup kedalam rumah, masuk kamar dan mencari sesuatu. seperti mendengar keributan, risa dan fitri datang dari belakang dengan tergesa. segera orang yang beradu mulut dengan nur menusukkan golok panjangnya ke arah perut risa, tembus mengenai fitri dibelakangnya. langsung ditariknya goloknya, risa dan fitri langsung tersungkur ditempat. nur seperti histeris, memeluk risa dan fitri.

beberapa menit kemudian aku datang, rupanya ada orang yang kebetulan dibalik pintu, memukul tengkukku dengan gagang sabit. aku langsung tersungkur. orang yang menusuk risa keluar dari kamar caca, membopong caca, menyeret nur. caca memberontak keras.

tepat ditempat aku terjatuh, orang tersebut masih sempat menendangku berkali kali.

tak lama ia seperti memberi komando, semua orang langsung keluar rumah dengan cepat, orang tadi memungut hp ku yang terjatuh didekatku. menyabitkan golok panjangnya untuk membuka jalan, sepertinya banyak orang diluar sana.

kuserahkan kontrol pc ke pak sugeng, aku terduduk melihat semua kejadian tadi, hanya berlangsung sepuluh menit tidak sampai, namun ia merebut segalanya.

pak sugeng membolak balik rekaman tadi.

"tunggu pak!" pintaku
pak sugeng menghentikan vidionya, aku kembalikan beberapa detik sebelumnya.
"anak pintar" ucapku

caca menarik penutup muka orang yang menusuk risa dan fitri. orang yang membopong caca dan menyeret nur.

"itu kan….." kata pak sugeng
"iya, tak salah lagi pak."

cctv ku memang tidak menangkap suara, namun memiliki kualitas video yang bagus. wajah pelaku terlihat dengan jelas. ia tak lain dan tak bukan adalah mantan suami nur, iwan.

segera kuambil hp baruku, yang tadi sore aku beli sekalian pulang dari rumah sakit, terlihat download dan sinkronisasi data sudah selesai.

kubuka aplikasi peta, kuperhatikan tiga titik berwarna berbeda yang ada diujung peta, tiga titik yang berdekatan, bahkan menyatu.

"kamu tau iwan dimana?" tanya pak sugeng ketika melihatku tersenyum jahat

kuperhatikan pak sugeng, kutatap tajam matanya. aku yakin ia melihat iblis didalam mataku.

pak sugeng langsung memerintahkan bu polwan untuk keluar, dan meminta seorang polisi temannya untuk datang. polisi yang datang bernama pak ilham. berperawakan tinggi besar, bajunya tidak dapat menutupi ototnya yang menyembul kekar.

"kamu tau dimana iwan mas?" tanya pak sugeng ulang
"ya, sepertinya" jawabku singkat
"aku tau yang kamu rasakan, aku tau dendammu, tapi semua harus diselesaikan dengan hukum" lanjut pak sugeng
"hukum yang seperti apa?" tanyaku

pak sugeng terdiam sejenak, ditatapnya pak ilham, sepertinya beliau adalah bawahan setianya.

"berikan empat orang sisanya, iwan, yang menusuk bu risa dan bu fitri jadi milikmu"
"oke" jawabku pasti.
"tapi kita lakukan sesuai cara kami, mas tau balas dendam"
"ya"
"kapan?" tanya pak ilham
"sekarang" kataku memaksa, sambil menunjukkan indikator salah satu titik yang menunjukkan hanya tersisa 8% daya.

pak ilham langsung menelefon entah kemana, tak lama dua mobil datang kerumahku. keduanya mobil biasa ber plat hitam. didalam mobil pertama penuh dengan orang berperawakan seperti pak ilham, namun lebih urakan. dari penjelasan pak ilham ia adalah algojo anak buah bos besar salah satu mafia di kota ini. bos nya kenal baik denganku, karena dulu aku sering membantu memuluskan proyek dia, jadi ketika pak ilham minta tolong untukku langsung dikasihnya anak buah terbaiknya.

dimobil kedua ada dua orang yang juga anak buah bos besar. setelah aku berpamitan dengan keluargaku, aku dan pak ilham menaiki mobil kedua, sedang pak sugeng menunggu dirumah bersama bu polwan.

diperjalanan aku telfon jaka, mau mengajak jaka, namun jaka tidak mau ikut, hanya titip pesan agar jeroan iwan harus dihamburkan hingga tak tersisa.

di perjalanan aku tak sabar ingin menuntaskan segalanya.

iwan, mungkin Tuhan akan mengampunimu, tapi aku tidak.

kau jual, Aku beli. berapapun harganya.

setengah jam perjalanan, kami mendekati titik yang ada, tiga titik beda warna. warna pertama adalah titik lokasi ponselku yang hilang, titik kedua adalah titik ponsel nur yang aku hadiahkan beberapa waktu lalu, dan titik ketiga adalah posisi jam pintar milik caca. ketiganya berada di satu tempat.

sebelum sampai, kita mendatangi polsek terdekat, dan bantuan satu mobil penuh polisi dengan senjata lengkap mengikuti kami.

kita parkir beberapa puluh meter dari rumah tersangka, rencana yang disusun pak ilham, terdengar sempurna.

semua orang langsung bergerak senyap, mengelilingi rumah tersangka, menutup semua celah yang dapat digunakan untuk kabur. sedang aku dan pak ilham berada di pintu depan menunggu aba-aba.

"apa prioritas pak?" tanya pak ilham
"caca anakku, nur kalo bisa, sisanya asal iwan jangan mati, karena aku yang harus mematikannya" jawabku
"ok" jawab pak ilham

aku dan pak ilham bergerak menuju jendela di depan samping rumah, kita bisa mengintip sedikit apa yang ada didalam.

tak banyak yang ada didalam, rumah kecil dengan sedikit kamar.

terlihat caca tertidur diujung ranjang. ditengahnya, terlihat jelas nur sedang tergeletak tak berbusana, dada kecilnya naik turun dengan cepat, nafasnya memburu. nur kadang meremas sendiri dada kecilnya, memelintir puting nya yang hitam besar.

tak lama, seorang laki laki menaiki tubuhnya, menyorongkan kontol yang lebih panjang dariku, namun tak berbeda diameternya. pria itu menyodorkan kontolnya. dengan perlahan nur membuka mulutnya. dimasukkannya kontol itu ke mulut mungil nur, perlahan kontol memasuki lubang mulut nur hingga hampir terbenam semuanya. nur tersedak, hampir muntah. pria itu memaju mundurkan kontolnya, nur dengan telaten menghisapnya, terlihat lidahnya seakan menari mengitari kontol didalam mulutnya.

suara desahan laki laki itu samar terdengar. nur memang pintar mengoral, aku sudah membuktikannya. namun kali ini aku malah jijik melihat nur telanjang. jijik melihat mulutnya disumpal kontol entah milik siapa.

wajah lelaki itu tidak terlihat, karena keterbatasan pandang kami yang hanya mengintip melalui celah jendela yang tidak tertutup sempurna.

tak lama laki laki itu turun dari badan nur. nur terbatuk, hampir muntah ketika mulutnya terlepas dari sumpalan kontol yang cukup panjang. batuknya hampir membuat caca terbangun.

lelaki itu mendorong nur lebih ketengah, tubuh nur terlihat telanjang sempurna, kakinya dilipat mengangkang. lelaki itu langsung mengarahkan kontolnya ke vagina nur. vagina kecil yang setengah tahun menghiburku.

sekali hentak kontol itu masuk ke vagina nur. dengan cepat dipompanya vagina mungil nur. dipompa dengan cepat. tubuh nur sampai terhentak berkali-kali, desahan keduanya memenuhi ruangan.

nur mendesah makin kuat, kepalanya menggelinjang kekanan dan kekiri.

lelaki itu juga mendesah makin kencang, direbahkannya badannya menindih nur. mempercepat sodokan kontolnya di vagina nur. keduanya memburu mendesah.

si lelaki menolehkan kepalanya, terlihat jelas. dia iwan.

pak ilham menolehku, aku mengangguk kepadanya.

pak ilham memberi isyarat kepada anak buahnya. isyarat tangan yang agak panjang, entah apa artinya.

semua anak buah pak iwan langsung bersiap, sebagian bersembunyi di titik buta dari dalam rumah.

seorang mengetuk pintu depan dengan keras, beberapa bersiap di sebelahnya mengendap.

ketokan pertama membuat iwan menghentikan genjotannya, bangun dari atas tubuh nur. nur pun duduk disebelah iwan. tubuh nur terlihat membelakangi kami, punggung halusnya terlihat begitu indah, namun aku jijik melihatnya.

iwan seperti sedang waspada, manunggu keadaan berikutnya.

ketokan kedua terdengar tak kalah kuat.

iwan menyodorkan kontolnya ke mulut nur. nur pun mengulumnya kembali. tak lama kemudian ketokan ketiga terdengar.

iwan melepas kontolnya, mengambil celana dan memakainya, lalu kedepan.

nur ditinggal sendiri, merebahkan badannya. dadanya yang putih mulus terlihat kembali, bergerak naik turun dengan dihiasi beberapa bekas cupang dikeduanya. tubuh yang dulu kupuji, kini ingin aku meludahi.

tak lama terdengar keributan didepan, iwan ditangkap. nur disuruh memakai baju dan ikut diamankan. sedang caca sekarang berada dipangkuanku. ponsel lamaku kutemukan, kubawa serta ponsel iwan dan nur.

drama penangkapan iwan tidak terlalu rumit, golok yang dibawa iwan untuk menusuk risa juga mudah ditemukan. kini dengan sedikit paksaan dan siksaan iwan membeberkan keempat rekannya. kamipun bergerak menuju tkp.

belum tengah malam kurasa, dingin mulai menusuk tulang hingga menembus hati.

keempat kawanan iwan sudah ditangkap. keempatnya langsung dibawa ke kantor polisi, sedang iwan sesuai perjanjian menjadi milikku.

malam ini, dimobil yang aku tumpangi, hanya ada aku dan caca, iwan, nur, pak ilham dan tiga anak buah bos besar dimana yang satu menjadi pengemudi. entah kemana akan dibawa kami, karena semakin lama semakin masuk kedalam kawasan hutan.

hampir satu jam, akhirnya kita berhenti dipinggir sebuah waduk kecil ditengah hutan. semua penumpang dikeluarkan. iwan dan nur yang masih di borgol juga turut digelandang. gelap malam ditengah hutan terbelah cahaya lampu depan mobil yang menyinari dengan silaunya.

dipinggir waduk, ketiga anak buah bos tak hentinya meninju iwan, aku hanya menyaksikan sambil menginjak nur yang terus meronta, menangis tanpa henti.

"PUAS KAU NUR?" teriakku
"ampun mas….. ampun mas……" tangis nur
"MINTALAH AMPUN PADA RISA DAN FITRI"
"ampun mas……" tangis nur makin jadi

kudatangi pak ilham, kutitipkan caca padanya.

kuambil sebuah besi dimobil yang biasa dipakai untuk ujung dongkrak. ujung salah satunya agak runcing, bisa untuk mencongkel ban. aku berjalan pelan kearah iwan yang sudah babak belur. kutendang dadanya keras, iwan terbatuk.

kupandang nur yang masih tergeletak dengan tangisnya. kuludah kearahnya, namun jarak tidak memungkinkan menyampainya. kupandang ketiga algojo anak buah bos besar.

"kalian mau pakai lacur tu?" bisikku agak keras
"serius bos?" tanya ketiganya kegirangan
"iya, lacur dia" jawabku

ketiga algojo itu memandang pak ilham, dengan sebuah isyarat ketiganya teriak kegirangan. pak ilham juga hanya senyum.

kutendang kepala iwan, terpelanting membentur pinggiran waduk. iwan terkelepar, darah keluar dari hidungnya. kutendang lagi dadanya, iwan terguling sedikit.

kulirik nur, sudah telanjang, bajunya sudah berada diujung tangan tersangkut borgol dan celananya sudah terhempas jauh. seorang algojo dengan sigap melahap vaginanya, nur tidak dapat melawan, tenaganya tak cukup untuk melawan ketiga pria besar itu. seorang lagi memegang kepalanya, diarahkan kontolnya menusuk mulut mungil nur. tak ada lagi suara yang keluar, hanya air matanya mengalir begitu deras.

kupukulkan besi yang aku pegang, mengenai tempurung kaki iwan, aku yakin sekali pukul ini meremukkan kakinya. iwan berteriak kesakitan, dipegangnya kakinya sambil berguling kekanan kekiri.
"ini karena kau berani masuk rumahku" teriakku

kuayunkan kembali besi kearah iwan, bagian runcingnya mengenai pelipis iwan, darah segar mengucur pelan. iwan semakin meringis, berteriak keras.
"ini karena kawan kau berani memukulku"

teriakan iwan bersahutan dengan teriakan nur. kulihat seorang algojo sedang menggagahi vagina nur, terlihat kontol yang cukup besar, aku yakin nur kesakitan lahir batin. seorang algojo lain mendatangi nur, langsung menyusu di dada kecil nur, sedotan kasar bergantian di kedua dada nur. nur manangis, berteriak, meminta tolong pada iwan dan padaku.

aku tersenyum sinis, kuhujamkan besi runcingku keperut iwan, tembus dari perut atas ke perut bawah. iwan terbelalak. nur menjerit histeris melihat iwan tertusuk. tangannya ingin menggapai namun jarak sangat jauh diantara keduanya. sedang pahanya masih dipegang begitu kuat, vaginanya masih dihujam kontol besar berkali kali.
"ini untuk risaku tercinta"

kuangkat besi tadi. iwan muntah darah. ususnya ikut keluar bersamaan besi aku cabut. aku hujam lagi disebelah lubang diperut yang aku buat sebelumnya, tidak tembus namun membuat lubang kedua di satu sisi. aku tarik lagi, usus iwan berhamburan.
"ini untuk fitri dan anaknya"

sebagai penutup, aku pukulkan besiku ke perut iwan. aku yakin beberapa rusuknya patah. iwan mengerang, muntah darah. mati.

seorang algojo yang tadi memeperkosa vagina nur mendatangiku.

"terima kasih bos, legit banget, biniku kalah total" pujinya sambil mengancingkan celana jeans nya
"ya" jawabku singkat
"selesai bos?" tanyanya lagi
"sudah. mati dia"
"hahahaha, oke bos, sisanya biar aku yang urus" jawab algojo sambil menyambut besi berlumuran darah yang ada ditanganku

aku berjalan lunglai. aku sering menghajar orang, namun baru sekali ini membunuh, apalagi dengan sebrutal ini.

aku hampir terjatuh, bersandar di mobil yang terparkir rapi. kulihat nur yang vaginanya sedang diperkosa algojo kedua, sedang mulutnya sibuk diperkosa algojo ketiga. walau sedang sibuk diperkosa, mata nur terus tertuju pada iwan sedang dimutilasi sang algojo pertama.

pandanganku kembali kabur, perutku mual sejadinya. aku muntah ditempat, semua isi lambungku keluar tanpa sisa. kudengar pak ilham hanya tertawa keras, diiringi ketiga algojo.

selesai muntah, perutku mulai enakan, pandanganku mulai kembali. kuambil ponselku, kukirim pesan pada jaka, pesanannya sudah tuntas, kutulis.

jalanku masih gontai, kudatangi pak ilham yang masih asik bermain dengan caca yang ada di gendongannya sambil melihat nur diperkosa. kugunakan bahu pak ilham sebagai pegangan agar tidak terjatuh.

"sudah?" tanya pak ilham
"iya"
"pertama kali?"
"hah?"
"pertama kali bunuh orang?"
"iya"
"wajar, aku dulu juga begitu, pertama kali bunuh orang, seminggu mual tidak bisa makan"
"tapi aku puas"
"baguslah, sekarang mau diapakan nur?"
"belum tau"
"oke" jawab pak ilham

algojo kedua selesai menyetubuhi vagina nur. disemburkannya maninya direrumputan. dipakainya kembali celananya, kemudian membantu algojo pertama.

algojo ketiga membalik badan nur. nur terkulai lemas tanpa perlawanan. algojo ketiga menunggingkan nur, disodoknya vagina kecil yang mulai melar dari belakang. sang algojo tak segan menghujamkan kontolnya dengan kecepatan tinggi. nur hanya menangis sambil sedikit mendesis. air matanya terus berlinangan. mulutnya terbuka sedikit. dadanya bergoyang seirama genjotan algojo.

kedua algojo yang lain mulai melempar potongan tubuh iwan, dilempar ketengah waduk. langsung terdengar gemuruh dibawah sama. kata pak ilham itu buaya yang sedang dikasih makan. setelah selesai melempar pakan, sang algojo membersihkan sisa kekacauan. semua dibersihkan tanpa meninggalkan jejak.

kedua algojo mendekatiku, memberi isyarat semua sudah beres. tinggal menunggu algojo ketiga menikmati nur.

sedari tadi nur dibolak-balik, diperkosa dengan segala gaya. sekarang nur hanya terbaring tanpa dapat melawan, tangannya tergelepar tak berdaya, hanya tubuhnya naik turun terhempas goyangan sang algojo. diremasnya susu kecil nur, si algojo menyusu di susu satunya, diangkatnya kedua kaki nur, diletakkannya di pundak sang algojo.

didekapnya kedua paha nur, kontol algojo terus menghujam tiada henti. kawan yang lain hanya bisa menyaksikan sambil sesekali mengumpat.

tiba-tiba algojo berdiri, dibukanya mulut nur paksa, diarahkannya kontolnya yang basah kedalam mulut nur. sambil meremas susu nur, sang algojo menyemburkan maninya ke mulut nur, nur tak bisa lagi mengelak, tak bisa melawan, ia tak punya tenaga lagi.

sang algojo berdiri, membersihkan kontolnya, dan memakai kembali celananya.

nur muntah menerima kontol dan mani asing. diraihnya baju nur, ditutupinya dada dan vaginanya seperti memakai selimut. nur terus menangis tanpa suara, air matanya bercucuran tanpa henti.

pak ilham memberikan caca padaku, kugendong penuh perasaan. caca mulai tertidur.

pak ilham mengecek TKP sekali lagi, sambil menyuruh para algojo memakaikan baju dan celana nur. setelah diyakini aman, badan iwan juga sudah dikunyah penghuni waduk, semua kembali ke mobil. nur dipapah karena sudah tidak memiliki tenaga dan kemauan hidup.

dimobil aku dekap caca sambil memainkan kepala nur yang tergolek di lantai mobil dengan kakiku. nur tak bersuara, namun aku yakin dia masih sadar. kuambil ponsel iwan, kubaca setiap pesan yang ada, aku lihat setiap foto yang disimpan, kuputar setiap video yang ada. setelah habis, aku lanjutkan dengan ponsel nur.

dari perpesanan yang ada aku simpulkan, nur dan iwan bertemu beberapa hari sebelum ia minta izin pergi. nur izin pergi kemarin bukan bertemu keluarganya, namun memang bertemu iwan sesuai yang direncanakan. selama bertemu, nur dan iwan bersetubuh berkali-kali.

iwan merencanakan perampokan dengan bimbingan nur kapan rumah kosong, nur bertugas memberi kode dan membukakan pintu. namun akhirnya iwan tidak sabar dan merampok lebih awal tanpa kode dari nur.

iwan berencana kabur bersama nur dan caca setelah semua selesai. kawan perampokan adalah kawan iwan yang memang biasa merampok perumahan kosong.

"sekarang bagaimana pak?" tanya pak ilham memecah keheningan
"bisa antar aku ke tempat Nyong?"
"bisa"

nyong adalah mucikari terkenal di kota ini. nyong yang juga seorang wanita asli manado, lebih perhatian kepada pekerjanya dibanding Aceng yang menganggap pekerjanya tak lebih dari dagangan pendulang uang.

sesampainya di tempat Nyong, melihat mukaku, anak buahnya langsung memanggil sang majikan. nyong sendiri yang menemuiku.

"oh... oh… oh… lama seng terlihat, ada apa ini?" tanya nyong dengan sedikit aksen ambon nya
"aku mau nitip dia nyong" jawabku
"nitip atau nitip, tukar juga bisa kalo untuk abang nya"
"nitip saja, perlakukan yang layak, selebihnya itu milik nyong"
"oke mas, kalo se mau ambil, tinggal bilang deng beta, kalo se mau pake, se tinggal mampir kesini"
"siap, terimakasih nyong"
"dangke abang"

sebelum aku pergi, aku bisikkan sesuatu ke nur, bisikan yang cukup sedikit keras.

"nur, aku kecewa sekali denganmu. baik-baiklah kamu dengan majikan barumu. caca akan aku rawat sebagaimana anakku sendiri, karena memang sekarang caca anakku. aku tidak akan bedakan caca dengan anakku yang lain. akan kubesarkan anak ini dengan penuh kasih sayang dan perhatian, tak akan pernah aku ceritakan siapa kamu dan siapapun dari kehidupannya sebelum ini. akan kubuat caca menjadi bunga yang sangat harum dan cantik, membuat siapapun akan terpesona melihatnya. dan ketika bungaku sudah tumbuh dan siap dipetik, aku pastikan aku yang akan memetiknya, caca akan menggantikan posisimu sebelumnya."

"tidak mas… jangan anakku… ampuni aku mas…. " jawab nur dengan sisa tenaganya
"tak perlu khawatir, aku akan memetiknya dengan lembut, tak mungkin aku melukai hati anakku sendiri." akhir ucapku

dan akupun pulang kerumah bersama caca diantar pak ilham dan ketiga algojo. sesampai dirumah ketiga algojo tidak mau aku belillri upah, semua adalah hadiah dari bos besar katanya. mereka tidak berani menerima serupiahpun. apalagi sudah bisa pakai nur, itu sudah lebih dari cukup kata mereka.

pak ilham langsung kembali ke kantor bersama pak sugeng dan bu polwan yang setia menunggu walau sambil tidur di sofa kamar tamu. kedua orang tuaku dan saudara lain masih tidur dikamar yang ada.

tubuhku kembali bergetar, aku kembali muntah kepikiran tubuh iwan yang dicincang dan dimakan buaya waduk.

"mas kenapa?" tanya wati mengagetkanku
"tidak papa, mungkin masuk angin, bisa toling tidurkan caca ti?"
"iya mas"

watipun menidurkan caca dikamarnya, tak butuh lama, karena caca sangat lelah dan ngantuk.

"mau aku kerokin mas?"
"boleh"
"aku ambil minyak dulu dirumah"
"eh, sekalian dirumahmu saja ti, nanti ganggu orang tidur"
"iya mas, ayo"

dirumah wati, dikamarnya, aku dikerokinya dengan telaten. dipijitnya tubuhku setelah dikerok. enak sekali.

setelah selesai, aku berbaring terlentang di kasurnya, wati membereskan peralatan lalu keluar membuatkanku teh manis panas. disuguhkannya kepadaku, aku minum perlahan, rasa nyaman dibadan mulai menjalar dari perut dan punggung.

"makasih ti"
"sama-sama mas"
"ti……" aku dekati wati, begitu dekat hingga nafasku terhirup oleh nafasnya
"iya masss….."

belum selesai wati menjawab, kulumat kedua bibirnya.
"emmmmm….,emmm…." wati seperti mau berbicara

tanpa melepas lumatanku, kudorong wati hingga terlentang kutindih setengah badan. terus kulumat bibirnya, kuremas dada kanannya yang tak tertindih.

wati mengimbangi lumatanku, kita berciuman cukup dalam dan lama.

ku lepas ciumanku, kita mengatur nafas yang memburu.

"mas kenapa?" tanya wati, sambil mengelus kedua pipiku dengan lembut
"tidak ti, tidak kenapa" jawabku sambil tetap meremas dada besar wati.

kembali kucium bibir wati, kembali kulumat dengan ganas, wati tidak menolak, justru wati ikut melumat bibirku.

kunaikkan baju daster wati, kunaikkan hingga buah dadanya terlihat utuh didepan mataku. wati tidak memakai bh. tanpa menunggu lama, langsung ku susu dada indah ini, kusedot dan kupilin putingnya dengan bibir dan lidahku. wati mendesah menikmati. tangan wati memeluk kepalaku, mengusap rambutku dengan desahan pelan dan tipis.

"mas…. enak….. ahhhh…. " hanya seperti itu yang wati desahkan.

sambil menyusu, kubuka sendiri celanaku, kulepas semua yang membelenggu kontolku. hingga kontolku yang layu ikut melihat kelakuan tuannya. kuambil satu tangan wati, kuarahkan ke kontolku agar memberinya sedikit perhatian. dengan cekatan wati mengelusnya, mengocoknya, membelainya hingga kontol yang layu kembali tegak sempurna.

kuturunkan celana wati, dibantunya dengan mengangkat pantatnya. selain tidak memakai bh, wati juga tidak memakai cd. langsung ku elus vagina tembem wati. kuelus searah celah nikmat ditengahnya. wati semakin mendesah, semakin keras, semakin sering.

kemaluan wati dengan cepat basah, memudahkanku memainkan lubang dan kacang di celah wati. wati menggelinjang kenikmatan, akupun menikmati susu wati sambil dikocokinya. tangan wati sungguh lihai.

aku duduk tegak disamping wati, kulepas seluruh permainanku, kuarahkan kontolku yang telah mengeras kemulut wati. tanpa banyak komando, wati tau akan maksudnya, dibukanya mulutnya dan disambutnya kontolku dengan sapuan lidah dan kecupan manis bibir wati. dioralnya kontolku dengan telaten. sesekali kontolku dimasukkannya semua seperti hendak ditelan.

enak sekali oralan wati, mengingatkanku dengan oralan risa ku tercinta.

kutarik kontolku. kubuka bajuku yang baru kupakai setelah dikerok dan dipijit. kuminta wati juga membuka semuanya.

"mas kenapa?" tanya wati kembali, sambil membuka semua yang menempel dibadannya.

kini kita telah telanjang sempurna, kulumat lagi bibir wati sembari menindih seluruh tubuhnya. aku benar-benar berada diatasnya. kubuka paha wati dengan pahaku, kuarahkan kontolku ke tengah selangkangannya. wati sedikit mengerutkan dahinya namun tidak menolak atau menghindar.

wati hanya berdiam ketika kontolku berhasil menyusuri celah senggamanya, menemukan lubang kenikmatannya, dengan pelan namun pasti, kontolku kubenamkan kedalamnya, kubenamkan hingga kedua paha kami bertemu, hingga selangkangan kami beradu.

"masssss" wati memanggilku dengan penuh kecemasan
kupandang wajah cantik wati, kunaikkan kepala dan badanku, kunikmati pemandangan wajah wati hingga ke dada nya yang terlihat sekaligus.

"aku tidak papa ti" hanya itu yang dapat aku ucapkan

wati mengelus wajahku kembali, kurasakan nyaman ketika tangannya mengelus kedua pipiku bersamaan. kurasakan nyaman juga ketika kontolku terjepit vagina wati yang hangat dan sedikit berkedut.

aku nyaman
aku hancur

tak terasa air mataku mengalir deras dengan sendirinya, tak ada tangis yang aku keluarkan, wati menyeka air mataku yang berlinangan di pipi dan tangannya, menetes membasahi dada cantiknya.

air mataku tak kunjung berhenti. wati menarikku agar menindihnya kembali, kubaringkan wajahku di wajahnya, kusandarkan dadaku di dadanya. wati memelukku dengan kedua tangan lembut ya.

air mataku tak kunjung mengering, kini isak tangisku mulai keluar ketika wati mengusap rambutku dan memelukku dengan hangat.

tangisku pecah memenuhi kamar, aku menangis sejadi-jadinya. tangis pertamaku semenjak risa kembali kepadaNya.

wati terus memeluk dan mengusap rambutku dengan lembut. lama tangisku tak berhenti. kucurahkan hancurnya hatiku di tangis ini.

aku bangkit lebih tinggi lagi. aku melebarkan pahaku, membuat wati lebih mengangkang. kutarik penisku setengah, lalu kuhujam lagi pelan, kutarik lagi dan hujam lagi pelan, kutarik lagi dan kuhujam lagi lebih kencang. kugoyang kemaluanku didalam kemaluan wati, desah wati mengiringi tangisku yang belum reda. aku menggauli wati dalam tangis.

wati terus memegang pipiku, wati mulai ikut menangis tersedu. semakin cepat genjotanku di kewanitaan wati, semakin kencang tangis kami.

sesekali air mataku menetes di dada wati yang terus bergoncang sekencang sodokanku.

ditengah peraduan kami. kami dikejutkan dengan ibu wati. dia menjerit kaget melihat anaknya menangis aku gauli yang juga tak kalah keras tangisannya. wati menjelaskan kalau dia baik-baik saja, dan ini memang kemauan kami, bukan pemaksaan. ibu wati mengerti namun tak kunjung beranjak.

kutatap ibu wati, ibu wati juga menatap kami yang sama-sama telanjang sedang bertindih bersetubuh.

kulepas kontolku dari kemaluan wati. aku bangkit. berdiri menghadap ibu wati.

"jangan mas, aku saja" cegah wati ketika aku mendekati ibunya wati

ibunya wati terlihat ketakutan ketika aku telah berdiri didepannya. namun matanya tak lari dari melihat penisku yang tegak dan basah pelumas anaknya.

"massss" panggil wati
aku tatap tubuh ibunya wati, sedikit lebih kurus dari anaknya, namun agak mirip dalam hal ukuran.

ibunya wati memberi isyarat tangan agar anaknya tidak melakukan apa-apa. kutengok wajah wati sebentar, wajah cemas.

aku maju selangkah lagi mendekati ibunya wati. kini kontolku tepat diatas mukanya yang tengadah melihatku. air mataku menetes membasahi wajahnya ibu wati.

ibunya wati sakit lumpuh sudah lama, semenjak wati masih sekolah. suaminya kabur karena tidak mau merawat. semenjak itu wati dan ibunya hidup berdua dengan bermodalkan bantuan saudara dan kerja keras mereka. hingga kehidupannya membaik ketika wati dipacari rudi, rudi tak segan menghidupi mereka walau baru pacaran, membuat wati juga tidak segan memberikan apapun yang rudi mau.

kini ibu wati dapat berbicara dengan terbatas, membuatnya lebih memilih menggunakan isyarat tangan. tangan dan anggota tubuhnya seperti normal kecuali dari paha kebawah hingga ujung kaki, sama sekali tidak dapat digerakkan. sehingga kesehariannya bergerak dengan merangkak atau mengesot.

ibunya wati dengan gemetar mengulurkan tangannya, dengan getaran yang sangat terlihat, ibu wati menggenggam kontolku. wajah takut masih terlihat. namun tangannya bergerak dengan sendirinya. ia mengocokku. kasar.

"ibu…" panggil wati
"naakkkk appaaaa aaapppppaaaaa" jawab ibunya wati terbata

ibunya wati mulai pelan mengocokku dengan kedua tangannya yang terus bergetar, kadang ia menyeka wajahnya yang dihujani air mataku.

ibunya wati mulai membuka mulutnya, dengan gemetar dia menarik kontolku, mengarahkannya ke mulutnya. kepala kontolku langsung dimasukkannya ke mulutnya, dieratkannya pelan, berbarengan dengan direratkannya matanya memejam.

ibunya wati mengemut kepala kontolku, sedikit dimainkannya dengan bibirnya. lalu pelan dimasukkannya kerongga mulut, setengah kontolku terbenam. lidahnya bergerak tak beraturan, beberapa kali giginya menyentuh linu batangku.

tak lama. ibunya wati melepas kontolku. ia terengah. tangannya terjatuh. matanya terbuka menatapku. tangannya tergeletak dilantai masih bergetar.

aku berjongkok. kupegang ujung baju ibunya wati, kutarik keatas, sekali kutarik hingga terlepas. ibu wati membantu dengan mengangkat tangannya sambil kembali menutup matanya.
beliau tidak memakai bh, seperti anaknya.

"masss" panggil wati ketika baju ibunya ku lepas, terlihat dada yang hampir sebesar anaknya namun lebih lonjong menggantung.

"nakkk appppaaaaa waaaiii" jawab ibunya

kuambil ujung celana panjang ibunya wati yang melingkar dipinggangnya. ibunya wati membaringkan badannya. setengah badannya ada diluar kamar wati, sedang setengah lagi ada didalam kamar wati. kutarik celananya, dibantunya dengan mengangkat pantatnya. dengan mudah celana itu kulepas.

ibunya wati langsung menutup kemaluannya, namun tidak dengan dadanya.

aku berdiri, kupandang tubuh ibunya wati. cantik pasti sewaktu muda.

puas aku memandang, aku kembali berjongkok, kuambil tangan ibunya wati, kujauhkan dari vagina yang ia tutupi. tak ada penolakan maupun perlawanan.

vagina ibunya wati mirip milik anaknya, hanya saja berambut lebih lebat. dan kulit lebih gelap.

kulebarkan paha ibunya wati, beliau hanya menurut saja tanpa membuka matanya, kukangkangkan hingga memampangkan vagina yang sedikit terbuka. kuelus celah vaginanya, ibunya wati tersentak kaget, dan menggelinjang ketika kacangnya aku pelintir pelan.

vagina ibunya wati langsung banjir, kubuka celah itu, sempit sekali, seperti perawan, entah berapa tahun ia tidak dikunjungi lelaki.

kutahan paha ibunya wati, kuarahkan kontolku. ibunya wati kembali terkejut ketika kepala kontolku menyentuh tepat di mulut lubang senggamanya.

raut muka ibunya wati terlihat sangat khawatir. tangisku sudah mulai mereda, kuseka sisa air mataku. kupegang selangkangan ibu wati dan kontolku, kudorong pelan. ibunya wati terbelalak, terpekik pelan. sempit sekali lubangnya, walau pelumas alami sudah banyak keluar namun sangat serat dan sempit, hampir seperti perawan.

pelan kudorong, ibunya wati terus mendesis sakit sambil memegang kedua pahanya agar tetap mengangkang. terus aku lakukan penetrasi, tarik dorong, hingga penisku masuk sempurna di liang ibunya wati.

kugoyang sebentar, kutarik dan kudorong lagi. ibu wati mengalirkan air mata tanpa tangis. kugenjot pelan vaginanya. pelan dan dipercepat.

tak lama ibu wati mulai mendesah enak, matanya kembali terpejam, desahan kecil mulai keluar dan semakin lama semakin keras.

kupegang kedua susu ibunya wati, kuremas, kunikmati setiap kenyalnya dada ibunya wati yang tengah mendesah nikmati. kirik wati terus melihat apa yang aku dan ibunya lakukan.

puting susu ibunya aku pelintir, sengaja aku tidak menyusu padanya. aku hanya memainkan dadanya sembari menggagahi kemaluannya.

ibu wati mendesah kencang, badannya berguncang karena kuatnya sodokanku.

wati beranjak mendatangi kami. dia berbaring disamping ibunya, miring, didekapnya telapak tangan ibunya, diusapnya rambut ibunya yang tengah terengah nikmat. wati tersenyum, ibunya juga tersenyum dalam desahan.

lama aku menikmati ibunya wati, hingga ia kelelahan mendesah, tak ada lagi suara yang keluar dari mulutnya, hanya menggelengkan kepala kekanan dan kekiri, sesekali meremas tangan anaknya.

"mas,, jangan keluarin didalam ibu ya, ibu masih bisa hamil, keluarin aja didalam aku" kata wati memintaku

kutarik kontolku dari kemaluan ibunya, basah
ku oleskan dipaha putih ibu wati, merah, vagina ibunya wati berdarah namun bukan darah perawan, hanya vagina yang robek saja. yakin kontolku agak bersih, aku berpindah ke wati, ia langsung mengangkangkan pahanya tanpa aku minta.

langsung kumasukkan ke vagina wati. tak sesempit ibunya, namun ini lebih menggigit.

langsung kumainkan dengan cepat, wati kembali memegang pipiku, ia berucap terima kasih sambil mendesah dan tersenyum.

tak lama, aku semburkan segala maniku ke rahim wati, semuanya, tanpa aku cabut lagi. aku langsung terbujur diatas tubuh telanjangnya.

kita bertiga sama sama tergeletak dilantai kehabisan tenaga dan sama sama telanjang total.

azan subuh berkumandang, kontolku masih didalam vagina wati. aku berbangun, wati terbangun karena vaginanya tertarik ketika aku menarik kontolku. ibunya wati terbangun karena kita terbangun.

ibu wati langsung mengambil pakaiannya, menutupi dada dan vaginanya. dengan cepat ia merangkak ke kemarnya, dititup dan dikinci. ia menangis didalamnya.

kata wati, biarkan saja ibu, pasti ada penyesalan setelah sekian lama tidak disentuh lelaki, kini ia memasrahkan diri kepada lelaki yang juga menyetubuhi anaknya.

aku kembali berpakaian, kembali kerumahku, disambut keluargaku yang baru selesai santap sahur. mereka menanyakan apa yang aku lakukan semalaman. aku tak menjawab, hanya tersenyum.

sedang ibuku hanya bertanya kapan aku mengunjungi risa, dan keluarganya, ibu dan bapakku mau ikut.

kupeluk ibuku, aku bersimpuh diikuti ibuku yang juga bersimpuh. kita menangis kembali.






.
 
terima kasih tetap setia dan selalu menjadi yang pertama suhu

Wah langsung jadi kadis nih.
Mantap om @anak gawang.
Semoga makin sukses naik jadi es 1
semoga suhu

Bro @anak gawang 👍😎👍
•⌣»̶·̵̭̌✽̤̈🐡 Terima Kasih 🐡✽̤̈·̵̭̌«̶⌣•
Nice update suhu
Revenge is sweet
Waooo....akhirnya muncul juga setelah sekian purnama

Terima kasih om @anak gawang
Tetap semangat berkarya.... tetap jaga kesehatan dan semoga sukses di RL
terima kasih suhu,
terima kasih semua,

episode berikutnya menjadi episode terakhir dari cerita ini.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd