Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

KEBOHONGAN WATI (CERPEN)

Aswasada

Suhu Semprot
Daftar
23 Jun 2022
Post
3.003
Like diterima
28.708
Bimabet
Adam duduk di sofa ruang tengah dengan segelas kopi yang mulai menghangat. Raut wajahnya tenang, namun tampak kesedihan di sana. Tiba-tiba terdengar bunyi pintu terbuka dan itu adalah istri Adam yang bernama Wati, yang baru saja masuk sambil membawa sebuah koper. Wati baru saja tiba dari dinas luar kotanya selama tiga hari. Adam dan Wati telah menikah selama tiga tahun dan belum dikaruniai keturunan.

“Oh, kamu ada di sini? Kenapa tidak menjemputku di teras? Tadi Hera ingin menyapamu, tapi tidak jadi karena kita menyangka kamu keluar.” Kata Wati ceria. Namun keceriaan Wati menghilang ketika melihat sikap Adam yang dingin dan murung. Wati pun segera menghampiri Adam dan duduk di sebelahnya lalu bertanya, “Adam ... Ada apa?”

Adam tidak bergeming. Matanya tetap tertuju pada gelas kopi di tangannya. Adam pun berbicara dengan suara tenang, “Tadi Tono meneleponku. Dia mengatakan sesuatu yang sangat mengejutkan.”

“Oh ... Apa yang Tono ceritakan sampai-sampai kamu terlihat sedih seperti ini?” Tanya Wati penasaran.

“Tono bilang dia akan meninggalkan rumahnya dan telah menawarkan rumahnya itu pada agen properti. Tono akan tinggal bersama orangtuanya. Si Tono kecewa sama Hera. Dia merasa dikhianati oleh istrinya.” Jawab Adam yang setelahnya pria itu menghela nafas berat.

Wati pun terperanjat hebat dan perasaannya mulai tidak enak, “Ya ampun ... Tono tahu ya?” Wati pun lalu bertanya pada Adam.

“Ya, Tono tahu perselingkuhan Hera. Si Tono menyewa detektif perkawinan yang dia temukan di internet. Si detektif mengirimkan foto-foto Hera selama berada di hotel tempat kalian menginap selama kalian melakukan dinas luar kota. Detektif mengirim foto-foto Hera yang sedang bermesraan dengan rekan kerjanya. Kalau gak salah dengar, selingkuhannya itu bernama Herman.” Jelas Adam masih dengan suaranya yang tenang.

Tiba-tiba Wati merogoh tasnya dan meraih ponselnya, "Ya Tuhan, aku harus memperingatkan Hera ..."

Adam meraih smartphone dari tangan Wati dan meletakkannya di meja. Wati terkejut sambil melihat ponsel pintarnya yang tergeletak di meja lalu ke suaminya dengan tatapan bingung. Ntah mengapa, darah Wati berdesir saat matanya bersitatap dengan manik mata milik Adam yang terasa mengerikan itu. Tatapan mata Adam menjadi asing baginya.

"Satu-satunya alasan mengapa aku belum melakukan hal yang sama padamu seperti yang dilakukan Tono pada Hera karena aku ingin mendengar pengakuanmu dulu.” Ujar Adam.

Wati bingung. Begitu banyak kejutan datang sekaligus, dia tidak siap memproses semuanya. Tak berselang lama, Wati sadar kalau Adam sedang mencurigainya. Wati pun berkata, "Ya Tuhan ... Kamu pikir aku juga mempermainkanmu, bukan?"

“Apakah ada alasan yang bisa meyakinkan kecurigaanku adalah salah? Apakah kamu akan mengatakan meskipun kamu tahu kalau Hera meniduri kekasihnya sepanjang akhir pekan, kamu hanya menikmati pemandangan di hotel atau pergi ke suatu tempat lain? Faktanya, kamu mengetahui perselingkuhan Hera, tetapi kamu membiarkannya bahkan berkesan kamu mendukungnya.” Suara Adam mulai menaik.

“Oh Adam ... Aku tidak akan pernah mengkhianatimu. Percayalah!" Ucap Wati panik.

“Dan bagaimana perjalanan tugas luar kota yang lain bersama Hera. Aku catat, bulan ini saja kamu dan Hera mendapat dinas luar kota sebanyak tiga kali. Aku yakin Hera pergi dengan selingkuhannya. Apakah kamu hanya melihat-lihat saja?” Kata Adam yang mempertahankan intonasi bicaranya.

“Ya ... Sejujurnya aku mengetahui Hera berselingkuh dengan kekasihnya. Ya benar, selama perjalanan dinas luar kota itu Hera bersama kekasihnya. Tapi kamu harus percaya kalau aku tidak melakukan apa yang Hera lakukan. Aku tidak pernah mengkhianatimu.” Ucap Wati penuh penekanan.

“Tapi ingat!” Kata Adam sambil menahan emosinya, “Kamu sudah melindungi Hera. Seharusnya, kamu melarang Hera untuk melakukan perbuatan itu! Tono dan Hera adalah sahabat kita. Kamu seharusnya malu membiarkan perselingkuhan hera yang berarti juga menyakiti hati Tono.” Lanjut Adam.

Keheningan terjadi padahal ada dua makhluk yang bisa bicara. Keduanya terdiam, tidak ada percakapan yang terjadi diantara keduanya. Adam hanya memandangi istrinya. Dan Wati bingung dengan situasi sekarang. Adam memang benar, seharusnya dia melarang Hera berselingkuh. Wati melindungi Hera dan pada saat yang bersamaan dia pun menusuk Tono dari belakang.

Akhirnya Adam memecahkan keheningan, “Buktikan!”

“Buktikan apa?” Tanya Wati semakin bingung.

“Buktikan kalau kamu tidak melakukan hal yang sama dengan Hera. Buktikan kalau kamu sendirian saat Hera dan kekasihnya bercinta!”

"Aku sendirian, Adam! Aku sendirian sepanjang akhir pekan ini." Kata Wati keras. Pikiran Wati langsung melayang pada bagaimana caranya meyakinkan Adam atas kecurigaannya. Wati tidak bisa memungkiri kalau kecurigaan Adam pada dirinya sangat beralasan. Kemudian Wati pun berkata, “Kami tiba di hotel Jum’at malam. Aku makan malam dulu di restoran dan langsung tidur sampai sabtu pagi. Kami pun seminar sampai sore. Selesai seminar baru aku jalan-jalan.”

“Jalan-jalan dengan kekasihmu, bukan?” Pertanyaan sinis terlontar dari mulut Adam.

“Tidak!” Wati memekik. “Aku jalan-jalan sendirian. Sabtu malam aku menonton bioskop dan pulang jam 10 malam. Aku langsung pulang ke hotel, mandi dan langsung tidur. Aku bisa membuktikannya. Apa yang aku ceritakan ada di smartphoneku.”

“Aku tidak percaya.” Lirih Adam yang membuat Wati benar-benar kesal.

“Aku akan membuktikannya.” Ujar Wati sambil mengambil smartphone miliknya dari atas meja.

Wati pun mengutak-atik ponsel pintarnya untuk beberapa saat. Tak lama, dia menemukan apa yang dia cari. Foto-foto dirinya berada di sebuah bioskop. Kemudian Wati memperlihatkan foto-foto itu pada Adam. Pria itu kemudian melihat layar smartphone itu dengan seksama. Adam melihat pose Wati yang sedang tersenyum, berdiri di depan pintu bioskop sambil berkacak pinggang, bergaya layaknya anak baru gede.

"Siapa yang mengambil foto itu, Wati?" Tanya Adam.

Sontak saja mimik wajah Wati memucat sesaat namun tak lama. Walaupun terjadi hanya sedetik namun Adam bisa membacanya. Wati pun menjawab, “Pengunjung bioskop. Seorang gadis yang akan masuk ke dalam bioskop. Aku meminta dia untuk memfotoku.”

“Hhhmm ...” Adam bergumam sambil geleng-geleng kepala pertanda pria itu tidak percaya.

Melihat sikap Adam seperti itu, Wati pun tambah kesal. Wati menggulir foto-foto yang lain. Tak lama ia berkata, “Nah, kalau begitu ... Bagaimana dengan yang ini ... Foto ini diambil di lobby hotel. Ini jelas selfie. Lihat, ada sedikit lenganku yang terlihat sedang memegang smartphone."

Adam nyaris tidak melirik smartphone yang disodorkan Wati. Adam malah mengangkat bahu. "Itu sama sekali tidak bisa membuatku tidak curiga padamu.”

Wati terdiam saat menyadari bahwa dia tidak akan pernah bisa membuktikan ceritanya. Dia sadar kalau dirinya tidak akan pernah bisa pergi jika tidak ada orang yang menemaninya. Apalagi pergi di malam hari yang sangat riskan akan bahaya. Akhirnya, Wati merasa salah menjawab. Seharusnya dia menjawab memang tidak sendirian. Ya, bagaimana pun, dia tidak melakukan semua itu sendirian. Pada saat itu, Wati merasa tidak yakin bisa untuk meyakinkan suaminya lagi.

Dengan putus asa Wati kemudian berkata, “Tadi kamu mengatakan kalau Tono menyewa detektif perkawinan dan mendapat laporannya. Kamu bisa mengecek laporan detektif itu kalau aku tidak pernah membawa siapa pun ke dalam hotel.” Wati pun menghela nafas lega dengan logika itu.

"Tono mengirimiku laporan hasil kerja detektif perkawinan yang dia sewa dan aku sudah membacanya. Detektif perkawinan memata-matai Hera dan kamu juga disebut-sebut dalam laporan itu walau tidak detail dan sekilas. Hanya saja aku membaca kalau di hari Sabtu kamu pergi dari hotel sekitar pukul lima sore dan kembali ke hotel jam dua malam. Sementara kamu bilang pulang jam sepuluh malam. Dikatakan juga, minggu pagi sekitar jam sembilan, kamu keluar hotel dan kembali ke hotel sekitar jam tiga saat waktu ceck out. Wati, aku sangat tahu kalau kamu tidak pernah berani jalan keluar sendirian apalagi di malam hari, aku sangat tahu itu. Aku yakin kamu bersama seseorang.” Jelas Adam yang sukses menohok ulu hati Wati. Akhirnya Adam mengetahui kesalahannya. Wati pun hanya bisa terdiam dengan pikiran yang semerawut.

Adam melanjutkan ucapannya, “Dan bila kamu bisa membuktikan kalau kamu benar-benar sendirian di akhir pekan ini. Bagaimana dengan perjalanan dinasmu dengan Hera sebelum-sebelumnya. Kalian berdua seperti ditakdirkan selalu bersama dalam perjalanan dinas. Aku tak tahu, apakah itu kebetulan atau disengaja?”

Wati kaget dan berkata, “Apa maksudmu Adam?”

“Kamu tidak mengerti?” Tanya Adam sembari tersenyum miris.

“Ya ...” Jawab Wati singkat.

“Saat kalian menceritakan pengalaman perjalanan kalian ke luar kota padaku dan Tono, kalian selalu menceritakan seolah-olah kalian selalu berdua kemana-mana. Saat Hera menceritakan melihat sesuatu, kamu selalu menguatkannya. Begitu pun sebaliknya, ketika kamu melihat sesuatu, Hera selalu menguatkannya. Kalian seperti saling menutupi dan saling melindungi. Dan perlu kamu tahu, perselingkuhan Hera telah berlangsung selama tujuh bulan, dan aku berasumsi kamu telah melindunginya selama itu.” Jelas Adam yang membuat wajah Wati menegang dan tercengang.

"Aku... Aku..." Kegugupan Wati langsung disambar oleh Adam.

“Wati, istriku ... Kamu telah membohongiku walau bermaksud melindungi Hera. Aku menangkap kebohonganmu. Bagiku, berbohong sekali saja maka semua kebenaran yang ada pada dirimu akan menjadi hal yang dipertanyakan. Memang, aku tidak mempunyai bukti kalau kamu bersama orang lain di akhir pekanmu, tetapi itu hanya masalah waktu sampai kamu bertemu seseorang yang kamu sukai dan menjalin hubungan gelap. Dalam kasus Hera, kamu telah menunjukkan kebohongan moral, kamu sengaja menutup-nutupi perlaku bejat Hera. Kamu membiarkan dirimu dijadikan sebagai alibi untuk Hera bercinta dengan selingkuhannya. Dan dalam otakku mengatakan, ada kemungkinan kalau Hera pun dijadikan alibi olehmu.” Kata Adam sangat tajam.

“Tidak .. Tidak ... Hiks hiks hiks ...” Wati mulai menangis sambi menggelengkan kepala.

"Wati ... Aku tidak mempercayaimu lagi. Aku tidak bisa hidup dengan orang yang tidak bisa aku percaya lagi.” Kata Adam pelan dan sedih.

"Apa yang ingin kamu katakan, Adam?"

"Aku sudah berpikir matang-matang tentang ini ... Wati ... Aku ingin bercerai."

“Tiddaaakkk ....!!!!”

SELESAI
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd