Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

kekasihku diperkosa polisi

alfast18

Suka Semprot
Daftar
21 Mar 2011
Post
2
Like diterima
4
Bimabet
Saya pertama kenal Vira ketika melihatnya
menjadi model cover di sebuah majalah di
Jakarta, kemudian ia juga menjadi bintang
sinetron Abad 21. Vira berumur 17 tahun, cantik,
kulitnya putih mulus, ramah dan yang paling
menarik perhatian orang-orang adalah buah dadanya yang bundar dan padat berisi. Semua
orang yang menatap Vira pandangannya akan
langsung tertarik ke arah buah dadanya yang
membusung. Tidak terlalu besar memang, tapi
sangat proporsional dengan tubuh dan wajah
Vira. Saya berkenalan dengannya, pertama melalui surat kemudian bertemu, sesekali
menelepon dirinya. Lama-kelamaan kita semakin
sering bertemu dan percakapan yang ada
semakin menjurus ke hal-hal yang pribadi.
Akhirnya saya memberanikan diri untuk
mengajaknya keluar makan malam. Suatu hari saya memberanikan diri untuk mengajaknya dan
ternyata Vira senang sekali mendengar ajakan
saya, dan langsung setuju. Saya gelisah sekali
menunggu pada saat menjemput Vira di
rumahnya. Setelah pulang kerja dan berganti pakaian saya
menjemput Vira, untuk kemudian makan malam
di sebuah restoran. Di sana kami bercakap-cakap
panjang lebar, setelah itu dilanjutkan sebuah
diskotik untuk sedikit menggoyangkan tubuh dan
minum. Di tengah-tengah percakapan di diskotik, Vira mengajak saya untuk kembali ke rumahnya
dan melanjutkan sisa malam itu di rumahnya.
Bagaimana saya bisa menolak tawaran itu? Sepanjang perjalanan pulang Vira berkata bahwa
ia belum pernah mengalami hari yang
menyenangkan seperti yang baru ia alami
malam itu, dan ia juga berkata, di rumah nanti
giliran dirinya yang akan membuat diri saya tidak
akan melupakan malam ini. Saya begitu bergairah dan berhasrat untuk lekas-
lekas sampai ke rumah Vira, ketika tanpa sadar
saya mengendarai mobil melebihi batas
maksimal kecepatan di jalan. Tiba-tiba saya
tersadar ketika di sebelah kanan sudah ada
mobil Polantas yang berusaha menghentikan mobil saya. Saya meminggirkan mobil di tempat
parkir sebuah toko dan menunggu Polantas tadi
mendekati mobil kami. Ia bertanya hendak ke
mana kami sampai-sampai kami membawa
mobil itu melebihi batas kecepatan. Rupanya
alasan saya tidak masuk akal sehingga Polantas tadi meminta STNK dan SIM saya. Setelah melihat surat-surat itu Polantas itu
menjengukkan kepalanya ke dalam mobil kami
dan lama sekali mengamati Vira yang duduk
terdiam. “Anda harus meninggalkan mobil
Anda di sini dan ikut saya ke kantor”, perintah
Polantas tadi. Akhirnya sepuluh menit kemudian kami sampai ke sebuah kantor polisi yang
terpencil di pinggir kota. Waktu itu sudah lewat pukul 11 malam, dan
dalam kantor polisi itu tidak terdapat siapa pun
kecuali seorang Sersan yang bertugas jaga dan
Polantas yang membawa kami. Ketika kami
masuk, Sersan itu memandangi tubuh Vira dari
bawah hingga ke atas, kelihatan sekali ia menyukai Vira. Kami dimasukkan ke dalam sel
terpisah, saling berseberangan. Sepuluh menit kemudian, Polantas yang berumur
sekitar 40-an dan berbadan gemuk dan Sersan
yang tinggi besar berbadan hitam, dan umurnya
kira-kira 45 tahun kembali ke ruang tahanan.
Polantas tadi berkata, “Kalian seharusnya
jangan mengemudi sampai melebihi batas kecepatan yang ada. Tapi kita semua bener-
benar kagum, soalnya dari semua yang kami
tangkap baru kali ini kita dapat orang yang cantik
seperti kamu.” Sersan tadi menimpali, “Betul
sekali, dia bener-bener kualitas nomer satu!”
Saya sangat takut mendengar nada bicara mereka, begitu juga Vira yang terus-menerus
ditatap oleh mereka berdua. Mereka lalu membuka sel Vira dan masuk ke
dalam. “Sekarang denger gadis manis, kalau
kamu berkelakuan baik, kita akan lepasin kamu
dan pacar kamu itu. Mengerti!” Sersan tadi
langsung memegangi kedua tangan Vira
sementara Polantas menarik kaos yang dikenakan Vira ke atas. Dalam sekejap seluruh
pakaian Vira berhasil dilucuti tanpa perlawanan
berarti dari Vira yang terus dipegangi oleh
Sersan. “Wow, lihat dadanya.” Vira terus
meronta-ronta tanpa hasil, sementara Sersan
yang tampaknya sudah bosan dengan perlawanan Vira, melemparkan tubuh Vira
hingga jatuh telentang ke atas ranjang besi yang
ada di sel Vira. Dan dengan cepat diambilnya
borgol dan diborgolnya tangan Vira ke rangka di
atas kepala Vira. Kemudian mereka dengan leluasa
menggerayangi tubuh Vira. Mereka meremas-
remas dan menarik buah dada Vira, kemudian
memilin-milin puting susunya sehingga sekarang
buah dada Vira mengeras dan puting susunya
mengacung ke atas. Kadang mereka mengigit puting susu Vira, sedangkan Vira hanya bisa
meronta dan menjerit tak berdaya. Saya berdiri di dalam sel di seberang Vira tak
berdaya untuk menolong Vira yang sedang
dikerubuti oleh dua orang itu. Kedua polisi itu lalu
melepaskan pakaian mereka dan terlihat jelas
kedua batang kemaluan mereka sudah keras
dan tegang dan siap untuk memperkosa Vira. Polantas mempunyai batang kemaluan paling
tidak sekitar 25 senti, dan Sersan mempunyai
batang kemaluan yang lebih besar dan panjang.
Vira menjerit-jerit minta agar mereka berhenti,
tapi kedua polisi itu tetap mendekatinya. “Lebih baik kamu tutup mulut kamu atau kita
berdua bisa bikin ini lebih menyakitkan daripada
yang kamu kira.” kata Polantas. “Sekarang mendingan kamu siap-siap buat
muasin kita dengan badan kamu yang bagus
itu!” “Dia pasti sempit sekali”, kata Sersan sambil
memasukan jari-jarinya ke lubang kemaluan
Vira. Ia menggerakkan jarinya keluar masuk,
membuat Vira menggelinjang kesakitan dan
berusaha melepaskan diri. “Betul kan, masih sempit sekali.” Kemudian Polantas tadi naik ke atas ranjang di
antara kedua kaki Vira. Kemudian mereka
membuka kaki Vira lebar-lebar dan Polantas
memasukkan batang kemaluannya ke dalam
lubang senggama Vira. Vira mengeluarkan
jeritan yang keras sekali, ketika perlahan batang kemaluan Polantas membuka bibir kemaluan,
dan masuk senti demi senti tanpa berhenti.
Kadang ia menarik sedikit batang kemaluannya
untuk kemudian didorongnya lebih dalam lagi ke
lubang kemaluan Vira. Sementara itu, Sersan naik dan mendekati wajah
Vira, mengelus-elus wajah Vira dengan batang
kemaluannya. Mulai dari dahi, pipi kemudian
turun ke bibir. Vira menggeleng-gelengkan
kepalanya agar tidak bersentuhan dengan
batang kemaluan Sersan yang hitam. “Ayo dong manis, buka mulut kamu”, kata
Sersan sambil meletakkan batang kemaluannya
di bibir Vira. “Kamu belum pernah ngerasain punya polisi
kan?” Vira tak bergeming. “Buka!” bentak Sersan. “Buka mulut kamu, brengsek!” Perlahan mulut
Vira terbuka sedikit, dan Sersan langsung
memasukkan batang kemaluannya ke dalam
mulut Vira. Mulut Vira terbuka hingga sekitar 6 senti agar
semua batang kemaluan Sersan bisa masuk ke
dalam mulutnya. Batang kemaluan Sersan mulai
bergerak keluar masuk di mulut Vira, saya
melihat tidak semua batang kemaluan Sersan
dapat masuk ke mulut Vira, batang kemaluan Sersan terlalu panjang dan besar untuk bisa
masuk seluruhnya dalam mulut Vira. Ketika
Sersan menarik batang kemaluannya terlihat ada
cairan yang keluar dari batang kemaluannya.
Julurin lidah kamu!” Vira membuka mulutnya
dan mengeluarkan lidahnya. Sersan kemudian memegang batang kemaluannya dan
mengusapkan kepala batang kemaluannya ke
lidah Vira, membuat cairan kental yang keluar
tadi menempel ke lidah Vira. “San, dia nggak mungkin bisa masukin punya
Sersan ke mulutnya, biar saya coba. Gantian!”
Mereka kemudian bertukar tempat, Sersan
sekarang ada di antara kaki Vira dan Polantas
berjongkok di dekat wajah Vira. Sersan mulai
mendorong batang kemaluannya masuk ke liang senggama Vira. Terlihat sekali dengan susah
payah batang kemaluan Sersan yang besar itu
membuka bibir kemaluan Vira yang masih
sempit. Polantas, mengacungkan batang
kemaluannya ke mulut Vira. “Kamu mungkin
nggak bisa masukin punya Sersan ke mulut kamu, tapi kamu musti ngerasain punya saya ini,
seluruhnya.” Dengan kasar ia mendorong
batang kemaluannya masuk ke mulut Vira,
sampai akhirnya batang kemaluan itu masuk
seluruhnya hingga sekarang testis Polantas
berada di wajah Vira. Ia kemudian menarik batang kemaluannya sebentar untuk kemudian
didorongnya kembali masuk ke tenggorokan
Vira. Setelah lima kali, keluar masuk, Polantas
sudah tidak bisa lagi menahan orgasmenya. “Saya keluuarrhh. Aaahhh!” Ia tidak menarik
batang kemaluannya keluar dari mulut Vira,
batang kemaluannya tampak bergetar
berejakulasi di tenggorokan Vira,
menyemprotkan sperma masuk ke
tenggorokannya. Saya mendengar Vira berusaha menjerit, ketika sperma Sersan mengalir masuk
ke perutnya. Terlihat sekali Sersan yang sedang
mencapai puncak kenikmatan tidak menyadari
Vira meronta-ronta berusaha mencari udara. “Iyya… yaah! Telleeen semuaa! Aaahhh…
aahhh… nikhmaattt!” Ketika selesai ia menarik keluar batang
kemaluannya dan Vira langsung megap-megap
menghirup udara, dan terbatuk-batuk
mengeluarkan sperma yang lengket dan
berwarna putih. Vira berusaha meludahkan
sperma yang masih ada di mulutnya. Polantas tertawa melihat Vira terbatuk-batuk, “Kenapa?
Nggak suka rasanya? Tenang aja, besok pagi,
kamu pasti sudah terbiasa sama itu!” Sementara Sersan yang masih mengerjai
kemaluan Vira sekarang malah memegang
pinggul Vira dan membalik tubuh Vira. Vira
dengan tubuh berkeringat dan sperma yang
menempel di wajahnya tersadar apa yang akan
dilakukan Sersan pada dirinya, ketika dirasanya batang kemaluan Sersan mulai menempel di
lubang anusnya. “Jangan Pak, jangan! Ampun Pak, ampun,
jangan…” “Aaahkk! Jangaaan!” Vira menjerit-jerit ketika kepala batang
kemaluan Sersan berhasil memaksa masuk ke
liang anusnya. Wajah Vira pucat merasakan sakit
yang amat sangat ketika batang kemaluan
Sersan mendorong masuk ke liang anusnya yang
kecil. Sersan mendengus-dengus berusaha memasukkan batang kemaluannya ke dalam
anus Vira. Perlahan, senti demi senti batang
kemaluan itu tenggelam masuk ke anus Vira.
Vira terus menjerit-jerit minta ampun ketika
perlahan batang kemaluan Sersan masuk
seluruhnya ke anusnya. Akhirnya ketika seluruh batang kemaluan Sersan masuk, Vira hanya bisa
merintih dan mengerang kesakitan merasakan
benda besar yang sekarang masuk ke dalam
anusnya. Sersan beristirahat sejenak, sebelum mulai
bergerak keluar masuk. Kembali Vira menjerit-
jerit. Sersan terus bergerak tanpa belas kasihan.
Batang kemaluannya bergerak keluar masuk
dengan cepat, membuat testisnya menampar-
nampar pantat Vira. Sersan tidak peduli mendengar Vira berteriak kesakitan dan
menjerit minta ampun ketika sodomi itu
berlangsung. Saya melihat berulang kali batang
kemaluan Sersan keluar masuk anus Vira tanpa
henti. Akhirnya Sersan mencapai orgasme ia
menarik batang kemaluannya dan sperma menyemprot keluar menyembur ke punggung
Vira, kemudian menyembur ke pantat Vira dan
mengalir turun ke pahanya, dan terakhir Sersan
kembali memasukkan batang kemaluannya ke
anus Vira lagi dan menyemprotkan sisa-sisa
spermanya ke dalam anus Vira. Sersan kemudian melepaskan pegangannya dari pinggul
Vira dan berdua dengan Polantas mereka keluar
dari sel dan menguncinya. Saya masih dapat
mendengar Sersan berkata pada Polantas,
“Pantat paling hebat yang pernah ada. Dia
bener-bener sempit!” Dini hari, ketika Vira kelelahan menangis dan
merintih, mereka berdua dengan langkah
sempoyongan dan dengan botol bir di tangan
masuk kembali ke dalam sel Vira. Mereka
menendang tubuh Vira agar terbangun dan
mereka mulai memperkosanya lagi. Sekarang Polantas menyodomi Vira sementara Sersan
berbaring di bawah Vira dan memasukkan
batang kemaluannya ke dalam kemaluan Vira.
Kemudian mereka berganti posisi. Mereka juga
menyiksa Vira dengan memasukkan botol bir ke
dalam liang kemaluan dan anusnya sementara batang kemaluan mereka dimasukkan ke mulut
Vira. Mereka terus berganti posisi dan Vira terus
menerus menjerit dan menjerit hingga akhirnya
ia kelelahan dan tak sadarkan diri. Melihat itu
polisi-polisi tersebut hanya tertawa terbahak-
bahak meninggalkan tubuh Vira yang memar- memar dan belepotan sperma dan bir. Keesokan paginya, Sersan masuk dan membuka
sel kami. “Kalian boleh pergi.” Saya membantu Vira mengenakan pakaiannya.
Tubuhnya lemah lunglai berbau bir dan sperma-
sperma kering masih menempel di tubuhnya.
Kami pergi dari kantor polisi itu dan akhirnya
sampai ke rumah Vira. Kemudian saya
membersihkan tubuh Vira dan menidurkannya. Ketika saya tinggal, saya mendengar ia merintih,
“Jangan Pak, ampun Pak, sakit… ampuunn…
sakiiit…”.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd