Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Keluarga Tabu

tukubukusewu

Semprot Baru
Daftar
29 Feb 2024
Post
31
Like diterima
108
Bimabet
First time bikin cerbung,🙏

Sinopsis

Naia, seorang gadis yang baru masuk SMA, dan Luby, seorang pria pekerja kantoran berusia 25 tahun. Di tengah perbedaan usia dan latar belakang mereka, cerita ini menggali kompleksitas hubungan mereka yang penuh gairah dan tantangan. Dalam cerita ini, diungkapkan bagaimana mereka menavigasi perasaan cinta dan eksplorasi seksualitas dalam menghadapi norma sosial dan penghalang yang muncul.
 
Astaga keringatku... banyak sekali"

Suara nafasku terdengar mengisi ruang kamar. Aku mencoba menahan deru
nafas dan eranganku tidak terlalu kuat. Tumpukan bantal yang awalnya rapi sekarang berserakan. Menjadi tumpuan kepalaku.

"Akhhmmhhh...ahhhh...yesss... mmmhmhm..." Kujilat putingku dan
memainkannya. Kukecup lalu kujilat lagi.

"Mhhhmm enak bangettt.. kecup lagi dong ay ahhmmh yaaaa.." Aku
membayangkan seeseorang sedang bermain denganku. Menjilati puting bulatku rasaya sangat nikmat.

Ibu jari dan jari telunjuk memainkan ujung putingku sebelah kanan. Sesekali kuremas kedua payudaraku dengan sangat lembut. Merasakan
getaranya perlahan lahan.

Malam ini adalah malam untuk menyenangkan diri sendiri.

Tubuhku rasanya panas. Aku keenakan saat memainkan putingku sendiri dengan jari jemariku. Bahkan sesekali ujung lidahku mencoba meraih puting payudaraku. Menyentuh puting payudaraku melalui ujung lidahku. Geli dan nikmat sekali. Rasanya seperti kesetrum listrik.

Aku membayangkan adegan yang ada di video porno yang baru saja ku
tonton. Hentakan demi hentakan batang penis aktor didalam video
membuatku ingin sesekali mencoba merasakan bagaimana rasanya dimasuki oleh benda itu. Keras dan lucu. Aktris di dalam video dengan pasrah menikmati tusukan penis dan mengerang nikmat.

Crop top putihku lembab karena keringat tubuhku. Erangan dan desahan dari
suaraku sendiri membuat tubuhku menggeliat nikmat. Payudara yang sebelumnya bersembunyi di balik crop top kini mengembang dan menggetarkan seluruh tubuhku jika kuraba.

Aku bermasturbasi puas diatas ranjang kamarku. Celana legging hitam
tipis yang membalut kedua kakiku juga semakin lembab. Hawa dingin
lingkungan dan hawa panas tubuhku beradu satu sama lain. Membuat suasana seisi kamarku menjadi lebih erotis.

Rambutku acak-acakan seperti baru bangun tidur. Kurasakan tiap kupilin puting payudaraku memekku mengeluarkan cairan basah. Kurapatkan kedua pahaku lalu kugesekkan memekku diantara kedua paha. Menjepit memekku lalu menikmati tiap sentuhan payudara dan suara erangan yang kutahan.

"Akhhmmm yesss.. ahhkshhh uuhhmm.. nikmatnya...uhhhmmmm,,
uhhhhhmmmfmhh Terus lagi ay ahhhhhkkkhk..."

Slurrrpptt

Kusedot putingku lalu kupilin. Kugulingkan badanku kekiri dan kekanan
menahan rasa keenakan menikmati tubuhku sendiri. Air liur dari lidahku
semakin banyak menempel di payudaraku.

"Sialan makin malam makin hornyahhhh..mmmhhmhh,,.enak banget sayanggg uhhhmmhmmm lagi-lagi ahhhhhhmmmhmm"

Kedua tanganku bergerak naik turun meraba tubuhku sendiri dari atas
sampai kebawah. Jari-jariku menyentuh lubang memekku yang masih tertutupi celana legging hitam.

"Basah bangettt ahhmm..hh... ahh ahh ahhmm.."

Aku makin kegirangan ketika mengetahui ternyata lubang memekku basah banget.

"Ahhkkhh.. uhhmm akkhhh yess... ahhh basah lagi... ahh"

Enak sekali melakukan aktivitas seksual seperti ini. Colmek sudah
kulakukan hampir kalo ada waktu luang. dan waktu luang itu ada setiap
hari, Jadi aku colmek hampir tiap hari.

Lubang memekku digesek-gesek oleh jari jariku. Tiga, dua, satu jari
jemariku meraba dan mengobel-obel lubang memekku.

"Ohhhkkhh... yeahhh ehemmm.. yesss... im fucking so hornnyy ouhh
yeahh...yess baby..... do it again baby..sangee bangett basahh...
uhhhmmmhh"

Klitorisku ngaceng tiap kali ku kobel-kobel. Kumainkan klitorisku
sambil menahan suaraku.

"Fuckk... assshhhmmmmm uhhmm enakk banget... gakuaaattt issshh...
uhhmmm..ahhhkhh"

Aku ga tahan lagi. Setelah merasakan geli ketika klitorisku kumainkan
aku segera memasukkan jari tengahku ke dalam memekku yang basah.

Kukocok memekku lalu kumainkan klitorisku dengan jari tanganku yang
lain. kugosok biji klitorisku bersama dengan suara jari tengahku yang
mengacak-acak lubang memekku.

"Basah banget didalam memekku ahhkkhhh yesss... mantappp.. becek
banget jari akuuhhmmm ahhh..."

Clok Clok CLok....

Kupercepat tempo kocokan jari tengahku sampai mengeluarkan suara.

"Kalo udah sange aku ngga tahan dan ga peduli sama sekitar. Enak
banget rasanya mainin memek yang udah basah banget kek gini
agghghhh..."

Aku rajin mengatur tempo kocokanku. Jika kupelankan kecepatannya aku
bisa sambil membayangan hal yang begitu cabul. JIka kupercepat aku
hanya fokus untuk segera muncrat. Rasa kenikmatan yang berbeda ini membuatku gila akan colmek.

"Ahkhhh yesss ahhhhh ummhhhhhummm.. cum cum cum..."

Rasa hangat, basah dan erotis yang dirasakan oleh jariku saat didalam
celana legging membuat malam ini jadi sangat horny.

Seluruh tubuhku mulai gemetar geli. Aku mendesah tidak karuan. Nafasku
juga kacau tidak beraturan, aku rasa ini..... Saatnya muncrat....

"Ahhhhkkk iyaahhh.... teruss.. lagii... fuckk ahh... crott... ahhh aku
croottt ahh..crotttt uhhhmmm akkhhhs yeeeaahhkkhhkh uhummmhhh basahhh bangettt.. uhhh... "

Aku mencapai titik klimaks. Di antara kedua pahaku mengalir cairan putih yang merembes keluar lalu diserap oleh celana legging hitamku. Rasanya seperti semua hasrat keinginan duniawiku terpenuhi semua. Aku mengejang dan menikmati lonjakan gairah yang memuncak. Bulir keringat berjatuhan. Membasahi ranjangku dan pakaianku.

"Horny bangett.. stress ku langsung hilang.. emang paling bener harus colmek sih"

Jari bekas kucolok ke memekku masih lengket. Dilumasi oleh cairan kental tubuhku.

"Uhmmmhhh nikmatt bangett enakk.... "

Slurrppttsss

Aku menyedot menjilati sisa cairan yang masih tersisa di jari-jariku. Nikmat dan sangat mesum.

"Lezat bangettt rasa cairan dari memekku." Aku menjilati perlahan cairan itu seolah seperti hidangan penutup makan malamku. Mengonsumsi cairan tubuh sendiri itu penting karena cairan itulah yang membuatku nikmat dan sehat.



Aku berbaring diatas kasur dengan sekujur tubuh penuh dengan keringat basah. Bau cairan cintaku mengisi seisi ruangan kamarku. Aku tersenyum puas sambil mengatur ritme nafasku yang sebelumnya kacau. Aku menatap langit langit kamarku yang tetap diam melihat pemiliknya menggelinjang kenikmatan.

Di atas meja nampak foto keluargaku. Hanya berjumlah tiga orang aku, Papa dan mama. Aku malu jika melihat foto keluargaku yang rapi dipajang di atas meja. Seolah bayang-bayang putri tercantik satu satunya keluarga ini menjadi hancur citranya oleh dirinya sendiri. Tapi apa boleh buat? ini tidak membuat orang lain merasa bersalah bukan?

"Mama Papa maafkan aku. Anakmu ini sangat binal... semoga kalian mengerti"

Aku mengucap kata sambil melihat foto keluargaku lamat-lamat. Lalu segera memakai legging hitamku yang basah dengan benar. Mengembalikan posisi crop top ku keposisi semula. Semua seisi ruangan kamarku dipenuhi dengan nafsuku yang tidak terkontrol ini. Kasur basah karena keringatku juga bukti bahwa aku sangat nyaman dengan kondisi sekarang. Orang tua yang baik, berkecukupan, dan sangat mengerti kemauan anaknya sendiri.

Memang kuakui aku sangat cabul. Dan aku menyukainya. Sebelum menyukai seseorang lebih dulu menyukai diri sendiri kan?

"Oh ya sekarang jam berapa. oh masih jam dua belas malam" Aku melihat waktu di layar hpku. Video dewasa yang kutonton di hape juga masih terjaga. Siap ditonton lagi jika aku mau.

Kehangatan setelah masturbasi tidak bisa dibeli oleh apapun. Bahkan jika itu pacarku, aku merasa dia tidak akan mengerti betapa berharganya privasi seseorang. Aku tidak akan mau jika serta merta pacarku kelak akan langsung menyetubuhi diriku ini. Karena aku sangat peduli dengan tubuhku dan orang tuaku. Karena kurasa disekitaran sini belum ada cowok yang bisa memuaskan diriku sama seperti diriku sendiri.

Banyaknya keringat yang keluar membuatku gerah dan haus. Tubuhku masih lemas gara gara lonjakan kenikmatan barusan. saraf saraf ku juga masih menyesuaikan diri. Aku belum bisa sepenuhnya berdiri tegap namun aku merasa tubuh ini meronta-ronta kehausan.

"Sialan, seharusnya aku membawa sebotol air sekalian tadi. biar ngga keluar masuk kamar. Males banget kalo tiap hari lupa bawa air kekamar kayak gini"

Aku meraih ganggang pintu kamarku. Jika dilihat seksama tubuhku sebenarnya masih basa oleh keringat. Crop topku juga tidak menutupi seluruh tubuhku secara penuh. Lagipula agak risih juga dibagian selangkangan karena aku sengaja tidak membersihkan sisa muncratan memekku tadi jadi sekarang bagian bawahku sangat lengket.

Lorong penghubung kamarku dengan ruang tengah rumah cukup jauh. Jika malam hari rasanya sunyi dan menegangkan akibat jarak yang cukup jauh. Dulu waktu kecil aku sering menangis karena ketakutan melihat siluet barang -barang rumah saat malam hari. Karena buatku dulu itu adalah teror sepanjang malam hingga aku susah tidur. Mamaku datang lalu menemaniku diranjang tidurku sampai aku tertidur lelap. Tapi itu dulu.

Lampu ruangan sengaja dihidupkan dalam mode redup. Jika tidak aku akan mengomel keras ke mama atau papa. Mama papaku tahu kalau aku susah tidur cepat jadi seringkali aku berjalan menyusuri rumah sambil bermain hape dan membuat badanku capek di malam hari. dan juga melakukan kegiatan yang membuat badanku mengeluarkan keringat deras. Contohnya dengan bermasturbasi.

Tiba-tiba bulu kudukku langsung merinding. Aku melihat siluet kepala orang ditengah ruangan berdiri. Aku mengintip pelan-pelan dari sudut lorong yang menuju ruang tengah. Aku memelankan suara kakiku sehingga bayangan itu tidak akan menemukanku jika aku ketahuan. Mengendap-endap sambil mencari sudut yang pas untuk melirik bayangan itu. Aku ingin memastikannya sekali lagi.

"Apa yang kamu lakukan disitu? Malem-malem kok belum tidur. Mentang-mentang masih muda begadang terus. Mamamu juga bukan hantu, jangan sembunyi dari mama. Apa yang Nai takutkan didalam rumah ini?"

Astaga kukira benda aneh atau semacamnya ternyata cuma mamaku yang sedang berdiri memegang segelas air.

"Ayolah mamaaa... jangan menakutiku dengan bayangan dari kepalamu maa.. Aku takut. Apalagi malam ini sunyi sekali. Kalo memang tahu aku akan keluar kamar jangan diam aja. Aku penakut mama"

Bukan sok penakut, tapi memang benar kok malam ini sangat hening. Biasanya ada suara hewan jangkrik atau katak di dekat semak. Atau bunyi kucing liar yang sedang berburu mangsa di sekitaran rumah. Dan di malam tertentu tetangga bahkan menyetel musik hingga larut malam. Memecah keheningan malam. Tapi itu jarang sekali.

Ditambah lagi Papa jarang dirumah. Papa sering dinas diluar karena pekerjaanya yang begitu berat. Bahkan jika pulang kerumah Mama merasa kasihan karena sudah sangat larut malam dan besoknya pergi berangkat kerja lagi.

"Mama nggak menakutimu, Mama memang dari tadi sedang minum air di ruang tengah. Lagipula ada hal aneh apa didalam rumah ini? Kamu kan sudah dari kecil tinggal dirumah ini. Malah dulu sering juga kamu menyuruh Mama dan Papa pergi jalan-jalan. Biar ngga suntuk dirumah terus. Kenapa harus takut dengan bayangan-bayangan?"

"Iya aku tau maa... tapi ini dan itu adalah hal berbeda. Sejak kecil aku melihat Papa dan Mama jarang banget bisa berduaan dirumah. Maka dari itu aku sering menyuruh Mama dan Papa jalan-jalan berdua. Kalau bisa mending Mama dan Papa liburan tiap hari deh. Biar aku jaga rumah hehehe..."

Aku berbohong. Aku senang kalau tidak ada seorangpun dirumah karena aku bisa melakukan banyak hal. Apalagi hal yang privasi. Kalau urusan Mama dan Papa memang betul sih. Kadang kasihan sama Mama ditinggal sama Papa. Mau bagaimana lagi.

"Mama tidak apa-apa kok. Walaupun Papa jarang pulang, Papa sering ngasih kabar dan sering video call juga sama Mama. Seringnya sih Mama yang nanya duluan karena Papa jarang langsung ngasih kabar. Oh ya, kalau Naia ada masalah cerita aja, Mama siap mendengar. "

Aku mengambil segelas air yang baru saja kuisi. Aku meminum segelas air sambil melihat tubuh Mama.

"Kok Mama telanjang sih. Emang dirumah gerah ya? perasaan AC dirumah cukup dingin kok."

"Mama nggak telanjang loh. Ini kan lagi pake baju nih. Masa Mama telanjang didepan anak perempuannya sendiri."

Nggak telanjang apaan. Udah jelas itu pakaian buat ngentot.

"Tapi kan itu paha dan dada Mama kelihatan jelas. Celana dalam Mama pun kelihatan. Menerawang lagi."

"Naia... Ini namanya pakaian malam. Naia belum ngerti soal pakaian begini."

Pakaian malam apaan. BIlang aja baby dolls.

"Tapi tiap kita pergi berbelanja di pasar, Aku nggak nemuin pakaian kayak yang Mama pake sekarang. Emang beli dimana?"

"Pakaian apapun pasti ada penjualnya. Lagipula Naia masih belum paham soal pakaian semacam ini. Mending Naia tidur. Oh ya, Naia kok keringetan. Emang abis ngapain? "

Sialan. Udah malem lampu ruangan redup kok masih kelihatan keringetan sih.

"Uhhmm... ini aku lagi matiin AC di kamar. Iya AC kamar kumatiin. Lagi males make aja sih."

"Ngga biasanya kamu matiin AC. Lancarkah?"

"I-iya kok aku sering matiin AC loh Mama... cuma mama ngga tau ajah. Lancar apa maksud Mama?"

"Gapapa cuma nanya ajah. Keliatannya lancar"

What?

"Maksud Mama apa sih? Lancar apanya? Apa yang lancar?"

Aku menekan nada bicaraku. Aku kesal karena Mama nanya gajelas. Ditambah lagi badanku masih capek sehabis masturbasi.

"Udah-udah kamu tidur. Besok bangun pagi bantuin Mama."

"Ohh iya deh... selamat tidur..."

Ujung-ujungnya aku yang menyerah. Aku meraih lengan Mama. Mendekatkan diriku ketubuh Mama.

"Good night sayangkuu.."

Mama memelukku sembari berbicara.

"Oh iya, Nai ga masalah kalo Mama pake pakaian minim itu. Tapi gimana ya liatnya, aku kan masih belum dewasa, agak ga etis melihat mama dengan pakaian seperti itu."

Aku mencoba menahan momen sebentar. Melihat Mama yang sedang memainkan pakaian baby doll nya di depanku. Warna baby doll hitam itu senada dengan kulit putih mulus Mama. ditambah motifnya yang cantik membuat Mama jadi lebih terlihat anggun dan menawan.

"Mama kok maenin pakaian Mama sih..!" Aku bertanya dengan rasa penasaran. Aku tak tahan ingin sekali rasanya menyentuh pakaian Mama didepan Mama.

"Eh emang kenapa? gaboleh... ya? kan ini pakaian Mama."

"Maksud aku.. Mama emmm jadi te-terlihat cantik" Astaga aku memuji Mama. Aku keceplosan. Bahaya jika Mama tahu kalo aku penasaran sama tubuh Mama.

"Hehehe... anak Mama bisa ajah. Sini-sini peluk lagi"

Mama langsung menarik tubuhku ke dekapannya. Aku takut sekali jika Mama kecewa dengan aku soal sifat aku yang berubah drastis tidak seperti dulu. Mungkin baginya aku masih sama tetap sebagai anak satu-satunya. Aku juga takut jika Mama bertanya soal pernyataanku lebih jauh.

Mama Naia berpikir mungkin ini saatnya membuat anaknya menjadi lebih dewasa lagi dan terbuka soal kesenangan dan hobi. Dia juga meraba sedikit tubuh anaknya saat berpelukan. Tapi Mama Naia takut anaknya akan melabelinya sebagai orang tua yang hina.

"Baiklah, habiskan air putihnya, lalu pergi tidur ya!"

"Boleh cium Mama?" Aku menatap Mata Mama sambil menahan dekapan kedua tangan Mama yang masih ada di pinggangku.

"Tentu saja boleh. Tapi Mama cium Naia juga ya!"

Mama pun mencium keningku terlebih dulu. Akupun juga membalas ciuman kening Mama. Lalu aku balik ke kamar.

Aku menutup kamar pelan-pelan sambil menahan deru nafasku yang tak tertahankan. Detak jantungku begitu cepat. Aku tidak menyangka bahwa aku bergairah disentuh oleh Mama.

Pikiranku kacau balau. Aku tidak bisa berpikir jernih sekarang. Melihat Mama yang begitu sexy dan cantik saat memakai pakaian itu. Rasa pelukan dari Mama juga masih membekas dipikiran dan perasaanku. Rasa gairah yang membuncah membuat tubuhku diselimuti oleh keringat lagi.

Apakah Mama bisa melakukan lebih dari itu? Aku sangat menginginkan kelanjutan momen tadi. Aku ingin diraba terus oleh Mama. Apa kejadian setelah itu? Seandainya Mama orang pertama yang merasakan tubuhku maka aku akan rela.

"Mama apa boleh aku memasuki kamar Mama? "

Seandainya saja aku seberani itu didepan Mama.

Mama gabakalan tau apa yang aku pikirkan kan? Aku tidak boleh membiarkan pikiran liar ini merusak hubunganku dengan Mama. Tapi pakaian Mama tadi membuat hasratku langsung naik. Walaupun ngga terjadi apa-apa.

Aku takut Mama akan marah kalo Mama tahu apa isi hatiku. Aku malu mengakuinya tapi sebagai orang tua, boleh dong Mama mengerti kebutuhan anaknya sendiri.

Uhhmmmmm..,.

Aku mengacak-acak lubang memekku sambil membayangkan Mama masuk kekamarku. Melepas semua pakianku dan membasa
hi lubang memekku dengan cairan tubuhku sendiri untuk kedua kalinya.

"Gimana kalo Mama masuk kekamarku dan tau apa yang aku lakuin di kamar?" Aku berpikir dengan rasa takut dan gairah yang bersamaan.

Sepertinya malam ini akan lebih panjang.
 
PART 2

MAMA POV


Beberapa hari ini aku sangat gundah. Kesunyian rumah yang begitu luas membuatku terasa sangat mengkhawatirkan. Hampir setiap hari hanya aku dan anakku Naia yang mengisi kegiatan didalam rumah. Bersih-bersih kamar, lorong rumah, dapur, halaman belakang dan depan rumah, merapikan perabotan rumah, mengepel lantai dan mencoba melakukan kegiatan yang membuat aku dan anakku lebih akrab.

Aku sangat kesepian. Bayangan Papa yang jarang pulang kerumah membuatku gila. Aku ingin sekali merasakan belaian dan hentakan dari penis Papa sesering mungkin. Bahkan walaupun aku tidak bersama dengannya aku sering sekali memakai pakian sexy ku ketika aku bersetubuh dengannya. Ingatan akan dicumbu oleh papa sangat membuatku basah. Tubuhku rindu akan kehadiran Papa. Hanya membayangkan Papa berada dikamar saja membuat vaginaku meleleh.

Sore hari setelah berkabar via pesan, tetanggaku menjemputku didepan rumah. Kegiatan ibu-ibu rumah tangga sebanyak itu tidak bisa aku ikuti semua. Namun karena ini adalah kegiatan agama maka aku bersedia ikut. Aku ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi dalam berperan sebagai ibu rumah tangga. Aku berharap setelah ikut acara keagaaman tersebut membuat pribadiku jauh lebih positif. Namun jika ada orang yang bertanya langsung apa alasanku sebenarnya. Aku hanya ingin menghabiskan waktu selain dirumah. Lagipula Naia akan senang jika ia dirumah sendiran. Seharusnya anak sepantarannya pasti sangat bosan dan lelah jika seharian dirumah. Entahlah.



Aku memakai pakaian hijab seperti ibu-ibu pada umumnya. Namun orang lain tidak tahu bahwa dibalik pakaian muslimah yang kukenakan terdapat stocking hitam tipis yang membuat kedua kakiku semakin memikat dan seksi. Aku tidak ada maksud lain saat menggunakan itu. Aku hanya takut angin malam turun dan kencang saat acara dimulai. Lagipula aku melapisinya dengan kaos kaki hijab tipis. Tidak akan ada orang yang tahu.

Liburan sekolah Naia sudah hampir usai. Usianya semakin bertambah namun kebiasaannya dari kecil belum berubah. Selalu mencari tempat untuk menyendiri. Bahkan jika ada orang tua satu-satunya dirumah, dia tetap lebih suka menghabiskan waktu sendiri. Sore itu Naia sedang mencuci piring bekas makanannya. Di tempat cuci piring aku memberitahunya kalau Mamanya akan pergi ke acara keagaaman di dekat rumah. Dia menjawab datar tanpa ekspresi. Seolah-olah hal seperti ini sering terjadi.

Acara itu dekat dengan rumah. Panggung megah serta iringan suara memenuhi tamu yang datang. Panggungnya dekat dengan rumah kosong milik kerabat kerja Papa. Kabarnya sih isi dalam rumahnya rapi dan terawat. Hanya saja belum ada orang yang mau menyewa rumah itu. Lagipula, disekitar daerah ini hanya ada beberapa tempat pabrik dan kantor yang terdengar asing. Tidak akan ada orang yang mau pindah dan menyewa rumah itu.

Acara keagamaan pun berlanjut dan usai. Hanya beberapa nasihat yang bisa aku tangkap saat mendengar pendakwah di atas panggung. Dia bilang bahwa anak sekarang sangat jarang sekali mau bersosial dengan orang lain bahkan orang tua atau saudaranya sendiri. Pendakwah itu berkata bahwa untuk menjadi keluarga yang bahagia beberapa hal harus dipertimbangkan dan dihapuskan jika perlu. Dan yang harus memulai adalah orang tua karena orang tua punya kuasa dan petunjuk lebih banyak dibanding anak.

Setelah mendengar itu aku langsung teringat Naia. Dia jarang bergaul bahkan dengan teman satu sd nya sendiri. Sering kali sorot matanya tidak mau menatap mata Mamanya saat ngobrol. Seperti ada suatu hal yang sengaja disembunyikan.

Aku membuka pintu kamarku lalu merebahkan badan. Hanya mendengar omongan pendakwah itu udah capek. Aku tidak terlalu fokus menyimak pendakwah itu. Aku bingung dengan diriku sendiri. Karena aku merasa stocking yang kukenakan dibalik pakaian hijabku membuat selangkangan ku menjadi berkeringat basah. Jadi selama acara dimulai aku sibuk menyesuaikan tubuh.

Stocking hitam kugantung di dalam lemari pakaian lalu mengambil pakaian baby doll hitam dan celana dalam tipis transparan yang sengaja kusembunyikan di rak lemari paling bawah. Aku merasa memikirkan hal berat saat memakai pakaian erotis bisa menurunkan rasa kebingungan dan stresku sedikit.

Malam hari menjadi sepi. Bunyi acara yang awalnya terdengar sampai rumah kini menghilang begitu saja. Seperti hari yang lain aku menghabiskan waktu bosanku dengan diriku sendiri di dalam kamar. Terutama saat malam hari.

Saat sedang meraba tubuhku sendiri yang begitu erotis tanpa diduga aku mendengar suara desahan yang cukup kencang dari arah luar kamarku. Suara itu terdengar cukup jelas dari dalam kamarku. Apa jangan-jangan anakku....

Aku bergegas mencari sumber suara itu. Karena rumah ini cukup luas, aku tidak berani dengan heboh mencari sumber itu sambil terburu-buru.

Tampaknya itu benar-benar berasal dari kamar anakku. Tanpa bersuara aku mengendap-endap mendekati pintu kamarnya. Mencoba menangkap suara itu lebih jelas.

Badanku tidak berhenti gemetaran saat mendengar desahan itu. Rupanya anakku sedang menikmati tubuhnya sendiri di dalam kamar. Hentakan dari jarinya yang menusuk lubang vaginanya menciptakan suara yang begitu menggairahkan. Anakku tidak berhenti mendesah dan mengucapkan kata yang membuat dirinya lebih sange.

Cukup lama ia bertahan dengan aktifitasnya. Aku masih terdiam di depan pintu kamarnya. Menahan hasrat tubuhku yang kian memuncak saat mendengar suara dari anakku sendiri. Aku berusaha menjaga kehormatan dan ketenangan diriku. Mencoba tidak tergoda untuk menikmati suasana. Tapi saat melihat selangkangan ku yang basah aku rasa aku tidak akan kuat untuk menahan gejolak nafsu ini. Aku pun juga terkesima dengan gairah anakku sendiri yang sangat erotis.

Perasaanku semakin tidak beraturan dan sangat berlebihan saat gairah muncul. Aku tidak membenarkan kegiatan apa yang anakku lakukan tapi jika itu membuat dia nyaman dan senang dengan suasana rumah maka aku akan membiarkannya. Àku merasa gairah anakku juga harus dinikmati tapi juga aku tak mau membenarkan anakku.

Aku menikmati saat anakku menikmati bermasturbasi. Perasaan yang tidak tersampaikan ini membikin jari tanganku semakin liar membelai tubuhku sendiri. Aku tak mau merusak masa depan anakku dengan tanganku sendiri. Namun misalnya jika dia berani jujur kepadaku maka aku akan membimbingnya kearah yang dia mau. Sebagai orang tua wajib mendengarkan dan mengabulkan keinginan anaknya sendiri. Lagipula, Papanya pasti akan senang jika anak gadisnya semakin binal dan mesum.

Pakaian seksi yang sengaja kupakai membuat aku semakin gila menahan hasrat dan kehormatan sebagai orang tua. Dengan sikap yang bijak aku kembali ke kamarku, berbaring diatas ranjang dan menyodok lubang vaginaku dengan jariku. Aku harus menuntaskan gairah yang tidak tersampaikan ini jika tidak aku akan semakin tidak terkendali. Meraba dan menjilati payudaraku sembari menyodok lubang vaginaku dengan jariku sendiri. Suara erotis dari anakku juga masih terdengar walaupun samar. Apa yang dia tonton? aku sangat penasaran dengan selera anakku.

"ahhhhhhmmmmmhh... uhhmmmm... ashhhh... ihhhh... iyessshhhhh..uffhttttt... mphsshhmmm... Nikmati masa mudamu anakku. Aku juga akan menikmati suasana ini. " Aku mengacak vaginaku hingga orgasme.

"uhhmmmmm"

Aku tidak berekspetasi hanya dengan mendengar suara anakku yang sedang masturbasi sambil membayangkannya membuatku bisa mencapai orgasme. Perasaan lega, bahagia, dan nikmat ini sudah lama sekali aku tidak mendapatkannya. Karena papa beberapa bulan ini sudah lama tidak pulang kerumah. Aku ingin terus merasakan perasaan ini. Harus.

Belum sampai orgasme yang kedua kali aku mendengar suara pintu terbuka. Anakku pasti butuh air karena sudah beraksi sebegitu nikmatnya. Aku duluan mengambil segelas air dan meminumnya di ruang tengah. Dengan pakaian seksi yang masih kupakai, aku mencoba tetap terlihat sebagai orang tua yang baik dan santun.



Benar dugaanku. dia sangat menikmati lonjakan nafsunya. Terlihat tubuh yang penuh keringat dan sorot mata yang tersirat menunjukkan rasa lelah saat anakku minum air didepanku. Uhmmm sangat erotis sekali anakku. Legging hitamnya pasti bau cairan nikmat vaginanya.

Aku mencoba menggodanya sedikit dengan bertanya. Lalu memeluk dan meraba tubuhnya sedikit. Aku juga senang anakku bertanya kenapa aku memakai pakaian telanjang. Dia juga penasaran kenapa pakaian yang aku pakai tidak pernah terlihat di jual di toko atau pasar tradisional. Aku sangat senang sekali jika anakku peduli padaku. Hanya dengan mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut anak gadisku satu-satunya membuatku ingin buru-buru melanjutkan orgasmeku yang kedua kali.

Aku menyuruhnya tidur setelah aku memeluknya. Bagi pelajar tidak baik begadang karena merusak memori otak. Itu yang kupikirkan.

Tapi setelah anakku beranjak kembali ke kamarnya, Aku melihat ada cairan yang menempel diatas lantai.

"Cairan apa itu? Air tumpah?" Aku bertanya dalam hati sambil mendekati cairan itu.

Cairannya tidak berbau. Warnanya putih dan bening. Aku kemudian menyentuh cairan yang seukuran uang koin itu dengan jari tanganku.

"Astaga anakku... mphhmmmm ashhhh... ohhh... yeahhh.... uhhhh... ahhhhhkkkkkkkhh.... "

Slurpttt

Aku menjilati cairan itu setelah aku menyentuhnya dan merasakannya. Aku tidak menyangka cairan memek dari anakku bisa meleleh sampai keluar dari lubang vaginanya.

"Astaga anakku... sebanyak apa cairan mesum yang kamu punya? sehorny apa kamu itu? mama juga pengen tau"

Ahhkkkhhh... Slurrppttt.

Aku masih menjilati cairan itu. Cairan dari vagina anakku sendiri membuatku sangat bergairah lagi. Tanpa menggunakan jari aku langsung menjilati itu dari lantai. Aku tidak ingin cairan kenikmatan anakku terbuang sia-sia.

"Mesum sekali kamu anakku!"

Badanku tidak bisa menahan gairah lagi. Rasanya ingin memberontak dan segera menuntaskan nafsu ini. Puting payudaraku juga semakin keras padahal tadi sudah orgasme sekali.

Aku meraba tubuhku dengan lembut dan brutal. Lonjakan nafsu ini sangat disayangkan jika tidak dicapai. Jari tanganku memainkan puting dan vaginaku. Kedua mataku tidak kuat menahan rasa horny ini. Aku memejamkan mataku dan membuka mulutku lalu mendesis. Lidah kukeluarkan dari mulut. Membayangkan semua cairan anakku masuk dan melalui mulutku. Aku mengocok memekku saat aku sedang berjongkok setelah menjilati cairan anakku.

Tidak kusangka aku mendengar desahan dari anakku lagi. Apakah dia tidak tahu bahwa mamanya masih terjaga dan belum tidur? Tapi aku senang dengan situasi aneh seperti ini. Mungkin anakku mengira bahwa lorong panjang yang memisahkan ruang tengah dan kamarnya bisa meminimalkan suara. Tapi dia lupa bahwa dinding kamarnya tidak terlalu tebal. Dan juga bahan dari pintu kamarnya tipis. Suara apapun yang keluar dari kamar anakku akan kuketahui.

Lucu sekali melihat anakku dan aku ngocok memek bersamaan diwaktu yang sama ditempat yang sama namun dengan lokasi yang berbeda.

Kuharap anakku mau membuka hatinya lebih lebar lagi padaku. Pada keluarganya.
.

.~~~~~
Gimana cerita dari saya ?? Mohon beri pendapat ya huu.. biar makin semangat hehe
 
Part 3
Keesokan paginya Mama Naila terbangun. Dia hampir setiap pagi bangun menyiapkan bumbu masak yang akan dimasak untuk sarapan sendirian. Kedua kakinya yang terbalut stocking masih gemetaran karena sudah crot dua kali semalam. Dia membiarkan kamarnya berantakan selepas bangun karena dia sangat lapar. Perutnya sudah meminta jatah pagi-pagi buta. Dia berharap sekali liburan sekolah anaknya bisa membantunya dirumah. Terutama soal bangun pagi. Mama Naia sangat ingin anaknya bangun pagi karena dia takut kalau anaknya terbiasa seperti itu, saat lulus sekolah dia menjadi malas.


Saat mengupas bahan untuk dimasak, dengan duduk diatas lantai dia melihat kearah celana dalamnya sendiri. Dia berpikir sangat mesum sekali jika berpakaian setengah telanjang didalam rumah. Tapi, besar kemungkinan anaknya tidak akan menyalahkannya lagi.


“Wah celana dalamku bau sekali” Mama Naia menyoroti celana dalamnya. Dia merasa kalau bau celana dalamnya cukup kuat. Mungkin akibat semalam pikirnya. Dia ingin melepaskan celana dalamnya namun takut kalau tiba-tiba saja anaknya melihatnya.


Setelah mencampurkan bahan masakan, dia berpikir akan bagus jika menyegarkan badan dipagi hari dengan mandi. “Tapi pakaian apa yang aku kenakan setelah mandi?” Mama Naia berpikir keras sambil membolak balikkan adonan masakan yang telah dicampurkan dengan irisan daging ayam dan kecap.


“Mungkin pakaian ini bagus deh” Mama Naia kabur dari dapur dan loncat ke arah lemari bajunya. Dia telah menemukan pakaian yang mungkin saja cocok untuk dipakai hari ini. Mencoba merasakan perasaan dalam hatinya dan menggabungkan selera fashionnya dengan baik. Menjaga tubuh tetap cantik adalah cara seseorang mengapresiasi dirinya sendiri pikirnya.


Setelah menggoreng hingga matang, Mama Naia mandi dan berdandan. Pakaian yang ia kenakan dari kaki adalah kaus kaki putih panjang selutut. Rok sepanjang lutut dan kaos putih polos sepinggang. Dia berpose di depan lemari kaca sambil menyisir rambutnya. Rambutnya bergelombang sebahu. Warna hitam rambutnya membuat Mama Naia tampak seperti masih muda.


​

Sebenarnya Mama Naia sadar kalau umurnya sudah tidak bisa dibilang muda. Dia kurang yakin dengan aktivitas yang dia lakukan sekarang. Tetapi jika tidak dia akan mati kebosanan di dalam rumah.


Paha nya yang lebar dan kaus kaki putih yang dia kenakan membuat tubuhnya semakin ketat. Celana dalam tipis warna hitam tersemat menutupi lubang memeknya. Baginya umur tidaklah penting karena kecantikan bisa dibuat. Ia juga mengambil sebotol parfum yang berada disamping tumpukan dokumen kerja suaminya. Bau vanila tercium kuat dari dalam kamar. Cairan parfum itu disemprot ke sekujur tubuhnya.


“Ahhh…. segar sekali rasanya.” Ucapnya.


Saking senangnya berdandan ia lupa bahwa sedari tadi perutnya sudah minta pertolongan pertama. “Astaga… Anakku kenapa belum bangun sih. sudah jam 8 loh.” Lantas ia dengan terburu-buru menuju kamar Naia.


"Tiap hari kan? Papa? Gimana jadinya yah?" Mama Naia mengingat Papa yang dulu membuat perjanjian denganya setelah melahirkan anak perempuan.


“Harus dengan ini.” Mama Naia mengisi segelas air yang sudah dicampurkan obat perangsang.


"Mama masuk lohh!!! Bangunlah Naii… bangun!!!"
Mama Naia mematung didepan kamar anaknya. Mencoba mengetuk pintu kamar anaknya berulang-kali.


"Kok bangunnya siang terus akhir-akhir ini? Bantu Mama dong Naiii…" Mama Naia tertahan menunggu balasan dari kamar anaknya.


"Ehhmmmm uhh…. iyah… mamah…. bentar yah… sabar… Nai masih capek nih…" Suara dari Mama membangunkanku. Suara itu lantang dan nyaring tapi aku mengerti bahwa aku memang salah.


"Berapa kali mama bilang kalo liburan sekolah tuh harus rajin bangun pagi. Naia ga sayang mama yah?"


Mama masuk kedalam kamarku. Menaruh segelas air putih setiap pagi diatas meja belajarku. Aku takut saat mamaku melihat seisi dalam kamarku dia jadi marah. Berjalan perlahan menghampiriku lalu mengelus kepalaku yang masih berat.


"Bukan gitu mah.. Emang lagi cape aja loh.. jadi mau bangun pagi itu susah"


"Yaudah abis ini bantuin mama cuci piring. lagi numpuk itu. Tapi cuci muka dulu. Wajahmu berantakan gitu mama gasuka"


Mama berpaling lalu keluar kamar. Aku mencoba bangun sekuat tenaga. Badanku rasanya capek sekali seperti habis olahraga maraton. Selimut tipis masih menutupi tubuhku. Menahanku untuk berdiri.


"Tapi kenapa dengan outfit mama?" Aku menaruh perhatian setelah sadar pakaian yang mama gunakan. Aku baru sadar setelah mama keluar dari kamarku. Pakaiannya sangat menarik mata. Bau badannya juga sangat wangi. Membikin badanku langsung tegap berdiri.


Kebiasaan yang sering mama lakukan adalah tiap pagi memberiku segelas air. Walaupun seharian kadar air didalam tubuhku tercukupi tapi entah kenapa mama selalu memberiku segelas air. Lagipula semalam mama tau kalo aku juga minum air didepannya.


Aku meminum gelas air itu sambil menatap keluar jendela. Membuka jendela kamarku dan menatap langit yang membiru. Aku pasrah jika dimarahi oleh mama. Karena aku sudah berjanji padanya kalau liburan ini aku akan bangun pagi dan membantunya. Tapi Mama hanya menegur tanpa nada marah.


Setiap kali aku meminum segelas air dari Mama tubuhku terasa sangat hangat. Kedua kakiku belum siap menopang tubuh kini bergetar. Rasanya degup jantungku juga tiba tiba mengencang. Perasaan yang sama tiap kali minum air galon dirumah.


Aku merasa hari ini aku sangat bahagia sekali. Entah kenapa setiap meminum air dari mama mood ku langsung berubah. Aku merasakan itu seperti hal hal yang membuat hari ku mengesalkan kuterima begitu saja jika itu terjadi. Aku pasrah dan senang. Tubuhku rasanya seperti diisi ulang oleh energi. Dan kesadaran akan tubuhku juga semakin meningkat.


Aku bergegas menuju dapur. Melihat tumpukan alat dapur itu ingin kubersihkan habis tanpa sisa. Keringat badanku masih menempel saat mencuci piring. Aku belum mau mandi jika pekerjaan rumahku belum selesai.


​

"Habis makan mandi yah! Mama mau pergi sebentar soalnya" Mama mengelap piring lalu menaruhnya diatas meja. Sisanya jadi tempat makanan yang sudah matang dari kompor.


"Eh…emm i-iyah ma"


Aku melihat mama. Pakaian mama membuat tubuh mama yang seksi semakin menggairahkan. Kaus kakinya panjang. Padahal belum masuk musim hujan ga mungkin juga cuaca tiba tiba hujan. Rok panjang dan kaos polosnya membuat mama masih seperti anak gadis. Tapi yang membuatku takjub adalah sorot matanya sama seperti sorot mataku. Sorot mata yang menyembunyikan sesuatu namun tajam. Rambut gelombang nya juga elok dipandang.


​

Berapa lama mama berdandan seperti ini? Kurasa waktunya habis hanya untuk merias diri pagi-pagi buta.


"Ehh… hati hati dong. Nanti piringnya jatuh"


"Ehhmm iya ma." Aku mencoba fokus pada pekerjaan ku didepan.


"Duh… anakku pelan-pelan dong. Kayak gini loh…"


Setelah melihatku yang terburu-buru ingin cepat membereskan piring, dia menghentakkan kakinya mendekatiku. Tapi apa yang mungkin kusangka mama ternyata menempelkan payudaranya dipunggung hangatku. Mama meraih kedua tanganku dan mencontohkan gerakan sambil menempelkan putingnya.


"Pelan-pelan gini loh sayang… jangan buru-buru"


Mama memberikan gerakan santai saat memberiku contoh cara mencuci piring yang benar. Tapi entah mengapa aku merasakan dua tonjolan dibalik punggungku. Apa jangan-jangan puting mama mengeras? Aku juga merasa mama tidak memakai BH dibalik kaos polosnya.


"Uhmm… iyah.. pe-pelann.. pelann.. kan mama?"


Aku terkejut mama menggesekkan kedua putingnya dipunggungku. Gerakannya cepat seolah itu normal tapi semenjak aku meminum segelas air pagi saraf tubuhku semakin sensitif. Aku bisa merasakan gerakan naik turun dari payudara mama dibelakangku. Aku penasaran raut muka apa yang mama pasang sekarang.


Jatungku berdebar-debar karena perbuatan mama. Ia tidak menyentuh bagian tubuh sensitif ku tapi aku merasakan kehangatan dari tubuh mama dipunggungku. Ada perasaan aneh yang terbayang dalam pikiranku, apa yang aku lakukan setelah ini aku tidak tahu. Pikiranku kosong.


Mama kemudian melepaskan tubuhnya dan pergi. Aku meliriknya sekilas diekor mata kiriku kalau dia sedang tersipu dan tersenyum tipis. Lantas dia menuju ke luar rumah mengambil mobil didalam garasi.


Aku tetap melanjutkan pekerjaan rumahku. Tapi pikiranku masih tertuju pada momen tadi. Tubuhku semakin hangat dan berkeringat. Aroma parfum mama juga masih mengudara di dapur. Aroma dari tubuh mama juga membuat libido ku seketika naik. Aku yakin dan merasa bahwa barusan mama sedang menggodaku.


Dengan kesadaran yang semakin tidak terkendali aku mencoba meraih sepiring nasi dan lauk pauk. Mencoba tetap bersikap normal padahal dibalik celana leggingku sudah ada cairan memekku yang lumer.


"Oh ya… makan yang banyak yahh. Biar berisi. Setelah makan aku mau pergi. Naia berani jaga rumah sendirian kan?" Mama datang ke meja makan setelah menyiapkan barang dan memakirkan mobilnya tepat didepan rumah.


"Uh, eh, g... ga bisa," jawabku dengan raut muka yang membingungkan.


"Kok enggak bisa?" tanya mama dengan menengok ke arahku yang masih menunduk malu-malu.


Di saat itu aku sadar, dengan segala kehangatan dan keharuman yang ada pada tubuh mama, aku merasa terangsang.


"Iya tapi, eh, uh..."


Sudah, apa yang akan kuucapkan? Aku tidak bisa berakting normal.


"Masa karna ga bisa jaga rumah, Naia ga berani?"


"Iya tapi Mama, uhm…"


Suasana di meja makan tampak canggung dan tak seperti seharusnya. Apa yang harus ku jelaskan ke Mama? Tentu mama tidak akan memahami perasaan aku sekarang. Tetapi, mama harus mengerti alasan yang sebenar-benarnya.


"Ma, jadi, uh, kalo aku bisa jaga rumah, uh..." Ku tanya mama sambil menahan nafsu.


Mama memandang ku dengan ekspresi yang heran. Aku berusaha keras untuk menahan nafsu saat memandang mama dan mengingat bau wangi tubuhnya. Tubuhku juga terlalu panas dan keringatku keluar terlalu banyak.


"Apa sih Naia?" tanya mama dengan raut muka yang makin heran.


Aku takut kalau mama meragukan kelayakan anaknya dalam menjaga rumah tetapi, bagaimanakah nasibku jika aku terus berada dalam situasi ini?


Tubuhku yang panas dan keringat yang keluar terus, ditambah dengan bau harum dari tubuh mama yang tercium, tidak dapat terbendung lagi. Tangan mama yang mengusap pundakku tidak dapat dibiarkan lagi.


"Mama, eh, uh, uh..."


"Apa yang ada di benak kamu, Naia? Kenapa kamu ga fokus makan?"


Suasana di meja makan pun makin gelisah. Aku tidak dapat menahan nafsuku lagi.


"Aku tau kamu pasti sangat senang saat berada dirumah sendirian. Mama tahu apa yang ada didalam kepalamu."


Aku terkejut, karena apa yang mama ucapkan memang betul. Tetapi, apakah aku harus mengakui keinginanku sekarang? Apakah aku harus bersikap usil dan mengakui semua pikiran mesumku?


Mama pun mengangguk dengan ekspresi wajah yang memahami perasaanku saat mengurung di rumah sendirian. Mama melemparkan senyuman dan meraih pundakku.


"Jangan terlalu serius, Naia, aku hanya bercanda," Ucap mama dengan nada yang ramah.


Meski mama bercanda, pikiranku ada di tempat lain. Apa yang mama lakukan jika dia tau apa yang kulakukan nanti? Apakah mama hanya bercanda?


Aku baru tersadar. Selama mama berada didekatku dia selalu melemparkan senyuman kecil ke arahku secara tidak langsung. Aku mengetahui itu saat mencuri waktu meliriknya ketika mencuci piring dan berbincang. Apa yang dia pikirkan sedari tadi? Apa ada yang salah denganku? Apa tentang minuman makanan yang akan kami makan?


Sejak awal aku menginjakkan kaki ke dapur aku tidak bisa fokus.


“Apa yang kamu pikirkan? cepat habiskan makanannya. Mama takut kalo Naia kekurangan asupan kalori. Lagipula tubuh kamu juga butuh gizi yang banyak. buktinya udah ada yang semakin menonjol”


Mama melirik ke dadaku. Melihat crop top ku yang menggelembung dan ketat. Aku malu mengakuinya tetapi ini adalah soal tubuh. Lagipula gizi juga cukup penting untuk kesehatan tubuh. Dibalik itu hatiku cukup gembira saat mama tau perubahan anaknya. Tidak salah meremas payudaraku tiap hari. Ternyata memang ada hasilnya. Enak lagi.


Mama tersenyum melihat aku yang tersipu malu ketika sadar akan payudaraku yang sedang tumbuh. Kulit cerahku mengkilat karna keringat yang mengucur. Aku mencoba memalingkan badan. Aku tidak mau kalo mama tau putingku menonjol. Lagipula sedari tadi crop top ku udah mengetat.


“Mama ihh… jangan liat aku kayak gitu dong.”


“Aku kan mama kamu, wajar dong kalo mama pengen tau perkembangan dan pertumbuhan anaknya sendiri.”


“Iya betul.. tapi tatapan mama jangan kek gitu”


“Uhm.. maaf kalo soal itu.”


Astaga mama kenapa matanya menyiratkan rasa pengen tau yang besar kepada anaknya sendiri. Ingat privasi mama, privasi.


“Jangan lupa cuci sepatunya, bajunya juga. sama kamar Nai juga dibersihin, baunya aneh soalnya.”


“Eh… i-iya ma.” Hah? kamarku emang bau apa? apa jangan-jangan parfum yang ku semprot buat menyamarkan bau masih ga mempan?


Mama kemudian membereskan piring dan menaruh piring bekas makanan ke dalam wastafel.


“Yaudah, mama pergi dulu. Jaga rumah baik-baik. I love youu sayangg”


“Iya kok ma, aku akan menjaga rumah dengan ba-baik.” Aku menjawab sambil menahan hasratku yang menggebu-gebu. Jika mama tahu kondisi celana leggingku dibawah meja makan mungkin aku bakal malu seumur hidup.


Mama kemudian masuk ke kamar mengambil tas dan hp nya. Dia juga menyemprotkan wangi parfum vanilanya ke segala arah didalam kamarnya. Dia membiarkan pintu kamarnya terbuka setengah. Memakai sepatu favoritnya, high heels berwarna hitam. Bunyi sepatu high heels nya terdengar anggun. Berjalan meraih ganggang pintu depan rumah. Sambil meraih aksesoris kacamata di dalam tasnya lalu dipakainya.


Aku berjalan mengekor lalu melihat mama di balik jendela rumah. Mobil Toyota Supra MK-4 Hitam itu perlahan pergi meninggalkan rumah tanpa ada pagar ini. Kadang saat memikirkan alasan kenapa rumah tak ada pagar cukup membuatku khawatir. Tetapi berbagai alasan yang muncul di kepalaku, yang paling jelas adalah faktor dari Papa. Papa yang punya nama di dalam organisasi kemiliteran resmi dalam negeri dan kerabat yang membantunya menemukan perumahan ini. Kabar anginnya banyak tetangga yang segan dan sulit berbicara dengan keluargaku. Termasuk mama sendiri. Seharusnya Ibu-ibu lebih cepat akrabnya. Tapi lain soal jika melihat kondisi mamaku. Entahlah, aku masih belum paham urusan begitu.


Aku masuk ke dalam rumah, menutup pintu depan dan belakang rumah. Mematikan ruangan yang masih hidup lampunya lalu berjalan menuju ruang dapur.


“Seharusnya aku mandi sih. Tapi….” Aku menelan ludah ketika melihat pintu kamar mama yang seolah seperti menggodaku untuk masuk kedalamnya. Kedua pahaku berkedut-kedut. Rangsangan dari ketatnya celana leggingku juga semakin memberikan suasana lebih panas. Aroma vanila samar tercium menyebar perlahan menyusuri setiap jengkal dari rumah ini.


“Ahh baunya..” Bau wangi parfum mama membuat tubuhku makin tidak bisa kukendalikan.


Aku berjalan perlahan menuju ruang kamar mama yang berada di lorong dekat ruang dapur rumah. Tidak ada orang yang melihat kenapa aku harus berhati-hati. Tetapi dada ini berdegup kencang. Bulir keringat menetes dari dahiku.


Aku meraih dan mendorong perlahan pintu mama. Mencoba mengintip apakah ada orang didalam kamarnya walaupun sebenarnya usaha itu tidak perlu. Melihat sudut kamar mama yang cukup luas.


Melihat barang-barang yang tertata rapi di dalam kamar mama membuatku kagum. Apa dia tidak bosan menyusun barang yang begitu banyak didalam kamarnya itu. Beberapa pakaian papa juga masih terjaga rapi menggantung di lemari baju. Kaos, celana santai, baju militer papa dan beberapa sepasang sepatu mama dan papa berjejer berdempetan dengan lemari itu.


“Lampu kamarnya selalu saja membuat suasana kamar mama jadi lebih gimana gitu…” Aku masih heran dengan beberapa lampu yang terpasang diatas plafon kamar mama. Lampunya membuat suasana menjadi lebih bergairah dan eksotis.


Aku tau aku harus segera mencari itu. Aku deg-degan dan harus bertarung dengan waktu. Waktuku menjelajahi kamar mama sangatlah terbatas. Meskipun dari gelagat mama yang seperti mencoba merayuku masuk kedalam kamarnya secara tidak langsung, aku tetaplah masih seorang anak perempuan. Juga akupun tidak tahu berapa lama mama akan pergi.


Foto mama dan papa saat menikah terjaga bersih di bingkai fotonya. Menghadap tepat ke arah ranjang mama yang cukup lebar. Ekspresi wajah mama dan papa membuatku berfikir apa bisa aku menemukan cowok seperti papa. Setelah melirik ke foto itu aku mendekat ke arah ranjang mama. Meraba sesuatu dibalik bantal atau sarung kasurnya. Dibalik selimut tanganku mencoba meraih sesuatu, berharap menemukan benda itu yang disembunyikan oleh mama. Tapi rasanya tidak mungkin mama membiarkan anaknya tahu akan benda itu.


“Sepertinya mustahil” Aku mencoba menahan perasaan menyerah mencari benda itu. Berdiri mematung sejenak sambil mencium aroma pekat parfum yang baru saja mama semprot dalam-dalam.


Aku lalu merebahkan tubuhku yang gemetaran menahan hasrat ini diatas sofa. Meraba tubuhku kembali sambil menikmati aroma parfum mama.


"Sialan mama… kamu sembunyikan dimana dildo mu itu.. aku udah ngga tahan… ahhh…."
Aku malah menikmati gejolak tubuhku. Meraih payudaraku yang siap menyembul keluar dari crop topku. Aku meraba payudaraku, menahan rasa kesalku dengan memainkan itu.


"Mama sialan… mana benda busuk mu itu.. uhmmm… ahhh…. Memekku dah ga tahan… "
Aku makin ga kuat. Tubuhku menggelinjang diatas sofa mama. Keringat ku pasti menempel di sofa mama yang terbuat dari kulit sintetis.


Sebelum aku meneruskan rasa haus nafsuku yang makin meninggi, aku buru-buru keluar dari kamar mama. Aku takut mama tahu barangnya diselidiki oleh anaknya sendiri. Tapi….


"Waitt.. uhhh.. apa itu? Laci apa itu?" Sebelum aku menarik pintu kamar mama aku melihat laci aneh.


Aku penasaran. Laci itu terletak pas di samping pintu kamar mama. Laci itu berada diatas rak lemari kecil yang berdekatan dengan stop kontak dan saklar lampu kamar mama.


"Oh… apa yang harus aku lakukan sekarang."


Tidak disangka dildo mama berada di dalam laci itu. Dildo itu berdiri tegak. Aku meraih dan merabanya sedikit.


“Lah? kok dildonya masih lembab.”


Setelah memegang penuh mainan itu, ternyata masih basah oleh cairan lengket.


"Kapan mama memakai mainannya ini? Kok masih lengket sekali. Dan benda apa lagi ini?"


Karena terlalu fokus memandang mainan seks itu, aku tersadar bukan mainan seks itu saja yang ada di dalam laci. Celana dalam tipis warna hitam mama juga ada disitu.


"Celana dalam model apa ini? Uhmm….. baunyaa ahh… waitt… apa ini celana dalam mama semalam?"


Aku mengambil celana dalam tipis mama. Menggenggamnya erat lalu mengendusnya.


"Ahh.. baunyaaa anjinghh…uhmmm…… enak bangett…mpphshhmm… apa bau memek harus seenak ini."


Aku menciumi dan menjilati cairan yang masih menempel di celana dalam itu.


"Hah? Kalo dari semalam dipake lalu kenapa celana dalam ini masih basah?"


Aku bingung dan baru tersadar. Hal yang pasti adalah mama masih menggunakan celana dalamnya semalaman dan saat dipagi hari. Tapi soal cairan yang masih seperti baru ini bagaimana? Apakah mama pagi tadi masturbasi?


"Ahh… sialan mamah…. Ahh…. Uh…. Ehhmmmm….. aku ju-jugahh.. peng-en… colmek tiap pagihh… ahhhsshh.."


Aku tak kuasa menahan kegilaan nafsu ini. Celana dalam mama kucium dengan penuh nafsu. Tanganku juga memainkan dan menggesek memekku. Klitorisku yang mungil aku elus-elus dengan manja dibalik celana legging hitam ku yang masih aku pakai sedari malam. Dan sekarang aku merebahkan badan dan menikmati setiap bagian tubuhku mengeluarkan keringat basah akibat kejadian ini.


Aku bingung menanggapi benda ini. Benda yang sebenarnya menjadi rahasia terbesar mama dibalik sifatnya yang baik dan cenderung taat pada agama. Beberapa saat mama juga kadang mengingatkan aku akan pentingnya sholat dan kewajiban yang lain. Tetapi setelah tidak sengaja menemukan benda imut ini dikamar mama, citra mama di mataku jadi rusak.


“Ahhkhhh… ngapain juga sok-sokan polos.. dasar lonte.. uhmmsssshhp.. ahhkkkhh. Mamaku lontee.. ternyata… Ufftthpphhmmmsss….” Aku menepuk-nepuk dildo itu ke liang vaginaku. Labia vaginaku juga kuelus memutar. Aku melakukannya sambil membayangkan mamaku yang polos, menyimpan segala kenakalannya sendiri.


“Hmm.. Kenapa ga kupake” Celana dalam mama yang dari tadi aku letakkan dilubang hidung langsung kupakai. Legging hitamku kucopot, kulempar begitu saja diatas lantai. Lalu perlahan-lahan memakai celana dalam mama yang sangat menggairahkan.


“Kok ukurannya pas sih…. kan mama udah tua, kenapa ukuran pinggulnya sama kayak aku?” Aku tidak menyangka, ukurannya pas dengan lebar pinggangku. Perasaan yang membuncah mengisi gejolak nafsu ini semakin meluber dan membanjiri perasaanku yang kian meledak.


“Ouhh.. yeahh..mpphhsshmm… dasar mama mesum… mainan lo gw pake nih. mampus… ahhhmm…mainan lo kotor kena cairan gw nih anjinghhhshs… ahhhmmm..”


*Clok Clok CLok*


Aku masih menepuk vaginaku dengan mainan mama. Kedua pahaku tidak karuan, menendang-nendang ke berbagai arah karena menahan rasa nikmat. Lalu berkontraksi menekan pusat saraf di tengah selangkanganku.


“Uhhhmmmmhhhpphh… yesss.. do it again…” Semakin aku mengencangkan tempoku, semakin memekku basah oleh cairanku sendiri. Bunyi cairanku yang lumer saat ditabok mainan mama keluar muncrat kemana-mana. Turun dan mengotori sofa mama. Membuat selangkanganku semakin lembab dan basah.


“Lihat nih mahh… anakmu yang cabul.. i-i-iniii ahhsshhmmpphh…hufftthh..”


Aku tidak kuat, vaginaku memohon untuk dimasuki. Aku lalu menekan, menggesekkan mainan mama lalu memasukkan batang dildo itu ke dalam rahimku.


“A-ahkkhirnyaa mahh… bekass.. ca-cairaann mamaahh.. masuukk… ke rahimku…


“Sorry yah mamah… ahhhmmsshh..ce-celanaaahh dalaaamm mamah.. aku pa-pa-ke… uffthhssmm.. buat colmekkk…. mmpphh…”


Aku tidak habis pikir bisa tertelan nafsuku sendiri. Cairan air mani bekas colmek mama merangsek masuk bertemu dengan cairan anaknya sendiri. Air mani mama yang masih menempel di mainan seks itu merusak kepolosanku. Membuatku semakin bahagia atas suasanaku hari ini.


Aku mendesah hebat. Lonjakan gairah itu mengharuskanku untuk menekan mainan seks itu lebih dalam ke lubang rahimku.


*Clok Clok Clok*


“Ohh yeah mamah… fuck mee.. ahhhmppffttt…”


*Clok Clok CLok*


“Harder mamah.. lebih kenceng lagi… ahhhhh..” Aku mempercepat tempo kocokan.


*Clok Clok CLok*


“Hukum aku dengan mainan seks mu ini mamah.. mphhhmm” Bunyi becek cairan vaginaku semakin mengencang.


Memekku semakin berkontraksi seiring berjalannya waktu. Dengan tempo yang semakin cepat, aku berusaha menahan kenikmatan ini sedikit lebih lama. Berusaha untuk tidak muncrat tiba-tiba. Tubuhku juga semakin kegirangan merasakan aliran darah yang memusat menuju memekku. Perhatianku akan sekitar semakin kabur dan hilang, digantikan oleh suasana horny yang kubuat sendiri di dalam kamar mama.


“Ma… mamah…. a-akuu bo-lehhhh muncratt.. di-di mainan ma-maaa..kann? Ahhkkhh…”
Pikiranku semakin kosong. Cairan mama bertemu dengan cairanku juga semakin mempercepat jalanku menuju klimaks. Celana dalam tipis mama semakin basah dan lembab oleh bulir keringat dan cairan lengket memekku. Aku menarik celana dalam mama, memainkan celana dalam itu sembari semakin menekan mainan mama menuju lubang rahimku yang semakin panas.


“Mahh…. boleh muncrat kann?? Ahhkhh…..”


Pikiranku tak bisa jernih kembali. Biarlah tampang keluarga ini nampak berwibawa dan taat dari depan. Yang penting pikiranku dan kegiatanku tidak dikekang oleh kedua orang tuaku.


“Ahh..hhh Ahhh… Mphhhmmmpp.. Ufhffttt Huhfff… maafin anakmu ma.. Ahkkkkhhh.. Ufftthh “
Badanku gemetar hebat. Syarafku menegang dan seluruh tubuhku menggelinjang nikmat. Cairan memekku mengalir membasahi seluruh permukaan sofa mama. AIr maniku bercampur dengan air kencingku. Aku memuncratkan cairan bening kayak pipis di sofa mama. Seluruh tubuhku mulai terkulai lemas.


Aku mengeluarkan dildo itu segera dan meraih sehelai tisu disamping ranjang mama dengan kepayahan. Aku berjongkok, merangkak, aku belum bisa dan tidak kuat untuk berdiri normal. Aku mengelap cairan memekku yang tumpah ke segala arah di sofa mama perlahan-lahan.


“Duh gimana ini?” Aku baru sadar kalo bau badanku pasti akan tercium setelah berlama-lama di dalam kamar mama. Apalagi dengan tubuh berkeringat basah ini, aku yakin mama pasti akan tahu kalo anaknya masuk kedalam kamarnya. Ditambah lagi bau cairan vaginaku pasti akan tercium jika mama secara teliti mengendus sofanya.


Dengan sikap yang ragu aku kembali ke kamar mengambil sebotol parfum kesukaanku dengan badan penuh keringat basah. Aku menyemprot parfum favoritku ke sofa mama dan ke beberapa petak lantai keramik.


Aku kemudian merapikan sofa mama lalu menaruh kembali mainan dan celana dalam mama yang telah basah oleh air maniku ke tempat semula. Aku hanya bisa mengelap sisa cairan yang telah menempel di kain celana dalam mama. Dengan harapan supaya tidak tampak terlalu basah. Lalu menyemprotkan parfum sedikit supaya menyamarkan bau mesum yang telah kubuat.


“Puas bangettt. makasih mainannya mamah…” Aku membuka laci itu lagi lalu mengecup dildo dan celana dalam mama dengan bibirku.


Baru mau keluar kamar mama.


“Astaga, kenapa ngga ku jilatin cairan memekku aja tadi. Ngabis-ngabisin stok tisu ajah. Huft…” Aku kesal menyadari itu setelah mengelap dildo mama dengan tisu.


Aku keluar kamar mama dengan perasaan penuh amarah. Mengembalikan posisi pintu kamar mama ke semula dengan menahan itu. Celana leggingku juga aku lempar ke mesin cuci. Juga dengan crop top ku yang telah basah seluruh bagiannya.


“Yok semangat mencuci yok.” Aku menghampiri keranjang baju kotor dengan tubuh telanjang.


Aku tertegun setelah melihat keranjang baju kotorku penuh dengan pakaian mini yang telah kugunakan masturbasi hampir setiap hari. Kurasa aku harus berpikir ulang dan menahan aktivitas itu.


“Semoga mama tidak kepo soal keranjang baju kotor yang hampir menggunung ini.”
 
Bimabet
Part 4


Hari itu pagi yang cukup sibuk. Matahari terbit dan menuju garis tengah khatulistiwa dengan lembut menerangi langit. Sebagian pengendara tidak meributkan soal itu. Tetapi bagi pengendara lain, suhu yang semakin hangat dan panas membuat pandangan mata mereka cukup terganggu. Mereka seperti remahan roti yang jatuh saat memanggang sepotong roti utuh.

Aku seringkali membandingkan kehidupanku dengan banyaknya manusia yang sedang berlalu-lalang dengan tunggangan mereka masing-masing. Bisa terjaga dari sinar matahari langsung itu sudah membuatku senang.

Sebagai istri yang baik-dan mesum- aku harus tetap menjaga kestabilan kondisi kulitku. Meskipun beberapa tetangga menganggapku seperti seorang bule dari luar negeri yang terdampar. Hanya karena kulitku putih belum tentu itu semua terawat dengan baik. Lagipula corak wajah bule itu lebih dominan dan berbeda dengan ras benua asia. Seharusnya mereka tidak menyamaratakan penilaian itu hanya karena berkulit kuning langsat atau putih. Entahlah, banyak sekali julukan untuk itu.

Aroma dari parfum premium yang kusemprot sebelum menghidupkan mesin juga masih dominan mengisi rongga hidung.

Dengan perasaan santai, melihat kedepan kendaraan yang mengalir seperti sungai menuju ke arah mereka masing-masing, sesekali aku melihat ke arah kamera depan di hp yang telah kutaruh di samping setir mobilku.

Sesaat setelah berkaca menggunakan kamera depanku, bunyi dering panggilan dari Papa membuat tubuhku tersentak tiba-tiba. Dengan hati-hati aku menjawab panggilan itu selagi mengatur fokus dengan lajur yang kutempuh. Perasaan bergetar merambat perlahan menuju pangkal tulang belakang. Jari-jemariku menahan gerakan impulsif, mencoba menghindari kesalahan apapun saat menggapai hp.

"Sepertinya ada yang menarik, Sarah. Kamu tahu kenapa aku meneleponmu?" Suara berat dari Papa merangkul rasa sepiku yang telah mendalam.

"Tidak pernah tahu dan seperti biasa, aku tidak mengerti."

"Baguslah. Aku hanya ingin kamu mendengar bahwa sekolah yang kamu tuju adalah sekolah milik salah satu kerabatku. Pergilah ke ruang kantor sekolah itu dan carilah orang bernama Bu Milky, selebihnya aku telah memberitahunya soal kedatanganmu." Kata-kata darinya selalu membuatku merasa aman. Perasaan yang sangat dibutuhkan oleh wanita sepertiku ini. Terlebih aku agak bingung dengan momen pertama kali berkenalan dengan orang. Terutama orang yang berusia sama atau lebih tua denganku.

Dalam serangkaian kalimat itu aku merasakan gelombang frekuensi takdir menuntun aku maupun keluargaku ke arah yang masih abstrak namun menenangkan. Jika bisa melihat, seperti ada jalur yang menghubungkan itu secara kasat mata.

"Aku tidak mengerti, ini tidak terduga sepertinya dan seolah seperti takdir saja."

"Ini kesempatan kita sayang. Aku mempercayai dia karena sudah lama aku mengenalnya dan mendengar berita positif soal dia dari rekan-rekanku. Tanggung jawabnya jangan tidak diragukan lagi."

"Ada yang bilang sekolah itu sangat susah untuk dimasuki. Apa Papa ragu sama Naia?"

Memang benar berita burung itu. Beberapa kelompok ibu-ibu di perumahan sering membahas soal sekolah anak mereka masing-masing, kebetulan salah satu anak orang tua di perumahan itu bersekolah di SMAN 21 Batam. Dia memberitahu bahwa anaknya sangat stress kala menghadapi ujian masuk. Aku sendiri mendengarnya ketika berkunjung ke acara pengajian beberapa hari yang lalu.

"Aku tidak meragukan itu. Anak kita dengan pasti akan masuk ke sekolah itu meskipun memilih jalur mandiri. Aku hanya memastikan bahwa setelah dia bersekolah disana tidak ada suatu hal yang menghalangi dia berkembang lebih dewasa. Lagipula, aku percaya hingga sekarang kamu mampu mengajarinya di rumah selagi tidak ada aku. "

Suara dari Papa selalu terdengar seperti memiliki daya tarik tersendiri. Kalimat ucapannya memberikan rasa aman dan kasih sayang.

"Emm... iya kah? Jangan menggodaku sekarang, aku lagi fokus di jalan." Tidak habis pikir, Papa masih bisa menggombal saat sedang bekerja.

"Baiklah, yang terpenting adalah demi Naia, kita melakukannya." Suara berat itu menyibak rasa sepiku beberapa hari ini. Tetapi...

"Uhmm iyah" Aku cemberut. Aku tahu Papa adalah seorang pemimpin didalam keluarga kecil ini, tetapi aku terkadang sering merasa bahwa rasa cinta Papa-suamiku- itu telah terbagi ke Naia. Bentuk perhatian yang sering ingin aku rasakan.

"Ada apa sayang?" Papa bertanya dengan nada lembut dan berat. Suara dari tenggorokannya terdengar seolah hp itu didekatkan pada bibirnya. Memberikan penekanan.

Suamiku wajib peka soal ini. Aku sangat cemburu. Perhatian itu juga ingin aku miliki. Apa dia tidak berpikir bahwa istrimu disini butuh kehangatan tubuh. Jari=jariku semakin memegang erat kendali setir mobil dengan rasa kesal.

"Ehmm... tidak." Aku harus bersabar. Seharusnya Papa sudah mengerti hal apa yang harus dia lakukan saat jarang dirumah. Setidaknya mengirim pap. Minimal.

"Aku tidak bisa video call sekarang, sebagai gantinya nanti aku kirimkan video."

Uh... biasanya Papa hanya mengirim beberapa foto. Kenapa sekarang mencoba mengirimkan video?

"Iya" Aku menjawab datar. Namun jika Papa tahu, mataku sudah tidak sabar melihat video seperti apa yang akan dikirimkan oleh Papa. Pinggulku juga semakin tegang dan kegirangan.

Aku harus menahan perasaan ini dulu.

"Untuk biaya ga usah takut, cukup fokus dengan perkembangan Naia dan soal nanti malam kamu tahu apa yang harus kamu lakukan bukan?" Papa bertanya kepadaku seolah itu adalah kalimat terakhir untuk menutup panggung pribadi kami.

Aku terbayang soal perjanjian itu. Bubuk ramuan nafsu seks yang telah dicampurkan setiap hari ke dalam minuman Naia itu harus diaktifkan jika Papa menginginkannya. Cara mengaktifkan ramuan yang telah merasuk kedalam darah Naia cukup mudah. Hanya saja aku seringkali ikut tertelan kedalam arus peristiwa itu. Tapi itu soal nanti.

"Iya, Pa" Sudah dipastikan dengan ini hari ini adalah hari baikku. Papa akan meluangkan waktunya untukku.

"Kalau begitu nanti lagi telponnya sayang. Aku menantikan desahanmu nanti malam." Dengan suara berat yang merasuk kedalam hatiku, Papa mematikan telepon genggamnya.

Setelah suara dari Papa menghilang, gairahku yang sedari tadi kutahan semakin menggila. Bulir keringat membasahi kedua pahaku. Pendingin udara yang dipasang di mobil ini tidak bisa menurunkan rasa panas dari tubuhku. Tangan kiriku bergerak kekiri, jari tangan kiriku meraih tuas persneling mobil dengan lembut. Meraba dengan jari lentik ku yang telah gemetar, kemudian memegangnya dengan penuh hasrat, mengocoknya seolah itu adalah kontol Papa.

"Aku tidak sabar Papa." Gumamku, dengan jari tangan yang masih memilin persneling mobil dengan sabar.

Lampu merah menyala di perempatan jalan raya satu jalur, kedua pahaku tidak bisa diam. Rok selutut yang sedang menutupi mulusnya kulitku aku tarik ke atas perut, makin memperlihatkan celana dalam thong hitam yang menutupi lubang surgawiku. Jari tangan kiri yang sedari tadi memegang tuas persneling mengocoknya berpindah ke dada. Meremas daging lembutku yang tertutupi oleh kain katun putih. Sambil menunggu, aku meraih dan meraba pangkal pahaku dengan tangan kananku, mengelusnya lembut menggunakan jari tanganku yang lain.

"Uh... Mmhhhmm..." Aku mengerang, menunggu giliran lampu hijau menyala dengan gairah.

Beberapa orang sedang memandangiku dari luar mobil. Mereka menatap mobilku dengan rasa penasaran. Terkadang ketika mereka melihat mobilku dengan mata itu, terbesit fantasi yang liar jika bagaimana aksi mereka ketika melihat pengendara mobil sedang masturbasi di tengah perjalanan dengan arus lalu lintas padat.

"Look at me" Seorang pria dengan kemeja kotak-kotak melihat serius ke arah jendela pintu mobilku di atas motornya. Apa yang sedang dipikirkannya, aku sangat penasaran. apakah dia ingin tahu siapa yang menunggangi mobil Supra yang mahal ini, atau apakah dengan mata itu dia bisa melihatku sedang meraba tubuhku dengan lembut, ataukah dia bisa melihat wajahku yang tertutupi jendela gelap mobil. Aku meliriknya sambil meraba tubuhku yang kian rileks dengan bibir menggigit.

"Aku pelacur ternyata." Aku tersenyum ketika sadar akan perbuatan berani yang telah kulakukan di dalam mobil. Apa yang mereka lakukan jika mereka tahu aku sedang menikmati tubuhku. Aku takut, namun disisi lain juga penasaran dengan reaksi mereka. Diluar mobil sana terdapat begitu banyak pria yang haus akan seks jika mereka disodorkan oleh lobang kenikmatan didepan batang kontol mereka. Munafik jika mereka menolak.

Sayangnya perilaku seperti melakukan seks tidak pandang tempat dimata hukum sangat dilarang. Padahal akan sangat bahagia warga negara itu jika beneran dilakukan dan dilegalkan. Dengan aktivitas seperti itu dilegalkan di negara berkembang, aku merasa dengan gaji berapapun warga negara pasti menerima dan tidak akan berani bertindak kriminal dengan membegal kekayaan orang lain, karena nafsu mereka sudah dilayani dengan baik.

"Namun itu bertentangan dengan undang-undang asusila yang sudah berlaku." Aku sadar, pemikiran konyol ini pasti akan menghancurkan moral rakyat.

... setengah jam berlalu...

Aku merapikan pakaianku, rokku yang kutarik ke atas aku turunkan, aku juga menyesuaikan payudaraku yang sedang menyembul, mencoba menyembunyikannya dengan menghilangkan rasa gairah nafsu perlahan-lahan. Deru nafas sedari tadi sudah aku atur dengan pelan. Aku kembali tersadar dan bergerak meraih dokumen yang ada telah kupersiapkan didalam tas di kursi mobil sebelah kiri. Menghidupkan layar telepon genggam, aku berkaca dengan itu sambil merapikan rambutku yang terurai di depan wajah.

"Oke, tidak ada yang ketinggalan" Pikirku.

Mobilku bergerak perlahan, sambil menyusuri jalan yang baru saja aku kenali, aku melihat sekeliling area sambil mengingat titik lokasi. Melihat bangunan yang begitu banyak aku merasa sekolah SMAN 21 Batam ini terletak di lokasi strategis. Sekolah ini dikelilingi oleh perumahan elit Emerald Park dan gedung-gedung perkantoran. Tak jauh dari situ terdapat Terra Mall yang berdiri megah. Sudah pasti pusat olahraga, belanja, dan hiburan bisa menjadi destinasi siswa ketika sudah pulang.

Perjalanan menuju sekolah juga memperlihatkan jalan yang rapi dan teratur dengan hamparan pohon yang berada di sisi luar jalan. Kendaraan yang berlalu-lalang tidak didominasi oleh kendaraan berat, kendaraan pribadi dan sesekali sekelompok orang berlalu lalang santai menuju destinasi mereka masing-masing di sekitar sini.



Pemandangan gedung-gedung tinggi dan bangunan modern berganti menjadi tempat belajar. Pepohonan berjejer di setiap sisi jalan menuju sekolah melindungi area tersebut dari sengatan sinar mentari yang kian memanas di siang hari. Di ujung jalan mendekati sekolah, terdapat jalan bercabang dua, yang tepi jalannya disesaki oleh beberapa kendaraan roda dua dan pedagang keliling yang berhenti.

Menuju gerbang sekolah, aku mendapati sebuah bangunan modern dengan fasad yang dikombinasikan dinding kaca yang memantulkan sinar matahari. Sebagian warna netral abu-abu dominan tampak di beberapa dinding bangunan.

"Selamat siang, ada urusan apa ibu kemari-eh adik..." Satpam penjaga gerbang mendekatiku ketika jendela pintu mobil kubuka setengah, dia bingung melihat perawakanku yang nampak muda. dia mungkin menyapa lebih dulu karena belum pernah melihat mobil Supra MK-5 pernah memasuki sekolah.

"Saya ingin mendaftarkan anak saya di sekolah ini, boleh tahu letak parkir mobilnya dimana?" Dengan nada lembut, aku mencoba bertanya lebih sopan.

"Ohh i-iya ibu ya... Ibu boleh parkir di dalam sekolah. Setelah masuk, belok kekanan, ada rambu dan marka parkir menuju basement. Ibu bisa parkir disitu. Jika berkenan, ibu boleh bertanya lagi. " Petugas itu menyunggingkan senyum kepadaku, sesekali dia melirik penuh kearah dalam mobil, mungkin dia sedang memeriksa barang apa saja yang ada di dalam mobil lalu menekan tombol untuk membuka gerbang.

"Baik, terimakasih." Aku menekan pedal gas perlahan, menyisakan bunyi knalpot yang sedikit keras dan meninggalkan petugas itu mematung saat melihat bodi mobilku. Beberapa orang mungkin hanya sekali seumur hidup bisa melihat mobil sport dan mewah seperti yang aku kendarai sekarang.

Dengan perlahan membawa mobilku sampai ke tempat parkir basement, aku meihat empat kamera pengawas yang siaga di sudut ruangan beton. Suara mesin dari mobil menggema dengan lembut, menciptakan kehadiran tegas namun halus, dengan presisi aku berusaha memutar kemudi sebaik mungkin.

Suara mobilku yang berakselerasi rendah semakin menggema, bergemuruh ketika sampai di lokasi yang ku inginkan. Nampak beberapa pojokan ruangan beton terlihat cukup samar ada area sempit menjorok yang mungkin bisa digunakan untuk murid melarikan diri dari ketakutannya. Maksudku, seberapa sering orang melihat lantai basement dengan seksama. Naia mungkin akan senang jika dia tahu ada lokasi yang pas untuk mengeksplorasi dirinya ketika jam istirahat tiba, atau sembari menunggu kedatanganku.

Lampu mobil yang menyorot terang ke arah tembok beton kini padam. Meraih tote bag selempang disampingku, aku keluar dari mobil dengan hati-hati membawa berkas di dalamnya. Keluar dari jalur marka parkir mobil, aku berjalan santai sambil mengamati sekitar. Terdengar suara high heels ku menggema sambil melihat pakaianku sendiri.

Cukup jauh area parkir mobil dibawah tanah ini. Jika terlalu sering mungkin kedua tumitku akan lecet berjalan setiap hari dari basement menuju bangunan gapura sekolah. Sebelum melewati gapura sekolah, melihat sekawanan burung yang sedang menyucikan dirinya di tengah guyuran air mancur di taman sekolah membuatku takjub.

"Sekolahnya sungguh megah, modern, dan indah diwaktu yang bersamaan" Berdiri di dekat gapura, aku menahan rasa kagum yang berlebihan.

Aku melihat sekawanan burung sedang mandi dikubangan air mancur yang lebar itu dengan mematung di tengah jalan.

"Anu, permisi, boleh foto bareng nggak kak?" Kaget, aku tersentak ketika dua orang laki-laki paruh baya berseragam sekolah putih abu-abu tiba-tiba meminta foto denganku.

"Uh, iya boleh, foto dimana?" Aku masih bingung kenapa aku dipanggil kak.

"Disini ajah," Salah satu dari mereka menjawab dengan rasa tertahan.

"Oke" Dengan spontan aku meraih hp siswa itu, merapatkan barisan kami sehingga nampak layar kamera, lalu berpose.

"Oke makasih kak." Seketika mereka langsung kabur ketika aku telah memberikan hape nya kembali.

Belum menjawab aku menyadari saat membuka hasil foto itu sekilas. Tonjolan dari dalam celana mereka sangat jelas. "Apa mungkin mereka sange hanya dengan berada di dekatku?" Aku bingung, bergumam. "Ahh... biarlah."

Berjalan pelan menuju koridor bangunan sekolah, aku mencari tanda petunjuk arah ruangan. Belum sempat menemukan itu, aku melihat peta ruangan yang terpampang lebar di dekat persimpangan koridor luar.

Sambil mengamati dan mencari aku mendengar berbagai jenis langkah kaki siswa disini. Aku juga menyadari sedari tadi ada kawanan murid laki-laki yang sedang membuntutiku diseberang bangunan kelas. Berbagai percakapan lirih juga terdengar ditelingaku dari arah mereka.

"Memutari seluruh bangunan tiga lantai ini sangat melelahkan." Aku berpikir kemungkinan terburuk untuk itu, meskipun telah melihat denah lingkungan sekolah di depan mata, lebih baik aku menyusurinya sambil mengingat. Banyak siswa juga bisa dijadikan tempat untuk bertanya.

"

Aku maju beberapa langkah, meninggalkan kawanan murid dibelakang, menoleh kiri kanan mencari label ruang kantor yang menggantung pas di bingkai pintu.

Semakin aku asyik mencari tak sadar semakin banyak pula aku mengalihkan pandangan setiap siswa yang telah kulewati begitu saja. Aku penasaran dengan pendapat mereka soal penampilanku namun aku juga harus bergegas.

Tepat di persimpangan sepuluh meter dari denah sekolah, aku melihat guru dengan berkas ditangan memasuki sebuah ruangan dengan pintu berwarna hijau rumput. Berlari kecil hingga sampai kesana.

"Permisi, saya ingin mendaftarkan anak saya di sekolah ini, bolehkah saya tahu apa persyaratannya?"

Petugas kantor yang menjaga lobi ruangan terngaga sedikit, lirikan nya dari dekat seolah menyapu seluruh tubuhku dari matanya. Diiposisikan ulang posisi bokong dia ketika sedang duduk di kursi kerjannya. Tampak juga jakunnya naik turun seperti gerakan menelan ludah.

"Baik ibu, ini formulir pendaftarannya, silahkan dibaca terlebih dahulu, jika kurang mengerti ibu bisa bertanya langsung." Petugas pria itu menyodorkan selembar kertas formulir ke arahku dengan perlahan. Nampak ia seperti menahan pandangannya kearah tubuhku. Sedangkan aku lekat-lekat menantang bola matanya supaya beradu denganku.

"Baik, terimakasih." Aku mengambil selembar formulir pendaftaran darinya, serta menyamankan posisi tubuhku ketika sedang duduk.

Karena menunduk ketika membaca, rambut hitam gelombangku turun menutupi pandangan. Setelah mengibaskan helai rambut ku pelan, aku baru sadar guru-guru yang sedang berlalu lalang dan duduk di sudut ruangan melihatku dengan seksama. Aku sekilas melihat mereka seperti tatapan tidak percaya.

"Aku senang jika mereka memandangiku, aku terobsesi dengan itu. Lagipula tidak ada satupun yang dirugikan," gumamku dalam hati.

"Oh ya, bisa panggil Bu Milky sekarang? Saya ada urusan sebentar."

"Bisa, beliau sedang ada di dalam ruangan ini, tapi ada urusan apa ya bu?" Resepsionis kantor bertanya, menatap kedua mataku dengan rasa penasaran.

"Sepertinya suami saya kenal sama Bu Milky." Jawabku pelan.

Dengan mata heran tak percaya dia memandangiku. resepsionis itu sepertinya mencelaku di dalam pikirannya. "Memang apa hubungannya," mungkin pikirnya.

Selagi menunggu respon resepsionis yang tertahan, sesosok wanita keluar dari balik pintu ruangan di samping lobi kantor. Perawakan tinggi dan tubuh sintal tegas itu berjalan dengan langkah santai sambil tersenyum ringan kepadaku. Bunyi langkah sepatunya memecah fokus setiap orang di dalam ruangan tersebut.

"Permisi ibu, dengan Bu Sarah kan? Mari menuju ruangan saya" Belum sempat dia menghampiriku secara penuh, dia mengajakku ke ruangannya.

"Baik, Permisi, mari pak." Senyumku kepada resepsionis pria itu. Aku kemudian beranjak dari kursi cepat-cepat mengekor di belakang Bu Milky.

Aku menyunggingkan senyum kepada setiap guru yang telah aku lewati. Berjalan menuju ruangan Bu Milky, sepertinya ada beberapa guru pria yang dengan berani menatap mataku dengan rasa penasaran. Beberapa juga menghentikan sejenak aktivitasnya di meja kerja mereka masing-masing, memandangiku sekilas lalu kembali fokus.

Lorong yang kami lewati adalah lorong yang terhubung dengan ruangan yang penuh dengan meja berjejer panjang dan banyak kursi berisikan label nama setiap guru yang menempati disitu.

"Maaf menunggu, silahkan duduk" Bu MIlky masuk ke dalam pintu berlabel "Ruang Kepala Yayasan"

"Apa? kepala yayasan?" aku nyeletuk dalam hati, terkaget-kaget.

Bu Milky membuka jendela ruangan, membiarkan sinar matahari masuk melalui celah tersebut.

"Terimakasih sudah menunggu, aku perkenalkan sekali lagi nama saya Bu Milky." Dia menyodorkan tangan kanannya, mengajakku berjabat tangan.

"Nama saya Sarah, seperti yang sudah diberitahu sama suami saya, saya ingin menyekolahkan anak saya ke sini. Bertemu dengan Bu Milky seorang kepala yayasan sungguh tak terduga."

"Hehe, terimakasih atas pujiannya. Saya ditelpon oleh Pak Dior dulu kalau istrinya mau ke sini. Saya penasaran sama istri Pak Dior karena dulu nikah saya nggak sempat datang. Oh, maaf atas kelancangan saya berbicara soal hal pribadi." Bu Milky tersenyum menyela ucapannya sendiri, menahan rasa senangnya didepanku.

Aku hanya tersenyum sambil duduk manis melihat-lihat ruangan sekitar. Dia menambahkan, "Ibu sudah tahu soal persyaratan berkasnya kan, boleh saya ambil berkasnya?" Dengan segan dia menjulurkan tangannya tengadah menunggu berkas yang ku pegang di tangan kiriku.

Dia mengambilnya dari tanganku dengan perlahan. Malu-malu mata kami beradu. Melihat Bu MIlky menaruh berkas di dalam laci mejanya, aku bertanya, "Maaf bu kalau lancang, ibu kenal dengan suami saya sejak kapan, saya tidak pernah diberitahu olehnya dari mulai kenal sampai menikah. "

Menunggu jawaban aku menyamankan posisi dudukku yang agak tegang, berusaha luwes di depan Bu Milky. Terlihat dimataku sosoknya sangat cantik di bawah kerudung putihnya, tubuhnya juga terawat dengan baik. Nampak dari ukuran baju seragamnya yang cukup kecil, aku mengira-ngira kalau orang ini pasti rajin olahraga.

"Oh soal itu saya kenal dengan suami ibu sudah sangat lama. Sejak SMP malah. Kami tumbuh disekolah yang sama bahkan hingga SMA, setelahnya aku sudah tidak tahu kabar karena dia memutuskan untuk mengambil tes masuk ke TNI," Aku mendengar dengan seksama. "Tapi beberapa tahun kebelakang kami bertemu lagi di sebuah restoran. dan lanjut bertukar nomor.Tapi... ada satu hal lagi yang takut aku ceritakan ke Bu Sarah..." Lanjutnya dengan ragu.

Ekspresinya kian kaku, tetapi mencoba sebaik mungkin agar tidak terlalu nampak di depan mataku.

"Satu hal apa ya Bu? Saya ingin mendengarnya." Aku menekan kedua tanganku di samping badan, mengepalkan telapak tanganku sambil menunggu kelanjutannya.

Bu Milky tiba-tiba menoleh ke kiri kekanan, lalu menatap kearah foto sekelompok orang yang tersemat di dinding belakangku. Dia mengatur nafas lalu mengambil ponsel pintar di dalam saku bajunya.

Disodorkannya ke arahku layar hape itu. Agak malu-malu dia mencondongkan tubuhnya ke arahku, "Lebih baik ibu melihatnya sendiri. Karena saya bingung harus berbicara seperti apa."

Apa yang terlihat di depan kedua mataku adalah sebuah video dua orang sedang melakukan hubungan seksual di ranjang hotel. Gerakan kamera nya acak, perlu beberapa detik untuk mendapatkan informasi sambil mengamati video tersebut.

Dengan gaya doggy-style mereka mendesah kegirangan diatas ranjang dengan bantal berserakan. "Astaga, tidak mungkin." Aku tidak percaya, ternyata kedua orang itu adalah orang yang aku kenal. Papa sedang menggenjot dari belakang lubang vagina dari Bu Milky. Raut wajah Bu Milky yang kegirangan akan tusukan penis Papa membuat sekujur tubuhku bingung merespon. Ditambah, desahan nikmat kedua orang tersebut terdengar membuatku sangat resah dan syok.

Dadaku berdegup kencang. Pandangan mataku sekilas menuju wajah Bu Milky yang masih menampilkan video itu dari hape yang ada di tangannya. Dia diam dan kedua matanya menutup menghadap ke bawah. Aku merasakan getaran yang tidak semestinya aku rasakan. Aku benar-benar takut. Tangan Bu Milky yang masih menggenggam gawai juga semakin kentara getarannya. Dia sangat takut pula.

Aku tidak memiliki pemikiran seperti Papa akan berselingkuh. Aku terdiam sejenak, menyangga kepalaku dengan jariku dan menekannya. Kepalaku sangat berat. Nafasku juga semakin tidak karuan. Tapi bagaimana lagi seks adalah kebutuhan setiap makhluk hidup. Papa berselingkuh dengan wanita yang ada di depanku sungguh membuatku kaget. Tapi apa, apa yang harus aku lakukan setelah ini. Menurutku dijaman modern ini perselingkuhan adalah hal yang wajar. tidak salah dan tidak dibenarkan juga. Mungkin ada alasan kuat yang membuat Papa berani melakukan itu di belakangku. Alasan yang aku pikirkan sekarang adalah Papa sangat berat hati menahan rasa haus seksnya ketika sedang bekerja di luar, dia melampiaskan pada teman sekolahnya dulu dan kebetulan wanita didepanku ini juga setuju dan mau.

Bu Milky pun menyudahi hapenya, meletakkannya di atas meja dan menghela nafas panjang. Aku tersenyum kepadanya. Walaupun itu terlihat seperti dibuat-buat, aku justru mencoba memahami situasi di depanku sekarang. Seks bebas mungkin hal yang tabu dan dilarang di negara ini namun ada pengecualian.

"Baiklah, saya mengerti, untuk sekarang saya tidak bisa merespon dengan jernih. Omong-omong, anda belum menikah bukan?" Aku mencoba mencairkan suasana, menatap matanya perlahan dan pasti.

"Uh... i-iya saya belum menikah, ada apa dengan ibu yang bertanya hal tersebut."

"Baguslah kalau begitu, untuk sekarang saya hanya ingin meminta nomor pribadi anda. Bisakah anda memberikannya?" Dengan raut wajah senormal mungkin aku menawarkan hp ku di depannya, menyuruhnya memencet nomornya di hp ku secara langsung.

"Seks adalah kebutuhan wajar. Saya tidak mau menghakimi dengan sembrono dan berburuk sangka lebih jauh. " Aku mencoba menjelaskan alasan yang menurutku wajar.

Menepuk kedua pahaku aku berdiri dengan perlahan dan beranjak menuju kursi Bu Milky dengan langkah santai.

"I-iya mungkin." Suaranya terbata-bata kala melihatku sedang menuju ke arahnya. sambil menekan tiap tombol nomornya di hape ku.

Dengan berani aku berbisik di telinga kanannya yang tertutup kain hijab, "Kalau itu kebutuhan wajar maka tidak apa-apa aku mengekspresikan nafsu ku kan?"

Belum sempat dia menjawab, aku menelusuri bau dari leher yang tertutupi kain tipis itu. Mengendusnya dengan lembut melalui hidungku mengingat bau wangi parfum yang dimilikinya kemudian kedua telapak tanganku meraba perutnya dan memeluk tubuh Bu Milky dari belakang.

"Uhhmm...mmhhmm..." Dia tidak melawan. Masih diatas kursi kantornya Bu Milky menahan suara desahannya sendiri. Kedua bahu nya juga semakin mengendur dan rileks.

Ketika menelusuri bau parfum dari kedua pundak, mulutku kemudian bermain dengan mencium pipi sebelah kanan. Dan secara tidak sadar kedua tanganku memegang dengan lembut dua bulatan empuk yang tertutupi baju dinas Bu Milky.

"Ahhh..." Erangan Bu Milky membuat pikiranku yang kacau sebelumnya semakin hilang.

Bu Milky menatap kedua mataku dari bola matanya yang indah. Dengan kelopak mata setengah terbuka, tidak menunggu waktu lama aku berani mengecup bibirnya yang merona tanpa permisi.

"Uhmm... teruskan" Aku tidak menyangka mendengar itu keluar dari mulutnya.

Belum ada kesepakatan bibir Bu Milky mencoba menyedot bibirku yang semakin tertaut. Dari mulutnya, keluar lidah yang sudah basah akan air liur yang mengisi penuh di sela giginya. Bu Milky dengan berani meraih lidahku yang sengaja aku tahan, melumatnya dengan nikmat, menjejali rongga mulutku dengan tarian indah dari lidahnya yang mesum.

"Uhhmm..more, i need more." Deru nafas kami berdua beradu, mengisi nafsu kami berdua yang telah bangkit, membuat kedua bibir kami semakin lengket dan liar.

Semakin aku merabanya semakin aku sadar bahwa payudara bulatnya semakin membengkak. "Aku mengerti sekarang kenapa suamiku mau bercinta denganmu," Aku menepuk dan memainkan payudaranya dengan meremas dalam dalam.

"Ehm..ke-kenapa" Tanyanya lirih.

"Aura mu dan bentuk perawakanmu sama sepertiku. Diam-diam tapi sangat cabul," Aku tersenyum dan menjawabnya dengan tulus, "Jika yang memulai perselingkuhan ini adalah suami saya, maka saya berhak pula selingkuh atas nama kebutuhan yang normal." Aku menambahkan lalu mendekati tubuh Bu Milky agar berhadapan muka.

Rok span dinas miliknya terbuka, seakan mau digerayangi aku mencoba menggodanya lebih jauh dengan meraba kedua paha itu.

"Tarik rok mu itu." Dengan segera dia menuruti perintahku sambil menatap lesu wajahku.

Kini aku berhadapan dengan Bu Milky ciuman mesum yang aku buat kembali aku lanjutkan sembari meraba kedua pahanya perlahan-lahan. Aku juga merasakan bulir keringat dengan lambat keluar dari pori-pori selangkangannya.

"Aku mengerti betapa lelahnya Bu Milky bekerja seorang diri, gelar yang kamu sandang itu kurasa cukup membebanimu."

"Uhh... lebih baik begitu daripada tidak melakukan apapun. Jika suami anda melihat kita berdua seperti ini, apa yang dia katakan." Bu Milky menahan gerakan lidahnya, sedikit gemetar dia menunggu jawabanku, dia takut kegiatan ini diketahui oleh suamiku.

Aku mencoba mengembalikan pandangan bawah wajahnya ke arahku. Memegang dahinya sambil menatap kedua matanya yang sayu lekat-lekat. "Apa maksudmu? Hanya ada kita berdua disini. Lagipula diluar ruangan ini ada banyak pasang mata yang siap menerkam nafsu liarmu itu. Tidak usah menunggu suamiku, mereka akan dengan senang hati membuat kepala yayasan sekolah mereka merasakan nikmat bersama-sama."

Bu Milky tersenyum dan sedikit mengatur nafasnya, "Sepertinya apa yang dikatakan suami anda benar adanya. Anda tidak terlalu memusingkan hal tabu seperti ini."

Aku yang masih berdiri menatap kedua matanya dari atas, menaikkan satu-dua kakiku di paha nya. Aku sedang dipangku oleh kepala yayasan sekolah yang akan Naia masuki, lalu meraih pinggulnya dengan kedua tanganku, menariknya merapat ke tubuhku lalu melumat habis bibir mesumnya.

"Mata Bu Milky sangat mesum, sepertinya Papa menemukan orang yang pas untuk melanjutkan rencana besarku.:"

"Ahh... Saya tidak menyangka orang tua Naia sangat mesum." Ucap Bu Milky sembari menikmati lonjakan gairahnya didepanku.

"Aku juga tidak menyangka bahwa orang penting dari pemilik sekolah elit ternyata sangat mesum dan belum menikah. Apa yang kamu cari di usiamu yang semakin tua ini?"

"Anda tidak wajib tahu dan tidak berhak menyuruh saya." Jawab Bu Milky dengan tatapan cabul.

"Apa kamu sengaja merekrut sebagian pria muda untuk mengajar di sekolah yang kamu miliki?" Tanyaku pelan.

"Hmmhhmm... Kurasa seperti itu." Bu Milky dengan tegas memperlihatkan rasa tidak nyaman saat ku tanyakan hal itu.

"Setelah menampilkan video perselingkuhan mu, tidakkah kamu meminta maaf kepadaku " Tanyaku dengan semakin meremas payudara bulatnya yang masih tertutup.

"Tentu, saya menyesal atas semua yang saya lakukan."

"Memang harus begitu, kamu harus menyesal kamu telah menyakiti hati saya didepan mata saya dengan sengaja. " Nadaku meninggi tetapi kedua tanganku masih meremas bulatan dadanya.

"Bu Sarah, saya mohon maaf, tolong maafkan saya..." Nada suaranya melemas, terlihat gerak tubuh Bu Milky menjadi kaku sedikit. Dia menjauhkan tubuhnya dengan mendorong tubuhku sedikit dengan gerakan tidak nyaman.

"...Sebenarnya saya cukup senang dengan apa yang anda lakukan," Godaku tersenyum.

"Apa? Harusnya Ibu malu mengatakan hal seperti itu. Itu sudah diluar batas meskipun... Ahhhmmhh" Aku lanjut meraba masuk ke dalam rok span ketatnya.

Cukup lama kami bertukar cairan ludah, bentrokan nafas kami beradu mesra, bulir keringat kami juga sama-sama membantu kami sedikit menjadi lebih liar lagi. Dengan sengaja aku menarik lebih keras rok spannya. Mengangkatnya lebih tinggi sehingga dibawah tubuh yang aku duduki terlihat jelas sebuah cd berenda putih bermotif bunga ditengahnya.

"Apa kamu tidak takut mereka mendengarkanmu mengerang didalam ruangan ini?"

"Itu tidak mungkin. Aku sudah merancang dengan baik ruangan yang telah aku tempati. Tidak akan ada orang mendengar erangan panas kita berdua."

Cukup mengetahui dari pembicaraan kami bahwa watak Bu Milky berani dan malu-malu di saat yang bersamaan, membuatku semakin yakin suamiku pantas menyetubuhi wanita ini. Sisi binal dan tertutupnya sangat disukai oleh suamiku. Aku tahu betul hal itu akan melepaskan borgol birahinya saat bekerja.

Melepas tautan bibirnya, dengan rasa haus akan cairan, aku melirik tepat ditengah selangkangannya. Meraih kain penutup lubang kenikmatannya dengan jariku yang lentik sembari tersenyum manja.

"Bolehkah?" Aku bertanya pelan sambil melihat wajahnya lamat-lamat, menyusuri area itu lalu menyimpannya dalam otak. Sisa air liur yang terjebak dilidahku menetes menodai baju dinas Bu Milky.

Dengan bahasa tubuhnya yang mendorong wajahku menjauh dari liang tubuhnya, aku cemberut, berdiri lalu kembali keposisi semula.

"Sayang nya aku tidak memiliki banyak waktu sekarang..." Dengan wajah penuh keringat Bu Milky menahan hasrat seksualnya yang semakin liar. Dia ingin, namun sekarang masih dalam jam kerjanya.

Dia berdiri menjauhkan diri dariku.

"Katakan, apa yang sebenarnya anda inginkan? Menurutku, Bu Sarah sangat diluar batasan ibu normal."

"Apa yang kamu tanyakan setelah mendesah nikmat di depanku begitu? Lagipula kamu juga keenakan."

"Perempuan mana yang tidak terangsang saat melihat wajah mesum dan cantikmu itu. Bahkan dengan sekali tatapan mata saja saya mengerti keadaan anda dari kedua puting anda yang menyembul dibalik kaos." Ucap Bu Milky setelah menyetel kembali pakaiannya yang kusut.

"Sudahlah, mari minum" Bu Milky menyodorkan sebotol air putih kepadaku.

Aku hanya tersenyum, lagi pula siapa suruh dia memperlihatkan video tidak senonoh itu. Bahkan papa pun tidak memberitahukan soal ini. Memangnya Bu Milky ini sepenting apa?

Nafas kami telah kembali normal, Bu Milky menjelaskan beberapa keunggulan sekolah serta beberapa kegiatan ekstra yang mungkin bisa Naia ikuti nanti. Informasi satu demi satu memasuki kepalaku, setelah mendengar beberapa kalimat penjelasan darinya aku bertanya:

"Bebas? memangnya ada peraturan memakai aksesoris bebas dan sepatu bebas di sekolah ini?"

"Iya betul, Beberapa peraturan sekolah yang lama telah saya tinggalkan, lagipula dengan dorongan seperti ini tentu saja saya berharap para siswa lebih aktif dalam mengisi kegiatan sekolah. "

"Lalu ada apa dengan peraturan boleh membawa handphone asal dikumpulkan?" Tanyaku yang masih belum mengerti.

"Baik, saya jelaskan lebih awal kenapa ada peraturan seperti ini. Sekolah ini dibiayai paling banyak adalah dari organisasi pemerintahan, spesifiknya yang berkaitan dengan militer. Suami Bu Sarah telah mendapatkan hak akses untuk memperbolehkan eksperimen atau percobaan apapun dalam hal pengetahuan dan pendidikan. Waktu itu saya tidak sengaja mendapatkan email resmi dari pemerintah soal proposal bantuan dana bersyarat. Sedikit banyak organisasi militer telah melobi sekolah ini untuk menciptakan peraturan yang telah disepakati oleh tiap d0natur (jadi d0natur HANYA melalui admin team, BUKAN lewat staff lain) dari mereka. Dan, suami Bu Sarah adalah salah satu dari ketua di dalam organisasi itu."

"Hmm.. Papa tidak menjelaskan lebih jauh soal ini kepadaku. Apa dia menyuruhmu untuk memberitahuku soal ini?"

"Iya benar sekali. Suami anda telah memberi saya perintah untuk menjelaskan ini. Anda pasti tahu sedikit tentang tujuan yang suami anda rencanakan?"

"Kurang lebih iya. Lalu ada apa dengan peraturan mengumpulkan hp jadi satu?"

"Organisasi yang mendukung sekolah ini memiliki aplikasi yang bisa membobol password hp para murid. Nanti salah satu petugas yayasan kami akan memasukkan file untuk membuat para murid lebih nyaman dalam belajar."

"Maksudmu file apa?" Aku menajamkan indera pendengaranku.

"File cuci otak tentang hal hal tabu. Misalnya seperti yang telah anda lakukan tadi saat melumat bibir saya."

"Maksudmu video bokep?"

"Kurang lebih seperti itu. Intinya adalah membuat para murid lebih mudah menerima hal-hal dewasa. Mekanismenya seperti memberikan link situs dewasa ke akun sosial media para murid yang telah kami bobol. Selebihnya saya kurang tahu. Para anggota dari organisasi yang lebih tahu soal ini."

Aku mencoba mencerna ini. Ini hal konyol, lagipula para murid bakalan melapor ke orang tua mereka soal hal ganjil seperti ini.

"Aku mengerti. Tapi tidak semua murid bisa menerima hal aneh seperti ini secara langsung. Mereka bakal melapor ke orang tua mereka masing-masing. Apa kalian bodoh? Apa organisasi itu cuman akal-akalan orang mesum."

"Bu Sarah belum mengerti, apa Bu Sarah tahu kebanyakan anak sekarang tidak terlalu akrab dengan orang tuanya? Coba lihat dari kelakuan anak gadis anda sendiri. Apakah anak anda secara terbuka bercerita soal pengalaman atau perasaan yang dia miliki?, Anda juga tidak tahu kegiatan apa yang anak anda lakukan sekarang dirumah setelah anda tinggal pergi kesini. Masa pubertas adalah masa yang paling baik untuk anak anda mengenali hal tabu dan dewasa. Bu Sarah mengerti apa maksud saya?"

Aku menelan ludah, hal gila ini apakah berujung baik ataukah malah merusak. "Jika misalnya para murid langsung melaporkan hal ganjil ini kepada orang tuanya, Apa yang akan anda lakukan? Meskipun aku tahu ini adalah sebuah program organisasi militer, tapi tidak mungkin mereka akan diam." Aku berusaha merasionalkan hal gila ini. Meskipun saya sangat menantikannya, jika dilakukan secara masif bukankah malah memperburuk keadaan yang telah direkayasa hingga sekarang.

"Sebentar, apa Bu Sarah tidak mengerti bahwa program pemerintah ini bukan hanya rencana organisasi aneh yang telah militer buat. Mereka sanggup membiayai semua murid yang telah lulus tes dan masuk sekolah disini. Jika anda tidak percaya, tanya saja kepada anak-anak yang bermain di depan kelas mereka."

"Maksudmu siswa yang sekolah disini biayanya akan digratiskan?"

"Tidak sepenuhnya gratis, saya yakin kondisi keuangan anda baik-baik saja. Tapi apakah anda tahu, banyak sekali orang tua yang menginginkan anaknya datang dan bersekolah disini hanya untuk mendapatkan uang saku gratis tiap bulan dari pemerintah. Bu Sarah memang belum pernah mendengar ini di media karena memang sengaja disembunyikan. Lagipula prinsipnya diawal adalah eksperimen di dalam pendidikan. Setidaknya sedikit meringankan kondisi orang tua mereka."

"Uh.. baiklah, kamu memang benar. Saya tidak berpikir sejauh itu. Tapi apa hubungannya dengan hal tabu dan video bokep itu di sekolah? terlepas dari membantu kondisi ekonomi keluarga para murid, hal itu sangatlah konyol dan tidak bisa dibenarkan secara logis. "

"Disinilah para ahli beraksi, kami menyewa beberapa dokter ahli biologi yang terkait untuk menerangkan syarat utama penerimaan beasiswa uang saku gratis itu dengan sebuah surat resmi bermaterai tentang keterbukaan pendidikan soal seks.Orang tua murid wajib menandatangani dokumen itu jika mereka ingin anaknya mendapat uang saku gratis tiap bulan dari pemerintah selama satu tahun..." "Para ahli juga menyebutkan bahwa ini adalah sebuah eksperimen uji coba supaya generasi mendatang lebih akrab dengan orang tua mereka. Jika orang tua mereka masih tidak terima, kami akan membuat mereka diam dengan beberapa minuman yang telah kami campurkan beberapa obat perangsang dosis tinggi, menyuruh mereka untuk memasuki ruangan yang telah kami sembunyikan untuk menikmati hidangan tubuh orang yang telah telanjang. Bagi para bapak, kami akan menawarkan gadis baru lulus sekolah untuk mereka setubuhi. Untuk ibu-ibu kami juga membolehkan mereka menyentuh atau memasukkan penis cowok baru lulus itu ke lubang memek mereka."

aku menelan ludah. topik semacam ini dikemukakan oleh pemilik sekolah elit membuatku terasa tercebur masuk kedalam rencana absurd yang besar. "Lantas kalian melakukan itu, tapi apa kalian tahu, kondisi keuangan keluarga mereka masing-masing tetaplah masalah khusus. Sebesar apapun usaha yang kalian lakukan tetaplah tidak begitu banyak membuat orang tua mereka yakin dan rela sepenuhnya."

Bu Milky semakin tidak sabar dengan ucapannya. Mengambil sebotol air lagi, dia menenggak itu sambil mengatur nafas, "Bu Sarah masih menganggap remeh usaha organisasi kami. Para orang tua murid juga akan kami beri uang tutup mulut supaya mereka tenang. Lagipula, orang tua sekarang dominan duda anak satu, janda anak dua. Sedikit dari mereka yang anggota keluarga nya masih lengkap tidak bercerai. Kami menawarkan kebahagiaan untuk keluarga mereka. Jika anak mereka lebih terbuka maka orang tua juga tidak malu-malu untuk mencoba lebih dekat lagi dengan anak mereka, contohnya membuat ikatan mereka lebih dekat melalui hubungan seks. Itu adalah tujuan awal kami."

"Hmm... baiklah, terus terang saya mendukung. Papa mungkin juga ingin mencapai itu. Aku juga ingin Naia lebih terbuka dengan ku dan papa. Khususnya soal sex supaya dia paham. Aku takut ketika dia mempunyai seorang pacar diam-diam dia kemudian hamil. Benar seperti yang kamu katakan, lebih baik pendidikan soal seks dilaksanakan daripada terjadi hal buruk. Lagipula aku juga senang anakku lebih dekat kepadaku, jika bisa aku senang dia lebih terbuka lagi soal hal dewasa dan seks. Aku sendiri sangat ingin itu terjadi. Tapi Bu Milky masih belum mengerti betapa sulitnya meyakinkan orang tua murid karena kamu sendiri belum jadi orang tua."

"Apa Bu Sarah mengerti suksesnya program ini adalah dari orang tua murid. kami akan membuat mereka nyaman dengan berbagai keuntungan yang bisa meringankan kondisi mereka. Tentu saja kami juga mengajarkan pendidikan seks dengan sangat menyenangkan sehingga lebih mudah mengarahkan murid untuk lebih percaya diri dan terbuka. Dengan surat perintah persetujuan dari pemerintah, orang tua pasti akan takut dan sangat menyayangkan kesempatan ini berlalu begitu saja. Lagipula tidak ada salahnya mengenalkan pendidikan seks kepada anak, mungkin sulit untuk pertama kalinya karena berbagai macam alasan dan aturan tak tertulis yang telah lama mengakar di masyarakat. Namun belum tentu itu tidak bisa dilaksanakan. Tentu saja berbagai macam acara sosial telah organisasi pemerintah sponsori diam-diam. Kami berharap itu berjalan lancar. "

"Bu Milky seolah seperti pernah melakukannya dengan sukses tanpa halangan, apakah kamu tahu bahwa sedikit dari orang tua murid pasti memiliki pribadi yang taat kepada agama mereka masing-masing. Bagaimana jika mereka membuat gerakan anarkis setelah tahu apa yang dilakukan sekolah kepada anak mereka masing-masing, bagaimana jika mereka berdemo di depan kantor pemerintah soal ajaran sesat seperti ini?, memang benar surat resmi dan stempel dari pemerintah itu sifatnya mengikat tetapi pola pikir dan kebiasaan masyarakat tidak akan bisa diubah begitu saja dengan cepat. "

Bu Milky mendengus kesal,mencari posisi nyamannya dia berkata: "Apa ibu tahu bahwa masjid dan gereja yang telah dibangun di kecamatan ini telah menjadi bagian projek dari organisasi militer diam-diam. Asal Bu Sarah tahu, setelah maraknya masyarakat bermigrasi ke wilayah ini membuat semua aturan adat saling tumpang tindih, tentu saja itu hal yang tidak begitu penting dimata kami, namun dengan begini kami memegang kendali penuh atas terciptanya wilayah baru hasil eksperimen sosial kami kepada masyarakat disini. Dengan alasan ekonomi pula masyarakat pasti dengan senang hati membuka pikiran mereka soal perkara ini. Tenang saja, jika masih ragu cobalah bertanya kepada murid tahun kedua sekolah ini. Mereka dengan senang hati menceritakan perubahan hidup yang begitu menyenangkan dan membahagiakan setelah mendapat pendidikan seks dari organisasi militer kami."

Melipat kedua lengannya Bu Milky menambahkan "Opsi menolak tawaran sekolah juga bisa dilakukan oleh wali murid, tentu saja kami juga menyuruh mereka untuk tutup mulut dengan bantuan uang dan hal manis lainnya. Karena sifatnya rahasia, kami sengaja membagikan nomor yang bisa dihubungi wali murid jika berubah pikiran di tengah jalannya belajar mengajar berlangsung. Sayangnya jika mereka menolak, anak mereka tidak akan mendapat bantuan dana dan mereka juga tidak mendapatkan uang dari pemerintah."

Bagi orang tua murid yang taat, sangat teriris hati mereka jika anak mereka diperlakukan seperti kelinci percobaan. Tapi faktor ekonomi juga mungkin membuat mereka harus menerima itu dengan perasaan tidak rela. Lagipula sekolah elit ini akan membantu murid didiknya lanjut ke perguruan tinggi dengan mulus. Tawaran yang sangat menguntungkan ini sangat sulit ditolak, bahkan aku saja mungkin menerimanya.

"Baiklah, jika belum paham nanti aku akan bicara dengan Papa. Terus terang dia tidak memberiku banyak cerita soal ini. Jadi mohon maaf atas perlakuanku yang berlebihan."

"Tidak apa-apa. Sebuah tujuan akan tercapai jika komunikasinya berjalan dengan baik. Saya harap Bu Sarah juga mau membantu program kami. Soal tes masuk Bu Sarah tidak usah pusing, saya akan membantu anak anda agar bisa masuk tanpa tes. Lalu, untuk pemberitahuan berikutnya akan kami lanjutkan ke grup whatsapp sekolah kami. Ibu sudah mencantumkan nomor wa ibu di dokumen surat pendaftaran kan?"

"Ba
iklah, jika ada waktu aku akan bantu, lagipula kamu kan kenalannya Papa dan temen s-e-k-snya papa. " Senyumku sinis.

"Mohon maaf atas kelancangan saya bu. nanti saya akan menjelaskan soal ekspresi ibu ke Pak Dior"

"Haha biarin aja. gapapa. santai aja sama aku. lagipula tidak lama kita bakalan akrab kan" Sambil menggoda Bu Milky aku meremas tipis payudaraku di depannya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd