Air mata Mia dijilati Mamat. Lidah itu turun ke leher Mia lalu naik lagi ke pipi. Suep sepertinya sudah tak tahan dia mengeluarkan peju ke kaos Mia, terlalu indah pentil itu untuk ternoda cairan putih.
Aneh, titit Suep masih tegang. Dia menyodorkan titit ke pipi Mia, kode minta di serpong. Namun, anakku menolak. Dia lebih memilih berciuman dengan Mamat.
"Woo lonte!" sentak Suep.
"Suep, sini Sayang. Biar kuserpong," ucapku, membuat kegusaran suep berkurang.
Sekarang dua lelaki perkasa yang kulayani. Satu kuserpong dan satu lagi menggenjot pelan.
Aku lihat Mamat berbisik-bisik dengan Mia. Aku tahu dia tipe badboy penggoda dan Mia mengangguk. Anakku melapangkan kaki, sehingga memeknya yang basah berwarna pink nampak. Bulu-bulu tipis di sana disigap oleh Mamat dan lidahnya mulai menjilati. Mia menggelinjang sambil mengemut jari telunjuk kiri, tangan kanannya mengelus-elus rambut Mamat. Klitoris anakku semakin besar, bahkan maju hingga membuat Mamat terkekeh.
"Gede banget, seperti titit anak bayi. Pasti nafsumu besar, ya."
Mia mengangguk. "Bang, lagi," bisiknya, tak ingin Darsono mendengar. Dan Mamat pun mulai menjilati benda itu dengan perlahan.
Semakin cepat tarian lidah Mamat hingga kedua paha Mia mengapit. Mia menjambat rambut Mamat dengan kedua tangan. "Auuuuhh Baaaang sshhh mau pipiiiiis."
"Tahan." Mamat sengaja memasukkan kedua jari tangan ke memek itu, membuat Mia mengerang. Desakan cairan nikmat menyembur dari sela mememk, muncrat berkali-kali. Orgasme yang hebat hingga Mia mengangkat pantat dan jatuh melas.
Mamat merangkak naik, memamerkan tangannya yang basah. "Lihat, banyak banget yang keluar." Dia menjilat jari lalu memberi jari itu pada Mia. Seakan mengerti Mia pun menjilat jari itu.
"Bang, Mia pengen." Bisik gadisbitu sambil mengocok titit Mamat dengan penuh perasaan. "Mia mau merasakan ini di Memek Mia."
"Pacarmu marah enggak?"
"Jangan sampai tahu."
"Ibumu berpesan jangan sampai masuk."
"Ish Bang, Mia pengen nyicipin anu Abang."
Mamat membelai, belai dada Mia dari balik kaos. Dia menimbang-nimbang resiko dan nafsu. Sesekali melirik ke arahku yang sedang ngos-ngosan.
Darsono semakin kencang menggenjot memekku, sementara suep sedang netek. Aku memejamkan mata menikmati orgasmeku yang ke dua.
Mungkin karena itu Mamat mengangguk. Dia menggandeng Mia keluar kamar menuju kamar mandi. Dia duduk di lantai bersandar tembok, memangku Mia saling berhadapan.
"Mia kamu cantik banget," ucap Mamat sambil tangannya masuk melalui bawah kaos meremas dada mia. "Abang sebenarnya suka Mia. Semenjak Mia SMA, Abang sering ngintip Mia mandi." Dia lalu mengenyot tetek Mia yang masih datar.
Oh Tuhan, apa asmara akan tumbuh di kamar mandi?
Perlahan titit Mamat menembus memek Mia, hingga gadis itu mengadah kepala sambil memegang kedua pundak Mamat. Perlahan Mia naik turun, menikmati setiap jengkal titit berurat di dinding Memk, hingga menyentuh rahim. Dia mencium Mamat dengan penuh cinta.
Semakin cepat gerakan pinggul, memaksa Mamat menelentangkan Mia. Dengan gaya missionari Mamat menggenjot santai, semakin kencang, tangan kirinya meremas tetek mia di balik kaos. Mamat kembali merubah posisi, dia membantu Mia beridri melakukan doggie stile, sambil berciuman sambil meremas kedua tetek Mia dengan kasar. Permainan semakin bersemangat, hingga suara memek basah menggema. Titit Mamat berbusa, dan semakin besar hingga Mamat berbisik, "Keluar Di luar atau dalam?"
"Luar Bang."
Mamat menurut. Dia memaksa Mia jongkok, mengocok titit dan diluar dugaan, Mia malah menyerpong. Dalam hitungan detik peju melumer dari sela bibir Mia. Gerakan maju mundur di kepala melambat Mamat membimbing Mia berdiri. Tanpa jijik mereka berciuman mesra.