Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Ketika Bulik Datang Berkunjung

Bimabet
Lanjutan

####

Lima belas menit kemudian. Yayuk keluar dari kamar dengan daster sepaha yang dikancing di bagian depan. Dari balik daster berwarna abu-abu terang itu jelas tercetak puting susunya meski agak tersamar oleh gambar bunga dari dasternya. Paha mulusnya yang berkulit cerah terpampang jelas. Rambutnya yang sebahu masih basah, sepotong handuk ada di tangannya dan dipakai untuk mengeringkan rambut hitam bergelombang itu. Meski hanya berbalut daster, tapi wajah Yayuk sudah nampak sangat cerah. Dia berdandan tipis, sengaja tidak terlalu mencolok. Tapi itu sudah cukup untuk menarik perhatian lelaki mana saja. Dandanan tipis, aroma wangi sampo dan semprotan lembut parfum, sungguh kombinasi yang tepat untuk menggoda pejantan. Dan memang itu tujuan Yayuk, menggoda pejantan bernama Ramli.

Sang pejantan yang jadi sasarannya sedang duduk di ruang tamu, menikmati sebatang rokok selepas sarapan. Di meja ada segelas kopi yang masih mengepul, dan di tangannya ada handphone yang sedari tadi memikat matanya. Mata yang kemudian beralih ke sosok Yayuk yang mendekat. Mata yang mengirim sinyal ke otaknya dan membuatnya terkesiap beberapa menit. Matanya tertumbuk pada sosok Yayuk yang segar sehabis mandi dengan daster yang cukup minim, dan hidungnya menangkap aroma wangi dari tubuh dan rambut Yayuk. Paduan sempurna yang membuatnya terkesiap.

“Hari ini kamu masuk malam lagi, Ram?” Tanya Yayuk sambil mendekat. Dia bukannya tidak tahu kalau Ramli terkesiap menatapnya. Dan itu yang dia inginkan.

“Eh..ehh, iya, masuk malam lagi Bulik,” Ramli sedikit gelagapan. Dia segera berusaha menyamankan dirinya, berusaha bersikap biasa saja meski terlihat salah tingkah.

Yayuk tahu kalau Ramli salah tingkah, dalam hati dia tersenyum. Tapi dia juga berusaha bersikap biasa saja, duduk di kursi tepat di depan Ramli, di seberang meja. Hanya berjarang tidak lebih dari dua meter. Tangannya masih sibuk memainkan handuk di kepalanya, bergoyang-goyang mengeringkan rambutnya dan jelas membuat payudara di dalam dasternya bergerak-gerak.

Ramli memperbaiki duduknya. Satu kakinya tadi terlipat ke atas kursi, sekarang diturunkan. Dia bahkan memperbaiki posisi celana pendeknya. Yayuk sekilas bisa melihat kalau di balik celana pendek itu tidak ada celana dalam. Jantungnya tiba-tiba berdebar lebih kencang, dan inilah yang membuatnya semakin bersemangat.

“Oh, dua hari jaga malam ya?” Tanya Yayuk

“Iya bulik. Abis itu libur sehari.”

“Ohh, pantesan tadi pagi semangat amat. Hihihihi,” Yayuk mulai melancarkan godaannya.

“Semangat gimana Bulik?” Ramli seperti berpikir sejenak.

“Itu loh, tadi pagi kan abis ehem-ehem. Hihihihi,” Yayuk terkikik sambil memberikan pandangan yang menggoda.

Wajah Ramli langsung berubah memerah. Dia menelan ludah, “Eh, Bulik tahu ya?”

“Ya tahu dong. Orang kamu ehem-ehem gak nutup rapat pintu, jadi suaranya kedengaran bahkan bisa kelihatan dari luar,”

“Waduh, masak sih?” Ramli menjadi malu. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Hihihi iya, Bulik sampai lihat loh,” Yayuk mengedipkan satu matanya.

Ramli kelihatan kaget, dan sebagai lelaki dia tiba-tiba tahu arah pembicaraan Yayuk. Tapi Ramli juga masih menjaga diri. Beragam pikiran tiba-tiba berkecamuk di kepalanya, dan dia mulai menebak akan ke mana arah pembicaraan ini.

“Emang Bulik lihat apaan?” Sepotong keberanian dalam dirinya memaksanya mengeluarkan pertanyaan itu.

Yayuk tahu umpannya termakan. Waktunya untuk bergerak lagi, katanya dalam hati. “Yaaa gitu deh, ada yang lagi asik menggenjot,” jawabnya.

Ramli bukannya tidak paham, dia juga tahu kalau sedang diumpan. Tapi dia mengulur waktu.

“Waaah kelihatan ya?” Wajahnya balas menggoda. Dia sudah tidak segugup tadi.

“He’eh, kayaknya asyik banget tuh,” Sambil tetap mengeringkan rambutnya, Yayuk perlahan membuka kakinya, membiarkan pandangan Ramli bisa menembus dasternya dan jatuh di sebuah titik di antara kedua kakinya. Sebuah serangan tiba-tiba yang tidak disangka Ramli. Walhasil dia langsung gelagapan dan terlihat sedikit kaget. Yayuk menyunggingkan senyum, masih dengan tatapan yang menggoda.

“Yaaa namanya juga ehem-ehem Bulik, pasti asyik lah,” sesaat kemudian Ramli mulai bisa menguasai dirinya. Dia melakukan serangan balasan, mengelus-elus bagian selangkangannya dari luar. Di momen ini tidak ada lagi predikat bulik-ponakan, yang ada hanyalah dua manusia beda kelamin dengan nafsu yang membuncah dan pelan-pelan menghapus akal sehat mereka.

“Kayaknya ada yang bangun lagi tuh,” Yayuk memberi isyarat dengan matanya, memandang lurus dan tajam ke selangkangan Ramli yang sedang dielus sang empunya.

“Abis, diingetin sih Bulik. Jadinya yaa dia bangun lagi,” sekarang Ramli sudah benar-benar secara demonstratif mengelus selangkangannya. Tepatnya mengelus sebuah benda yang menonjol di balik celana pendeknya.

“Ih, aktif banget ya?”

“Iya dong, namanya juga masih muda,”

Sampai di sini sudah jelas bahwa keduanya sudah saling serang. Tidak ada lagi malu-malu atau main tarik ulur. Pintu sudah terbuka lebar, sisa melangkah ke dalam. Sekarang atau tidak sama sekali.

Dan Yayuk mengambil inisiatif duluan. Dia meletakkan handuknya ke sandaran kursi lalu beringsut ke samping Ramli, duduk di sofa yang sama. Sofa itu bisa memuat tiga orang, jadi masih terasa lowong buat mereka berdua.

Ramli menarik napas, berusaha menetralkan degup jantungnya. Walaupun dia juga tipe pria pemain, tapi suasana ini tetap saja membuatnya sedikit gugup. Sementara itu Yayuk terlihat sangat santai, dia jelas seorang pemain yang sangat berpengalaman.

“Emang dia beneran bangun ya?” Tanya Yayuk. Satu tangannya bergeser ke arah selangkangan Ramli dan langsung bisa merasakan sebuah benda yang mengeras. Dia mengelus benda itu pelan dari luar celana pendek berbahan kaos milik Ramli. Ramli agak tersentak, dan jelas sekali kalau napasnya memburu. Aroma wangi dari Yayuk, elusan lembut jemarinya, dan sensasi terlarang membuat nafsu Ramli dengan cepat memuncak. Dan itu membuat benda kenyal di selangkangannya semakin mengeras.

Ramli semakin menegang, apalagi ketika Yayuk semakin mendekat. Aroma wangi dari rambut dan tubuhnya menguar, merasuk ke hidung Ramli dan menggelitik semua syaraf penciumannya. Berakhir pada degup jantung yang semakin cepat.

“Boleh lihat gak?” Yayuk berbisik. Mulutnya berada tidak jauh dari kuping Ramli. Ramli bisa merasakan hangatnya napas Yayuk di kupingnya. Dia menarik napas, berusaha menetralkan degup jantungnya. Meski dia sudah bersiap, tapi tetap saja dia sedikit kaget melihat pergerakan Yayuk yang tidak dia duga secepat itu.

Ramli dengan cepat menganalisis situasi. Dia melemparkan pandangan ke luar, ke arah jendela. Hari sudah mulai tinggi, di luar suasana juga sedang sepi. Ibu-ibu atau siapapun yang masih tinggal di rumah pasti sedang sibuk di rumah masing-masing. Pintu rumah juga tidak menghadap langsung ke jalan, tapi ke arah samping. Jendela ruang tamu itu juga ditutupi gorden tipis yang bisa tentu saja membatasi pandangan dari dalam dan luar rumah. Di depan ada pagar yang harus dibuka bila hendak masuk ke rumah itu. Aman, kata Ramli dalam hati. Analisis itu terjadi dalam waktu singkat, hanya beberapa detik sebelum akhirnya Ramli mengangguk mengiyakan permintaan Yayuk. Mata mereka bertemu, dan keduanya tahu sorotan mata mereka berisi nafsu yang membara.

Tangan Yayuk masuk ke dalam celana pendek Ramli, dari bagian atas. Tangan lembutnya langsung bertemu dengan sebuah benda kenyal yang hangat. Dengan cepat Yayuk menarik ke bawah, menyingkapkan bagian atas celana Ramli yang kebetulan memang longgar. Tidak butuh usaha keras, dalam sekejap benda kenyal itu sudah terpampang di depan mata Yayuk.

“Wow!” Hanya itu yang keluar dari mulutnya. Sekarang di depan matanya sebuah benda kenyal berwarna cokelat tua terpampang jelas. Ukurannya lumayan besar, Yayuk dengan cepat membandingkannya dengan ukuran berondong peliharaannya di kampung. Tidak jauh beda, mungkin sekitar 15-16 cm. Sama-sama kokoh dan sama-sama keras dengan urat di sekitar batangnya. Tapi bagaimanapun, benda itu langsung membuat Yayuk bersemangat.

Satu tangannya mengelus batang penis Ramli, dan satu lagi memainkan kantung di bawah penis itu. Syaraf di sekitar penisnya dengan cepat membawa sinyal ke otak Ramli. Sinyal yang membuatnya merinding, dan tiba-tiba jadi tegang.

“Sshhh ah,” tanpa sadar Ramli mendesis. Tubuhnya sedikit menegang dan degup jantungnya semakin cepat. Kepalanya menengadah dengan mata yang sedikit tertutup. Dari matanya yang sedikit tertutup itu dia melirik wajah puas Yayuk dengan senyum kemenangannya.

Yayuk memang merasa menang, serangannya membuahkan hasil. Dan dia tidak mau membuang waktu lebih lama. Beberapa detik mengelus-elus penis yang semakin mengeras itu, dia lalu bergerak memposisikan wajahnya mendekati penis itu. Sedikit membungkuk hingga akhirnya bibirnya jatuh ke permukaan penis itu.

Yayuk menjatuhkan ciuman lembut ke batang penis Ramli, lalu berlanjut dengan ciuman lembut ke bagian leher penisnya dan berakhir dengan ciuman lembut di bagian kepala penis. Ramli menahan napas, sekarang matanya sudah terbuka tapi tidak bisa melihat apa yang terjadi di bawah sana. Pandangannya tertutupi kepala Yayuk. Tapi, dia tahu apa yang terjadi di sana karena dia merasakan lembutnya jari Yayuk di penisnya, begitu juga dengan kecupan-kecupan lembut Yayuk pada penisnya.

Ramli tersentak dan menggeram ketika tiba-tiba dia merasakan ujung penisnya basah dan hangat. Di bawah Yayuk sudah mulai memainkan mulutnya ke penis Ramli. Tanpa aba-aba dia memasukkan penis yang menegang itu ke dalam mulutnya, membiarkan permukaan penis yang sensitif itu bersentuhan dengan bagian dalam mulutnya, basah oleh liur. Kegiatan Yayuk itu membawa sinyal kuat ke otak Ramli, membuat seluruh syaraf tubuhnya menjadi lebih tegang dan rasa nikmat menguasai.

“Arghhh!” Ramli menggeram, menutup matanya dan menengadah. Rasa nikmat menjalar ke seluruh tubuhnya. Ekspresi dan suara yang dikeluarkan Ramli membuat Yayuk semakin bersemangat. Permainan lidah dan mulutnya di penis Ramli semakin menggila. Hampir semua bagian penis Ramli sekarang berbalur liur dari mulut Yayuk. Dia mencampurkan permainan lidah, bibir, dan mulut. Bahkan memainkan kepalanya naik dan turun dengan penis yang tetap ada di dalam mulutnya.

Ramli semakin keenakan. Bagian bawah tubuhnya semakin menegang, semua syaraf di tubuhnya sudah mengirimkan sinyal kenyamanan menuju otaknya. Desahan keluar tak hentinya dari mulutnya. Di tengah semua deru kenikmatan itu, Ramli tahu kalau dia harus berhenti. Kalau tidak, dia pasti akan menyerah bahkan sebelum pertempuran dimulai. Ramli menarik badan Yayuk, memberi isyarat untuk berhenti. Yayuk menurut, dia mengangkat kepalanya dan menatap Ramli, tatapan mereka bertemu, ada sinyal penuh nafsu dari dua pasang mata mereka.

“Kenapa?” Tanya Yayuk.

“Enak banget Bulik. Tapi sekarang gantian ya,” jawab Ramli. Kedua tangannya memegang bahu Yayuk, menatapnya penuh nafsu. Dia memajukan wajahnya, mendekati wajah Yayuk lalu tak berapa lama mereka sudah berciuman. Bibir mereka bertautan dengan penuh gairah dan nafsu. Bibir bertaut, lidah saling bertemu, dan liur membasahi. Ruangan itu terasa begitu panas oleh gairah keduanya. Sambil tetap berciuman, Ramli mulai berdiri memposisikan Yayuk di atas sofa. Tak berapa lama Ramli sudah menarik wajahnya, menghentikan ciuman mereka dan lalu berlutut di depan Yayuk yang duduk bersandar di sofa. Meja yang ada di belakangnya sudah tergeser jauh, memberi ruang leluasa buat Ramli.

Di depan matanya ada paha Yayuk yang membuka lebar, mulus dan gempal. Kedua kakinya terlipat di atas sofa. Di ujung paha itu masih ada celana dalam berwarna merah marun. Celana dalam berenda yang terlihat sangat menggoda. Ramli melirik ke atas, memberi tatapan menggoda pada Yayuk yang sudah terlihat begitu bergairah. Jarinya mengelus paha dalam Yayuk, perlahan dari dekat lutut dan terus menuju bagian selangkangan. Yayuk menegang, matanya perlahan menutup, bibirnya membuka. Desahan halus keluar dari mulutnya, merespon elusan lembut jari Ramli di pahanya. Tubuhnya tiba-tiba tersentak ketika jari-jari Ramli yang besar dan cokelat tua itu menyentuh klitorisnya dari luar celana. Ada rasa bagai tersengat listrik yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

Ramli terus memainkan jarinya di bagian klitoris Yayuk. Matanya sesekali melirik ke atas, menikmati reaksi Yayuk yang terus terlihat keenakan. Pelan-pelan Ramli bisa melihat ada bercak di celana dalam Yayuk, bercak dari cairan vagina yang mulai mengalir keluar. Ramli tahu Yayuk sudah semakin terangsang. Bukan cuma Yayuk, Ramli pun sudah semakin terangsang. Dia coba menyingkap sedikit celana dalam itu dan langsung bisa melihat bagian luar vagina Yayuk. Terlihat begitu indah dan menantang, Ramli tidak bisa melawan tantangan itu. Dia mengalah dan perlahan memajukan wajahnya mendekati vagina itu. Aroma vagina yang khas tercium dan langsung menambah gairahnya. Lidahnya terjulur, jatuh ke permukaan vagina yang tertutupi sedikit bulu. Lidah itu dengan cepat memberi efek pada Yayuk. Efek nikmat yang membuatnya tidak sadar mendesah kencang.

Ramli memainkan lidahnya di permukaan vagina Yayuk, sesekali menciuminya dengan sangat bersemangat. Bukan hanya mencium, tapi sesekali mengisap bagian luar vagina itu. Tapi celana dalam yang masih melekat itu membuat pergerakan Ramli jadi terbatas. Karenanya Ramli dengan tidak sabaran berinisiatif melepas celana dalam Yayuk, dibantu oleh Yayuk dengan mengangkat sedikit bagian pantatnya. Hanya dalam waktu singkat bagian bawah tubuh Yayuk sudah polos tanpa celana dalam. Vaginanya terpampang jelas, berwarna lebih gelap dengan bulu-bulu halus di sekitarnya. Pemandangan yang membuat Ramli begitu bersemangat.

Wajahnya lalu jatuh di atas vagina itu. Bibir dan lidahnya tidak berhenti bermain di sana, menjilati, menciumi dan mengisap-isap vagina Yayuk. Aroma khas vagina dan rasa lendir yang asin membuat Ramli semakin bersemangat. Serangan penuh semangat itulah yang membuat Yayuk seperti melayang. Nikmat tak terkira menjalar ke semua inchi tubuhnya. Dia menutup mata, menengadah, dan desahan tidak pernah berhenti keluar dari bibirnya.

“Achhhhh…shhhh,” Yayuk benar-benar menikmati setiap momen itu, kedua tangannya bermain di kepala Ramli yang sedang sibuk di bawah sana. Tanpa sadar dia menjambak rambut Ramli, memberi sinyal betapa besar nikmat yang dia rasakan.

Yayuk duduk di sofa dengan dua kaki terlipat dan mengangkang, di depannya Ramli berlutut dengan kepala yang tertanam di antara dua paha Yayuk. Pemandangan yang sungguh menggoda. Gairah dan nafsu memenuhi ruangan itu, menandai dua insan yang sedang diperbudak nafsu. Tidak ada lagi rasa enggan, tidak ada lagi pemisah antara bulik dan ponakan. Yang ada hanya dua manusia berlainan jenis yang sama-sama tidak bisa lagi mengontrol nafsu mereka.

Menit demi menit berlalu, Ramli menghentikan aktivitasnya di bawah. Dia menegakkan badannya, memandang Yayuk yang terengah-engah. Pandangan mereka bertemu, senyum tersungging dan tanpa sadar mereka mulai berciuman lagi. Ciuman panas penuh nafsu. Nafsu yang membuat mereka mengambil langkah berikutnya.

Ramli berdiri dan membimbing Yayuk, memposisikan tubuh wanita itu membelakanginya. Yayuk tahu apa yang dimaui Ramli. Dia berbalik, masih di atas sofa dan lalu menungging memperlihatkan pantat kenyalnya yang tak terbungkus celana. Pemandangan yang tidak disia-siakan Ramli. Lelaki bertubuh padat itu menurunkan celananya membuat bagian bawah tubuhnya juga terbuka bebas. Penisnya berdiri tegak menantang, seolah siap untuk menyerbu bagian dalam vagina Yayuk. Dan tanpa menunggu lama, penis cokelat gelap itu mulai diarahkan ke bagian vagina Yayuk, mencari celah yang pas untuk masuk. Ramli menggerak-gerakkan penisnya di ujung liang vagina Yayuk, membasahinya dengan lendir yang keluar dari vagina milik Yayuk. Gesekan antara penis dan vagina itu membuat keduanya semakin terbuai. Tapi Ramli tahu kalau saat ini dia yang memegang kendali, dia ingin mengulur waktu, tidak ingin terburu-buru. Yayuk sekarang sudah di posisi sangat pasrah, menunggu serangan Ramli dengan tidak sabar.

Hampir semenit Ramli memainkan ujung kepala penisnya di bagian luar vagina Yayuk, membasahinya dengan cairan vagina yang semakin banyak.

“Ayo sayang, masukin,” kata Yayuk dengan sedikit mendesah. Dia sudah dikuasai nafsu, dan tidak sadar sudah menggunakan kata sayang.

Ramli tersenyum tipis, merasakan kemenangan. Lalu pelan-pelan diposisikannya penisnya di depan liang vagina yang basah itu. Pelan-pelan pantatnya bergerak ke depan, mendorong penis itu masuk senti demi senti ke liang vagina Yayuk. Lalu, bles!

“Arrrghhh!” keduanya mendesah hampir bersamaan. Ramli merasakan rasa hangat yang menyelimuti penisnya, sementara Yayuk merasakan tusukan yang terasa sangat nikmat.

Nikmat pada keduanya semakin terasa ketika Ramli mulai menggerakkan pantatnya maju-mundur. Penisnya bergerak masuk-keluar, dinding dalam vagina Yayuk bergesekan dengan kulit penis Ramli. Gesekan yang memberi rasa nikmat tak terkira. Semua syaraf mereka menyatu mengirimkan sinyal-sinyal penuh kenikmatan ke sekujur tubuh. Ada rasa nikmat yang membuai dan pelan-pelan membuat mereka seperti melayang.

Plok! Plok! Plok! Suara pertemuan antara bagian depan selangkangan Ramli dengan pantat Yayuk bergema, bercampur dengan suara kecipak-kecipuk gerakan penis yang masuk-keluar dari liang vagina Yayuk. Desahan, desisan, dan erangan ikut memeriahkan suasana, memicu rasa nikmat dan nafsu yang semakin menguasai satu ruangan. Mereka tidak peduli pintu dan jendela yang terbuka lebar, tidak peduli kalau setiap saat bisa saja ada tamu yang masuk dan memergoki mereka. Mereka hanya tahu rasa nikmat yang semakin mendera. Mereka sudah bertekuk lutut pada nafsu yang menguasai.

Detik berganti detik, lalu berganti menit. Menit berganti menit. Pergumulan kedua insan berbeda kelamin itu terus berlanjut, hasrat semakin memuncak, semakin memuncak, hingga tahu-tahu Yayuk berteriak tertahan. Tubuhnya mengejang, dan Ramli bisa merasakan ada kedutan di dalam liang vagina yang sedang dia tusuk dengan penis.

“Arrghhhhh!” Yayuk mencapai klimaks. Rasa nikmat tak terbendung memenuhi seluruh tubuhnya, membuatnya mengejang dan dalam beberapa detik seperti hilang kesadaran. Setelahnya, tubuhnya lunglai, masih dengan posisi menungging tapi dengan tubuh yang lebih lemah. Ramli tahu itu, dia menghentikan sejenak gerakannya, tapi tetap membiarkan penisnya berada dalam liang vagina yang semakin basah itu.

Hanya sebentar sebelum dia kembali menggerakkan pantatnya. Mulanya pelan, lalu perlahan semakin kencang. Yayuk kembali mendesah, liang vaginanya terasa ngilu dan membuatnya sedikit merinding. Tapi dia biarkan saja, apalagi Ramli tahu cara mengatur tempo. Pelan, pelan, lalu semakin kencang. Nafsunya yang tadi sempat menurun, perlahan mulai menanjak lagi. Kali ini bunyi kecipak semakin keras terdengar, vagina Yayuk sudah sangat basah. Aromanya menyeruak, membantu nafsu Ramli yang semakin tinggi.

Kali ini Ramli tidak hanya sekadar menggerakkan pantatnya, tapi juga mencondongkan tubuhnya ke depan, kedua tangannya bergerak mencari dua gumpal payudara Yayuk yang masih terbungkus daster. Tidak sulit karena daster Yayuk cukup longgar, hingga tak lama kemudian kedua payudara itu sudah bertemu dengan dua tangan Ramli. Payudara yang berukuran 36C itu dengan cepat diremas Ramli, putingnya dimainkan dengan penuh semangat. Semua itu membuat Yayuk semakin melayang, larut dalam kenikmatan ronde kedua yang bergelombang datang nyaris tanpa henti.

Detik demi detik berganti, lalu menjadi menit dan kemudian berganti menit. Kedua insan itu semakin memburu, masih dengan posisi yang sama. Butiran-butiran keringat membasahi wajah dan tubuh keduanya. Syaraf semakin menegang, nikmat semakin merajai. Lalu Yayuk kembali menegang, berteriak tertahan dan mencapai klimaks. Ramli tahu kalau dia juga sebentar lagi akan sampai klimaks, tapi dia menunggu sejenak hingga Yayuk selesai menikmati klimaksnya.

Ketika melihat Yayuk sudah lunglai, Ramli tahu kalau itu sudah waktunya bagi dia. Gerakannya semakin kencang yang berbalas dengan suara merintih Yayuk yang merasakan ngilu di sekujur tubuhnya. Detik berganti, lalu Ramli mulai tidak tahan.

“Arrrghhhh!” Dia mengerang, mencabut penisnya dari lubang vagina Yayuk, mengocoknya sejenak dan kemudian mengejang. Sperma muncrat dari penisnya, tidak terlalu banyak karena baru saja dia keluarkan tadi pagi bersama Yanti istrinya. Tiga muncratan dan beberapa detik seolah melayang sebelum Ramli melemah. Nikmat sampai ke ubun-ubun. Spermanya jatuh ke bagian pantat Yayuk, sebagian jatuh di atas daster bagian belakang Yayuk.

Ramli menjatuhkan badannya ke atas sofa. Nafasnya terengah-engah, penisnya masih setengah tegang dan nampak mengkilap dengan lendir vagina Yayuk. Yayuk tadinya mau ikut duduk di sofa, tapi dia sadar kalau di bagian belakangnya masih ada sisa sperma Ramli jadi dia hanya menengakkan badannya, meraih tisu di dekat sofa dan membersihkan tubuh bagian belakangnya.

“Koq dibuang di luar sih?”Tanyanya. Napasnya juga masih terengah-engah.

“Abisnya takut Bulik, ntar hamil,” jawab Ramli.

“Nggak koq. Bulik sudah steril koq,” Yayuk masih membersihkan bagian belakang tubuhnya.

“Oh ya udah, kalau gitu nanti buang di dalam aja,” Ramli memberikan kode dengan kedipan mata.

Yayuk tertawa, “Wah! Ada yang mau lagi nih,”

“Iya dong, enak gitu. Siapa yang nolak?”

Lalu mereka berdua tertawa dan kemudian berciuman singkat.

“Makasih ya, kontol kamu enak,” Yayuk berbisik di kuping Ramli.

“Memek Bulik juga enak,” balas Ramli.

Lalu mereka kembali berciuman, kali ini lebih hangat. Semacam ucapan terima kasih yang masih berbalut rasa nikmat dan nafsu.

“Udah ah, aku bersih-bersih dulu ya,” Yayuk melepaskan ciumannya, lalu berdiri dan menjauh ke arah kamarnya. Gerakan pantatnya yang masih terbuka bebas tanpa celana dalam dengan daster yang tersingkap terlihat sangat menggoda. Ramli memandanginya sambil menarik napas panjang, dia masih berusaha mengatur napasnya dan mencerna apa yang baru saja terjadi. Sejam yang lalu, wanita itu adalah buliknya, keluarga dari istrinya, orang yang seharusnya dia hormati. Sekarang, wanita itu tidak lain dari wanita yang baru saja bersamanya mendaki puncak kenikmatan, sama-sama didera nafsu dan pada akhirnya sama-sama luruh dalam kenikmatan tiada tara.

Ramli tersenyum, lalu berdiri memperbaiki celananya dan berjalan masuk ke kamarnya. Sebuah babak baru terbuka di depannya. Babak yang akan membawa dia kepada petualangan-petualangan baru penuh nafsu.
cendol dawet duluu mass,,,rezeki ndak kemana
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Selamat pagi semuanya semoga kita masih dalam lindungan ILAHI serta diberikan nikmat akan kesehatan keselamatan serta dimudahkan dilancarkan semua urusan kita. AAMIIN
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd