Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kisah Anjas dan Dira

mew888

Suka Semprot
Daftar
12 Jul 2023
Post
8
Like diterima
38
Bimabet
pov Anjas :

Aku hidup sendiri di kota ini, berkat ketekunan dan tidak pernah melakukan kenakalan yang aneh2, sedikit demi sedikit aku bisa menata kehidupanku. Sudah kurang lebih 5 tahun aku menempati kost mungil ini. Selain harga yang murah dan empunya kost yang ramah, lingkungannya juga baik dan tidak jauh dari tempatku bekerja.

Ada banyak profesi yang menghuni kost dan lingkungan sekitar. Servis alat elektronik, usaha kuliner, pertukangan dan sebagainya. Akrab dengan mereka tentu bisa mengajarkan banyak hal baru bagiku, hampir semuanya berguna. Misalnya ketika Pak Asep yang merupakan tukang pijat mengajariku cara2 dasar untuk memijat. Sampai sekarang sangat berguna untuk diriku sendiri yang sering bekerja di lapangan ketika terkilir atau kelelahan. Atau ketika mendengar cerita Mas Jefri yang ahli memperbaiki handphone, sedikit2 aku mulai paham cara menangani dan mengakali masalah pada handphone. Aku yang bekerja di pergudangan entah kenapa merasa beruntung bisa kenal dengan penduduk sekitar kostku, kadang juga aku bercerita bagaimana pekerjaanku, hanya sharing2 melepas penat. Mereka juga pendengar yang baik dan aku kerasan disini karena hal itu. Namun ada yang spesial ketika aku berkenalan dengan tetangga depan kostku yang bernama Dira.

pov Dira :
Hari ini seneng banget pagi2 udah ketemu mas Anjas, yang selalu ramah sapaannya dan manis banget senyumnya. Mas Anjas itu tipe idaman semua cewek, bisa masak, rajin ngerjain kerjaan rumah, mandiri dll deh. Dari segi penampilan juga keliatan banget dia jaga badan dan kesehatan, belum lagi penyabar dan rajin ibadah, tipe2 yang bisa mimpin deh istilahnya. Tapi ada satu bagian tubuh dari mas Anjas yang aku suka banget, bibirnya! tebel berisi dan ngegemesin banget! makanya setiap ngeliat bibir itu senyum ketika nyapa aku, atau lagi cemberut ketika lagi aku becandain, itu aku ga tahan banget sebenernya! Ah mas Anjas! BTW Aku punya misi terpendam, misi untuk jadi wanita yang bener2 disukai oleh mas Anjas! Kok aku bisa tau? Jadi waktu kuliah baru menginjak semester satu. Waktu itu HPku lagi rusak, apesnya Mas Jefri lagi pulkam karena lebaran waktu itu. Mas Anjas nawarin coba perbaiki hp aku waktu itu. "Nih pake hp aku dulu sembari aku coba perbaiki hp kamu". Dan ga sengaja (sengaja sih karena penasaran hehe) aku lihat isi gallery mas Anjas, isinya cewek2 body goals yang doyan fitness gitu! Dada montok, pinggul besar, perut rata. Mas Anjas mesum! aku berkata dalam hati. Setelah hp ku baik (makasih mas Anjas!) aku langsung pulang setelah mengucapkan terima kasih. Sesampai di rumah dan selesai mandi, aku berdiri telanjang di depan cermin kamarku "gimana ya kalo aku bisa jadi cewek yg tipenya mas Anjas banget?" Aku mengangkat kedua lenganku ke belakang kepala seperti ketika mengikat rambut kemudian menegakkan badanku. Buah dadaku membusung montok, buah dada yang kubenci karena kerap jadi bahan ledekan/becanda mesum temen2 cewekku waktu SMA, yang sering dilirik oleh temen2 cowok bahkan bapak2 guru di sekolah. Kali ini aku merasa bersyukur karena tau kalo mas Anjas suka dengan bagian tubuhku ini, terutama dari ukurannya yang diatas rata2. Kalo dari perut, "hmmmmh masih banyak lemak" ujarku dalam hati sambil mencubit pinggangku yang berlemak, aku memutar badanku, bokongku harus lebih kencang. Mulai hari itu aku bertekat untuk menjadi perempuan yang bisa dikagumi oleh mas Anjas. daaaan 3 tahun kemudian, aku malah jadi influencer medsos di bidang fitness! Dengan pengikut sejuta lebih, endorse berdatangan dan selalu ada aja. Aku yang sudah berkecukupan sejak lahir berkat keluarga tercintaku, semakin makmur dengan keadaan ini. Tapi tetep aja, mas Anjas selalu di hati aku.

bersambung...
 
pov Anjas :

Aku kenal baik dengan keluarga Dira yang merupakan tetanggaku sendiri, ayah dan ibunya kerap mengobrol atau sekedar menyapa ketika berpapasan. Terkadang mereka juga mengantarkan makanan/minuman ke kostku, seperti mereka memperlakukan tetangga2 dan penghuni kost lainnya. Mereka tidak pilih kasih dalam bergaul walaupun mereka termasuk keluarga yang paling berada di lingkungan ini.

Petang itu aku baru pulang dari pekerjaanku, kemudian mandi, merapikan perlengkapan/pakaian kerja. Kemudian dengan lega akhirnya aku bisa merebahkan diri. Mendadak aku merasakan nyeri di betis kiriku "pasti ini karena terbentur tumpukan palet kayu tadi siang, baru terasa sekarang" dalam hatiku berujar. Aku bangkit untuk mengambil balsem, membuka pintu dan duduk di kursi teras. Malam itu lumayan sejuk untungnya jadi balsem ini tidak terlalu panas rasanya. Aku mengangkat betis kiriku dan mulai perlahan memijat, "lumayan luas juga memarnya".

"mas Anjas!" Dira masuk membuka pagar bangunan kostku.
"Dira baru pulang?" aku menengok kearahnya sambil tersenyum
"Iya mas! ini titipan tahu teknya! mas belum makan kan??" Dira dengan semangat menyodorkan bungkusan yang berisi dua porsi.
"Uangnya sudah mas titip kan tadi pagi?" Aku memang suka sekali tahu tek dekat kampus Dira, sayangnya lumayan jauh dan tidak lewat situ di jalurku pulang pergi kerja, jadi lebih sering menitip ke Dira.
"Udah mas! Dua porsi kan? buruan makan mumpung masih hangat!"
"Iya bentar lagi, dikit lagi kerasa mendingan" kataku sembari melanjutkan mengurut betisku.
"ohiya! Dira baru sadar, Kaki mas Anjas kenapa??"
Akhirnya kami mengobrol sekitar sepuluh menitan, dia juga menceritakan kegiatannya hari itu. Di akhir pembicaraan aku yang sedari tadi menunduk fokus mengurut kakiku, menengadahkan kepalaku melihat wajah Dira yang sedari tadi bercerita, namun matanya nanar menatap betisku yang memar itu.
"Dira?" aku memanggilnya sambil tersenyum, "Ah iya mas?" matanya mengarah ke mataku.
"Kamu sepertinya udah capek, buruan istirahat" ujarku seraya mengeluarkan satu porsi dan menyerahkan bungkusan yang masih berisi satu porsi lain kepada Dira. "Dira pasti capek dan belum makan" kataku sambil beranjak berdiri.
"Ehhh jadi satunya ini punya Dira??" Dira tersenyum, manis sekali. "Makasih ya mas! Mas Anjas juga buruan dimakan! pasti belum makan juga! kata Dira berjalan menuju keluar pagar, kemudian dia berbalik sejenak "Tadi Dira minta kecambahnya dibanyakin! Biar mas Anjas tambah sehat! Dadaa mas!" Dira melambaikan tangan untuk pamit.

pov Dira :
Selepas mandi, Dira yang belum mengenakan apapun langsung merebahkan diri di tempat tidurnya. Dalam bayangnya masih membayang tonjolan di balik celana pendek Anjas ketika dia mengurut betisnya, posisinya yang mengangkat satu betis membuat tonjolan itu jelas terlihat oleh Dira.
"mas Anjas pasti tadi ngurut sambil ngehayal jorok!" kemudian cekikikan geli. Dira terdiam, kemudian berdiri dan menghadap ke cermin. "Sepanjang pertemuan tadi, mas Anjas hanya menatap wajahku dan kebanyakan menunduk fokus mengurut kakinya" Dira memasang pose seksi yang biasa dia upload di medsosnya. Hanya kali ini di depan cermin, tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya yang montok, kencang dan sehat. Tubuh yang meski ketika tertutup pakaian ini mampu memberi puluhan ribu like di medsosnya ketika diupload, bagi Dira tak ada artinya ketika yang melihat bukan mas Anjas. Badannya mendadak terasa hangat ketika kembali teringat tonjolan di celana mas Anjas, padahal baru selesai mandi dan ada pendingin udara, masih bisa memunculkan keringat tipis di seluruh tubuh Dira. "Ah mas Anjas! Kamu jahat!" ujar Dira dalam hati, kesal dan gemas menjadi satu. Tiba2 terlintas satu ide cemerlang yang bodohnya baru terpikir oleh Dira sekarang "aku pengen pacaran sama mas Anjas" Dira kembali merebahkan diri sambil memeluk kedua buah dadanya erat. Buah dada montok yang sedang berkeringat itu mengkilat semakin terlihat indah.

"Diraaa ini makanannya keburu dingin loh" Ibu Dira memanggil dari balik pintu kamar. Dira segera meloncat dan memakai baju seadanya "Ampe lupa belum makan tahu teknya!".

bersambung...
 
pov Anjas :

Hari senin, sedari pagi aku sudah banyak melamun. Serasa ada yang hampa selama ini, padahal hidupku sudah mulai cukup meski sederhana. Sudah bisa benar2 mandiri. Nada dering smartphoneku berbunyi, ada WA masuk. Dari Dira "mas Anjas, malam ini ada acara gak?", aku balas "ga ada, Dir. kenapa?". Agak lama sebelum ada balasan lagi, sekitar 10 menit. "Dira mau ajak mas ngopi jam 7 nanti, di kafe deket rumah, bisa ga?", reflek aku tersenyum entah kenapa, kemudian membalas singkat "oke Dir, jam 7 ya". Hal itu membuat aku menyadari sesuatu.

Jam 5 sore lebih 15 menit aku sudah tiba di kost. Aku segera mandi. Entah kenapa aku ingin berpakaian sedikit rapi kali ini, aku ingin terlihat lebih rapi di depan Dira. Setengah 7 pas aku berangkat, lebih awal disana lebih baik daripada membuatnya menunggu. Aku pesan minumanku lebih dulu dan juga makanan kesukaan Dira. Biar ketika Dira datang baru dia pesan minumannya, mungkin dia mau sesuatu yang hangat atau dingin. Suasana agak sepi malam itu. Sedikit panas cuacanya.

"mas Anjas! dah lama ya nunggunya??" Dira datang, ia mengenakan tube top putih dipadukan jeans ketat biru muda. Buah dada montoknya yang penuh terguncang anggun mengiringi langkah Dira yang sedikit terburu buru meghampiri mejaku. "Ga usah lari lari, makanannya ga kemana mana kok" Ujarku sambil tersenyum ke arah Dira. "Ahh mas Anjas tau aja kesukaan Diraa!" "Dira pesen minum dulu yaa!".

Cukup lama kami mengobrol malam itu. Dira banyak curhat soal tugas akhirnya yang sebentar lagi selesai, sedikit cerita lain lain. Tak terasa sudah jam 10 lewat 5 menit. "Dir, udah malam. Balik yuk" aku mengajaknya pulang, meski banyak tertawa dan tersenyum semalam ini, matanya tidak bisa menyembunyikan kelelahannya hari ini. "Iyaa, Dira ke toilet dulu, tungguin mas!". Aku bersiap siap membereskan meja kami, memastikan tidak ada hp atau dompet yang tertinggal. "Mas Anjas! Ayo pulang" GUBRAK "Aduhhh" aku berbalik dan melihat Dira sudah terduduk di lantai kafe. "Dira! Kamu kenapa?!" Bergegas aku menghampirinya yang sedang meringis "Ehehe kesandung Mas! Dira ga apa apa kok", "kamu bisa berdiri? sini pegangan mas!", "Aman kok mas.." Seraya Dira mencoba berdiri, namun kemudian dia mengaduh sambil memegangi paha kanannya. "Sepertinya kena tepi meja ini ketika jatuh tadi" ujarku khawatir. "Mas gendong sampai rumah ya", "Ihh mas ngapain coba? Dira bisa jalan sendiri..", "Tadi berdiri aja kamu kesusahan". Dira terdiam namun kemudian menggumam "tapi Dira berat..", "ya udah, mas tinggal aja disini kalo gitu", "hehehe mas Anjas jahat!".

pov Dira :
"Aku digendong di punggung mas Anjas.." batin Dira dalam hati berulang ulang selama perjalanan menuju pulang. "Dira ga berat kan mas?". Mas Anjas hanya menjawab singkat "enggak". Aku semakin memeluk erat mas Anjas di posisi itu, buah dadaku sudah pasti tergencet di punggung mas Anjas, terasa hangat. "Dira mau ga jadi pacar mas?" ujar mas Anjas secara tiba2 memecah kesunyian. Aku terkejut, senang, tapi sedikit gengsi kalau mau langsung mengatakan "mau". "Kenapa mas kok tiba tiba tanya gitu?". "Aku ngerasa cocok aja sama kamu, obrolan kita nyambung, aku ngerasa nyaman ke kamu". Aku tersenyum di balik punggung mas Anjas "Dira boleh minta waktu buat jawab ga?". "Iya, tapi jangan lama2 ya Dir..kamu pelupa soalnya" aku mencubit pinggang mas Anjas, dia menengok ke aku dan tersenyum, senyum manis dari bibir seksi mas Anjas.

Akhirnya kami sampai di rumahku, aku menyerahkan kunci ke mas Anjas. "Bapak dan ibu kemana?" mas Anjas bertanya, "ke kota B mas, ada pertemuan keluarga". Dia menurunkanku di sofa "Kakinya yang tadi udah rada mendingan kan?" "Nanti aku ke kost sebentar buat ambil balsem, supaya km bisa urut2 meringankan memarnya" ujar mas Anjas langsung beranjak keluar menuju kostnya. Kemudian kembali lagi membawa balsemnya. "Mas Anjas, aku ga tahan panasnya balsem" aku masih berusaha mengurut2 pahaku perlahan. "Jadi gimana Dir? mau dikompres atau gimana?". Aku memberikan sesuatu yang kuambil di kamar ketika mas Anjas kembali ke kost. "Mas, aku mau jadi pacar mas Anjas" Wajah mas Anjas sedikit terkejut, terkejut senang. "Tiba tiba banget jawabnya". "Abis nembaknya juga tiba tiba, hehehe" ujarku sambil membuka celana jeansku. "sakit banget mas memarnya tadi, ga cuma memar deh kayaknya..minta tolong pijitin pake minyak zaitun tadi ya mas.."

Mas Anjas terdiam sejenak "Dir, kamu yakin?". "Iya mas..daripada besok2 aku izin ke kampus gara2 memar keseleo ini". "Yaudah, buruan tengkurap Dir..". Aku tengkurap dengan bawahanku yang hanya tinggal celana dalam model mini panty yang mencetak ketat bentuk paha dan pinggulku. Dadaku berdebar2 ketika mas Anjas mengolesi pahaku dengan minyak zaitun. Jari jari kuatnya dengan lembut mulai memijat paha kiriku "jangan tegang Dir" ujar mas Anjas. "he emmh.." aku hanya menjawab singkat. Padahal aku tidak tegang, hanya fitness yang membuat pinggul dan pahaku agak berotot dan sedikit keras.

Sudah sekitan 10 menitan mas Anjas memijatku. Wajahku bersemu merah, tubuhku penuh keringat. Pijatan mas Anjas sudah naik ke pantatku, menggesek2 celana dalamku yang sepertinya menghalangi area pijatannya. Aku berinisiatif menyuruhnya berhenti "bentar mas", aku melepas celana dalamku dan kembali tengkurap. "Dira.." mas Anjas berkata pelan. "Ga apa apa mas, pacar sendiri kok". Mas Anjas melanjutkan pijatannya. 10 menit berlalu, aku sudah lumayan horny. Suasana sunyi saat itu juga membuat aku bisa mendengar nafas mas Anjas yang semakin berat. "Udah selesai Dir..Gimana rasanya? berasa mendingan?". Aku mengangguk sambil tersenyum "Mas Anjas beneran bisa mijet ternyata..makasih ya mas". Mas Anjas mengambil celana dalamku, "Mas boleh minta sesuatu Dir?" Aku yang sudah lumayan horny bisa menebak apa yang akan terjadi "mas Anjas mau merawanin aku.." ujarku dalam hati, tanpa menanyakan hal apa yang dia minta, aku melepaskan atasanku, benar2 telanjang bulat, penuh keringat dan uap birahi menyelimuti tubuh yang bertahun tahun kupoles keindahannya, aku kembali merebahkan diri di sofa. Mengangkangkan selangkanganku dengan menahan pahaku, mempersembahkan vagina perawan ini untuk pria tercinta. "Tutup matanya" kata mas Anjas. Aku menurut sambil menggigit bibirku, pasrah akan apa yang akan terjadi kemudian.

Sesaat kemudian aku merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibir vaginaku. Sesuatu yang lembut dan basah serta hangat. Aku berusaha menerka apa yang sedang mencumbui vaginaku. "Mencumbui??" Aku tersadar dan terkejut, aku membuka mataku dan menengok ke bawah. Mas Anjas menciumi vaginaku dengan bibir seksinya! Aku benar benar tidak menyangka hal ini yang terjadi! Aku tidak siap ketika bagian tubuh terintimku yang paling sensitif harus menerima serangan cinta dari bibir tebal merah favoritku! kepalaku mendongak keatas berusaha menahan gelombang kenikmatan yang secara tiba tiba memenuhi isi kepala dan hatiku!

Tanganku masih berusaha fokus menahan pahaku agar tetap terbuka, buah dada montokku mengkilat basah oleh keringat naik turun seiring nafasku yang memburu. "Ahhhhhh...hehhhhh...mmmhhhhh"
Bibir mas Anjas terus menerus mengintimi bibir dan celah vaginaku. Mengecup secara konstan, membenamkan bibir bagian bawahnya ke celah vaginaku, lidahnya berulang kali menyentuh klitorisku seperti lidah kucing saat minum!

Aku seperti hampir kehilangan kesadaran, tubuhku seperti membengkak akibat birahi ini. Seperti ada sesuatu yang akan keluar dari vaginaku. Tangan kananku lepas dari pahaku, reflek menutup mulutku yang mendesah separuh menjerit karena rasa nikmat ini. Mas Anjas dengan sigap menahan paha kananku, dia mendongak ke arah wajahku, sambil tersenyum, senyum mautnya yang sering membuatku mabuk kepayang "Dira..tahan sebentar sayang", mas Anjas menempelkan bibir penuhnya ke vaginaku dan menghisap, menyedotnya terus menerus. Entah ada berapa banyak cairanku yang keluar saat itu. Tubuhku melengkung dengan pinggulku yang menghentak hentak, memancarkan cairan yang langsung disedot oleh mas Anjas. Tangan kananku reflek memeluk kedua buah dadaku yang mendadak geli oleh perasaan ini. Aku benar benar merasakan bahagia malam itu. Apakah ini hanya permulaan bagiku?

bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd