Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG KISAH INDAH (KLASIK) PERKANTORAN

Siapa profil perempuan yang anda favoritkan dalam cerita ini hingga Chapter 16 terakhir?

  • 1. Merry

    Votes: 33 19,5%
  • 2. Mirna

    Votes: 66 39,1%
  • 3. Rachma

    Votes: 55 32,5%
  • 4. Winda

    Votes: 15 8,9%

  • Total voters
    169
Semoga penulisnya ingat kalau di sini banyak yang nungguin kelanjutan cerita ini
 
KISAH INDAH (KLASIK) PERKANTORAN
Oleh:
ReynalWriter


Chapter 16
POV MERRY (Lanjutan)


Untungnya, perempuan yang masuk ke toilet sudah selesai, dan beberapa detik kemudian terdengar dia mencuci tangannya. Hal ini jelas dari aliran kran air yang dibuka dan terdengar dia mencuci lengannya. Sementara waktu berharga itu, bisa dimanfaatkan Jakcy dengan memasukkan kepala kontolnya, dan aku mesti mendesis menyambut tusukan itu…….

Ketika akhirnya perempuan itu keluar dari toilet, Jacky mendorong kembali kontol keras membatu itu untuk lebih memasukiku….

“Accccchhhhh….. ngggggg…. “ lenguhku nikmat.

Membayangkan bagaimana Jacky menyetubuhiku sebelumnya, semalam sukses membuatku terengah-engah. Dan kini, kembali kurasakan moment dimana kontol kerasnya membobol memekku, memasukinya dan kurasakan betapa nikmat saat batang keras itu memaksa masuk, mendesak dan mengikis dinding dan lorong memekku.

Sungguh NIKMAT.

Dan, kembali,

“Blesss…… “

“Ooocccchhh, yang…. enaknya…. “ desisku menahan kenikmatan dan berusaha untuk tidak terlampau ribut, karena bisa memancing orang lain datang mengintip dan menyaksikanku yang terbuai kenikmatan. Apalagi karena kondisiku sangat jelas sudah mempersetankan dimana adanya kami saat itu.

Sekali lagi, kembali,

“Blessss…… bleeees….. “

“Ouucchhhhh, ssshhhhh............ “

Rasanya kontol itu sudah memasukiku, sepertinya sudah seutuhnya. Memang benar, karena kemudian terasa tarikan tubuh Jacky dan kontol tegak keras itu terasa seperti diloloskan dari lubang memekku. Tetapi, hanya sekian detik sebab langsung saja dimasukkan kembali,

“Blesss, blesss, blessss….. "

Setelah beberapa kali, tiba-tiba tubuhku bagaikan melayang karena Jacky saat itu mengangkat kedua belah kakiku sehingga kini aku mesti menggunakan kedua lenganku dengan mengalungkan ke lehernya. Sementara itu alat kelamin kami tentu saja sudah menyatu secara bebas dan merdeka. Batangnya menancap dengan gagah berani dan membobol dengan meninggalkan kenikmatan tidak terbayangkan bagiku.

Akan tetapi untuk menemukan potensi ayunan bagiku untuk mengimbangi gerakan dan genjotannya, akupun meraih ujung dinding toilet dan dapat juga kuraih. Dengan kekuatan dari pegangan lengan kananku, akupun mengayun dan memaju mundurkan pantatku. Dan secara otomatis, aku menemukan posisi dan ayunan yang membuat persetubuhan kami yang amat liar ini menjadi makin mengasyikkan buatku.

“Ouuchhh, shhhhh, ngggggg....... “ desisku berusaha meraih kenikmatan puncak sambil mengimbangi gerakan menusuk Jacky yang membuat kontol kerasnya keluar masuk dengan bebas kedalam memekku.

Sekaligus kini juga dibantu oleh kedua lengannya yang memegang bagian bawah tubuhku, mendorongnya untuk memasukkan kontolnya ke memekku, maka makin seru dan terasa nikmat persetubuhan itu. Beberapa ayunan membuat kontol itu keluar masuk secara bebas ke memekku. Merambah dan sekaligus juga menguasai ruang dalam memekku, lorong-lorong dan dinding lorong itu terus menerus digesek dengan bebas merdeka oleh kontolnya.

Masih ditambah lagi dengan tarikan dan dorongan kedua lengannya, maka bebas merdeka kontol itu memasukiku. Memang, itulah maksudku, aku mesti menemukan momentum dimana saat aku bergerak, menghasilkan kenikmatan maksimal di memekku. Dan aku menemukan gaya dan caranya. Yakni ikutan bergerak, mendorong dan mengayun pantatku sehingga kontolnya semakin dalam, semakin sukses mengobok-obok memekku.

Beberapa kali GOOOOOOL, tetapi tidak sekedar masuk, karena tepatnya kontol itu MASUK, KELUAR, MASUK, KELUAR…..

“Plop, blesss, plop, blesss, plop, blesss….. “ begitu iramanya yang terus saja bergaung di ruangan toilet itu.

Tetapi kini, makin berirama keras, namun terus menerus dan berpadu dengan desis tertahanku,

“Ngggg, ssssshhhhhhh, ouuchhhhh...... “

Bunyinya awalnya masih seirama, akan tetapi beberapa saat kemudian terus dan terus bertambah kecepatannya. Jacky berdiri kokoh dan menahan kedua tubuh kami menyatu dan berpisah, menyatu dan berpisah, begitu dan begitu seterusnya bahkan semakin lama semakin cepat.

Luar biasa, kurasakan betapa cepat nafsuku meningkat. Sangat cepat malahan, karena kurasakan aku makin terbang, makin ringan dan makin,

“Yaaaaaanggggg, aaaachhhhh……. “

Kurasakan dia menggeram dan semakin cepat gerakan kedua lengannya ikutan menarikku untuk kemudian memekku ditembus dan diterobos secara bebas oleh kontolnya. Semakin cepat gerakan masuk keluar kontolnya ke memekku dan semakin kuat hempasan gelombang kenikmatan mendera kami dalam keadaan yang seperti itu.

Segera aku tahu jika persetubuhan ini sudah berubah sangat panas dan sangat hot, sehingga dia dan sebenarnya sama saja denganku, begitu cepat mencapai puncaknya. Beberapa saat kemudian aku merasa bahwa kami akan segera tiba di puncaknya. Kurasakan gelagatnya, dan karena itupun akupun mendesis erotis dan jika ada orang lain dalam toilet pasti akan mendengarkannya,

“Yang, keluarin cepat yang, siramin memek kekasihmu…. Yang, mau nyampe, yang, terus, terus, oooooccccch, ngggggg….. “

“Sama-sama yang.... “ desisnya.

Tarikannya makin cepat dan kini sudah sangat liar. Cepat dan keras, sehingga pada akhirnya akupun menyerah oleh gelombang serangan yang sedemikian panas, hot, dan menghanyutkan. Bukan, ini bukan menghanyutkan tapi justru menenggelamkan, karena aku nyaris tak sadar sampai akhirnya akupun klimaks. Tapi setelah itu,

“Yang, aku sampai…. Aku sampai aaaaarrrrrchhhhhhhh…… “ desisan kuatnya ini membuatku senang. Karena ternyata fantasi berhubungan seks di ruangan umum membuat nafsu kami melonjak dahsyat. Membuat kami berusaha keras untuk menemukan puncak, dan sungguh mudah diperoleh hanya dalam hitungan lebih kurang lima menit saja. Jauh jika kami melakukan di kamar ataupun dalam ruangan tertutup, bisa lebih lama.

Tetapi tadi, kurasakan betul betapa menahan suara lenguhan dan desisan, bisa membuat nafsuku melambung tinggi. Dan dengan cepat merangsang semua saluran nafsu untuk melambung tinggi dan menemukan orgasme jauh lebih cepat ketika dalam ruangan tertutup.

Sama denganku, diapun pasti tak tahu ada atau tidak orang lain dalam toilet ini. Akupun tak mau tahu lagi, karena sedang dipuncaknya dan lagi rajin mendesis dan melenguh menahan kenikmatan yang luar biasa di tempat umum, toilet umum perempuan. Mungkin karena tempat dan takut dipergoki orang yang membuat kami sama-sama cepat menggapai puncak.

Maka kini, kamipun sama-sama menikmati debar maha hebat dan kenikmatan tak tertahan pada saat kami menuntaskan persetubuhan atau adu kelamin ini. Sungguh, satu pengalaman yang luar biasa. Entah mengapa, bukan hanya dia, akan tetapi juga aku, juga merasa sangat termotivasi, sangat hot dan juga panas dalam waktu singkat. Sehingga percintaan kami bisa tuntas, rasanya tidak lama dan tidak lebih dari lima menit.

“Apakah karena sudah 4 hari…. ? atau…. ? tapi entahlah…. “ pikirku. Semua bisa saja dan sangat mungkin.

Aku memang tak mau tahu. Yang jelas, setelah klimaks dan spermanya kembali menghangatkan rahimku, perasaan nikmat dan puas luar biasa melingkupiku dan membuatku merasa sangat nyaman. Semua kegalauan dan perasaan tak tenang dan gelisah yang kualami kemarin, kini terpuaskan dan membuatku menjadi lebih tenang dan gembira.

“Yang, enak banget.... “ desisnya di telingaku

Aku memandangnya sambil tersenyum genit dan tidak memberinya jawaban, tetapi kuyakin dia paham bahwa aku setuju dengan desisannya barusan. Benar, memang luar biasa nikmatnya.

“Yang, segera tata dirimu, kita kembali ke ruangan….. “ bisiknya ke telingaku, dan ini mengembalikan aku ke situasi dan suasana sebelumnya. Dan kini ingat dan tahu, jika kami sedang dalam resepsi sahabatku, dan kami berdua ijin ke teman-teman untuk ke toilet. Tepatnya aku yang ijin.

Bisikannya sekali lagi membawaku dari alam ketidaksadaran dan menyadarkan aku jika kami ada dimana. Memang benar, aku pasti awut-awutan. Agak bakal lucu jika aku kembali ke ruangan dengan kondisiku yang sekarang. Akan tetapi, untungnya tidak ada ciuman tadi. Hanya persetubuhan hot yang mungkin hanya lima menitan, namun terasa luar biasa nikmatnya….

“Yang, jika seperti tadi dikejar oleh rasa takut ketahuan, memang akan mampu membuat kita dengan sangat cepat mencapai surga….. “ desis Jacky membuatku paham dan maklum mengapa aku bisa se hot tadi. Dan juga mengapa dia bisa secepat itu tumpah ruah ke rahimku. Ternyata, memang benar bahwa takut ketahuan membuat kami malah cepat mencapai orgasme…..

Beberapa menit kemudian, kamipun keluar dari toilet itu. Tentu saja akulah yang duluan keluar seperti sewaktu kami masuk. Meski aku sempat kaget karena Jacky sempat berpapasan dengan seorang perempuan cantik berpakaian sangat mahal. Akan tetapi hal itu tidak membuat Jacky gugup, dan tetap berjalan pasti keluar dengan tidak melirik perempuan itu.

Ini membuatku ngakak saat di depan lift kembali. Tetapi, Jacky segera berkata untuk kembali mengingatkanku,

“Ingat, berlaku tenang dan pertanyaan mereka tidak usah diladeni. Bilang saja baru dari toilet, lagi diare atau salah makan….. “ demikian dia mengingatkanku, dan sesungguhnya untuk urusan itu, aku cukup lihay.

“Siap bos..... “ jawabku sambil setengah melucu.

Tetapi memang benar, baru aku ingat kalau kami masih di tengah pesta dan bakal dicecar pertanyaan kawan-kawanku. Karena itulah aku kemudian kembali berusaha tenang, meskipun pancaran sinar mataku pastilah tak akan berbohong kalau aku sangat senang. Bagaimana tidak senang jikalau mengingat apa yang barusan kami lakukan ?

Apalagi mengingat betapa seluruh hasratku selama 4 hari bagaikan dilepaskan dengan hentakan yang luar biasa. Jelas saja sekujur tubuhku tersenyum senang dan gembira serta puas. Pastilah itu akan memancar keluar dan menghasilkan aura yang positif nanti di ruangan pesta.

Aku tiba kembali di ruangan pesta dan berlagak tidak ada apa-apa, lagipula pada saat itu, semua memang sedang sibuk makan dan sebagian sedang di antrian guna memberi selamat kepada sepasang mempelai. Dua menit kemudian baru Jacky menyusul masuk, dan dia kembali ke meja undangan, kebetulan memang sudah beberapa kursi kosong disana.

Adalah Kak Mirna yang memang tentu saja sangat mengenalku yang bertanya kepadaku dengan nada curiga dan juga dengan nada yang menyelidik. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat itu,

“Kamu kok lama di toilet Mer? atau jangan-jangan ketemu pangeran di luar sana ya? Ayo, ngaku….. “ desisnya dengan mata menuntut penjelasan, meski juga ada nada menggoda dalam suaranya.

Sebetulnya pertanyaannya sempat membuatku kaget, akan tetapi dengan cepat aku sadar. Amat terlebih melihat ada sinar menggoda di matanya, karena itu dengan cepat aku menemukan diri dan kemudian berkata,

“Memang kak, seorang cowok ganteng kutemui di luar sana. Aku hanya ingat namanya Robinson, tetapi sayang gak dapat nomor kontaknya kak. Sungguh sayang, agak kurang beruntung aku tadi, hihihihihi…. “ dengan cepat jurus sablengku muncul, dan itu disaat yang tepat. Ini menurut Jacky adalah salah satu kelebihanku, yakni menemukan jawaban yang pas, tidak salah dan tidak benar dalam situasi mendesak dan darurat.

Kali ini, aku membuktikan kebenaran perkataan Jacky.

“Haaaaa ? mengalahkan Dodo…. “? tanya Kak Mirna penasaran dengan tokoh fiktif yang tiba-tiba saja kuciptakan. Tentu saja dia tak paham jika ROBINSON adalah tokoh fiktif alias tokoh rekaan belaka.

“Jelas kak, kalah mah Dodo itu, amat jauh malah….. “ promosiku tidak tanggung-tanggung, dan itu sukses menutupi kebohonganku.

Lagipula, mana bisa kuberitahukan kepada kak Mirna kalau aku barusan ngentot dengan Jakcy di toilet perempuan kan ? sungguh sangatlah tidak mungkin, dan boleh jadi kak Mirna bakal menceramahiku berminggu-minggu. Atau boleh jadi bakal terjadi kehebohan yang tak perlu.

“Bisa mengalahkan kak Jacky….. “? sungguh kaget aku ditodong begitu sama kak Mirna pada saat seperti ini. Sementara matanya bukan hanya penasaran, tapi kini malah menuntut jawaban. Padahal, mana bisa kekasihku itu dibanding bandingkan dengan orang lain ? tokoh fiktif pula.

“Mungkin nyaris setara kak, akan tetapi lebih mungkin dia kalah tipis…. “ jelas tak mau kujatuhkan nilai kekasihku. Mana mau itu kulakukan bukan ? meski taruh kata sedang main petak umpet dengan kak Mirna sekalipun. Tetap saja bagiku, saat itu Jacky yang the best, tidak bisa dikalahkan oleh siapapun. Meski kata oleh bintang film sekalipun.

Soal rasa memang subjektif. Jadi, maklumlah.

“Waaaaaah, kalau yang begitu itu layak, dipastikan sangatlah layak untuk kau perjuangkan Mer. Jika butuh bantuanku, jangan ragu memberitahu, biar kita buru pangeranmu itu…. “ desis kak Mirna genit sambil memandangku penasaran dan membuat kami ketawa berdua. Sampai Mas Pram melirik kami dan kelihatan dia memberi isyarat agar Kak Mirna jangan terlampau ribut.

“Jelas dong….. “

Akhirnya kami berdua sama-sama senyam senyum dan ngikik berdua sambil aku menikmati makanku. Makan ringan saja siy. Karena kuyakin, sebentar pasti bakal makan malam dengan kekasihku.

Tidak lama kemudian Winda datang dan langsung bertanya dengan sinar mata yang sebagaimana Kak Mirna tadi, juga dengan sedikit curiga. Jelas tersirat itu di matanya, dan sudah kukenal gaya kawan-kawanku ini, karena bukannya tak ada alasan kami disebut the fantastic four.

“Mer, kok rambutmu awut-awutan gitu siy ? perginya rada lama pula, dan nyaris sama lama dengan pak Jacky. Kemana siy kamu….. “? Winda memang sosok yang lebih detail dibanting Mirna untuk urusan manusia. Untuk urusan pekerjaan mereka nyaris setanding. Apalagi, kutahu jika Winda juga jelas-jelas menaruh hari kepada bosnya itu.

“Hihihihi, kena kau.... “ desisku dalam hati.

Akan tetapi, aku memang sudah siap dengan pertanyaan ini, karena itu dapat kujawab pertanyaan Winda yang terkesan cerewet dan mau tahu itu dengan agak sedikit cepat juga,

“Aku ketemu yang extra ordinary alias excellence Win. Hikhikhik, namanya cakep juga, Robinson…. “ kubanggakan cowok imajiner ke Winda. Dan adalah Rachma yang datang belakangan bertanya, namun terdengar agak tertahan dan tidaklah seheboh biasanya karena dia tidak datang sendirian.

“Yang bener…. “? desis Rachma antusias

“Awas, kedengaran bojomu… “ desis Mirna dan Rachma langsung merengut dan mencari pacarnya. Setelah tahu jika pacarnya ternyata terpisah beberapa meter di sebelah lainnya dan terkesan saat itu memang rasa aman, maka diapun segera mendesis lagi

“Kak Mirna gitu ach….. “ rajuknya. Wajah manisnya terkesan lucu, dan memang selalu begitu jika kami berempat berkumpul.

“Hikhikhikhik….. “ kami berempat jadi tertawa girang saat mendengarnya. Pacar Rachma sebetulnya tampan juga, hanya terlampau kaku orangnya. Sedikit agak kurang luwes orangnya dan terkesan mengekang kebebasan Rachma, tetapi, jika Rachma happy saja, buat apa kita pusing bukan ?

Tapi Winda kembali menyela,

“Akan tetapi kenapa lama dan kenapa rambutmu jadi begini Mer ? mencurigakan niy… “ anak ini memang snagat merepotkan jikalau sudah keluar jagonya ini. Dan maklumlah, untuk urusan detail soal penampilan orang, berikanlah kepada Winda, dia ini jagonya. Meski dia sedikit slebor dalam urusan lain, tetapi untuk meneliti detail penampilan manusia dan detail lain sebagaimana tegurannya tadi, memang dialah jagonya. Karena itu, aku mesti menjawab dengan jurus slebor atau jurus mabuk. Jangan coba menjawab dengan logika, karena Winda bakal mampu mengejar terus tanpa henti.

“Kucoba mengejarnya setelah buru-buru dari toilet tadi karena lupa minta nomor HPnya, tetapi gak sempat ketemu lagi. Sempat siy liat pak Jacky, lagi dengan temannya yang penggede gitu kayaknya dia…. “ hal ini menjawab sekaligus dua pertanyaannya yang terkesan susah dijawab.

Dengan sangat cepat kubuat alibi dan juga melibatkan pak Jacky, biar Winda bisa segera mati kutu. Untung alasanku masuk di akal mereka. Jurus slebor alias jurus mabuk seperti itu memang pada saat-saat tertentu terhitung ampuh dan sukses menaklukan orang seperti Winda.

Maka selamatlah aku pada malam itu. Meskipun sebenarnya pada saat itu mata kak Mirna juga mulai kulihat sedikit bercuriga lagi kepadaku, akan tetapi masa bodo lah, toch malam ini akan berlalu dalam kenangan manis. Selain, mereka ini tidak sekantor denganku. Biar kudiamkan selama tiga hari, pasti akan normal kembali dan kisah fiktif itu bisa kubiarkan mengambang saja.

Pada akhirnya datang juga kesempatan kami foto bersama dengan Dewi dan keluarganya di stage kebesaran mereka. Aku sudah tentu bergabung dengan kantor dan divisi lamaku, dan Mirna, Winda dan Rachma membelaku ketika ada yang usil mencoba ngerjain aku.

Maklumlah, kami memang sekali lagi terkenal sebagai 4 serangkai yang juga sering dijuluki 4 Permaisuri Pak Jacky dikantorku dulu itu. Alias Fantastic Four PT Multi Prima. Kami berempat memang sama-sama cantik menarik, objektif menurut banyak orang, dan kami berempat loyal kepada Jacky. Julukan yang luar biasa sebenarnya.

Pada saat berfoto, kami secara sengaja didekatkan berlima, kebetulan kawan kantor di divisi kami yang lainnya memang tidak hadir di resepsi pernikahan ini. Kulihat Jacky melirikku dan memberi kode untuk memeriksa hp ku. Karena hp ku selama resepsi memang kusimpan dalam tas pestaku, dan sangat jarang dapat kesempatan untuk memeriksanya.

Apalagi karena bersama dengan tiga sahabat baikku, meski mereka membawa pasangannya masing-masing. Kecuali Winda, yang datang sendirian sama saja denganku sebenarnya. Tapi, bedanya aku datang satu setengah. Sendiri, tapi ada yang menemani pas pulang nanti, juga pas datang. Hanya ketika berada di dalam ruangan saja aku sendirian, selebihnya datangg dan pulang, aku tentu saja bersama kekasihku.

Pada akhirnya pestapun berlalu. Dan sempat ku periksa hp ku, pesan pak Jacky kulihat disana singkat saja,

“Kita nginap di Hotel Kartika Chandra malam ini, sudah ku booking…. “

“Ayo siapa takut...... “ gumamku.

================

POV JACKY

Aku terbangun dan jarum jam menunjukkan jam 07.30 pagi. Sangat jarang aku terbangun pada jam seperti ini, biasanya jam bangunku adalah jam 05.15 dan ini karena aku mesti bersiap ke kantor. Jikapun lewat, biasanya karena hari minggu. Tapi, hari minggupun aku bangun biasanya paling telat jam 07.00. Artinya, hal ini diluar kebiasaanku.

Tapi hari ini memang luar biasa. Karena aku baru terbangun jam 07.30. Dan di sebelahku masih terbaring Merry. Sama denganku, diapun telanjang bulat alias bugil. Maklumlah, kami memang pada akhirnya jadi bermalam di Hotel Kartika Chandra lantai 9, sebab selain terlampau lelah untuk pulang ke rumah (setelah percumbuan di toilet), juga karena kami masih sama-sama rindu.

Percumbuan di toilet hotel Gran Melia masih belum cukup untuk melepas semua kerinduan kami selama beberapa hari terakhir. Aku terlampau sibuk, dan tidaklah bisa bertemu dengan Merry selama beberapa hari. Sehingga kerinduan dan juga hasrat menyatu. Mana bisa melepaskan semuanya hanya melalui persetubuhan liar dalam toilet di hotel gran melia bukan ?

Jadilah pada akhirnya kami menginap di hotel Kartika Chandra dan masih lanjut bercinta sampai dua ronde. Akan tetapi, meskipun hanya dua ronde atau lebih tepat tiga ronde termasuk di toilet, tetap saja menyita banyak tenaga dan wajar jika paginya kami sama-sama terkapar. Bahkan saat ini Merry masih pulas dan masih belum terbangun. Sepertinya dia sendiripun masih sangat lelah dan itu sebabnya masih tergeletak nyenyak. Melewati persetubuhan seperti semalam, memangnya tidak akan capek nan lelah ? untungnya, selain itu, dan ini yang paling penting, adalah kepuasan dan mood yang luar biasa paginya.

Aku tak sampai hati membangunkannya. Wajahnya nampak tersenyum dan rona kepuasan masih membayang disana. Maklum, kami memang terhitung habis2an semalam tak berbeda dengan pertama kali kami melakukannya hingga terkapar di kamar kostnya berapa hari lalu. Jelas terasa sangat hot, percumbuan kami semalam. Saling memberi dan menerima dan dua ronde itu kami lalui dengan semprotanku ke lubang kenikmatannya. Dia menerimanya tanpa takut hamil. Kami sama-sama tidak memperdulikannya.

“Kalau Merry hamil gimana yang…. “? desisnya sebelum kami sama-sama tertidur karena kelelahan dan kenikmatan yang kami raih. Selama bersetubuh beberapa kali, memang kami sepakat untuk tidak menggunakan kondom, ini sesuai usulku.

“Gampang saja, mau tidak mau kamu harus kunikahi….. “ tegasku dengan tak sedikitpun ragu dengan jawaban itu.

“Enak aja, di rumah gimana…. “?

“Itu tanggungjawabku Mer, kalau kamu hamil, berarti kita jodoh kan…. “? Ini seperti gampang diucapkan. Akan tetapi, aku sendiri memang punya alasan untuk mengatakan dan menegaskannya, meski belum kuutarakan kepada Merry masalah tersebut. Biar kukatakan dan kutegaskan pada waktu yang tepat saja, bukan sekarang waktunya.

Meski sebenarnya aku masih belum tahu rumusan pastinya jika sampai dia benar sampai hamil, akan tetapi, aku juga tidaklah mau terkesan hanya mau menyetubuhinya just for fun. Dan tidak mau bertanggungjawab atas akibatnya. Meski kutahu itu juga sulit, dan tidaklah dengan mudah akan ditangani. Akan tetapi akan cukup menenangkannya dan biarlah kepusingannya aku saja yang menanggungnya. Toch beberapa kali sudah kumasukkan spermaku ke dalam rahimnya, dan memang sangat mungkin dia hamil.

“Memang sebaiknya kami tinggal bersama meskipun tidak setiap saat ada sama di tempat itu… “ desisku suatu saat.

hal ini akhirnya membuatku semakin yakin dengan rencanaku. Dan rencana itu tentunya harus kutemukan saat yang tepat mendiskusikannya dengan Merry. Diskusi yang serius tentu saja, dan bukan didiskusikan di tengah pergumulan sebagaimana yang kami lakukan semalam.

Akhirnya sebelum jam 08.00 Merrypun terbangun, dan dia mendapatiku sedang memandanginya dengan mesra.

“Good morning sayang…. “ desisku menyambutnya di pagi hari, pada saat kami sama-sama masih bugil dan dalam keadaan yang sama-sama asli, tanpa ada riasan, tanpa parfum, dan inilah aslinya kami berdua.

Beberapa detik dia mencoba mengumpulkan “nyawanya” yang belum terangkum menjadi satu. Mash cerai berai dan berserakan di alam mimpi, perlu waktu untuk menyatukannya. Apalagi setealh kami melewati malam yang luar biasa, yang membawa kami sama terbang ke alam berbeda dan mereguk kenikmatan yang maha dahsyat. Jadi maklumlah. Setelah akhirnya dia menyatukanya, pada akhirnya dia terdengar menjawabku,

“Selamat pagi cintaku…… “ desisnya tersenyum. Senyumnya benar manis dan penuh rona kebahagiaan disana. Tapi, maklum saja. Siapapun yang baru saja menghabiskan energy dan tenaga untuk mengayuh bahtera kenikmatan dengan orang yang dicintainya, pasti akan menampilkan wajah senang, puas. Dan tentu juga dengan binar kebahagiaan disana.

Beberapa saat kemudian diapun pada akhirnya menyadari jikalau kami berdua sama-sama masih dalam keadaan bugil alias telanjang bulat. Selanjutnya dia memandangku dengan wajah polosnya,

“Yang….. “?

“Kita terlampau lelah untuk sekedar berpakaian semalam ya…. “? bisikku lembut ke telinganya dan membuatnya tersenyum. Mungkin dia merasa kaget akan tetapi bisikanku membuatnya sadar bahwa memang benar. Benar jika semalam kami bertempur hebat dan tak sempat berpakaian lagi, langsung tertidur setelah sama-sama melepas birahi dalam kebahagiaan.

“Nggggggg, kamu siy….. “ desisnya manja

“Kenapa aku…. “?

“Kamu nakal…… “

“Nakal kenapa…. “?

“Nakal menyetubuhiku…. “ desisnya lembut sambil menatap wajahku. Sepertinya dia sudah mau lagi,

“Memangnya mau lagi….. “? tantangku setelah melihat keadaannya dan kondisi Merry yang kembali jadi kepengen.

“Siapa takut…. “?

Maka perlahan setelah jawabannya akupun kembali mencumbunya, dan terasa lebih mudah karena kami memang masih bugil. Maka kamipun melakukannya lagi. Lagi dan lagi. Sampai beberapa kali dia bisa menjemput klimaksnya. Ada dua ronde lagi pagi itu, sampai akhirnya kamipun kelelahan. Meskipun sampai dua ronde, akan tetapi kami sudah terkapar kembali sebelum jam 9 pagi, dan rona kepuasan membayang di masing-masing kami.

Tepat jam 9 pagi, kami sama-sama mandi. Mandi bareng tentu saja, dan jam 10 sebelum lewat jam breakfast kami sudah berada di restoran untuk breakfast dan untuk mengembalikan energy yang terpakai secara optimal sejak tadi malam. Bahkan sampai pagi kami masih mengulanginya sampai dua ronde, dan barulah kami merasa cukup. Semua toch terutama karena rasa lapar memang sudah menyergah, terutama setelah percumbuan kedua tadi, dan kini kami perlu mengembalikan kebugaran.

Setelah makan, kamipun kembali ke kamar dan masih juga sempat bercinta sekali lagi. Meskipun tidak se hot sebelumnya, dan lebih ke mencurahkan kasih dan rasa melalui percumbuan-percumbuan yang tidak sampai lagi melakukan penetrasi. Sepanjang siang itu, sama-sama kami bertelanjang bulat di kamar hotel dan baru sekitar jam 12an kami kembali sama-sama berbaring dalam diam di ranjang. Saat itu akupun menduga ini saat tepat,

“Yang….. “?

Bisikku lembut di telinganya, dengan nada suara lembut dan kubuat sedapat mungkin dia menjadi nyaman dengan kondisi kami saat itu. Diapun memang sedang menerawang setelah sekian kali kami bersetubuh.

“Nggggg…… “ jawabnya letih

“Masih capek….. “?

“Pake nanya pula…. “ pura-pura marah dia

“Maafin ya yang…. “

“Buat apa….. “?

“Buat bikin kamu keenakan….. “

“Nakal accch…. “ desisnya sambil berusaha mencubitku, meskipun tentu saja dia tidak melakukannya sekerasnya.

“Sudah, sudah…. ampun, dech, ampun…. “

“Minta maaf yang beneran…. “ ancamnya untuk terus mencubitku, sambil matanya melotot ganas kearahku. Pura-pura siy, jelas aku tahu, tapi bodohnya kuleadeni saja. Memangnya bisa yang lain ?

“Baik, baik lepasin dulu… “

“Minta maaf dulu…. “

“Baik, aku minta maaf sayang karena sudah membuatmu letih saking enaknya, sejak semalam dan sampai tadi…. “

“Yangg….. ”

Dan akhirnya kami menikmati kebersamaan hari itu dalam kemesraan dan terus bersama menikmatinya. Bercanda, bercakap, bertukar pikiran, saling menyentuh, saling mencium, meskipun tidak lagi bersetebuh. Tapi, sebelum kami check out waktu yang baik ini bisa kumanfaatkan.

“Yang maukah kamu pindah ke kostan X tak jauh dari kostmu sekarang ini… “? tanyaku sambil kami terus berpelukan dalam keadaan sama-sama bugil. Dia terdengar jadi agak kaget mendengar usulku, apalagi karena memang tak ada tanda-tanda aku akan mengusulkan kepadanya.

“Eccccch, mahal banget itu yang….. “ desisnya sambil memandangku dengan tatap yang tidak yakin. Memang benar, Kostan X itu harganya nyaris Rp. 2 juta dan sudah demikian lengkap, menyaingi hotel bintang 4 dari segi fasilitas dan juga dari sisi kenyamanannya.

“Hmmmm, sebulan memang Rp. 1,5 – 2 juta lebih, lumayan mahal siy yang. Tapi, kitakan bisa lebih sering bersama. Lagian, disitu sudah lengkap semuanya. Tak akan repot untuk urusan lainnya…. “ desisku menawarkannya jika mau. Merry terlihat berpikir keras,

“Merry masih belum mampu membayar sewanya yang….. “ desisnya akhirnya, kekhawatiran yang beralasan tentu saja.

“Kan ada aku yang nanti membayarnya Mer, tapi mohon jangan tersinggung ya cintaku. Ini bukan untuk membeli cintamu, akan tetapi untuk kita dapat punya waktu bersama yang lebih.…. “ desisku lembut sambil menciumnya. Meminta pengertiannya untuk usulku tadi.

Perkataanku barusan membuat dia terdiam selama beberapa saat lamanya, dan beberapa saat kemudian dia kembali menatapku untuk pada akhirnya bertanya lagi menyusul jawabanku tadi,

“Yang, tetapi apakah itu tidak akan menjadi masalah bagi istrimu, keluargamu dan juga anak-anakmu… “? tanyanya hati-hati sambil memandangiku. Ternyata dia bukannya marah, akan tetapi mengingatkanku beberapa hal penting yang sebenarnya juga sudah kupikirkan sebelumnya. Pertanyaan ini tentu saja telah kuantisipasi sebelumnya.

“Sebetulnya karena dia sudah lama tinggal dengan selingkuhannya yang, dan malah sudah lebih dari 3 tahunan. Sementara untuk anak-anak, aku ingin kita menghabiskan waktu bersama, liburan dengan mereka. Bukan sekarang siy, tapi kita perlu mengatur waktunya nanti….. “ bisikku lembut. Sambil meraihnya dan kemudian menciumnya penuh sayang. Bagaimanapun, melangkah seperti ini, sama dengan mulai mendekatkannya menjadi bagian kehidupanku seutuhnya dan mesti atas persetujuannya.

Nampak dia terkejut mendengar apa yang kusampaikan dan membuatnya jadi terdiam. Mungkin juga dia tidak menyangka dan menduga dengan apa yang baru saja kukatakan kepadanya. Terutama mengenai rumah tanggaku, dan ini suatu hal yang tak sembarangan kuceritakan. Bahkan kepada Mas Pram dan Mirna sekalipun, belum kuberitahu.

Beberapa saat lamanya Merry terdiam, dan akhirnya dia kembali berkata dengan nada suara lembut,

“Maafkan aku yang, tak ada seorangpun dari kami dari kami yang tahu masalah ini. Bahkan tentu saja tidak juga Kak Mirna yang ngakunya paling tahu dari kami semua mengenai dirimy….. “ desisnya menatap dan memandangku sedikit agak iba dan juga kasihan.

“Apakah masalah seperti itu mesti kuumbar yang…. ? meskipun memanglah benar istriku seperti itu, akan tetapi dia tetap saja ibu dari anak-anakku. Dan tidak akan pernah kuceritakan hal jelek mengenainya, kecuali jika mereka tahu dari sumber yang berbeda...... “ desisku tenang, itupun masih belum kukisahkan secara utuh, karena memang tidak fair menceritakan keburukan orang. Apalagi kepada Merry yang jelas-jelas adalah kekasihku sekarang. Ini tidak bakalan bisa kulakukan, meski kedepan tentunya harus.

“Sebaiknya memang tidak siy….. “ desisnya lemah, sepertinya Merry juga paham bahwa kisah keluargaku tidak bisa dan tidak etis kukisahkan kepada orang lain yang tak ada urusannya dengan masalah itu.

“Itulah…. “

“Anak-anak…. “?

“Kadang bersamanya, tetapi mereka lebih suka dan lebih sering bersamaku. Sejujurnya, mereka adalah alasanku untuk tidak atau berjanji tidak akan dariku yang menuntut perceraian, kecuali ibu mereka yang menuntut. Tapi belakangan dia mulai mengungkit-ungkit masalah itu, dan sepertinya dia sudah bersiap untuk menuntutku… “ desisku lagi.

“Yang, kamu tak berusaha mengambilnya pulang…. “? Merry berkata sambil memandangku seakan memberiku dorongan melakukannya. Mengembalikan Priska ke rumahku?

Aku terdiam beberapa saat, menerawang ke atas ranjang, meneliti langit kamar hotel seakan ingin mendapat inspirasi dari sana.

“Mer, sesuatu yang melepaskan diri dariku, tidak bakalan layak kuambil kembali. Terkecuali jika dia bersedia kembali, mengakui semua perbuatannya dan berjanji bahwa dia tidak akan lagi melukai pernikahan kami dan membuat anak-anak jadi bingung dan pusing dengan apa yang dia lakukan. Meskipun, bagi anak-anak, ini baru akan terasa tahun-tahun kedepan….. “

“Kamu bisa menerimanya yang….. “?

“Jika dia memang mengakui bersalah kepadaku dan kepada anak-anak. Dan tentu saja sebelum perceraian yang akan dituntutnya menjadi sah. Selewatnya, kedepannya bakalan tidak mungkin lagi…. “ tegasku

“Acccch…… “

“Kamu bersedia berbagi hidupmu denganku…. “? tanyaku lembut, meskipun aku sadar bahwa belum tentu Merry bersedia diajak ke ajang yang lebih serius. Aku sadar, usianya baru 21an.

“Yang, tetapi status kita…. “? jawabannya mengambang dan nampaknya Merry meski mencintaiku, cukup tahu keadaannya.

“Jika engkau hamil, berarti engkau adalah istriku. Bahkan, sekarangpun engkau adalah istriku Mer, kecuali selembar kertas. Aku tidak melakukan sembarangan hubungan seperti kita berdua lakukan akhir-akhir ini….. “ aku perlu menegaskan sikapku, dan sudah kupertimbangkan. Memang benar, jika Merry sampai hamil, aku sudah harus siap dengan status hubungan kami.

“Yang, aku bahagia…. “ desisnya sambil menangis.

“Akupun butuh bahagia yang, dan kutemukan darimu. Jika dulu aku gak berani, karena engkau dulu staffku, dan aku sangat anti hubungan antar sesama rekan kantor. Engkau tentunya tahu betapa menariknya Mirna, Rachma, Winda dan betapa kalian dipuja dan dikejar banyak orang di kantor kita. Bohong jika aku tidaklah menaruh perhatian kepada kalian. Akan tetapi, aku menetapkan prinsip yang tak boleh kulanggar. Ini soal kecintaan akan profesi….. “ tegasku dengan tidah coba membohongi diriku atas ketertarikan kepada mereka berempat dulu. Dan itu memang benar.

Bohong besar jika aku sebagai pria normal tidak tertarik kepada Mirna yang elegan, sangat menarik dan profesional. Atau dengan Rachma yang meskipun terlihat alim, tetapi harus kuakui secara fisik dia benar-benar perempuan yang sempurna dalam kemasan jilbabnya. Atau Winda yang lebih terbuka dalam hal berpakaian dan tentu tubuh ranumnya pada usia 25 tahunan, sangat menantang dan sangat merangsang setiap pria.

“Tetapi, Merry masih belum ingin menikah yang….. “ desis Merry kemudian, dan akupun tentu saja paham akan hal ini. Usianya baru 21 tahun, dan sedang pada masa-masa keemasan meniti karir.

“Jika kamu bersedia, maka kita bisa tinggal bareng, meski tidak setiap hari sebab aku masih memiliki anak-anakku di rumah. Akan tetapi, kita jadi bisa mempunyai waktu lebih, sewaktu-waktu aku akan menemanimu di kamar kostmu, dan itupun atas se ijinmu. Selebihnya, engkau tetap bebas Mer. Bahkanpun jika engkau satu saat nanti memutuskan mesti berpisah denganku…. “ tegasku hati-hati. Ini untuk membebaskannya dan tidak mengikatnya.

Dia menatapku gamang, akan tetapi beberapa saat kemudian dia menjawabku dengan berkata,

“Jika demikian, dan demi cintaku aku bersedia yang…… “

TAMAT
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd