Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG KISAH INDAH (KLASIK) PERKANTORAN

Siapa profil perempuan yang anda favoritkan dalam cerita ini hingga Chapter 16 terakhir?

  • 1. Merry

    Votes: 33 19,5%
  • 2. Mirna

    Votes: 66 39,1%
  • 3. Rachma

    Votes: 55 32,5%
  • 4. Winda

    Votes: 15 8,9%

  • Total voters
    169
Ini dia, lanjutannya

KISAH INDAH (KLASIK) PERKANTORAN

Author
Reinal.Writer


28991982b102e7a6c46e0c80d96f47a6a2da5419.jpg

(MERRY - Ilustrasi yang mendekati)

Chapter 7
POV JACKY - Lanjutan


Bisa kulihat binar bahagia dan rasa penasaran sekaligus di mata Mery ketika kami harus mengakhiri percumbuan panas di dalam bioskop tersebut. Dan binar penasarannya tetap terjaga ketika keluar dari bioskop aku memperlakukannya dengan sangat mesra. Meski langkahnya terkesan gugup ketika kami keluar dari theatre dan aku dapat memakluminya.

Bagaimanapun juga, aku sendiripun merasa rada gugup terlihat banyak orang. Bagaimana kalau ada kenalan kami yang melihat kami semesra ini? Apalagi, Hollywood KC sesungguhnya tidaklah begitu jauh jaraknya dari kantorku. Tapi, rasa penasaran kami mengalahkan rasa gugup tersebut dan jadilah kami bagaikan sepasang kekasih yang sedang kencan. Dan sekali ini, kami melakukannya secara lepas. Dan bebas.

Dengan kejadian dalam bioskop barusan, kami sebenarnya sudah makin jauh melampaui garis demarkasi persahabatan. Selingkuh sudah lebih tepat kami sandang bahkan dalam kencan kami sebelumnya, dan semua itu kami lakukan dengan penuh kesadaran. Tak ada paksaan, dan kami rindukan malah. Bahkan, akupun sudah mengutarakan jika aku mencintainya.

Selingkuh ini semakin lengkap, karena bukan hanya emosi lagi yang bermain dan terlibat. Percumbuan kami di dalam gedung bioskop tadi sudah semakin menegaskan bahwa hubungan kami sudah melibatkan emosi dan fisik sekalian. Dan itu memang sudah kami sadari secara bersama. Bahkan kami berdua mendaki kenikmatan bercumbu tadi dengan penuh kesadaran, dan secara bersama mengkondisikan terjadinya.

Kali ini aku tidak sempat menggunakan jasa vallet, karena datang sendiri dan tadi menunggu Merry di KC. Untung bagi kami, ketika menuju mobil yang di parkir agak sudut, dan jauh dari jangkauan pengamatan SATPAM, hujan baru akan mulai turun. Dimaklumi karena memang sekarang sudah dibulan desember dan sedang merangkak menuju ke akhir tahun, meskipun masih di pertengahan bulan, namun memang sudah musimnya untuk hujan.

Benar saja, ketika pada akhirnya aku membuka pintu mobil, hujan yang sangat lebat tiba-tiba turun dan membuat suasana menjadi semakin sangatlah gelap atau setidaknya semakin temaram. Apalagi, tiba-tiba saja petirpun menyambar keras dan disertai tiupan angin yang terhitung cukup kencang. Semuanya itu terjadi ketika kami sudah berada di dalam mobil, meskipun aku masih sempat terpapar oleh derasnya hujan setelah menutup pintu mobil di sisi Merry tadi. Untung tidak sampai basah kuyup.


“Yaaaaaa, hujan yang..... “ desis Merry ketika hujan deras mengguyur dan membuat suasana berubah semakin gelap.

“Betul, bakalan sangat macet niy jalanan.... “ desisku yang langsung tahu jika jalanan pasti bakalan sangat macet. Apalagi, jalur ke kostan Merry, merupakan salah satu jalur neraka pada saat jam pulang kerja. Ini sudah kebiasaan dan jamak diketahui semua orang.

Apalagi jam di tangan menunjukkan hampir 20.30 malam. Berarti, merupakan puncak kemacetan di jalur tersebut, ditambah dengan hujan sederas ini, maka dipastikan kemacetan semakin menjadi-jadi. Akan tetapi, Merry justru tenang saja serta bahkan dia berbisik lembut,

“Yang...... “? desisnya mesra

“Iya, kenapa Mer.... ?“

“I love you too. And if you want to know the truth, I like you since year ago. When I was in your team..... “ bisiknya dengan nada suara sangat mesra. Suaranya lembut, dan ini berbeda dengan nadanya yang biasa. Maklum, karena suaranya itu dipengaruhi oleh rasa dan emosi dalam dadanya. Terbangun sejak beberapa hari ini, atau beberapa tahun, dan kubangkitkan beberapa hari ini dan bahkan kucumbu selama kami berada dalam theatre sambil nonton.

Jelas saja aku senang. Jika rencana awal aku hanya akan menciumnya di mobil dan itupun nampaknya ditunggu Merry, maka ciuman itu pastilah bakalan terjadi dengan panas sejak pada awalnya. Karena kini kami sama-sama saling memiliki perasaan itu. Meski itu satu yang kuharamkan dengan stafku dulu. Untung saja dia bukan staf ku lagi sekarang ini.

Tentu saja haruslah kuturunkan sedikit saja kaca jendela di belakang supaya ada sedikit hawa yang masuk. Hujan yang amat deras, membuat meski mesin mobil dan AC tidak on, namun hawa tetap terasa dingin. Apalagi karena memang angin juga berhembus cukup kencang di luar. Dan memang ada cela sedikit yang kubuka, meski resikonya air juga akan merembes masuk. Tetapi, tidak terlampau kuperdulikan soal itu.

Setelahnya akupun kembali memandangnya dan kemudian berkata lembut dan pernuh perasaan,

“Yang, I wanna kiss you...... “ sesungguhnya tidak ada sama sekali rencana dan keinginan untuk mencumbunya di mobil. Sekali lagi tidak ada. Akan tetapi, ketika menyadari bahwa jalanan pastilah sangat padat di satu sisi, dan suasana yang amat dingin dan mendukung percumbuan kami nanti, jadinya yang tak dalam rencana justru berlangsung spontan.

Istilah anak muda modern, semesta mendukung.

Awalnya karena situasi, aku hanya ingin menciumnya mesra setelah meminta dan mengatakan kepadanya – KU INGIN MENCIUMMU. Akan tetapi, selanjutnya dari deep kissing yang kami lakukan, aku justru menjadi semakin hanyut. Dan, nampaknya Mery juga tidaklah berkeinginan menstop cumbuanku yang semakin panas. Bukannya menolak, sebaliknya, diapun membalas dengan sama panas dan sama hot cumbuanku.

Hal itu mungkin karena sesungguhnya kami masih sama-sama terangsang hebat dengan cumbuan yang tak tuntas dalam bioskop tadi. Apalagi, karena akupun tahu betul jika Merry sudah sangat terangsang dan sudah sampai pada titik siap untuk melakukan ritual making love. Selain, pada saat itu kondisi di luar yang saat itu sedang hujan deras sehingga membuatku tahu jika kondisi bercumbu terhitung sangat aman. Bantuan angin dan dingin yang mengalir dari luar, tambah mendukung terjadinya ritual itu nantinya.

Yang tak kuduga adalah, aku sendiripun dengan sagat cepat terangsang hebat dan menjadi semakin bersemangat meningkatkan cumbuan. Maklum, situasi dan kondisi yang mendukung, geliatan dan lenguhan Merry – membuat nafsuku juga dengan sangat cepat memuncak. Bahkan, sedang panas-panasnya bercumbu atau tepatnya mencumbunya, aku memikirkan sekaligus bagaimana caranya dengan ruang terbatas, tetapi dapat tetap menikmati percumbuan kami.

Selanjutnya, dengan tanpa menunggu persetujuan Merry, aku jadi berpindah ke kursi depan samping driving seat dan kini berada berdua dengannya dikursinya. Untungnya lagi, mobil Xtrailku mampu dan cukup luang kabin depannya. Apalagi setelah kuatur dan kumundurkan seat depan, sehingga ruangnya menjadi lebih luas. Bahkanpun, seatnya bisa diatur dalam posisi rebah. Setelah kumundurkan seatnya, ruang bagi kami menjadi lebih memadai. Menjadi lebih luas, meskipun dibutuhkan cara khusus untuk bercumbu dengan lebih nyaman, lebih nikmat dan tentunya juga dinikmati berdua.

Merry malahan menyambut antusias dengan upayaku, dan terkesan membantu dan memperlancar upayaku membuat ruang bercumbu kami bisa semakin lebar dan leluasa. Sementara aku masih sedang berupaya merapihkan kursi dan juga ruang percumbuan kami, Merry sudah kembali menyerangku dengan meremas kemaluanku. Bahkan, dia berusaha melepaskannya dari sarangnya. Kendatipun aku masih belum tuntas mengatur tempat duduk di depan mobilku untuk kami bisa bercumbu lebih nikmat.

Bahkan terkesan Merry seperti tidak sabar dan tergesa untuk melepaskan benda berhargaku dari balik sarangnya. Maka saat ruang kami akhirnya dapatlah kuatur dan kutata lebih luang, Merry masih terus berusaha dan sudah nyaris berhasil. Tapi, bercumbu dalam keterbatasan ruang, membuat kreatifitas secara naluriah muncul. Jadilah kami bercumbu di kursi depan mobilku setelah dengan cepat kursi depan itu kuatur dan geser agak kebelakang agar kami bisa lebih bebas bercumbu. Merrypun terengah dan terus mendesah semakin menggairahkan setelah berhasil melepaskan kontolku dan kini menyambut cumbuanku kembali, bahkan kini dia menjadi lebih aktif ketimbang dalam gedung bioskop tadi.

Dengan bagian bawahku sudah terekspose, meski celana panjangku masihlah belum terlepas sepenuhnya, tanganku kubuat menjadi lebih kreatif dalam hal mengeksplorasi seluruh lekuk tubuhnya. Bahkan dengan cepat, akupun segera merosot sedikit kebawah dan selanjutnya mulai melucuti stocking hitam Merry yang juga membantuku dengan penuh semangat. Meskipun agak susah, tetapi dengan terkesan buru-buru dan dibantu Mery yang meregangkan badannya, stocking itupun akhirnya lepas.

Akan tetapi, tentu saja tidak cukup bagiku sekarang dengan hanya sekedar melepaskan stockingnya. Bukan hanya itu, karena memang yakin Merry takkan menolak, maka sekaligus CD creamnya kutarik sekaligus hingga terlepas. Dan terus saja kutarik kebawa sementara Merry, bukannya menahan, sebaliknya dia malah mengangkat tubuhnya sedikit sehingga berhasillah kuloloskan stocking dan CD cream nya.

”Sayang..... ”? desisku lembut dan penuh nafsu menatapnya sambil mendongak untuk memastikan jika diapun menginginkannya. Saat itu kulihat matanya sudah terpejam, namun mendengar bisikanku, diapun membuka matanya yang sudah sayu terlihat. Yang jelas penuh nafsu dan memandangku seakan mendorongku untuk melanjutkan upayaku memberikan kenikmatan ragawi baginya.

Sadar bahwa desisanku tadi merupakan pertanyaan dan meminta kepastiannya untukku melanjutkan cumbuanku, diapun terlihat mengangguk lemah dan tanda bahwa dia mengijinkanku melakukan kelanjutan upayaku. Tentu saja, karena CD creamnya sudah kulepaskan, dan kini bagian bawahnya sudah telanjang dan sudah siap untuk memasuki persetubuhan. Lebih dari sekedar cumbuan, saat ini kami, aku dan dia sudah siap untuk memasuki tahap lebih jauh ini.

“Nggggg, yaaaaangggg...... “ desisnya mengundangku untuk segera masuk dan menghadiahinya kenikmatan maha menggelegak itu.

Memang sudah kuduga jika Mery sama sekali tidaklah menolak. Juga tidak akan menolak atau tidak akan mampu menolak lagi ketika kemudian rok spannya itu kusingkapkan keatas dan selanjutnya perlahan-lahan bibirku bergerak menyusuri pahanya yang sudah terbuka dan terekspose indah didepanku. Tubuhnya ditarik agak keatas, sehingga bagaikan dia menyodorkan paha dan betisnya ke bibirku. Tentu saja kesempatan yang disediakannya itu tidak akan kusia-siakan.

Segera saja bibirku berkelana dan menelusuri mencumbu betis dan terus saja perlahan-lahan menanjak kepahanya. Betis dan pahanya ini bagiku merupakan keunggulan dan bagian terindah dari Merry. Karena itu, benar-benar kunikmati dan kucumbu dengan penuh perasaan. Sementara kepala Merry pun nyender di kursi sambil kedua tangannya meremas-remas rambut kepalaku dan mulutnya mendesis kenikmatan. Terlebih ketika bibirku kini menelusuri bagian dalam pahanya yang demikian mulus dan lembut serta hangat.

”Yang, uuhhhhh, nggggggg terus sayang, aaaachhhhh enak....” sambil tubuhnya menggeliat-geliat keenakan dan tenggelam dalam kenikmatan.

Geliatan dan lenguhannya itu membuatku semakin bersemangat. Setelah tadi kusingkap rok span pendeknya, dan terus kusapu pahanya dengan lidahku, kini aku semakin berani dan malahan kini kukangkangkan kedua belah pahanya. Dan kukalungkan ke kedua belah pundakku. Setelah kakinya terkalungkan ke leherku maka mudahlah ditebak jika selanjutnya lidah dan bibirku menyerang paha bagian dalamnya. Sementara Merry dengan tak kalah erotisnya mendesis dan mengerang kenikmatan dengan tak pernah sekalipun melepaskan rambutku dalam genggaman dan remasannya.

Sekaligus sekarag ini, secara otomatis aroma kemaluannya yang khas wanita segera menyerang dan menerpa hidungku. Hal yang menambah semangatku untuk mencumbunya dan menggeserkan bibirku lebih dalam dan lebih jauh hingga kini bahkan mulai mendekati bagian terlarangnya. Bagian tubuh yang menggumpal indah dan menunggu sapuan lidahku dan sedotan bibirku.

“Yanggggg, uucchhhhh, ngggggggg..... “

Bersamaan dengan itu, geliatan dan goyangan tubuh Merypun semakin erotis, semakin sering dan bahkan semakin berpadu dengan desisan dan erangan yang semakin sering terdengar. Apalagi ketika kemudian cumbuan bibirku dipahanya sekarang semakin mendekati vaginanya. Semakin sering dan semakin garang geliatan dan juga desisan erotis Merry. Dan semua itu membuatku semakin yakin bahwa Merry memang sudah siap dan rela untuk memasuki dan menikmati puncak percumbuan kami dalam satu persetubuhan.

Dan....... akhirnya sampai jugalah bibirku di mulut vaginanya yang mereka indah. Tentu saja tanpa berpikir panjang langsung kulahap liang menganga tersebut dengan bibirku yang basah. Dan Merry tersentak hebat ketika bibirku mulai mencumbu organ vitalnya itu. Tubuhnya melengkung ke atas dan menambah beban berat dipundakku karena tumpuannya paling besar di kedua pundakku dimana kedua kakinya terkalungkan.

Bukan hanya itu, desisannya terdengar amat bergetar, sementara gerakan dan geliatan tubuhnya meledak luar biasa,

“Ouuuuchhhhhhh, yaaaaaaannnggggggg – diapain yannggg..... “

Mudah ditebak jika akibatnya rambutku yang terus diremasnya sejak tadi bagai terjambak dengan sangat hebatnya, tapi aku tidak peduli. Setelah menemukan liang kenikmatannya, rugi jika tidak dinikmati sepuas-puasnya. Tidak bakalan kusia-siakan kesempatan langka ini. Karena itulah, bibirku terus bermain dan menyedot, mengisap dan lidahku sesekali menjilati bagian bibir vagina atau memeknya. Tidak ada lagi bagian dari memeknya yang tidak kujilat, kuhisap, kusedot dan membawanya melambung ke langit ketujuh.

”Yang, aduh, enak sekali. Ssssshhhhh, ooouuuhhhhh, yang, terus yang, enak yang, aaaachhhhh......” sambil tangannya mendorong kepalaku agar semakin menerjang vagina indahnya itu. Padahal tidak didorong juga, bibirku akan terus mengemoti vaginanya itu. Dan, enaknya sudah tentu tak tertahankan. Wajahku, bukan cuma bibirku, yang basah. Akan tetapi tentu saja tidak kuhiraukan kondisi itu, dan tetap bertekun mengemoti memeknya itu.

Untuk lebih memudahkan percumbuan, aku ingat untuk merebahkan kursi depan hingga terlentang 180 derajat. Akibatnya Merry kini ikutan terlentang sesuai juga dengan rebahan kursi kebelakang, sehingga benar-benar dia kini terlentang dan siap di hadapanku. Tidak menunggu lama, Merry segera menarikku dan segera berusaha melepaskan celana panjangku yang masih nyangkut dan masih belum kulepaskan sepenuhnya.

Sesungguhnya Merry tadi sudah membuka celana panjangku, hanya masih belum sampai melepaskannya dan juga masih belum sampai melepaskan penis atau kontolku dari sangkarnya. Sadar dan tahu akan maksudnya, maka akupun dengan agak susah membantunya, dan setelah memelorotkan sekaligus celana dalamku kini bagian bawah kami, sama-sama telanjang.

Ketika Merry berusaha meraih dan membelai kontolku, dia dan aku kesulitan menemukan suatu posisi nikmat dan leluasa. Karena itu, pada akhirnya akupun perlahan mengatur posisiku dan kemudian mendorongnya perlahan-lahan untuk rebah. Karena kursi depan saat dimana kami bercumbu sudah kutekan untuk rebah seutuhnya kebelakang.

Merry bergerak agak memajukan tubuhnya untuk bisa menyambut tusukanku di bagian bawah dan dengan wajah memerah namun penuh nafsu untuk menerima hamparan nikmat yang kulayankan. Wajah memerah menahan nikmat sangat jelas membayang dalam bagaimana cara Merry menyambut sensasi nikmat untuk menyalurkan sensasi dan fantasi yang terakumulasi selama beberapa hari. Tak ada rasa malu lagi pada saat itu, karena wajahnya sudah dipenuhi bayangan nafsu dan upaya untuk meraih puncak kenikmatannya.

Bagaimana cara dia mengeskpressikannya dalam desah, lenguh serta rintihan syahwatnya menerima nikmat yang kami kayuh bersama, sungguh merupakan sensasi tersendiri yang sangat kunikmati. Apalagi memang pada saat itu, akupun mulai merasakan naiknya gairahku yang tak tertahan dan mulai melenguh dan mendesis penuh kenikmatan.

Desah, lenguh dan rintihan itu Merry telah mendongkrak semangatku karena jelas dia sendiripun memang menginginkannya, dan itu aku tahu persis. Sama dengan bagaimana antusiasnya aku mengupayakan dan mencari cara untuk bisa memperoleh waktu nikmat seperti ini bersamanya. Merry seakan menjadi semakin liar dalam jilatan-jilatan dan kecupannya. Sementara aku berkonsentrasi untuk menemukan dan membuat pas posisi tubuh kami di tengah ruang terbatas yang kami miliki , di dalam mobil kebanggaanku ini.

Pada akhirnya, setelah posisinya kurasa sudah pas, akupun memegang kontolku yang sudah tegang dan sangat keras bagaikan batu. Kupegang dengan bangga, dan perlahan-lahan kubawa mendekati liang memeknya yang sudah basah dan siap menelan kontolku. Tetapi, sempat kugesekkan kepala penisku ke bibir memeknya yang basah kuyup itu, dan akibatnya, kembali Merry menggelinjang dan menggeliat hebat dengan mengangkat tubuhnya melengkung.

Gerakannya itu bagaikan mendesakku sehingga tepat ketika kontolku berada di bibir memeknya, kepala kontolku segera menembus memeknya. Kurasa masih agak sempit memeknya, meski tidak ada lagi penghalang khas seorang gadis perawan. Akan tetapi, tentu saja aku tidak mempermasalahkannya. Toch aku tidak mencari perawan, tetapi mencari seseorang yang dengannya aku senang, nyaman dan menempuh waktu kehidupan bersama.

Tepat ketika badan Merry akhirnya kembali terhempas lembut ke bawah, akupun mendorong perlahan kebawah dan terasa betul bagaimana kontolku menembus liang kenikmatannya. Belum sepenuhnya, aku paham dan tahu betul, sedang Merry kembali melenguh dan menjerit penuh kenikmatan,

“Ouuuuchhhh, yaaaaaaaannng, diapain Merry yaaaang.... ”

Akan tetapi aku kini tidak berkonsentrasi menikmati sensasi yang dirasakannya, tetapi berkonsentrasi untuk kembali mendorong kontolku dan kembali masuk dan kini nyaris semuanya ditelan oleh memek Merry yang kurasakan demikian nikmat dan membiusku. Dan kembali kudorong sekali lagi perlahan, kunikmati sensasi masuknya kontolku lebih dalam, dan sekali lagi aku bergerak mendorong kontol itu dan kali ini,

“Blesssssssss............ “

Kontolku sepenuhnya ditelan dan tenggelam kedalam memeknya, dan tidak ada tersisa sedikitpun diluar. Semua tertelan memeknya, dan kudiamkan sejenak untuk kini dengan bebas menikmati sensasi menyetubuhi kekasihku ini. Wajah Merry meliuk kebelakang dan matanya terpejam dengan lenguhan dan rintihan kenikmatan tak henti dari mulutnya,

“Ouuughhhhhh, yang, accccch, nggggg....... aaaachhh, yaaaaaang, terus, yang, terus yang...... “

Lenguhannya tertahan panjang karena aku mulai menarik dan memasukkan dan terus beberapa kali seperti itu. Sehingga goyangan tubuhnya ketika menyambut tusukanku membuat pertemuan kelamin kami bertambah nikmat. Semakin lama semakin bersemangat Merry, karena hujanpun justru semakin lebat, tetapi kami berdua sama-sama berkeringat oleh “kerja” bersama kami. Tanpa terasa telah nyaris sepuluh menit kami bercumbu dan bersetubuh, sementara hujan masih saja lebat dan anginpun bertiup semakin kencang.

“Terus yang, terus, ooooooh, ayo, o my god.. Yes, terus yang, terus, aaaaaccch, yaaaangggg. Terus, terus, nggggg... “ desis dan rintihan serta geliatan Merry kurasa semakin lama semakin liar. Semakin panjang lenguhan dan rintihannya dan jika tidak sedang hujan deras, maka aku pastikan bakalan ada yang datang dan mengecek mobilku ini.

Merry seakan tidak lagi menyadari dan tak tahu lagi situasi sekitar. Untungnya memang hujan sangat deras, karena kalau tidak, goyangan mobil akibat aktifitas nikmat kami, pasti menarik perhatian. Akan tetapi, karena hujan lebat, maka tak ada yang peduli dan tidak ada yang ingin tahu pada saat itu. Dan semakin bebas saja kunikmati keluar masuk kontolku ke memek Merry. Masih sempit dan bisa kurasakan betapa nikmatnya kontolku ditelan memeknya.

Mungkin karena sensasi pertama kali bersetubuh dan gairah yang kami pendam selama beberapa waktu lamanya, serta situasi yang sangat riskan bercinta di tengah keramaian, meski hujan lebat, maka tak lebih dari sepuluh menit getaran luar biasa mulai kucapai. Gerakan dan respons Merry sama liar dan sama gila. Tetapi, aku yakin, dia sendiripun pasti mengalami lonjakan yang sama. Dan ini bisa kurasakan karena kontraksi otot-otot di vaginanya, khas perempuan yang menjelang orgasmenya datang.

“Yang, aku mau sampai...... “ desisku lirih.

“Aku juga yaaaang, ooooh, aku juga yang. Lebih cepat yang..... “

Desisan dan lenguhannya membuatku mempercepat irama genjotanku, cepat dan cepat. Bahkan, beberapa detik kecepatannya maksimum dan baru turun kembali setelahnya. Dan kuperlambat untuk kemudian kupercepat lagi, irama dan kecepatannya berubah-ubah. Dan strategi ini sukses membuat Merry makin menggila dan lenguhannya semakin panjang.

Toch akhirnya memang harus sampai juga. Untungnya, disela setengah histeris Merry menyambut kedatangan klimaksnya, akupun berhasil mencapainya dan itu melalui gerakan cepat dengan irama tak beraturan. Ketika puncak itu kucapai, bisa kurasakan dia juga sedang mengejang mencapainya, sehingga kupercepat kocokanku ke memeknya. Otomatis diapun mempercepat gerakan maju mundur menerima tusukanku dan berapa saat kemudian, kamipun sampai nyaris dalam waktu yang bersamaan.....

“Mer, aku sampai....... arrrcchhhhh......... “

“Crot... crot..... crot.... “ entah, tak kuhitung selanjutnya. Akan tetapi aku yakin dan tahu, kalau banyak cairan yang kusemprotkan masuk ke rahimnya. Aku tak ingin mengeluarkannya di luar, dan tak kuminta persetujuan Merry. Sepertinya, Merry juga memang tak perduli.

Bersamaan aku menyemprot, diapun mengejang hebat, melenguh luar biasa dan kemudian menjerit hebat,

“Sama yang, aku juga...... ouuuugggghhhhhhhhh..... “ gila, suaranya tidaklah dia tahan dan mengerang serta merintih kenikmatan. Untung saja suara itu tertutup derasnya hujan dan tak melompat keluar melalui jendela mobilku. Sungguh, dia liar juga saat bersetubuh, terutama ketika menanjak dan berupaya untuk mampu meraih klimaks persetubuhan.

Kutekan dan kunikmati proses yang kami capai bersama. Dan harus kukatakan bahwa klimaks yang kami capai bersama barusan, sungguh salah satu klimaks yang luar biasa dalam sejarah seks ku. Bukan apa-apa, kurasakan berapa bara dan energy yang kukeluarkan demikian besar sehingga meski situasi dan suasana dingin, akan tetapi aku berkeringat secara luar biasa.

Bahkan, akupun tahu dan sadar jika wajahku pasti memerah dan nafasku jelas memburu bagai sehabis melakukan pekerjaan yang sangat berat. Akan tetapi, memang begitulah adanya. Bisa kurasakan bagaimana semburan spermaku dalam rahimnya, dan bisa kurasakan batang kemaluanku yang keras demikian nikmat bersarang di rahimnya. Meskipun, sesungguhnya posisiku pada saat memasukinya, terasa agak kurang enak karena setengah menekan tubuh Merry. Ini juga sebab, seluruh kontolku tenggelam penuh.

Maklumlah, karena memang kami melakuklannya di dalam mobilku sehingga ruangan terbatas, membuat posisi tubuhku harus menyesuaikan tadi. Dan kini, setelah beberapa menit orgasme kami berdua bisa dicapai, akupun mulai bisa merasa betapa pegal kaki hingga ke paha. Karena harus menekan kebawah tubuh Merry, akan tetapi sekaligus juga menyangga berat tubuhku lainnya.

Setelah semuanya berlalu, dan kami mulai menenangkan diri, maka kamipun sama-sama saling dekap dan sama-sama berusaha untuk meredakan nafas. Itu kulakukan dengan merebahkan diri kesampingnya dan kemudian berbaring miring sambil mendekap tubuhnya. Sementara kontolku tetap tertelan memeknya sampai sekian lamanya.

Begitulah kami menikmati suasana malam, dan pada akhirnya kami sama saling melempar senyum. Dan kubisikkan kata cinta. Dan ditutup dengan kalimat pendek yang kubisikkan ke telinganya,

“Thank you sayangku..... “

Dia melirikku dan kemudian tersenyum manis.

(Bersambung)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd