Kalau pertama kali berkenalan dengan yang namanya jatuh cinta saat remaja, kita pasti sudah terbiasa dengan senyum tak henti, perasaan sudah seperti musim semi, berbunga-bunga. Hidup rasanya aman sekali.
Sampai kemudian harus patah hati.
Menangis sesenggukan di kamar dengan tisu berserakan di lantai ala serial Hollywood. Duduk di bawah shower menyala pakai piyama. Tak tahu lagi harus bagaimana. Tak tahu lagi harus menangis di mana. Terlalu rapuh. Merana dan sengsara. Cuma ingin dia.
Rasanya benar-benar ingin mati.
Kata orang, cara terbaik untuk menyembuhkan patah hati adalah menemukan hati yang baru. Untuk kemudian jatuh cinta lagi, agar hati yang sempat hancur di bawah serakan tisu dan rintikan shower itu terasa tergenggam kembali. Untuk kemudian bisa berdenyut lagi dan melupakan si pematah hati.
Jatuh cinta lagi memang cara paling mudah untuk menyembuhkan patah hati. Ironis? Tidak, toh untuk patah hati juga kita harus jatuh cinta dulu kan?
Maka masa-masa sebelum menikah pun dilalui dengan pengulangan momen-momen itu. Jatuh cinta, patah hati, jatuh cinta pada orang baru lagi, patah hati lagi, jatuh cinta lagi, sampai akhirnya kita memutuskan untuk berhenti.
Jadi ketika jatuh cinta terakhir kalinya sampai ingin menikah, sebagian besar di antara kita mungkin langsung merasa aman selamanya.
YASSS, AKU TIDAK AKAN PATAH HATI LAGI! Ini kan jatuh cinta terakhirku, mari menua bersama!
Tapi hidup tidak dibuat sebegitu mudah, darling. Menikah tidak sesederhana jatuh cinta, ke KUA, dan tinggal bersama menata rumah sampai tua.
Pernah terpikir kah kalian bagaimana kacaunya patah hati setelah menikah?
Iya, yang complicated dari cerita teman saya ini adalah dia sudah menikah. Orang yang membuatnya patah hati juga sudah menikah.
Rumit sekali. Karena jalan keluarnya tidak semudah saat kita remaja. Tidak semudah, cari saja orang baru untuk jatuh cinta lagi.
Istri di rumah bagaimana? Bisakah jatuh cinta pada istri yang sama lagi setelah jatuh cinta pada orang lain? Sayang bisa masih sama, tapi jatuh cinta lagi?
Sebut saja teman laki-laki saya ini dengan X. Iya dia laki-laki. Istrinya tanpa cela. Model-model istri yang foto Instagramnya bikin iri alam semesta. Ingat, foto Instagram tak menjamin hidup bahagia. Mungkin ia juga tak pernah sangka suaminya ternyata bisa jatuh cinta lagi. Untungnya ia tak tahu, setidaknya sampai hari ini.
Kemudian mari kita sebut perempuan yang terjatuhi cinta (ah, mereka sama-sama jatuh cinta) ini dengan Y. Y juga punya suami yang sempurna. Pengertian luar biasa. Fun fact: dibanding istri X, Y ini biasa-biasa saja. Ya, cantik tapi Instagramnya tak bikin iri alam semesta.
GET IT?
Keduanya sejatuh cinta itu. Jalan atau makan bersama berdua? Tidak, kalau pun iya tak pernah berdua. Berhubungan badan yang bikin deg-degan karena dengan orang baru? Tentu terpikir berkali-kali. Tapi tak sampai hati.
Our chemistry is not in a sexual way, katanya. Cinta bukan melulu tentang raga, cinta bisa hadir dan menyenangkan bahkan tanpa hubungan badan. Kalau tanpa seks saja mereka sudah sejatuh cinta itu, kita bisa apa?
Sesayang itu.
Perjalanan cinta mereka hanya karena chat yang terlalu nyambung. Chat biasa yang jadi kebiasaan menyenangkan dan langsung berubah jadi sinyal-sinyal kangen ketika sehari tak ada.
“Gue baru tau, ternyata bisa-bisa aja ya sayang sama dua orang di saat yang bersamaan.”
YA BISA. But well, we learn something new everyday, don’t we?
Jatuh cinta tidak kenal status pernikahan. Jatuh cinta ya jatuh cinta. Mau sebaik apapun menjaga, namanya cinta kadang datang di waktu yang sungguh tidak terduga.
Apa mereka salah? Ya mereka mengaku salah meski siapa saya sampai harus menyalahkan orang jatuh cinta? Apa menyalahkan bisa membuat keadaan jadi tenang? Tidak. Jadi biarkan saja. Jatuh cinta adalah hak mereka, kalau akhirnya patah hati ya sudah bisa apa kita selain menemani?
Berteriak salah pada orang jatuh cinta, seolah kita tak pernah jatuh cinta. Hati tak pernah salah, jatuh cinta bukan masalah, hanya waktu yang kadang begitu kurang ajar memecah belah.
Kenapa harus bertemu? Kenapa harus merindu?
Apa mereka menyesal? Yah, yang jelas mereka akhirnya berkali-kali berusaha berhenti, menyerah, berpisah. Nomor WhatsApp dihapus, Instagram diblock, tak perlu lagi bertemu muka, segala cara dilakukan agar bisa lupa.
Ternyata toh tetap tidak segampang itu.
“Gue sayang istri, sama sekali nggak pengen pisah sama dia. Nggak pernah kepikiran sedikit pun cerai sama dia karena gue juga nggak pernah kepikiran sekali pun nikah sama Y. Tapi kenapa ya nggak bisa lupain dia?”
Orang jatuh cinta tidak punya akal sehat katanya, tapi untungnya Tuhan masih menyisakan mereka sedikit logika. Jadi setelah berkali pisah dan kembali, bermeter-meter argumen, berhari-hari teriakan, dan berderai-derai air mata, mereka memutuskan benar-benar berpisah.
Stop hubungan ini karena mau dibawa ke mana? Untuk apa dilanjutkan? Hanya untuk ketahuan? Hanya untuk membuat hidup berantakan?
Bicara pisahnya gampang, kenyataan menghadapi hari-hari setelah perpisahan itu yang luar biasa sulit. Patah hati karena pacar selingkuh itu satu hal, patah hati pada selingkuhan karena mengingat kebaikan istri itu hal lain.
Mereka saling menyalahkan. Menyalahkan satu sama lain, menyalahkan diri sendiri karena membuka hati. Meski rasanya tentu, pasti, tak sengaja.
X makin tak karuan karena Y pun sama kacaunya. Berkali menelepon hanya untuk memaki, tak sanggup menata lagi hati. Katanya tak tahu lagi definisi kerja dan hidup tenang, di rumah hanya menangis semalaman. Tentu pelan-pelan, agar tak ketahuan.
Sampai dua bulan kemudian, hari ini. Belum ada kemajuan. Masih tercerai berai, dengan luka besar yang masih menganga.
Patah hati, sampai mau mati.
Seperti dipaksa berpisah entah oleh siapa dan dengan alasan apa. Seperti diminta patah hati tanpa tahu harus jatuh cinta pada siapa lagi. Seperti harus sakit sendiri karena sungguhlah tak bisa cerita rasa ini pada istri.
Saya hanya bisa bilang: sabar. Sabar, semua orang pernah patah hati sampai mau mati. Waktu menyembuhkan, tidak sekarang, tidak besok, mungkin bulan depan, mungkin tahun depan, mungkin 10 tahun lagi.
Selama kamu masih mau bersama istri dan anakmu, maka kamu harus bertahan. Jangan mati.
Jangan mati dan jangan sampai ketahuan.
Ada yang punya obat sembuhkan patah hati setelah menikah?
Oh i see
Ini binor feat lakor
Jika saja suhu baca cerita eik berjudul the 20 sec huge series dimana angga yg menikahi viona dewi jatuh cinta kepada aisyad a a a ..... ... Canda , angga saling jatuh cinta kepada Defi yang sudah bersuami
Abaikan adegan sex di cerita itu
Yang pasti karakter Angga yang di cap PK punya cara sendiri di akhir cerita bagaimana mengatasai penyakit kronia bernama "patah hati "